Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN MUTU

PENTINGNYA PENERAPAN BUDAYA KERJA 5R/5S


DALAM INDUSTRI PANGAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Imas Nitisari
Inawati Jati
Intan Arum
Iriana A
Ismira W
Jeha Easton
Junjung A

(H3113051)
(H3113052)
(H3113053)
(H3113054)
(H3113055)
(H3113056)
(H3113057)

8. Linda Cahya
(H3113058)
9. Lintang Sawitri (H3113059)
10. Miftachul Ikhsan(H3113061)
11. Moh. Luthfi
(H3113062)
12. Muh. Reza F
(H3113064)
13. Muh. Afif
(H3113065)
14. Nadia Nur
(H3113066)

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat RahmatNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Manajemen Mutu. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengantar Manajemen Mutu yang telah
membimbing pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Kami sadari bahwa apa yang ditulis dalam makalah ini masih jauh dari apa
yang diharapkan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam
rangka perbaikan atau penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikian penyusunan tugas ini, semoga bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 15 Juni 2015

Penyusun,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1. Latar Belakang ...........................................................................................1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................2
3. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
BAB III PENUTUP........................................................................................ ..16
1. Kesimpulan.................................................................................................16
2. Saran........................................................................................................... 17
.. 18

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan jaman semakin maju dan perkembangan teknologi yang
semakin canggih menghasilkan berbagai inovasi dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk bidang industri. Kemajuan ini memberikan banyak
manfaat bila dapat dinikmati oleh banyak pihak. Perubahan dunia industri
semakin cepat, semakin banyak pula tuntutan kerja yang diinginkan
perusahaan. Untuk mendukung pekerjaan agar dapat dilakukan lebih mudah
dan lebih nyaman, salah satu yang harus dibangun adalah budaya kerja.
Budaya kerja di perusahaan perlu diciptakan dan dibutuhkan untuk
perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang dalam menghadapi
tantangan di dunia industri.
Pembangunan industri di Indonesia umumnya masih merujuk pada sarana
fisik dan perangkat keras semata. Sedangkan pembangnan non-fisik seperti
budaya industri dan kemampuan tenaga kerja masih kurang diperhatikan. Salah
satu konsep dalam budaya industri adalah budaya 5R. Konsep ini sederhana
mudah dipahami dan merupakan langkah awal penyebarluasan budaya industri.
5R merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan tempat
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka
kemudahan bekerja dapat diciptakan dan tentunya sasaran pokok industri yang
berupa efisiensi kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja dan keselamatan kerja
sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi konsumen.
Pemenuhan keempat sasaran pokok ini merupakan syarat bagi industri dalam
bertumbuh kembang secara wajar. Manfaatnya jelas, bukan saja bagi
perusahaan, namun juga bagi karyawan.
Namun dalam pelaksanaanya tidaklah semudah seperti yang dibayangkan,
diperlukanya kesadaran penuh dari pengusaha, top manajemen, para manager,
supervisor untuk bergerak memulai membina dan mengarahkan para karyawan
dengan mengubah sudut pandang dan pola pikir karyawan akan pentingnya 5R.
Meskipun tingkat pendidikan dan latar belakang karyawan tidak terlalu tinggi,
namun satu keyakinan bahwa mereka telah dibekali akal budi oleh Yang Maha

Kuasa untuk melakukan penyesuaian diri

terhadap dunia mereka. Yang

tepenting adalah dikembangkan prakarsa dari pimpinan untuk memulainya.


