Disusun oleh :
Nama
: M. Nur Permana
NIM
: 11/318950/TP/10195
Golongan
: Kamis A
Co. Ass
: Qadry Rahmawandy
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup yang amat bergantung pada
sumberdaya hayati. Tanah adalah salah satu sumberdaya hayati yang sangat
esensial. Beberapa fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, penyimpan
air dan media konstruksi bangunan. Salah satu faktor yang perlu diketahui
sebelum memulai pengolahan tanah disuatu lahan adalah konsistensi dan
angka atterberg suatu lahan.
Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel
tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan
bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi.
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam
keadaan. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan
tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering
ataupun terlalu basah.
Pentingnya konsistensi tanah dan angka atterberg ialah untuk menentukan
cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan
tanah bawahan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menetapkan batas cair tanah.
2. Mahasiswa mampu menetapkan batas lekat tanah.
3. Mahasiswa mampu menetapkan batas gulung tanah.
4. Mahasiswa mampu menetapkan batas berubah warna untuk menghitung
jangka olah tanah, indeks plastisitas tanah, dan menghitung persediaan air
maksimum dalam tanah.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah praktikan mampu
menentukan nilai konsistensi tanah dan nilai atterberg sebagai dasar
perekayasaan tanah untuk pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik menarik antara partikeldengan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
(Nurhajati,1986).
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).
Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara (Anonim, 2010).
Sifat-sifat Rheologi dapat dipelajari dengan menentukan angka-angka
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan.
Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena
pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering ataupun terlalu basah.
Batas mengalir (liquid limit) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan
tanah. Kalau air lebih banyak maka tanah bersama air akan mengalir. Batas
melekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain.
Bila kadar air lebih rendah dibanding batas lekat maka tanah tidak dapat melekat,
tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka tanah akan mudah melekat
pada benda lain. Batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tidak dapat
digolek-golekkan lagi. Apabila digolekkan maka tanah akan pecah-pecah ke
segala jurusan. Pada kadar air lebih rendah dari batas golek maka tanah sukar
diolah. Batas berubah warna adalah tanah yang telah mencapai batas golek, masih
dapat terus kehilangan air sehingga lambat laun menjadi kering dan ada suatu
ketika tanah berwarna lebih terang. Batas berubah warna merupakan batas
terendah kadar air dapat diserap tanaman (Cahyono,1998).
Kadar air; maksudnya yaitu seberapa kandungan air pada suatu tanah
mempengaruhi daya tanah tanah. Hal ini berkaitan apakah tanah berada
dengan kandungan air di atas kapasitas lapang, mendekati, ataukah tanah
dalam keadaan kering angin dimana konsistensi tanah dalam keadaan
kapasitas air yang berbeda-beda berarti memiliki keadaan konsistensi tanah
yang berbeda pula.
b.
konsisitensi tanah karena bahan organik terkandung sejumlah bahan kimia yang
mampu melekatkan partikel/butiran tanah sehingga mampu memantapkan struktur
agregat tanah.Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yaitu baik bila massa
tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan alamiah ataupun sangat
terganggu, berbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan kering
atau lembab. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu sama
lain, struktur tanah menyangkut bentuk, ukuraan dan pendefinisian agregat
alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah,
sebaliknya konsistensi meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut
(Sarwono,1992).
Bergantung pada kadar airnya, maka sistem tanah dan air dibedakan
menjadi padat (solid), setengah padat (semi solid), plastis (dapat dibuat bentuk
tertentu dan tidak pecah) dan cair. Batas antara cair dan plastis disebut batas cair
(liquid limit), batas antara plastis dan semi solid disebut batas plastis (plastic
limit) sedangkan batas antara semi solid dengan solid disebut batas kerut
(shringkage limit) (Rindiawati,1985).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
1. Casagrande
2. Spatula dan colet
3. Timbangan analitik
4. Botol timbang
5. Oven
6. Cawan
7. Lempengan kaca
8. Lempengan kayu
Bahan yang digunakan dalam praktikum
1. Contoh tanah kering angin berukuran 2mm sebanyak 200 gram dari
berbagai lapisan tanah dalam profil.
2. Aquadest
B. Cara Kerja
1. Penentuan batas cair (Liquid Limit)
a. Diambil contoh tanah dan dibuat pasta tanah dengan menambahkan
air sedikit demi sedikit sehingga diperoleh pasta yang homogen.
b. Diletakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan
permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta 1 cm.
