Anda di halaman 1dari 28

JUDUL :

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Perawat Instalasi


Gawat Darurat (IGD) RSUD Tgk. Chik Ditiro Kabupaten Pidie
A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) merupakan unit yang sangat penting dan
paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit pertama yang menangani pasien
dalam keadaan darurat, IGD dituntut memberikan pelayanan ekstra
dibandingkan unit-unit lainnya baik dalam hal ketersediaan tenaga medis
maupun ketersediaan peralatan dan obat-obatan (Sub Bagian Data dan
Program RSUD Kabupaten Pidie, 2013).
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan
pelayanan segera, yaitu cepat tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan. Pelayanan penderita gawat darurat di gedung IGD yang berlantai
dua ini memberikan pelayanan selama 24 jam, dengan tenaga ahli darurat
yang profesional dan terlatih baik, dilengkapi dengan peralatan yang modern
dan canggih (Sub Bagian Data dan Program RSUD Kabupaten Pidie, 2013).
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas
diperlukan

adanya

tenaga

keperawatan

yang

profesional,

memiliki

kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan


standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral (Adrianus, 2011).
Akhir-akhir ini timbul perhatian terhadap ketidakpuasan kerja dan
menurunnya kualitas kerja. Sebagai respon terhadap hal itu, para ahli
psikologi terapan melakukan pencarian atas penyebab hal tersebut dan
melakukan penataan kembali (job redesign) serta melakukan pengkayaan
tugas (job enrichment) sehingga memberi arti lebih bagi individu dan
kepuasan kerja yang lebih baik bagi karyawan. Hal itu akan menghasilkan
dampak positif bagi organisasi dan menurunnya ketidakhadiran, serta
meningkatkan motivasi kerja yang akan berdampak pada produktivitas dan
kualitas kerja (Soeroso, 2003).
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekat tertentu (Suarli & Bahtiar , 2010).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap perawat pelaksana


shift sore dan malam di ruang Instalasi Gawat Darurat didapatkan ada
beberapa diantaranya yang tidak sigap dalam melaksanakan tugas, ditandai
dengan adanya perawat yang duduk dan bermalas-malasan dan ada juga yang
duduk didalam kamar dokter sambil ngobrol-ngobrol dan menonton TV serta
ada juga yang duduk diluar ruangan. Sebagian besar dari petugas yang bekerja
di ruang Instalasi Gawat Darurat sudah memilki motivasi kerja yang baik,
akan tetapi masih ada juga sebagian diantaranya yang memiliki motivasi kerja
yang kurang.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Pidie.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat
di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie
Tahun 2013.
C. Manfaat Penelitian
1. Merupakan pengalaman bagi peneliti untuk mengembangkan diri dimasa
akan datang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
perawat Instalasi Gawat Darurat.
2. Sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit untuk meningkatkan
kinerja paramedis pada umumnya dan petugas kesehatan di instalasi gawat
darurat khususnya.

Daftar Pustaka
Adrianus, Y.PA, 2011, Motivasi Kerja Dan Pengembangan Karier Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Jhohannes Kupang, Semarang.
Agustina,2012, Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi
Perawat Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian Keperawatan Di Ruang
Penyakit Dalam Pria Dan Wanita RSUD Kab. Pidie. KTI Akper Jabal
Ghafur Sigli.
Azwar, A, 2004, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi 3, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Gaffar, J, L, 2000, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.
Hasibuan, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Ilyas, 2003, Manajemen Rumah Sakit, Edisi 3, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Nursalam, M , 2008, Manajemen Keperawatan ; Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta.