2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan budaya kerja?
2. Apa tujuan dan manfaat dari budaya kerja ?
3. Apa yang dimaksud dengan 5R/5S ?
4. Apa langkah-langkah penerapan 5R/5S ?
5. Apa manfaat penerapan 5R/5S ?
6. Bagaimana cara mempertahankan 5R/5S ?
7. Apa saja hambatan dalam penerapan 5R/5S ?
8. Solusi masalah yang dihadapi dalam penerapan 5R/5S ?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah Pentingnya Penerapan Budaya Kerja 5R/5S dalam
Industri Pangan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami budaya kerja.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat
budaya kerja.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami 5R/5S.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah
penerapan 5R/5S.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manfaat penerapan
5R/5S.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara mempertahankan
5R/5S.
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hambatan dalam
penerapan 5R/5S.
8. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami solusi masalah yang
dihadapi saat menerapkan 5R/5S.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BUDAYA KERJA

Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup


sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang
dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi
perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai
kerja.
B. TUJUAN DAN MANFAAT BUDAYA KERJA
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Sedangkan manfaat dari
penerapan budaya kerja yang baik yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan jiwa gotong royong
2. Meningkatkan kebersamaan
3. Saling terbuka satu sama lain
4. Meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. Meningkatkan rasa kekeluargaan
6. Membangun komunikasi yang lebih baik
7. Meningkatkan produktivitas kerja
8. Tanggap dengan perkembangan dunia luar
C. PENGERTIAN 5R / 5S
5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara
intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha
memelihara ketertiban, efisiensi dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh. 5S merupakan konsep
yang sangat sederhana sehingga dapat mudah dimengerti dan penerapannya
oleh siapa saja. Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan
di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C. 5S merupakan singkatan kepada
perkataan Jepun yaitu :

Budaya 5R (5S) merupakan investasi awal bagi sebuah perusahaan untuk


menuju kesuksesan berkelanjutan. 5S adalah pemanfaatan tempat kerja yang
mencakup peralatan, dokumen, bangunan dan ruangan untuk melatih kebiasaan
para pekerja dalam usaha meningkatkan disiplin kerja.
Penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) bisa juga dikatakan
sebagai

penerapan

Housekeeping

dimana

housekeeping

merupakan

prasarana penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan kecelakaan


kerja. Housekeeping tentu tidak hanya menyangkut kebersihan. Namun, juga
termasuk menjaga tempat kerja agar selalu rapi dan teratur, memelihara lantai
dan ruangan agar bebas dari bahaya tergelincir serta memindahkan material
berbahaya, kertas, dan bahan-bahan yang memiliki potensi bahaya kebakaran
dari tempat kerja.
Housekeeping yang efektif dapat mengeliminasi beberapa bahaya di
tempat kerja dan membantu penyelesaian pekerjaan secara aman dan baik.
Housekeeping yang buruk secara frekuensi berkontribusi pada kecelakaan
dengan menimbulkan bahaya terselubung yang dapat menyebabkan injury atau
cedera (CCOHS, 2008).
Tujuan housekeeping menurut Industrial Accident Prevention Association
(2008), housekeeping yang baik memiliki keuntungan antara lain:
1. Eliminasi kekacauan yang adalah penyebab utama kecelakaan seperti
terpeleset, terjatuh, terantuk serta ledakan dan kebakaran.Mereduksi

kemungkinan bahan-bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh (misalnya:


debu, asap).
2. Meningkatkan produktivitas sebab peralatan dan material yang dibutuhkan
akan mudah ditemukan.
3. Membantu meningkatkan citra perusahaan sebab housekeeping yang baik
merupakan refleksi cara menjalankan perusahaan. Tempat kerja yang teratur
dapat menimbulkan kesan yang positif pada semua orang yang
memasukinya baik pekerja, customer, pengunjung dan lainnya.
4. Membantu perusahaan meminimalisir biaya inventaris sebab housekeeping
yang baik membantu menjaga jumlah inventaris yang akurat.
5. Membantu perusahaan memanfaatkan tempat dan ruangan secara optimal.
6. Membuat

tempat

kerja

rapi,

nyaman,

dan

menyenangkan

sebab

menghindarkan pemandangan yang tidak menyedapkan.


D. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN 5R / 5S
5R merupakan pendekatan secara sistematis untuk menata tempat atau area
kerja, menegakkan peraturan, dan standar serta memelihara kedisiplinan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang baik. Terdapat 5 (lima) langkah
dalam penerapan 5R (5S) di tempat kerja yaitu: Ringkas, Rapi Resik, Rawat
dan Rajin. Masing-masing penjelasan penerapan 5R (5S) tersebut antara lain :

Ringkas merupakan suatu kegiatan memisahkan suatu barang yang masih


diperlukan dan yang tidak diperlukan agar barang yang masih diperlukan
tidak tercampur dengan barang yang sudah tidak diperlukan dan supaya
5

mudah mencarinya ketika akan digunakan kembali. Memilah barang yang


sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan. Memilah barang yang
harus dibuang atau tidak serta memilah barang yang sering digunakan atau
jarang dalam penggunaannya. Ringkas bisa dikatakan juga sebagai kegiatan
membereskan kekacauan barang ditempat kerja dan menciptakan ruang
yang lebih lega atau luas. Tujuan dari ringkas adalah menciptakan
keleluasaan dalam bekerja dan kebebasan dalam bergerak tanpa terhalang
berbagai barang yang tidak berguna. Apabila Ringkas tak terpenuhi maka
suasana dan kegiatan kerja terganggu, sulit meningkatkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas kerja. Sementara apabila ringkas terpenuhi, maka
tidak ada pemborosan ruangan, ruangan termanfaatkan secara efisien, K3
dan lingkungan kerja meningkat, produktivitas kerja meningkat serta tidak
terjadi penumpukan barang. Metode penerapan Ringkas sebagai berikut:
1) Kriteria untuk barang yang disisihkan
Sampah atau scrap
Diperlukan di tempat lain
Belum diperlukan
Siapkan label
2) Kriteria untuk mesin atau peralatan atau material
Kapan barang tersebut dipakai/kepastian waktu
Yang tidak dipakai disisihkan
Siapkan label
3) Kriteria untuk work in process (1/2 jadi)
Tetapkan kepastian barang akan dipakai (waktu)
Tentukan jumlah kebutuhan dalam batas waktu
Bila terdapat kelebihan harus disisihkan
Siapkan label
4) Pemasangan Label
Menentukan urutan kegiatan memilah
Mengamati barang-barang yang akan dipilah
Barang-barang yang kecil ukurannya disatukan dalam satu kotak

Barang yang tak diperlukan dipasang label


Tetapkan tempat penampungan barang yang tak dipakai
Kalau ada barang yang terlewat, ulangi langkah terdahulu
Buat foto dokumentasi sebelum dan sesudah Ringkas
Langkah seiri atau ringkas ini cenderung untuk tindakan pencegahan
agar seluruh material dan barang dapat dipakai atau terhindar dari adanya
barang yang tidak diperlukan. Pencegahan ini akan lebih efektif apabila
seluruh personil telah menyadari pentingnya tahap ringkas, akan lebih baik
lagi bila telah menjadi budaya kerja. Untuk mengukur penerapan tahap
ringkas ini sebagai budaya kerja, maka memerlukan perhatian, kesadaran
dan kepedulian seluruh karyawan tentang barang yang tidak diperlukan.
Apabila masih ditemukan barang dan material yang tidak diperlukan berarti
kesadaran dan kepedulian ringkas belum menjadi budaya.
b. Rapi merupakan suatu kegiatan merapikan atau menyusun barang yang
sudah dipilah agar mudah mengambilnya ketika akan diperlukan
dikemudian hari serta tata letak barang yang disimpan dan disusun supaya
dekat dengan pekerjaan. Tujuan dari rapi adalah mengetahui dengan cepat
bila

ada

penyimpangan,

mempermudah

pengambilan

barang

dan

mempercepat penyimpanan kembali. Rapi bisa dikatakan juga sebagai


kegiatan memberi nama (labeling) dan mengatur tata letak barang seperti
material, dokumen, peralatan kerja maupun suplay lainya. Menata atau
mengurutkan peralatan atau barang berdasarkan alur proses kerja. Menata
atau