Kemudian dengan colet pasta tanah dibelah sepanjang sumbu simetris
cawan. Sewaktu membelah pasta, colet dipegang sedemikian sehingga
pada saat setiap kedudukannya selalu tegak lurus pada permukaan
cawan dan ujung colet selalu tertekan di permukaan cawan. Di dasar
alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari
tanah selebar ujung colet (2 mm).
bersih, tidak ada tanah berarti pasta tanah lebih kering dari batas
lekat
ada tanah atau suspensi melekat berarti pasta tanah lebih basah
dari batas lekat
( ba )(ca)
x 100
(ca)
BC =
KL(
N 0,121
)
25
Keterangan :
KL = Kadar Lengas
N
= Jumlah ketukan
a
= berat cawan kosong (gr)
b
= berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c
= berat cawan + tanah kering (gr)
2. Batas Lekat (BL)
BL =
( ba )(ca)
x 100
(ca)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
3. Batas Plastis (BP)
BP =
( ba )(ca)
x 100
(ca)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
4. Batas Berubah Warna (BBW)
BBW =
( ba )(ca)
x 100
(ca)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
5. Regresi Linier
y = ax + b
a=
y b x
x
2
( 2)n( x)
b=
( x y )n( x . y)
x =log N
y = rerata KL
x = rerata log N
6. Jangka Olah (JO)
JO = BL - BP
7. Indeks Plastis (IP)
IP = BC - BP
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
1. Batas Cair
a. 25-40 ketukan
Z
No.
a (g)
b (g)
c (g)
Ketukan
Cawan
37
C1
7.4962
25.855
19.79
33
C2
8.4866
29.144
22.35
Tabel I. Hasil pengamatan batas cair pada 25-40 ketukan
b. 10-25 ketukan
Z
Ketukan
No.
Cawan
a (g)
b (g)
c (g)
27.556
21.365
6
27.833
17
C4
6.593
20.8868
6
Tabel II. Hasil pengamatan batas cair pada 10-25 ketukan
20
C3
8.5666
2. Batas Lekat
No.
Cawan
C5
C6
Berat
Berat Cawan
Berat Cawan
Cawan
+ Tanah Basah
+ Tanah
Kosong (a)
(b)
Kering (c)
8.419
20.4354
16.6286
8.2387
19.9817
16.263
Tabel III. Hasil pengamatan batas lekat
3. Batas Plastis
No.
Cawan
Berat
Cawan
Berat Cawan
+ Tanah
Berat Cawan +
Tanah Kering
Kosong (a)
Basah (b)
(c)
6.4276
21.1411
16.9933
8.5765
23.9322
19.42
Tabel IV. Hasil pengamatan batas plastis
C7
C8
No.cawa
n
B. Analisis
1. Penentuan Batas Cair
Z
No.
Ketukan Cawan
37
C1
33
C2
a (g)
7.496
2
8.486
6
8.566
6
b (g)
c (g)
KL (%)
BC
25.855
19.79
49.33381
47.0482
BC rata-rata
29.144
22.35
49.00674 47.38778 47.21798786
27.556
C3
6
21.365 48.37792 49.70194
27.833
C4
6.593
6
20.8868 48.60009 50.92177 50.3118555
Tabel VI. Hasil Perhitungan Penentuan Batas Cair
20
17
( ba )( ca )
x 100
( c a )
( 27,55668,5666 ) ( 21,3658,5666 )
x 100
( 21,3658,5666 )
48,37792
BC =KL
N
25
0,121
( )
BC =48,37792
20
25
0,121
( )
= 49,70194
KL (%)
20
17
Jumlah
Rerata
Log N = X
Log KL=Y
XY
X2
2.6551
9
2.45926
2.5666
49.0067 47.38778 1.5185139 1.6902558
8
2.30588
2.1917
48.3779 49.70194
1.30103
1.6846472
8
1.69268
2.0753
48.6001 50.92177 1.2304489 1.6866371
2
1.5140
195.319 195.05969 5.6181946 6.75468474 37.949 31.564
48.8297 48.76492
1.404549
1.6886712 2.3718 1.9727
Tabel VII. Hasil Perhitungan Analisis Regresi Untuk Batas Cair
49.3338
33
BC
47.0482
1.568201
1.6931447
a (g)
b (g)
c (g)
BL (%)
8.419
20.4354
16.6286 46.37010329
8.2387
19.9817
16.263 46.34298319
Tabel VIII. Hasil Penentuan Batas Lekat
( ba )( ca )
x 100
( ca )
( 19,98178,2387 ) ( 16,2638,2387 )
x 100
( 16,2638,2387 )
46,3429
BL rata-rata
46,3565
No. Cawan
C7
C8
( ba )( ca )
x 100
( c a )
( 23,93228,5765 )( 19,428,5765 )
x 100
( 19,428,5765 )
41,612
5. Penentuan Batas Berubah Warna
No.cawan
a (g)
b (g)
c (g)
BBW (%)
C9
6.6125
7.0492
7.0083 10.333502
C10
6.4154
8.6552
8.4457 10.318672
Tabel X. Hasil Perhitungan Penentuan Batas Berubah Warna
Contoh Perhitungan Pada Cawan 10 :
BBW =
( ba )( ca )
x 100
( ca )
( 8,65526,4154 ) ( 8,44576,4154 )
x 100
( 8,44576,4154 )
10,3187
Log N Vs Log KL
8
7
6
5
Log N Vs Log KL
Linear (Log N Vs Log
KL)
4
3
2
1
0
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
y b x
= 1.6886712-1,202x1.404549
= 0,000403
b=
( xy ) n ( x . y )
2
( x 2 )n ( x )
( 37,949 ) 4 ( 5,618 x 6,755 )
31,5644 x 31,564
1,202
BAB V
PEMBAHASAN
Kali ini praktikum acara 5 tentang konsistensi tanah dan angka Atterberg.