JUDUL :
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
PASIEN PADA RUANG RAWAT INAP KELAS I DAN RPDW DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH TGK. CHIK DITIRO SIGLI TAHUN 2015
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak
hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap
mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat di
antaranya tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah
dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996 dalam Ridha, 2008).
Di era globalisasi ini, yang menjadi indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah kepuasan pasien. Kepuasan didefinisikan
sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu produk yang dipilih dapat
memenuhi atau melebihi harapan konsumen, sehingga mempengaruhi proses
pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Produk
bias dibedakan menjadi tiga macam yaitu barang tidak tidak tahan lama,
barang tahan lama dan jasa. Adapun yang menjadi produk rumah sakit adalah
jasa pelayanan kesehatan (Fandy Tjiptono, 2008).
Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subyektif, sulit diukur,
dapat berubah-ubah, serta terdapat banyak sekali faktor yang berpengaruh
sebanyak dimensi di dalam kehidupan manusia. Subyektivitas tersebut bias
berkurang dan bahkan bisa menjadi obyektif bila cukup banyak pendapat
yang sama terhadap sesuatu hal. Oleh karena itu, untuk mengkaji kepuasan
pasien dipergunakan suatu instrumen penelitian yang cukup valid disertai
dengan metode penelitian yang baik.
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang unik dan kompleks,
oleh karena terdapat suatu usaha atau proses di bidang jasa, khususnya jasa
medik dalam bentuk layanan kesehatan kepada penderita berupa rawat inap,

rawat jalan, maupun penunjang medik. Selain itu, rumah sakit merupakan
organisasi padat karya yang di dalamnya terdapat berbagai disiplin ilmu yang
berbeda-beda serta berhadapan langsung dengan orang-orang dengan emosi
labil dan ketegangan emosional sementara mencari pertolongan. Olehnya itu
pelayanan rumah sakit jauh lebih kompleks daripada tempat-tempat layanan
lainnya.
Berdasarkan masalah diatas maka peneliti berkeinginan meneliti
tentang kepuasan pasien dengan judul Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepuasan Pasien Pada Ruang Rawat Inap Kelas I dan
RPDW di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli Tahun
2014.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Pasien pada Ruang Rawat Inap Kelas I dan RPDW di BLUD Rumah Sakit
Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli.
C. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan penulis tentang tingka kepuasan pasien terhadap
pelayanan rumah sakit.
2. Menambah wawasan penuli terhadap standar pelayanan rumah sakit.
3. Sebagai masukan bagi RSUD Tgk. Chik Ditiro untuk meningkatkan
standar pelayanan rumah sakit.

Daftar Pustaka
Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Irawan, Handi. 2002. Service 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Moenir, Drs, H, A, S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Sinambella, Lijan P dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi
Aksara.

JUDUL :
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DI PUSKESMAS KECAMATAN
BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2015
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan masyarakat dan pembangunan
bidang kesehatan. Di Indonesia, kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh perawat yang profesional dan berkompeten (Priharjo,
2008).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas
menjalankan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya. Kementerian
Kesehatan Indonesia menegaskan ada 12 aspek peran perawat puskesmas
dan enam diantaranya merupakan peran wajib yang dijalankan perawat
puskesmas termasuk pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus,
pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai
panutan (Depkes, 2004).
Puskesmas di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
memegang peranan penting dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
melihat bahwa mata pencaharian di kecamatan tersebut lebih banyak dari
aspek pertanian dan masyarakat lebih berfokus pada sistem mata
pencaharian hidup saja dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
masalah kesehatan yang dihadapi. Melihat fenomena ini perlu keterlibatan
perawat kesehatan masyarakat yang bertugas di Puskesmas dalam
pelaksanaan peran dan fungsi perawat sebagai petugas kesehatan di
puskesmas yang dapat mengoptimalkan peran dan fungsi dalam
pemberian layanan asuhan keperawatan sebagai penemu kasus, pendidik
kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai panutan.

Belum optimalnya peran perawat pada puskesmas merupakan


gambaran umum dari pelayanan publik. Bahkan perawat dalam
menjalankan tugas seringkali berperan ganda, dimana perawat harus
mengerjakan tugas tenaga kesehatan lain yang sebenarnya bukan dalam
konteks peran dan fungsinya hal ini disebabkan karena keterbatasan
sumber daya tenaga kesehatan sehingga menuntut perawat agar tetap
memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarat, pada akhirnya
peran dan fungsi perawat yang utama tidak dapat dijalankan dengan baik.
Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui
bagaimana sesungguhnya Peran dan Fungsi Perawat di Puskesmas
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
Peran dan Fungsi Perawat secara umum di Puskesmas Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
C. Manfaat Penelitian
1.