mengurutkan

peralatan

atau

barang

berdasarkan

keseringan

penggunaannya serta pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan


atau barang mudah ditemukan, teratur dan selalu pada tempatnya. Barang
yang akan dikerjakan harus tertata rapi ditempatnya. Barang yang tidak atau
belum dikerjakan harus dijauhkan dari tempat kerja, tetapi masih berada

dalam wilayah kerja. Sampah atau scrap dibuang pada tempat yang
disediakan untuk tempat sampah. Barang yang diperlukan di tempat lain
telah benar-benar berada di tempat yang telah ditentukan. Metode penerapan
Seiton yaitu siapkan label Seiton, buat pedoman penyusunan. Identifikasi
semua barang. Barang yang bukan pada tempatnya ditempeli label Seiton.
Lakukan secara bertahap. Setelah tersusun beri label untuk mempermudah
pencarian.
c. Resik merupakan suatu kegiatan membersihkan area kerja dari debu,
kotoran, sampah dan elemen asing lainnya dari tempat kerja sehingga
terlihat bersih setiap jengkalnya. Kegiatan yang termasuk di dalamnya
adalah menyapu, mengepel, mengelap, mengecat, dan kegiatan pembersihan
lainnya. Tujuan dari resik menciptakan tempat kerja agar selalu bersih dan
terang, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan mencegah
perlengkapan kerja supaya tidak cepat rusak. Pembersihan merupakan salah
satu

bentuk

dari

pemeriksaan.

Pembersihan

diutamakan

sebagai

pemeriksaan terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja yang tidak


memiliki cacat dan cela. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di
tempat kerja. Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah serta
memperbarui atau memperbaiki tempat kerja yang sudah using atau rusak.
Tiga tahap kegiatan Seiso:
1. Sifat operasi kebersihan meliputi temukan sebab kekotoran kemudian
lakukan pembersihannya
2. Obyek pembersihan meliputi tempat kerja dan peralatan kerja.
3. Mencegah kerusakan meliputi cari penyebab kerusakan pada peralatan
dan penggunaan peralatan secara tepat sesuai fungsinya.
Membersihkan tempat yang kotor adalah penting, tetapi yang lebih penting
bagaimana menghindarkan munculnya kembali kotoran yang terjadi. Peran
karyawan merupakan indikator keberhasilan budaya kerja. Membiasakan
bekerja dalam tahap Resik untuk menjadi bagian dari budaya kerja belum tentu
mudah, karena ada unsur perubahan perilaku seseorang, akan tetapi hal itu
dapat diupayakan secara bertahap, melalui:

Komitmen pimpinan yang disertai dengan keteladanan


Kampanye program Resik
Sistem yang mampu dikerjakan oleh karyawan
Sarana dan prasarana cukup
d. Rawat merupakan suatu kegiatan memelihara barang dengan teratur sesuai
standarisasi. Standarisasi dilakukan untuk menetapkan prosedur yang
nantinya diikuti dan diterapkan oleh seluruh tenaga kerja. Langkah ini bisa
berupa peraturan tentang jenis barang yang boleh dibuang dan cara
membuangnya, dimana dan bagaimana cara menyimpan bahan material,
bagaimana mengeluarkan dan menggunakan material terutama yang
berbahaya serta bagaimana cara menyimpan kembali setelah digunakan,
serta bagaimana dan kapan saat yang baik melakukan pembersihan tempat
kerja dan siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan pembersihan tersebut.
Tujuan dan sasarannya antara lain mempertahankan kondisi lingkungan
kerja yang sudah baik, harus ada standard yang seragam, dalam pemberian
label petunjuk pada semua kondisi operasi, memeriksa keadaan tempat kerja
dan peralatan yang digunakan dan tersedia tempat sampah.
Dalam tahap rawat ini mempertahankan adalah lebih sulit dibandingkan
dengan meraih, karena mempertahankan membutuhkan konsistensi bekerja
secara berkesinambungan. Mempertahankan kondisi tempat kerja yang
sudah baik ini diperlukan peran serta seluruh karyawan untuk berpartisipasi.
Kaidah panduan Seiketsu yaitu semua karyawan terlibat dan bertanggung
jawab

