Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT ALAMI TANAH


ACARA VI
REAKSI TANAH

Disusun oleh :
Nama

: M. Nur Permana

NIM

: 11/318950/TP/10195

Golongan

: Kamis A

Co. Ass

: Rizki Mafthuhah

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+ .
Kondisi pH tanah

menentukan perkembangan mikroorganisme dalam

tanah. Pada pH 5,5 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan
tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan
bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik
Maka dari itu dalam praktikum ini dilakukan pengujian pH tanah untuk
memperkirakan kelayakan suatu tanah untuk digunakan dalam kegiatan
pertanian.
B. Tujuan
1. Mahasaiswa mampu menentukan pH tanah dengan beberapa metode.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian masingmasing metode penentuan pH.
3. Mahasiswa mampu menentukan pH berbagai jenis tanah, yang selanutnya
akan dipakai untuk memperkirakan kesuburan tanah.
C. Manfaat
Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan praktikan mampu
menentukan nilai pH tanah dengan berbagai cara dan mampu menyebutkan
kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yang digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status kimia tanah mempengaruhi proses biologik yaitu pertumbuhan
tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia
tanah yang dapat mengganggu proses biologik.

Keasaman tanah juga

mempengaruhi pertumbuhan akar. pH tanah dengan kisaran 5 8 berpengaruh


langsung

pada

pertumbuhan

akar.

Meskipun

masing-masing

tanaman

menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak dapat hidup


pada pH yang sangat rendah (di bawah 4) dan sangat tinggi (di atas 9). Keasaman
tanah juga menentukan kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu, karena pH dapat
mengendapkan atau membuat unsur hara tersedia (Notohadiprawiro, 1998).
Reaksi tanah berdaya pengaruh langsung dan tak langsung atas
pertumbuhan tanaman. Daya pengaruh langsung ialah daya meracun ion H + dan
OH-. Daya pengaruh tak langsung adalah pengendalian ketersediaan hara
tumbuhan dan kegiatan jasad renik. Secara umum pH optimum tanah mineral
ialah sekitar 6,5 (Anonim1, 2010).
Kemasaman dan kebasaan tanah bersumber dari sejumlah senyawa. Air
adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H 2O lemah. Sumber-sumber
besar adalah asam-asam anorganik dan organik. Proses yang menghasilkan ion H +
ialah respirasi akar dan jasad penghuni tanah, perombakan bahan organik,
pelarutan CO2 udara dalam lengas tanah, hidrolisis Al, nitrifikasi, oksidasi N 2,
oksidasi S, dan pelarutan serta penguraian pupuk kimia (Kartasapoetra, 1987).
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan
lahan berkisar antara 57,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali)
membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.
Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari
pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Foth, 1994).
Air perkolasi yang banyak mengandung ion C dan OH mendorong reaksi
bergerak ke kanan, sehingga tapak jerapan lempung makin banyak ditempati ion

H dan pH menurun. Dalam tanah sulfat masam, pH tanah dapat turun hingga di
bawah 3,0. Penurunan pH yang tajam ini berkaitan dengan oksidasi senyawa
sulfida yang terdapat dalam tanah tersebut menjadi asam sulfat yang merupakan
asam kuat (Anonim2, 2010).
Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap dalam kompleks
solidal atau sebagai ion bebas dalam larutan tanah. Ion H + yang terjerap
menentukan kemasaman potensial atau tertukar, sedang yang bebas menentukan
kemasaman aktif atau aktual. Kemasaman potensial dan aktual secara bersamasama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam
air menunjukkan kemasaman aktif oleh karena air tidak dapat melepaskan H +
yang terjerap. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral
(misalnya KCl) menunjukkan kemasaman total karena K + dapat melepaskan H+
yang terjerap dengan mekanisme penukaran (Dardjono, 2004).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah
1. Gelas piala
2. Pengaduk karet/kaca
3. pH meter
4. pH stick
5. Timbangan
6. Gelas ukur
Bahan yang digunakan adalah
1. Contoh tanah kering
2. Aquadest
B. Cara Kerja
Cara pH Stick
a. Diambil contoh tanah 5 g dalam botol.
b. Aquadest ditambahkan sebanyak 12,5 ml dan diaduk sebaik-baiknya.
c. Dibiarkan 15 menit, kemudian diaduk lagi.
d. pH stick dimasukkan dalam larutan tanah di atas.
e. pH stick diambil dan dikibas-kibaskan hingga warna kilat air hilang.
f. Warna pH stick dibandingkan dengan warna standar pH yang terdapat
pada kotak pH.
Cara pH meter
a. Contoh tanah diambil dan ditimbang 5 g dalam botol.
b. Aquadest ditambahkan sebanyak 12,5 ml dan diaduk sebaik-baiknya.
c. Dibiarkan 15 menitm kemudian diaduk lagi.
d. pH meter dimasukkan dan dicatat hasilnya.