Menambah wawasan peneliti tentang peranan dan fungsi perawat


pada umumnya dan khususnya perawat di Puskesmas Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

2.

Dapat

menjadi

masukan

bagi

pihak-pihak

menyelenggarakan pelayanan kesehatan publik.

terkait

dalam

Daftar Pustaka

Alport, 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Entjang, 2011. Ilmu Metodelogi Keperawatan. Jakarta; EGC.
Fauziah, 2012. Peran Dan Fungsi Perawat. Bandung; Alfabeta.
Wardani, 2012. Ilmu Keperawatan. Jakarta
Mubarrak, 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung; Alfabeta.
Mulyasa, 2010. Asuhan keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC
Notoatmodjo, 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Rineka
Cipta.

JUDUL :
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PASIEN FRAKTUR BEROBAT KE PENGOBATAN TRADISIONAL
(DUKUN PATAH) DI
A. Latar Belakang
Fraktur dan pengobatan tradisional memiliki hubungan yang erat
dimana masyarakat Indonesia masih banyak yang percaya kepada pengobatan
tradisional ketimbang pengobatan medis.Seringkali masyarakat masih
mempercayakan pengobatan tradisional ahli tulang, meskipun fraktur yang
dialaminya bukan fraktur yang bersifat ringan atau sederhana, seperti fraktur
yang mengalami perubahan bentuk atau fraktur terbuka (Chairuddin R.2003).
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan
cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat (akhmadi, 2009 )
Penggunaan tempat pengobatan tradisional masih menjadi pilihan
seseorang yang mengalami patah tulang untuk mengobati sakitnya. Data dari
profil kesehatan Indonesia pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pengobatan
tradisional rata-rata masih 6,23% menjadi pilihan masyarakat pada waktu
mereka sakit, yaitu 6,09% merupakan masyarakat perkotaan dan 6,37%
adalah masyarakat pedesaan.
Menurut Green (2009) , faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan atau pengobatan adalah pengetahuan, Pendidikan, budaya, sikap,
dan ekonomi sedangkan menurut Notosiswoyo (2009) yaitu sosial, ekonomi,
budaya, psikologis dan kemudahan.
Berdasarkan

uraian

masalah

seperti

yang

telah

disebutkan,

memunculkan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai


Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku pasien
Fraktur Berobat Ke Pengobatan Tradisional (Dukun Patah) Di

B. Tujuan penelitian
Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pasien fraktur berobat ke pengobatan tradisional (dukun patah).
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pasien fraktur berobat ke pengobatan tradisional.
2. Bagi lembaga kesehatan; sebagai masukan untuk dapat meningkatkan
pelayanan.
3. Bagi masyarakat ; sebagai media informasi mengenai pentingnya
penanganan yang benar pada patah tulang dan akibat yang dapat
ditimbulkan dan keterlambatan penanganan patah tulang.

JUDUL :
GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA DALAM MENSTIMULASI
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK USIA PRA SEKOLAH DI
GAMPONG SAGOE KECAMATAN BANDAR BARU KABUPATEN
PIDIE JAYA TAHUN 2015
A.

Latar Belakang
Istilah tumbuh kembang dalam kehidupan manusia pada dasarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam skala besar besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Didalamnya mencakup perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Hidayat, A.
Aziz, 2008).
Pertumbuhan adalah proses bertambah sempurnanya fungsi dari alat
tubuh. Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, kita akan
mengetahui tumbuh kembang anak normal, dapat berkomunikasi secara efektif
sesuai dengan fase tumbuh kembang anak serta bagian bahan dasar dalam
mengkaji tingkat kesehatan anak (Sugeng dan Weni, 2010).
Dengan demikian, memenuhi kebutuhan dasar anak merupakan
kewajiban orangtua dalam menunjang perkembangan anak. Kebutuhan dasar
anak yang meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan emosi dan kebutuhan akan
stimulasi mental, merupakan media bagi orangtua dan anak untuk melakukan
interaksi (Soetjiningsih dalam Sujono Riyadi, 2009).
Stimulasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari

pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.