Pada praktikum ini dipelajari mengenai konsistensi tanah dan angka atterberg.
Dalam menentukan keduanya dilakukan pengamatan beberapa data diantaranya
adalah batas cair (BC), batas lekat (BL), batas plastisin (BP), dan batas berubah
warna (BBW).
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan
kekuatan atau ketahanan daya kohesi butir-butir tanah dan daya adhesi dengan
berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah merupakan bagian dari Rheologi
yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan diran (flow)
suatu benda. Batas cair adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.
Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda
lain. Batas plastis adalah suatu keadaan tanah dimana tanah dapat digulung
menjadi gulungan kecil-kecil dengan diameter 3,2 mm. Batas plastis ini
merupakan batas bawah dari keadaan plastis. Sedangkan batas berubah warna
adalah tanah yang telah mencapai batas pilin (kadar air dimana gulungan tidak
dapat dipilin lagi) yang masih dapat terus kehilangan air sehingga lambat laun
menjadi kering dan pada suatu ketika tanah berwarna lebih terang. Batas berubah
warna merupakan batas terendah kadar air dapat diserap tanaman.
Dalam pengujian Batas Cair (BC), alur harus menutup karena aliran
kental, bukan karena lanjutan atau luncuran belahan tanah diatas cawan. Apabila
terjadi luncuran berarti tanahnya terlalu kering atau permukaan cawan licin.
Permukaan cawan yang licin bisa disebabkan oleh minyak atau kapisan debu
kering. Apabila alat Cassagrande diputar lebih cepat 2 kali atau lebih rendah per
detiknya maka penutupan alurnya akan lebih cepat atau lebih lambat. Ketukan alat
cassagrande dipengaruhi oleh jenis tanah yang digunakan, apabila pasta tanah
terlalu basah jumlah ketukan kurang dari 10 sebaliknya saat pasta tanah terlalu
kering maka jumlah ketukan lebih dari 40. Penentuan kadar lengas tanah
diperoleh dari pasta tanah karena sekitar alur yang menutup itulah yang
menunjukkan batas cair tanah(liquid limit) yang diamati sedangkan tanah yang
tidak menutup tidak dihitung karena tidak menunjukkan batas cair atau tanah
masih menahan air.
Pada Pengamatan Batas Lekat (BL) ini digunakan alat bernama colet.
Colet yang digunakan menentukan hasil pengamatan. bila colet yang digunakan
berlemak dan kasar permukaannya akan membuat tanah seluruhnya menempel
pada colet. Jika lengket maka tidak dapat diukur batas lekatnya. Sedangkan
apabila kecepatan menusuk-menarik colet lebih cepat maka hanya ada sedikit
bagian tanah yang menempel pada colet sehingga sulit menentukan batas lekat..
Sebaliknya, saat kadar air atau kelembaban lebih tinggi dibandingkan batas lekat
tanahnya maka tanah akan mudah melekat ke benda lain.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Batas cair adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.
2. Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain.
3. Batas plastis adalah suatu keadaan tanah dimana tanah dapat digulung
menjadi gulungan kecil-kecil dengan diameter 3,2 mm.
4. Batas berubah warna merupakan batas terendah kadar air yang dapat
diserap tanaman.
5. Batas cair tanah rerata sampel tanah sebesar 48,765%.
6. Batas lekat tanah rerata sampel tanah sebesar 46,3565%.
7. Batas plastis tanah rerata sampel tanah sebesar 40,4346%.
8. Batas berubah warna tanah rerata sampel tanah sebesar 10,3261%,
Jangka olah rerata sebesar 5,922%,
Nilai indeks plastisitas tanah rerata sebesar 8,3303%,
Persediaan air maksimum dalam tanah dengan grafik y = 1,195x + 0,013,
sedangkan dengan perhitungan y = 0,000403x + 1,202.
B. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Kesuburan
Tanah.
Dalam
http://ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2010/04/kesuburan-05.pdf. Diakses pada
Selasa, 04 November 2014 Pukul 12.08 WIB.
Cahyono, A. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta
Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Nurhajati, H. dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung. Lampung-Sumatera.
LAMPIRAN