Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Imas Nitisari
Inawati Jati
Intan Arum
Iriana A
Ismira W
Jeha Easton
Junjung A
(H3113051)
(H3113052)
(H3113053)
(H3113054)
(H3113055)
(H3113056)
(H3113057)
8. Linda Cahya
(H3113058)
9. Lintang Sawitri (H3113059)
10. Miftachul Ikhsan(H3113061)
11. Moh. Luthfi
(H3113062)
12. Muh. Reza F
(H3113064)
13. Muh. Afif
(H3113065)
14. Nadia Nur
(H3113066)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat RahmatNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Manajemen Mutu. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengantar Manajemen Mutu yang telah
membimbing pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Kami sadari bahwa apa yang ditulis dalam makalah ini masih jauh dari apa
yang diharapkan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam
rangka perbaikan atau penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikian penyusunan tugas ini, semoga bermanfaat bagi semua.
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1. Latar Belakang ...........................................................................................1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................2
3. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
BAB III PENUTUP........................................................................................ ..16
1. Kesimpulan.................................................................................................16
2. Saran........................................................................................................... 17
.. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan jaman semakin maju dan perkembangan teknologi yang
semakin canggih menghasilkan berbagai inovasi dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk bidang industri. Kemajuan ini memberikan banyak
manfaat bila dapat dinikmati oleh banyak pihak. Perubahan dunia industri
semakin cepat, semakin banyak pula tuntutan kerja yang diinginkan
perusahaan. Untuk mendukung pekerjaan agar dapat dilakukan lebih mudah
dan lebih nyaman, salah satu yang harus dibangun adalah budaya kerja.
Budaya kerja di perusahaan perlu diciptakan dan dibutuhkan untuk
perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang dalam menghadapi
tantangan di dunia industri.
Pembangunan industri di Indonesia umumnya masih merujuk pada sarana
fisik dan perangkat keras semata. Sedangkan pembangnan non-fisik seperti
budaya industri dan kemampuan tenaga kerja masih kurang diperhatikan. Salah
satu konsep dalam budaya industri adalah budaya 5R. Konsep ini sederhana
mudah dipahami dan merupakan langkah awal penyebarluasan budaya industri.
5R merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan tempat
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka
kemudahan bekerja dapat diciptakan dan tentunya sasaran pokok industri yang
berupa efisiensi kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja dan keselamatan kerja
sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi konsumen.
Pemenuhan keempat sasaran pokok ini merupakan syarat bagi industri dalam
bertumbuh kembang secara wajar. Manfaatnya jelas, bukan saja bagi
perusahaan, namun juga bagi karyawan.
Namun dalam pelaksanaanya tidaklah semudah seperti yang dibayangkan,
diperlukanya kesadaran penuh dari pengusaha, top manajemen, para manager,
supervisor untuk bergerak memulai membina dan mengarahkan para karyawan
dengan mengubah sudut pandang dan pola pikir karyawan akan pentingnya 5R.
Meskipun tingkat pendidikan dan latar belakang karyawan tidak terlalu tinggi,
namun satu keyakinan bahwa mereka telah dibekali akal budi oleh Yang Maha
penerapan
Housekeeping
dimana
housekeeping
merupakan
tempat
kerja
rapi,
nyaman,
dan
menyenangkan
sebab
ada
penyimpangan,
mempermudah
pengambilan
barang
dan
mengurutkan
peralatan
atau
barang
berdasarkan
keseringan
dalam wilayah kerja. Sampah atau scrap dibuang pada tempat yang
disediakan untuk tempat sampah. Barang yang diperlukan di tempat lain
telah benar-benar berada di tempat yang telah ditentukan. Metode penerapan
Seiton yaitu siapkan label Seiton, buat pedoman penyusunan. Identifikasi
semua barang. Barang yang bukan pada tempatnya ditempeli label Seiton.