atas

pelaksanaan

5S

dan

rasa

bertanggung

jawab

harus

dibudidayakan. Metode penerapan Seiketsu yaitu secara individu dibebani


tugas perawatan, baik tempat kerja maupun peralatan, sampah atau kotoran
dibuang pada tempat yang telah disediakan, sebab tidak hanya petugas
cleaning service saja yang harus bertanggung jawab dan dibudayakan.
e. Rajin merupakan suatu kegiatan menciptakan tempat kerja dengan
kebiasaan dan perilaku yang baik. Dengan mengajarkan setiap orang apa
yang

harus

dilakukan

dan

memerintahkan

setiap

orang

untuk

melaksanakannya, maka kebiasaan buruk akan terbuang dan kebiasaan baik


9

akan terbentuk. Fase ini lebih mengarah kepada membangun kesadaran


masing-masing

individu

untuk

secara

konsisten

menjalankan

4R

sebelumnya dan pencegahan penurunan kondisi 5R. Diharapkan secara


disiplin, masing-masing individu dapat menjalankan prinsip kerja tersebut
meski tidak diawasi oleh atasannya.

Orang mempraktekkannya dengan

membuat dan mematuhi peraturan serta mendisiplinkan diri untuk


melakukan 4 hal di atas. Manfaat Shitsuke tidak ada pemborosan,
lingkungan kerja dan K3 terdukung, pemeliharaan peralatan dapat dilakukan
lebih baik, kemungkinan cacat produk terhindarkan, pelayanan tepat waktu,
tidak ada keluhan atau complaint dari pelanggan dan

kesejahteraan

karyawan meningkat.
Penerapan 5R harus dilakukan secara sistematis karena pada intinya 5R
bukanlah suatu standar tetapi lebih ke arah pembentukan budaya seluruh
karyawan di dalam suatu perusahaan. 5R memang tidak dapat dibolak-balik
karena itu sudah menjadi suatu urutan logis yang harus dijalankan. Dimana hal
pertama yang harus dilakukan adalah ringkas bagaimana membuat area kerja
menjadi ringkas dengan hanya menempatkan barang-barang yang diperlukan
saja. Setelah ringkas baru dirapikan dan dibersihkan. Tahap selanjutnya baru
melakukan perawatan dan pemerliharaan. Satu hal yang penting yang harus
diperhatikan adalah jangan berharap akan terjadi bersih kalau belum ringkas.
Demikian juga seterusnya. Sehingga pada intinya 5R harus diterapkan step by
step mulai dari R1, setelah cukup baik baru ke R2 dan seterusnya.
Pembentukan budaya 5R bukanlah suatu yang instan, dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menjadi budaya. Dalam 5R tentu tidak ada yang
sempurna, semua harus berpikir menjadi lebih baik menjadi lebih baik dan
terus akan menjadi lebih baik.
E. MANFAAT PENERAPAN 5R / 5S
Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan program 5R di tempat kerja
baik jangka pendek maupun jangka panjang adalah sebagai berikut:
1. Zero waste yang berarti mengurangi biaya dan efisiensi meningkat.
10

a. Inventory dan barang dalam proses menjadi lebih sedikit;


b. Ruanganruangan yang terpakai untuk barangbarang yang tidak
diperlukan menjadi berkurang;
c. Gerakangerakan yang tidak diperlukan seperti menghindarkan dan
mencari dapat berkurang;
d. Mengurangi gerakan gerakan produksi yang tidak diperlukan seperti,
mengangkat, meletakkan, menghitung dan memindahkan.
2. Zero injury yang berarti keselamatan kerja lebih baik.

a. Peralatan yang bersih dan mengkilap mudah mengamati kerusakan dan


bahaya;
b. Jika tahu dimana peralatan disimpan, anda dapat lebih cepat
mengambilnya jika diperlukan
c. Jika anda meletakkan sesuatu dengan aman maka anda dapat
menghindari peralatan tersebut berjatuhan menimpa anda;
d. Jika ada api dan gempa anda tahu dimana letak pintu darurat dan alat
pemadam kebakaran.
3. Zero breakdown yang berarti pemeliharaan lebih baik.