(Soetjiningsih dalam Hidayat, A. Aziz, 2009).
Dari paparan diatas, kita mengetahui bahwa tantangan untuk
mempersiapkan generasi penerus yang sehat jiwa dan raganya sangat berat.
Banyaknya jumlah anak yang dihadapkan pada berbagai persoalan sosial akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan psikologisnya. Bahkan,
berbagai fenomena permasalahan anak (mis. kenakalan remaja) dalam
lingkungan masyarakat merupakan dampak dari gagalnya orangtua membina
dan menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak dari sisi psikologis.
Sehingga anak tidak mampu mengembangkan potensi positif dalam
lingkungannya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
serangkaian penelitian yang berkaitan dengan Gambaran Perilaku Orangtua
Dalam menstimulasi Perkembangan Psikologis Anak Usia Pra Sekolah di
Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2015.
B.

Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.

C.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.

Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang gambaran perilaku
orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah.

2.

Dinas Kesehatan Pidie Jaya


Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan bagi
kesejahteraan anak, khususnya peningkatan kesadaran dan perilaku
masyarakat dalam menstimulasi perkembangan anak.

3.

Responden
Sebagai bahan masukan dan wawasan dalam usaha mengubah pola pikir
terhadap pentingnya menjaga perkembangan anak.

4.

Peneliti lainnya
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk
penelitian lanjutan sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak usia
prasekolah.

Daftar Pustaka
Dede Rahmat Hidayat, 2009. Ilmu Perilaku Manusia. Trans Info Media , Jakarta.
Depsos RI, 2009, Program Kesejahteraan Sosial Anak. Direktorat Kesejahteraan
Sosial Anak. Jakarta
Hidayat, A. Aziz, 2009, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.
Hurlock, 2005. Perkembangan Anak, Alih Bahasa Oleh dr. Med. Meitasari
Tjandrassa. Erlangga, Jakarta.
Sujono Riyadi, Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Wong, D.L. 2000. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Diterjemahkan oleh
Monica Ester. EGC, Jakarta.

JUDUL :
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN
BPJS DI RSUD TGK. CHIK DITIRO SIGLI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2015

A. Latar Belakang
Di sadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik di Aceh
masih di hadapkan pada sistem pemerintah yang belum efektif dan efesien
serta kualitas sumber daya aparatur belum memadai. Hal ini terlihat dari
masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat Aceh baik secara
langsung maupun melalui media massa seperti prosedur yang berbelit, tidak
adanya jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan
yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang responsive, kurang ramah,
kurang disiplin, dan lain-lain, sehingga menimbulkan citra yang kurang baik
terhadap citra pemerintah, (Qanun Aceh tentang Pelayanan Publik No 8 tahun
2008).
Pelayanan

publik

adalah

segala

kegiatan

pelayanan

yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan


kebutuhan penerima pelayanan sesuai dengan ketentuan

perundang-

undangan (Qanun Aceh tentang Pelayanan Publik pasal 1 tahun 2008). Salah
satu adalah layanan publik adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
sekarang Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS).
Berdasarkan sosialisasi dan Monitoring dalam pelaksanaan BPJS tidak
semuanya berjalan lancar ada beberapa permasalahan yang terjadi, seperti
distribusi fasilitas kesehatan (faskes) dan tenaga kesehatan (Nakes) yang tidak
merata, kondisi geografis yang sulit d jangkau oleh petugas kesehatan, dan
ada beberapa permasalahan lain yang timbul seperti pada Badan Pengelola
Jaminan Kesehatan Aceh (BPJK), karena belum semua staf
Kesehatan memahami