Lakukan secara bertahap. Setelah tersusun beri label untuk mempermudah
pencarian.
c. Resik merupakan suatu kegiatan membersihkan area kerja dari debu,
kotoran, sampah dan elemen asing lainnya dari tempat kerja sehingga
terlihat bersih setiap jengkalnya. Kegiatan yang termasuk di dalamnya
adalah menyapu, mengepel, mengelap, mengecat, dan kegiatan pembersihan
lainnya. Tujuan dari resik menciptakan tempat kerja agar selalu bersih dan
terang, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan mencegah
perlengkapan kerja supaya tidak cepat rusak. Pembersihan merupakan salah
satu
bentuk
dari
pemeriksaan.
Pembersihan
diutamakan
sebagai
atas
pelaksanaan
5S
dan
rasa
bertanggung
jawab
harus
harus
dilakukan
dan
memerintahkan
setiap
orang
untuk
individu
untuk
secara
konsisten
menjalankan
4R
kesejahteraan
karyawan meningkat.
Penerapan 5R harus dilakukan secara sistematis karena pada intinya 5R
bukanlah suatu standar tetapi lebih ke arah pembentukan budaya seluruh
karyawan di dalam suatu perusahaan. 5R memang tidak dapat dibolak-balik
karena itu sudah menjadi suatu urutan logis yang harus dijalankan. Dimana hal
pertama yang harus dilakukan adalah ringkas bagaimana membuat area kerja
menjadi ringkas dengan hanya menempatkan barang-barang yang diperlukan
saja. Setelah ringkas baru dirapikan dan dibersihkan. Tahap selanjutnya baru
melakukan perawatan dan pemerliharaan. Satu hal yang penting yang harus
diperhatikan adalah jangan berharap akan terjadi bersih kalau belum ringkas.
Demikian juga seterusnya. Sehingga pada intinya 5R harus diterapkan step by
step mulai dari R1, setelah cukup baik baru ke R2 dan seterusnya.
Pembentukan budaya 5R bukanlah suatu yang instan, dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menjadi budaya. Dalam 5R tentu tidak ada yang
sempurna, semua harus berpikir menjadi lebih baik menjadi lebih baik dan
terus akan menjadi lebih baik.
E. MANFAAT PENERAPAN 5R / 5S
Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan program 5R di tempat kerja
baik jangka pendek maupun jangka panjang adalah sebagai berikut:
1. Zero waste yang berarti mengurangi biaya dan efisiensi meningkat.
10
a.
11
keselamatan pemakai.
Zero defisit yang berarti perusahaan akan lebih maju.
a. Jika 5S/5R telah dijalankan dengan baik, pasti tempat kerja menjadi
nyaman dan menarik, tak ada waste, tak ada kecelakaan, tak ada
kerusakan mesin dan tak ada produk yang rusak, sehingga dapat
memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.
Dengan menerapkan 5S dengan baik, kita dapat meningkatkan
produktivitas kerja kita dan juga dapat bekerja dengan seefektif serta seefisien
dan meningkatkan keamanan (safety) di tempat kerja kita karena tempat kerja
kita selalu bersih dan menjadi lebih luas atau lapang. Di samping itu juga dapat
meningkatkan citra atau image kita di hadapan customer maupun manajemen
kita sendiri karena penataan dan kerapian di tempat kerja kita juga
mencerminkan sikap kita terhadap pekerjaan kita. Mengurangi bahaya di
tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus atau baik. Menambah
penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.
Tidak adanya sistem 5R dalam dunia pangan akan menyebabkan proses
produksi dan distribusi tidak berjalan secara efisien dan kurang efektif. Sebagai
contoh, perusahaan X tidak menyusun hasil produk akhir sesuai dengan
kategori maka menyebabkan pencariannya akan sangat sulit sehingga perlu
12
disusun dengan ringkas dan rapi agar kenampakannya juga terlihat bagus.
Dilihat dari proses produksi, apabila alat-alat produksi pangan dibiarkan begitu
saja tanpa ada perawatan maka mesin akan sangat cepat rusak dan kotor. Hal
itu memungkinkan mikroorganisme berkembang biak dari sisa-sisa pengolahan
makanan atau minuman yang menempel pada alat-alat produksi. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, setiap individu (karyawan) harus sadar diri dalam
memenuhi tanggung jawab untuk merawat, memelihara serta mengawasi
proses pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi pangan guna
memenuhi standar produksi yang sudah ditentukan, seperti aspek bahan baku,
peralatan produksi, bahan pengemas dan produk akhir.
F. CARA MEMPERTAHANKAN 5R / 5S
Adapun cara untuk tetap mempertahankan budaya 5S di tempat kerja
menurut Industrial Accident Prevention Association (2008) adalah sebagai
berikut:
1. Housekeeping yang baik memerlukan dukungan dan kerjasama dalam
menentukan standar yang ingin diraih. Pastikan standar yang disepakati
bersifat jelas, obyektif, dan tidak mustahil dicapai. Standar yang diciptakan
seharusnya justru mempermudah pekerjaan, menjamin keselamatan dan
keamanan bekerja. Karenanya dalam menetapkan standar ada baiknya jika
melibatkan tenaga kerja.
2. Ukurlah seberapa jauh pencapain standar yang telah terjadi. Buatlah
evaluasi bila kinerja belum mampu mencapai standar yang disepakati.
3. Gunakan checklist untuk membantu pengukuran atau penilaian.
4. Upayakan umpan balik yang positif. Perkenankan tenaga kerja mengetahui
seberapa jauh kemajuan yang telah mereka capai.
5. Mendukung supaya perilaku 5S menjadi bagian atau kebisaaan sehari-hari
dan tidak hanya menjadi aktivitas aktual bila ada tamu atau pengunjung
yang datang ke perusahaan.
13
14
15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan Pentingnya Penerapan Budaya Kerja 5R/5S dalam
Industri Pangan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan dating
2. Manfaat dari budaya kerja yaitu meningkatkan jiwa gotong royong,
meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan
jiwa kekeluargaan, meningkatkan rasa kekeluargaan, membangun
komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja dan
tanggap dengan perkembangan dunia luar
3. 5R/5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja
secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen
dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi dan disiplin di lokasi kerja
sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
4. Terdapat 5 (lima) langkah dalam penerapan 5R (5S) di tempat kerja
yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin
5. Manfaat penerapan 5R/5S yaitu dapat meningkatkan produktivitas kerja
kita, dapat bekerja dengan seefektif serta seefisien dan meningkatkan
keamanan (safety) di tempat kerja serta meningkatkan citra atau image
kita di hadapan customer
6. Cara mempertahankan 5R/5S dapajtdilakukan dengan Housekeeping
yang baik memerlukan dukungan dan kerjasama dalam menentukan
standar yang ingin diraih.
7. Hambatan dan masalah dalam penerapan 5R/5S seperti keterbatasan
pengetahuan atau daya tangkap dari pegawai, adanya pekerja yang tidak
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Sandika, Okye Dian., Danar Susilo dan Budi Harjanto. 2002. Implementasi
Budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) di Unit Machinery and
Tool (UMT) PT. Mega Andalan Kalasan. Jurnal Teknik Mesin Vol 9 No 6: 110.
Yuniarti, Nurhening. 2009. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Praktik Melalui
Pelatihan Sistem Penataan dan Perawatan Lab/Bengkel Bagi Guru, Teknisi
di Laboran. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri
Yogyakarta.
Palupi, Karenina. 2008. Penerapan Budaya Kerja Jepang di PT. Akal Cahaya
Media (ACM) Tugas Akhir. Perpustakaan Universitas Widyatama. Bandung.
Saputra, M. 2011. Prinsip 3Q (Quality Assurance, Quality Control, Quality
Management) dan Standar ISO 9001:2008 pada Perusahaan. No.21 Vol. I.
Jahja, Kristanto. 2009. Seri Budaya Unggulan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin). Productivity and Quality Management Consultans. Jakarta.
Kartika, Hayu. 2011. Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor Penghambat
Penerapan 5S terhadap Efektivitas Kerja Departemen Produksi di
Perusahaan Sepatu. UMB. Jakarta.
Toha, R. 1997. Pengaruh Penerapan 5S/5R pada Produktivitas Kerja Karyawan
di PT Pindad (Persero). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta.
http://karosta.blogspot.com/2010/02/budaya-kerja.html
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/langkah-langkahpenerapan-budaya-5r.html
18