a. Scrap, debu, geram geram dan potongan potongan di lantai dan di


mesin menjadi berkurang;
b. Dengan membersihkan mesin secara teliti dan teratur anda dapat
mengetahui kondisi mesin setiap saat;

c. Pemeriksaan dan pemeliharaan tiap hari dapat menghindari kerusakan


mesin menjadi parah di masa yang akan datang.
4. Zero defect yang berarti kualitas lebih baik.
a. Jika segala sesuatunya ada pada tempatnya, anda terhindar dari
mengambil barang yang salah;
b. Tempat kerja yang bersih akan memberi semangat kerja bagi siapa saja;
c. Alat pengukur dan indikator dapat bekerja dengan baik maka kualitas
akan baik.
5. Zero set up time yang berate tidak ada waktu yang terbuang.

a.

Karena segalanya ditata dengan teratur maka waktu yang terbuang


untuk mencari alat dapat ditekan;

11

b. Tempat kerja yang bersih dapat meningkatkan efisiensi dan


memudahkan orang untuk mengetahui cara pengoperasian, peserta
pelatihan sekalipun dapat dengan mudah mengoperasikannya.
6. Zero late delivery yang berarti dapat memenuhi permintaan pelanggan
tepat waktu.
a. Karena tidak ada produksi yang rusak maka anda dapat memenuhi
permintaan langganan tepat waktu;
b. Lingkungan kerja pabrik yang baik mempercepat proses produksi, tak
ada yang terbuang dan efisiensi meningkat.
7. Zero customer claim yang berarti pelanggan menaruh tingkat kepercayaan
yang tinggi.

a. Pabrik yang bersih tidak memproduksi barang yang rusak


b. Pabrik yang bersih dapat memproduksi barang yang menjamin
8.

keselamatan pemakai.
Zero defisit yang berarti perusahaan akan lebih maju.
a. Jika 5S/5R telah dijalankan dengan baik, pasti tempat kerja menjadi
nyaman dan menarik, tak ada waste, tak ada kecelakaan, tak ada
kerusakan mesin dan tak ada produk yang rusak, sehingga dapat
memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.
Dengan menerapkan 5S dengan baik, kita dapat meningkatkan

produktivitas kerja kita dan juga dapat bekerja dengan seefektif serta seefisien
dan meningkatkan keamanan (safety) di tempat kerja kita karena tempat kerja
kita selalu bersih dan menjadi lebih luas atau lapang. Di samping itu juga dapat
meningkatkan citra atau image kita di hadapan customer maupun manajemen
kita sendiri karena penataan dan kerapian di tempat kerja kita juga
mencerminkan sikap kita terhadap pekerjaan kita. Mengurangi bahaya di
tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus atau baik. Menambah
penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.
Tidak adanya sistem 5R dalam dunia pangan akan menyebabkan proses
produksi dan distribusi tidak berjalan secara efisien dan kurang efektif. Sebagai
contoh, perusahaan X tidak menyusun hasil produk akhir sesuai dengan
kategori maka menyebabkan pencariannya akan sangat sulit sehingga perlu

12

disusun dengan ringkas dan rapi agar kenampakannya juga terlihat bagus.
Dilihat dari proses produksi, apabila alat-alat produksi pangan dibiarkan begitu
saja tanpa ada perawatan maka mesin akan sangat cepat rusak dan kotor. Hal
itu memungkinkan mikroorganisme berkembang biak dari sisa-sisa pengolahan
makanan atau minuman yang menempel pada alat-alat produksi. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, setiap individu (karyawan) harus sadar diri dalam
memenuhi tanggung jawab untuk merawat, memelihara serta mengawasi
proses pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi pangan guna
memenuhi standar produksi yang sudah ditentukan, seperti aspek bahan baku,
peralatan produksi, bahan pengemas dan produk akhir.
F. CARA MEMPERTAHANKAN 5R / 5S
Adapun cara untuk tetap mempertahankan budaya 5S di tempat kerja
menurut Industrial Accident Prevention Association (2008) adalah sebagai
berikut:
1. Housekeeping yang baik memerlukan dukungan dan kerjasama dalam
menentukan standar yang ingin diraih. Pastikan standar yang disepakati
bersifat jelas, obyektif, dan tidak mustahil dicapai. Standar yang diciptakan
seharusnya justru mempermudah pekerjaan, menjamin keselamatan dan
keamanan bekerja. Karenanya dalam menetapkan standar ada baiknya jika
melibatkan tenaga kerja.
2. Ukurlah seberapa jauh pencapain standar yang telah terjadi. Buatlah
evaluasi bila kinerja belum mampu mencapai standar yang disepakati.
3. Gunakan checklist untuk membantu pengukuran atau penilaian.
4. Upayakan umpan balik yang positif. Perkenankan tenaga kerja mengetahui
seberapa jauh kemajuan yang telah mereka capai.
5. Mendukung supaya perilaku 5S menjadi bagian atau kebisaaan sehari-hari
dan tidak hanya menjadi aktivitas aktual bila ada tamu atau pengunjung
yang datang ke perusahaan.

13

G. HAMBATAN DALAM PENERAPAN 5R / 5S


Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi saat penerapan 5R/5S sebagai
berikut:
1. Salah persepsi meliputi merasa diperlakukan seperti anak kecil, 5R hanya
untuk dan tanggung jawab bawahan saja, lingkungan kotor tidak
terhindarkan dalam bekerja, 5R tidak meningkatkan output, menganggap
sepele 5R serta 5R dan improvement urusan orang pabrik.
2. Tidak ada waktu meliputi terlalu sibuk untuk 5R dan tidak butuh 5R.
3. Kebiasaan meliputi merasa sudah menerapkan, cocok bekerja di
lingkungan berantakan dan merasa telah menerapkan sejak dulu.
4. Hubungan antar manusia (Human Relation) seperti tidak suka atau cocok
dengan promotornya.
5. Keterbatasan pengetahuan atau daya tangkap dari pegawai. Dalam hal ini
banyak para

pegawai yang lebih mementingkan pekerjaan dan

mengesampingkan manfaat yang didapat dari 5R.


6.

Adanya beberapa pekerja yang tidak memahami kebijaksanaan sikap kerja


5R yang diterapkan oleh perusahaan. Salah satu yang menjadi penyebab
utama karyawan tidak memahami kebijakan sikap kerja 5R adalah
kurangnya sosialisasi dari perusahaan tentang 5R. Sosialisasi yang baik
sangat diperlukan dalam 5R, karena 5R dalam penerapannya tidak
membutuhkan kemampuan khusus tetapi lebih kepada pengertian dan tekad
untuk melaksanakannya.

7. Adanya pekerja yang tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankan 5R.


Banyak orang yang menganggap bahwa 5R tidak dapat memberikan
manfaat yang berarti dan menganggapnya sebagai tugas dari perusahaan
yang harus dijalankan. Dengan adanya pandangan yang salah maka banyak
karyawan yang tidak bersungguh-sungguh. Maka, disini peran atasan sangat
dibutuhkan untuk memberi teladan kepada para karyawan.
H. SOLUSI MASALAH YANG DIHADAPI DALAM MENERAPKAN 5R
Untuk menghadapi permasalahan dalam penerapan 5R terdapat beberapa
solusi untuk menyelesaikan permasalah tersebut. Berikut solusi-solusi tersebut:

14

a. Dengan memberikan pelatihan bagi para karyawan mengenai prosedur kerja


yang diterapkan oleh perusahaan.
b. Dengan mengadakan seminar tentang pentingnya penerapan 5R didalam
perusahaan.
c. Dengan melaksanakan pengarahan sebelum pekerjaan dimulai. Dengan
demikian para karyawan dapat meningkatkan pengetahuan akan bahaya
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan para karyawan dapat menyampaikan
pendapat sehingga perusahaan mengerti apa yang diinginkan dari para
karyawan.
d. Diberikan teguran dari atasan apabila tidak bersungguh-sungguh dalam
menjalankan sikap kerja 5R.
e. Mengadakan forum pertemuan antara atasan dan karyawan untuk
membicarakan masalah secara bersama-sama.

15

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan Pentingnya Penerapan Budaya Kerja 5R/5S dalam
Industri Pangan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan dating
2. Manfaat dari budaya kerja yaitu meningkatkan jiwa gotong royong,
meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan
jiwa kekeluargaan, meningkatkan rasa kekeluargaan, membangun
komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja dan
tanggap dengan perkembangan dunia luar
3. 5R/5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja
secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen
dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi dan disiplin di lokasi kerja
sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
4. Terdapat 5 (lima) langkah dalam penerapan 5R (5S) di tempat kerja
yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin
5. Manfaat penerapan 5R/5S yaitu dapat meningkatkan produktivitas kerja
kita, dapat bekerja dengan seefektif serta seefisien dan meningkatkan
keamanan (safety) di tempat kerja serta meningkatkan citra atau image
kita di hadapan customer
6. Cara mempertahankan 5R/5S dapajtdilakukan dengan Housekeeping
yang baik memerlukan dukungan dan kerjasama dalam menentukan
standar yang ingin diraih.
7. Hambatan dan masalah dalam penerapan 5R/5S seperti keterbatasan
pengetahuan atau daya tangkap dari pegawai, adanya pekerja yang tidak

16

bersungguh-sungguh dalam menjalankan 5R, salah persepsi, tidak ada


waktu, kebiasaan dan hubungan antar manusia
8. Solusi masalah yang dihadapi dalam penerapan 5R/5S seperti
memberikan pelatihan bagi para karyawan mengenai prosedur kerja yang
diterapkan oleh perusahaan.
2. Saran
Dalam suatu perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitas kerja
karyawan dan meningkatkan citra atau image di hadapan customer sebaiknya
menerapkan budaya kerja seperti 5S/5R. Penerapan 5S/5R dalam penerapan
budaya kerja dalam suatu perusahaan itu sangat penting. Dengan menerapkan
budaya kerja seperti 5S/5R dapat memberikan maanfaat bagi perusahan
seperti sifat gotong royong, rasa kekeluargaan, membangun komunikasi yang
baik dan meningkatkan kebersamaan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Sandika, Okye Dian., Danar Susilo dan Budi Harjanto. 2002. Implementasi
Budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) di Unit Machinery and
Tool (UMT) PT. Mega Andalan Kalasan. Jurnal Teknik Mesin Vol 9 No 6: 110.
Yuniarti, Nurhening. 2009. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Praktik Melalui
Pelatihan Sistem Penataan dan Perawatan Lab/Bengkel Bagi Guru, Teknisi
di Laboran. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri
Yogyakarta.
Palupi, Karenina. 2008. Penerapan Budaya Kerja Jepang di PT. Akal Cahaya
Media (ACM) Tugas Akhir. Perpustakaan Universitas Widyatama. Bandung.
Saputra, M. 2011. Prinsip 3Q (Quality Assurance, Quality Control, Quality
Management) dan Standar ISO 9001:2008 pada Perusahaan. No.21 Vol. I.
Jahja, Kristanto. 2009. Seri Budaya Unggulan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin). Productivity and Quality Management Consultans. Jakarta.
Kartika, Hayu. 2011. Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor Penghambat
Penerapan 5S terhadap Efektivitas Kerja Departemen Produksi di
Perusahaan Sepatu. UMB. Jakarta.
Toha, R. 1997. Pengaruh Penerapan 5S/5R pada Produktivitas Kerja Karyawan
di PT Pindad (Persero). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta.
http://karosta.blogspot.com/2010/02/budaya-kerja.html
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/langkah-langkahpenerapan-budaya-5r.html

18

Anda mungkin juga menyukai