PT BPJS

pedoman pelaksana, sosialisasi kurang, kesiapan

petugas di lapangan, pada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) belum

memiliki pemahaman yang cukup terhadap Pedoman Pelaksanaan (ManLak),


system bridging, intergrasi dengan jamkesmas, renumerasi, kesiapan medis
dan paramedis dan petugas lain (kenaikan pas signifikan), belum optimal
system rujukan, kesiapan petugas dan permasalah yang terjadi di masyarakat
sosialisasi belum optimal dan beberapa masyarakat menggunakan JKN) dan
permasalahan yang timbul di Dinas Kesehatan seperti sosilisasi belum
optimal, (Sosialisasi dan Monitoring, 2014).
Tanggapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan merupakan
suatu respon, persepsi terhadap apa yang dirasakan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan oleh petugaas kesehatan. Pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh ketidaksediaan fasilitas pelayanan dan sikap petugas
kesehatan serta ketidaksediaan obt-obat, (http://www.depkes.com.id, 2005).
Hasil survey awal terhadap 15 masyarakat penguna pelayanan
Puskesmas Jangka Buya didapatkan 9 orang (60 %) mengatakan layanan
BPJS semakin berbelit sementara 6 orang (40 %) mengatakan sama seperti
layanan JKN sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang persepsi dan sikap masyarakat terhadap pelayanan BPJS di
RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2015.
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui persepsi dan sikap masyarakata terhadap pelayanan BPJS di
RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2015.
C. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang persepsi masyarakat
terhadap pelayanan BPJS secara keseluruhan.
2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak terkait untuk dapat meningkatkan
pelayanan BPJS.

Daftar Pustaka
Azwar, S, 2003. Sikap Manusia, Yogjakarta: Pustaka Pelajar Offset
Adli, A, 2006. Persepsi, Yogyakarta: Tesis FKM UGM.
Dinkes NAD, 2010. Pedoman Pelaksanaan badan penyelenggaraan jaminan
sosial. Banda Aceh
Efendi, N, 2008 Fungsi Pembiayaan Kesehatan (internet) tersedia dalam
http//indexphp.com.
Suparyanto, 2011. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan. (internet) tersedia dalam
http//blogspot.com
Purwaningsari,
R.T, 2009.
http//jamkemas.Com

Jamkesmas.

(internet)

tersedia

dalam

Putra, K, 2008. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin. (internet) tersedia


dalam http//pelayanankesehatanmasyarakatmiskin.html

JUDUL :
GAMBARAN PEMENUHAN HAK-HAK PERAWAT DAN MUTU
PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG INAP BEDAH DAN KELAS I
RUMAH SAKIT UMUN KABUPATEN PIDIE TAHUN 2015
A. Latar Belakang Masalah
Keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan
bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program
pengendalian mutu di rumah sakit (Aditama, 2004)
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,
sosial, spritual dan kultural yang pengobatan diberikan kepada klien karna
ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun pontesial.
Oleh karena itu, kepada tenaga keperawatan perlu diberikan balas jasa
yang cukup serta perlindungan dan kesejahteraan agar tenaga kesehatan
termotivasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
secara bermutu. Sehingga dampak positif yang diperoleh perawat adalah
terpenuhinya kebutuhan dasarnya seperti peningkatan kesejahteraan, tunjangan
yang cukup, mencegah dari ancaman penyakit, hubungan baik antar staf
diruangan, adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan serta kesempatan
untuk berprestasi (Azwar, 1996)
Belum terpenuhinya hak-hak perawat selama ini merupakan salah satu
faktor yang mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Hak-hak itu
antara lain penghargaan, kesempatan pendidikan, kurangnya insentif yang
diterima perawat. Selain itu pengembangan karir juga dapat menjadi masalah,
karena perasaan karir yang mentok tentu akan mempengaruhi motivasi dan
mutu kerja seseorang. Perawat di rumah sakit tidak hanya memberikan
pelayanan kepada pasien, tetapi mereka juga tentunya mengharapkan

mendapatkan pelayanan dari pihak manajemen rumah sakit agar apa yang
menjadi haknya dapat diterima dengan baik (Aditama, 2004)
Latar belakang tersebut di atas menjadi alasan penulis untuk mengadakan
penelitian yang berhubungan dengan Gambaran Pemenuhan Hak-Hak Perawat
Dengan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Ruang Inap Bedah Dan Kelas I Rumah
Sakit Umun Kabupaten Pidie.
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan indetifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah pada peneliti yaitu Gambaran Pemenuhan Hak-Hak Perawat Dengan
Mutu Pelayanan Kesehatan Di Ruang Inap Bedah Dan Kelas I Rumah Sakit
Umun Kabupaten Pidie?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan hakhak perawat dengan mutu pelayanan kesehatan diruang Rawat Inap bedah dan
Kelas I Rumah Sakit Umum Kabupaten Pidie Tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan kajian pengembangan ilmu pengetahuan untuk tentang
pemenuhan hak-hak perawat dalam memberikan pelayanan terhadap mutu
pelayanan yang di berikan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan informasi kepada petugas dalam menambah kepercayaaan jati
diri perawat terhadap hak-hak yang harus di peroleh dalam memberikan
pelayanan.

Daftar Pustaka
Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Ali, Zaidin, (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Penerbit Widya
Medika : Jakarta.
Hasibuan, M.S.P (2001). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi
Kedua, PT Gunung Agung, Jakarta

JUDUL :
HUBUNGAN METODE PENGAWASAN DENGAN DISIPLIN KERJA
PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TGK. CHIK DITIRO SIGLI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2015
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem
pelayanan kesehatan, merupakan kegiatan yang padat modal dan padat karya.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi dengan sistem terbuka, selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dalam mencapai suatu keseimbangan yang
dinamis dan menghasilkan suatu keluaran akhir berupa produk jasa (Ilyas,
2001).
Untuk mendapatkan suatu hasil produk yang baik dan bermutu tinggi
maka diperlukan pengawasan dan disiplin kerja yang baik. Pengawasan kerja
merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pekerjaan baik dalam
perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Sebab dengan adanya pengawasan
kerja yang baik maka sesuatu pekerjaan akan dapat berjalan lancar dan dapat
menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal. Semakin lancarnya kerja dan
disertai pengawasan yang baik akan dapat mengakibatkan suatu pekerjaan yang
dapat menghasilkan suatu hasil produksi yang baik serta mengalami kemajuan.
Dengan pengawasan kerja yang baik akan mendorong karyawan lebih giat
dalam bekerja dan menghasilkan kerja yang tinggi (Siagian, 2005).
Demikian juga halnya dengan kedisiplinan yang menjadi tolak ukur
terhadap produktivitas kerja. Disiplin kerja di definisikan sebagi suatu
pelatihan atau pembentukan pikiran atau karakter untuk memperoleh perilaku
yang diinginkan dalam bekerja. Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam
melaksanakan aturan-aturan

yang diwujudkan dalam disiplin kerja yang

tinggi atau pekerjaan, sehingga waktu yang telah ditetapkan menghasilkan


barang produksi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan ( Marquis &
Huston, 2003).

Berdasarkan pengamatan awal penulis, masalah yang timbul dari


tenaga perawat di RSUD Tgk. Chik Ditiro adalah terlihat adanya sebagian
perawat yang sering masuk kerja tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh institusi sehingga pekerjaan yang seharusnya dapat
diselesaikan dengan segera tidak terselesaikan dengan baik yang tentu saja
akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan yang diberikan sehingga
pasien sering mengeluh

tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan

kepadanya.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan pengawasan dengan disiplin
kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2015.
B. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara pengawasan dengan disiplin kerja
perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2015.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat diharapkan nantinya dapat bermanfaat pada :
1. Peneliti
Sebagai kajian ilmiah untuk mengetahui hubungan pengawasan dengan
disiplin kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Tgk. Chik
Ditiro Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2015.
b.

Perawat pelaksana
Mendapatkan informasi tambahan dalam hal pengawasan sehingga dapat
meningkatkan disiplin kerja dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

c.

RSUD Tgk. Chik Ditiro


Agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja
perawat pelaksana di RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie dengan
pendekatan tehnik pengawasan pada disiplin kerja perawat pelaksana.

Daftar Pustaka

Adi Koesoemo, (1997). Manajemen Rumah Sakit, Cetakan


Ketiga, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Ali, Zaidin, (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.
Penerbit Widya
Medika : Jakarta.
Azwar. A, (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan,
Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.