C. Cara Analisis

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
a. Pengukuran pH dengan pH stick
No.

Ulangan

pH

Sampel 1

Sampel 2

Tabel 1.1 HasilPengukuran pH dengan pH stick


b. Pengukuran pH dengan pH meter
No.

Ulangan

pH

Sampel 1

4,68

Sampel 2

Tabel 1.2 HasilPengukuran pH dengan pH meter

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tentang reaksi tanah. Parameter yang diamati
dalam acara kali ini adalah pH tanah. Kriteria pH tanah ada 3 macam yaitu asam,
netral dan basa. pH asam memiliki nilai 1-6, untuk pH netral bernilai 7 sedangkan
pH basa berkisar dari 8 sampai 14. Sampel tanah yang digunakan ada 2 macam
lapisan. Tiap tiap sampel tanah diukur pH nya dengan metode pH stick dan pH
meter. Sebelum dilakukan pengukuran pH, masing masing sampel tanah
diencerken dengan air didalam gelas ukur kemudian diendapkan selama 15 menit.
Setelah membuat larutan tanah, lalu dilakukan pengukuran pH tanah dengan dua
metode tersebut. Metode pertama dengan pH stick, metode ini dilakukan dengan
cara memasukkan pH stick ke dalam larutan tanah kemudian dikibas-kibaskan
sampai warna kilat air menghilang. Perubahan warna pada pH stick dicocokkan
dengan warna yang ada pada kotak pH dan dicatat hasilnya. Metode kedua adalah
dengan pH meter, metode ini dilakukan dengan cara memasukkan pH meter ke
dalam larutan tanah. Setelah dimasukkan, kemudian dibaca nilai pH yang telah
ditunjukkan oleh alat. Nilai pH tersebut adalah hasil dari pengukuran pH larutan
tanah tersebut.
Berdasarkan pengukuran pH didapatkan hasil yang berbeda antara metode
pH stick dan pH meter. Dengan metode pH stick didapat nilai pH sebesar 7 dan 6
pada sampel 1 dan sampel 2. Sedangkan dengan metode pH meter didapat nilai
pH 4,68 dan 4 dari sampel 1 dan sampel 2.
Masing masing metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri,
oleh karena itu nilai pH yang terukur juga berbeda. Kelebihan metode ph stick
adalah fleksibilitasnya saat dibawa ke lapangan dan biaya yang cukup murah
untuk mendapatkannya sedangkan kekurangannya adalah nilai pembacaan pHnya
bergantung pada orang yang menggunakannya, masing masing orang memiliki
pendapat sendiri karena kepekaan penglihatan berbeda beda sehingga kurang
akurat hasilnya.

Kemudian pada pH meter, kelebihannya adalah data yang

didapat akurat, sebab menggunakan alat yang memang telah dirancang khusus

untuk menentukan nilai pH. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan biaya


yang tidak murah sebab harus dilakukan pengadaan alat terlebih dahulu.
Dalam upaya budidiya tanaman yang baik diperlukan suatu pH tanah yang
netral untuk mendukung pertumbuhan akar. Apabila tanah terlalu asam perlu
ditambahkan zat yang bersifat basa seperti garam atau kapur. Dengan mengetahui
cara penentuan nilai pH ini, maka dapat dilakukan perekayasaan pada suatu lahan
supaya dapat memiliki nilai pH yang optimal untuk ditanami berbagai komoditas
pertanian.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan metode pH stick didapat nilai pH untuk sampel 1 sebesar 7
dan pada sampel 2 sebesar 6. Sedangkan untuk metode pH meter didapat
ph sebesar 4,68 dan 4 untuk sampel 1 dan 2.
2. Masing masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelebihan metode ph stick adalah fleksibilitasnya saat dibawa ke
lapangan dan biaya yang cukup murah untuk mendapatkannya,
kekurangannya adalah pembacaan nilai pH yang kurang akurat karena
kepekaan penglihatan tiap orang yang membacanya berbeda beda.
kelebihannya adalah data yang didapat akurat, sebab menggunakan alat
yang memang telah dirancang khusus untuk menentukan nilai pH.
Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan biaya yang tidak murah
sebab harus dilakukan pengadaan alat terlebih dahulu.

B. Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik, namun alat alat yang rusak sebaiknya
segera diganti atau disediakan serep agar data yang didapat selama praktikum
lebih sahih.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
2010.
Dasar
Ilmu
Tanah.
Dalam
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.html. Diakses pada Sabtu, 15
November 2014 Pukul 20.40 WIB.
Anonim2. 2010. Tanah. Dalam http://www.BloggerTrik.com. Diakses pada
Sabtu, 15 November 2014 Pukul 20.55 WIB.
Dardjono. 2004. Morfologi Tanah. FTP UGM: Yogyakarta.
Foth, H D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga: Jakarta.
Kartasapoetra, A G. 1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta:
Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan: Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai