LANDASAN TEORI
II.1
Perilaku
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut (Notoatmojo, 2007).
Menurut Katz (1960) dalam (Notoatmojo, 2007) perilaku dilatarbelakangi
oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
II.2
Kepribadian
10
Pada fase ini juga memiliki peran yaitu membantu anak untuk belajar
mengontrol pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan
dengan mandiri.
3. Fase Falik atau Phallic (3-6 Tahun)
Pada Fase Falik daerah organ pertama adalah kelamin. Disini ada 3
perkembangan penting :
a. Meningkatkan minat pada seks : dalam keluarga berupa kompleks
oedipoes dan dalam diri sendiri berupa fantasi-fantasi tertentu.
11
Makin banyak dipergunakannya mekanisme pertahanan ego. Tandatanda dari periode ini adalah meningkatnya kegiatan masturbasi,
meningkatnya keinginan untuk bersetubuh dengan lawan jenis, dan
meningkatnya kecendrungan ekshibionis (menunjuk alat kelaminnya
kepada orang lain).
d. Inti dari perkembangan jiwa pada fase falik ini adalah kompleks
oedipoes, berarti cinta dari anak perempuan kepada ayahnya begitupun
sebaliknya. Disamping itu ada perasaan benci, iri, dan bermusuhan.
4. Fase Laten (6-12 Tahun)
Pada fase ini anak cenderung mempunyai orientasi sosial keluar rumah,
disini anak sangat senang untuk bermain. Pada fase ini terjadi perkembangan
intelektual dan sosial, anak mempunyai banyak teman dan membentuk
kelompok. Impuls agresifitas lebih terkontrol. Perkembangan psikoseksual
cenderung memasuki masa tenang.
5. Fase Genital (13-18 Tahun)
Fase genital adalah penghubung antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada
fase ini terdapat 3 tahapan yaitu :
a. Tahap Pra Puber, ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan
libido.
b. Tahap Puber, ditandai dengan pertumbuhan fisik
c. Tahap Adptasi, Remaja bersangkutan menyesuaikan diri terhadap
dorongan seksual dan pertumbuhan fisik yang tiba-tiba.
Perkembangan identitas merupakan hal penting yang terjadi pada remaja,
anak mulai berkelompok disini peran lingkungan sangat penting membantu
perkembangan identitas pada remaja sehingga pada akhir remaja diharapkan
peran seksual dapat dicapai.
12
II.3
Perilaku Seksual
13
tempel alat kelamin, yang dapat membangkitkan gairah seksual, tapi belum
sampai hubungan kelamin (Harmoko, 2007).
3. Hubungan kelamin/ seksual
Hubungan kelamin berati melakukan kegiatan senggama atau seksual.
Hubungan kelamin adalah hubungan yang dilakukan oleh dua orang yang
berbeda jenis kelamin, dengan memasukkan penis ke dalam vagina dan
masing-masing orang akan memperoleh kepuasan (Harmoko, 2007).
penyimpangan
perilaku
seksual.
Markum
(1997)
14
4. Pergaulan bebas
Sarwono (2000) mengatakan bahwa para remaja mempunyai banyak
kebebasan dalam bergaul dengan teman sebaya terutama pergaulan dengan
lawan jenis. Pegaulan yang semakin bebas tanpa adanya suatu pengendalian
pada diri remaja dapat menimbulkan perilaku seksual pranikah (Harmoko,
2007).
5. Pengaruh Media
Penyebaran informasi tentang masalah seksual melalui media cetak atau
elektronik yang menyuguhkan gambar porno, film porno, dan semua hal
yang berbau pornografi, dapat menyebabkan perilaku seksual pada remaja
semakin meningkat (Harmoko, 2007).
II.4
seorang anak, dan setiap Orang Tua pun pasti sudah memikirkan Pola Asuh apa yang
akan mereka berikan untuk mendidik dan membentuk kepribadian anak-anaknya. Hal
ini juga tergantung dari kepribadian orang tua.
Pola Asuh Orang Tua yang diterapkan kepada anak bersifat relatif konsisten dari
waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi positif dan
negatif. Berikut macam-macam Pola Asuh Orang Tua menurut Baumrind (1967):
15
II.5
karena itu, anak harus dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, sehat, bermoral dan berkepribadian yang baik berguna bagi masyarakat.
Untuk itu, perlu dipersiapkan sejak dini. Anak sangat sensitif terhadap sikap
lingkungannya dan orang-orang terdekatnya. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah
kepribadian yang baik pula.
Keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama
kalinya, dan untuk seterusnya anak banyak belajar di dalam kehidupan keluarga. Karena
itu peranan orang tua dianggap paling besar pengaruhnya terhadap terbentuknya
kepribadian pada diri anak. Sikap orang tua terutama tercermin pada pola asuhannya, di
mana mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian anak.
16
II.6
Penelitian Terkait
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri di
Kota Padang Tahun 2007
17
II.7
Kerangka Teori
Pengaruh
Orang Tua
(Pola Asuh)
Pengaruh Alat
Kontrasepsi
Pengaruh
Media
Faktor
Fisik
Pergaulan
Bebas
Perilaku Seksual
Bermesraan
Bercumbu
Hubungan
Kelamin
18
II.8
Kerangka Konsep
Pola Asuh Orang tua :
Bermesraan
II.9
Perilaku Seksual
Bercumbu
Hubungan
Kelamin
Hipotesis
Berdasarkan Tinjauan Pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis pada