Edisi

Chandra. B, (1995). Pengantar Statistik Kesehatan, Cetakan


I, EGC, Jakarta
Darminto Prijo Sugem, (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses,
Prodia Paramita, Jakarta.
Gaffar. J. L, (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. EGC
: Jakarta.
Hasibuan, M.S.P (2001). Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah, Edisi Kedua, PT Gunung Agung, Jakarta

JUDUL :
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT
TRADISIONAL DALAM MENGATASI HIPERTENSI DI
A. Latar Belakang
Dewasa ini tekanan darah tinggi begitu terdengar umum sehingga
kebanyakan orang sekurang-kurang pernah mendengarnya, dan terlalu banyak
orang lain yang menderitanya, namun yang justru menjadi masalah
memperhatikan adalah banyaknya orang yang tidak tahu kalau dirinya
menderita tekanan darah tinggi, kapan kita tergolong sebagai penderita tekanan
darah tinggi, apa penyebabnya bahaya apa yang ditimbulkannya jika tidak
terkontrol dan bagaimana pula mengatasinya (Tara, 2004).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Hipertensi populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Berawal dari kebutuhan persediaan obat yang sangat mendesak pada
zaman penduduk Jepang, kalangan medis mulai melakukan banyak penelitian
dan uji klinis terhadap banyak tanaman obat, terutama tanaman obat asli
indonesia.Saat ini dengan perkembangan yang sangat pesat dari penelitianpenelitian tanaman obat,kalangan medis banyak yang menganjurkan untuk
menggunakan pengobatan dangan ramuan tradisional. Tidak jarang, para dokter
mengkombinasikan

pengobatan

moderen

dangan

pengobatan

yang

menggunakan ramuan tradisional(Teguh, 2008).


Pengobatan cara tradisional adalah tanaman dengan kandungan obat
alamiah sebagai bahan bakunya. Metode ini sangat erat kaitannya dengan
tradisi nenek moyang manusia pada zaman dahulu,ketika proses pengobatan
masih dilakukan secara primitif dengan menggunakan berbagai jenis tanaman
yang diyakini mempunyai khasiat obat karna itu disebut dengan ramuan
tradisionalatau abad tradisional(Teguh, 2008).
Perkembangan penggunaan ramuan tradisional lebih dipercepat lagi
dengan publikasi-publikasi yang dilakukan oleh media massa, baik radio,

televisi, maupun madia cetak. Beberapa koran terkemuka sudah memiliki


rubrik khusus untuk ramuan tradisional. Buku-buku ramuan tradisional yang
ditulis oleh beberapa dokter yang mempunyai banyak pengalaman dengan
ramuan tradisional telah banyak ditemukan di toko-toko buku besar (Teguh
2008).
Berdasarkan phenomena di atas, maka pnulis tertarik untuk meneliti
Gambaran Pengetahuan Masyaraakat tentang Obat Tradisional dalam
Mengatasi Hipertensi di .
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Tradisional
dalam Mengatasi Hipertensi di Gampong Bungie Kecamatan Simpang Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2012.
C. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih penulis dalam
mengembangkan pengetahuan berfikir secara objektif dan menjadi bahan
penelitian selanjutnya.
2. Masyarakat
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya
pengobatan hipertensi.
3. Profesi Kesehatan
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya menjadi bahan masukan ilmu
pengetahuan dalam pengobatan hipertensi.

Daftar Pustaka
Dalimartha Setiawan, 2008. 36 Resep Tumbuhan
Menurunkan Kolesterol. Penebar Swadaya, Jakarta.

Obat

untuk

Depkes RI, 2009. Pedoman Pelaksanaan Rumah Sehat. PPM-PL, Jakarta.


Karyadi, 2009. Konsep Dasar Penyakit . Penebar swadaya, Jakarta.
Kusuma Wijaya, 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah
Tinggi. PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Sekavindah, Titi, 2006. Terapi Jus Buah Dan Sayur. Puspa suara, Jakarta.
Teguh, Moehammad, 2008.
Ramuan Tradisional untuk Berbagai
Macam Penyakit. PT Peneber Swadaya, Jakarta.

Zamhir, 2006. Penyakit Hipertensi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai