Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi
penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anakanak di bawah umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi
yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan
masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic
2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol

beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia


dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di
negara itu.Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli
dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Garagara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30
sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia maupun partikel.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah keperawatan anak dan membantu mahasiswa dan
pembaca untuk memahami penyakit bronchopneumonia yang terjadi pada
anak dan menambah pengalaman mahasiswa keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia.

C. MANFAAT
1.

Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam
memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan

proses keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya


terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronchopneumonia.
2.

Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia
serta dalam melakukan pendokumentasian dan penyusunan makalah
bronchopneumonia.

BAB II
TINJAUAN MEDIS

A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi
meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paruparu yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Sylvia Anderson, 1994).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru
yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus dan jamur dan benda asing

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


1.

Anatomi sistem pernapasan terdiri atas :


a.

Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan
udara ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai
penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirupkan ke dalam paru-paru.

b.

Faring atau tenggorokan


Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga
mulut ke laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.

c.

Laring atau pangkal tenggorokan


Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak
suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago
krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.

d.

Trakea atau batang tenggorokan


Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
yang dari tulang-tulang rawan.

e.

Bronkus atau cabang tenggorokan


Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.

f.

Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paruparu kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan
paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.

2.

Fisiologi sistem pernapasan terdiri atas :


Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap
yaitu :
a.

Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua
gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi
dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan
rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan igaiga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan
ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran
otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik
paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks

dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk


dan muntah.
b.

Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses
pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2.

c.

Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi
gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak
output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.

C. ETIOLOGI
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan
oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1) Bakteri

Diplococus

Pneumonia,

Pneumococcus,

Stretococcus

Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander


(Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2) Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3) Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices

Dermatides,

Aspergillus

Sp,

Candinda

Albicans,

Mycoplasma

Pneumonia. Aspirasi benda asing.


4) Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a)

Faktor predisposisi
usia /umur
Genetik

b) Faktor pencetus
gizi buruk/kurang
berat badan lahir rendah (BBLR)
tidak mendapatkan ASI yang memadai
imunisasi yang tidak lengkap
polusi udara
kepadatan tempat tinggal

D. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia

merupakan

infeksi

sekunder

yang

biasanya

disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran


pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :

1) Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan.

Mediator-mediator

tersebut

mencakup

histamin

dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.


Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2) Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3) Stadium III/hepatisasi kelabu (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisasisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4) Stadium IV/resolusi (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi
yang

terjadi

adalah

kolaps

alveoli,

fibrosis,

emfisema

dan

atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas,


sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan
fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berfungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari

pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,


hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

E. MANIFESTASI KLINIK
1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
2) Demam (390 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi
3) Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk
4) Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare
6) Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya
serius.
8) Ventilasi

mungkin

berkurang

akibat

penimbunan

mokus

yang

menyebabkan atelektasis absorbsi.

F. KOMPLIKASI
1) Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.

2) Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam


rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4) Infeksi sistemik
5) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau
beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrat
2) Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai
40000 /mm3.Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila
pasien mengalami imunodefiensi.
3) Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok
untuk menanganinya.

H. PENATALAKSANAAN
1) Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,
gentamisin.

Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum


penderita, dan dugaan kuman penyebab:
a)

Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia,


Hemofilus influenza atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui
penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi : penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali
sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau
kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari atau kombinasi Eritromisin
50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama dengan
diatas).

b) Anak anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia: o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin
25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari o Eritromisin atau o
Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari. o Oksigen 1-2 L/menit.
c)

IVFD dekstrose 5 % NaCl 0,225% 350cc / 24 jam ASI/PASI 8 x 20cc


per sonde B. Non farmakologi 1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu
dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk
yang produktif jangan ditekan dengan antitusif 4. Bila terdapat obstruksi jalan
napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian
oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik
yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.

I.

PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak
dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap
berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan
bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi antara lain: 1. Vaksinasi Pneumokokus 2. Vaksinasi
H. Influenza 3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya
tahan tubuh rendah 4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum
anak sakit.

J.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn
ketidak efektifan batuk.
2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran oksigen.
4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.

K. RENCANA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn
ketidak efektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas,
kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara
nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi
dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk
spontan, AGD normal (Pa O2 80 100 dan CO2 35 45).

Intervensi
Lakukan Auskultasi Suara 2 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada
suara nafas.
Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih
maximal.
Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda
asing dari saluran nafas dengan baik dan benar.\

Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam


R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan
akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian
bawah.
Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan
nafas.
Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan
tambahan oksigen yang diberikan.
Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer
hati. Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang
menempel pada dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk
efektif klien.
Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan
penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan
mempermudah klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2
dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.

2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus


Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan
kriteria suhu tubuh normal 365 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi
normal 120 140 X/menit (bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal
30-60 X/ment (bayi) 30-40X/menit (anak).

Intervensi :
Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.
Berikan kompres hangat
R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu
kontak langsung dengan obyek.
Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter
R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


pemasukan dan pengeluaran oksigen
Tujuan :
kriteria

klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan

mampu

melaksanakan

mempertahankan gerak.

aktifitas

ringan

dan

mampu

Intervensi
Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan
energi.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara
bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress
R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada
klien
Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu mobilisasi secara bertahap
Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat
R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
Tujuan :

volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output

dengan kriteria kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit


baik dan membran mukosa lembab, tidak demam.

Intervensi :
Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral
R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status
cairan tubuh.

Libatkan orang tua dalam menemukan cara untuk memenuhi


kebutuhan cairan.
Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran
cairan.
Berikan cairan infus sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/ mencegah timbulnya demam

5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya


informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan :

Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses

penyakit, penyebab dan penyegahan penyakit dengan kriteria keluarga


menunjukkan pemahaman menganai instruksi evaluasi dan mengatakan
rencana keperawatan untuk istirahat cairan diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat
R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan
Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan
tambahan
R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan

R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan


Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
R/ Keluarga dapat melakukannya.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
R/ menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan membantu
peran aktif keluarga.
Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan
tujuan serta efek sampingnya pada keluarga.
R/ Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien.

BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN/ASKEP
1.1 PENGKAJIAN
a)

Identitas.

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia


berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada
paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b)

Riwayat Keperawatan.

i.

Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah
dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan
muntah.
ii.

Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas


selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
iii.

Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.


iv.

Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

c)

Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan
dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
d)

Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e)

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

f)

Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).


6.

Pemeriksaan persistem.

a.Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction
rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang
tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.Sistem pencernaan.

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang
tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang
tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai
berat).
e.Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anakanak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

Efficacy of Chest Physiotherapy and Intermittent


Positive-Pressure Breathing in the Resolution of
Pneumonia

Anda mungkin juga menyukai