Anda di halaman 1dari 19

Evaluasi Program Puskesmas dalam

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Drey
102011200
drey110193@yahoo.com
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Pendahuluan
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak
daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran
penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan
peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD
diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. 1
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal
karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam
berdarah dengue (DBD) disebut juga hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam
dengue (DD), dan dengue shock syndrome (DSS). 1

Pembahasan
Pengertian DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama
menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit
Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit
Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir
ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue
pada orang dewasa. Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah
Dengue. Serangan wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan
memainkan peranan bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air
tergenang dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal
bagi penyakit tersebut.3
Epidemiologi DBD
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan
pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun
1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.4
Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,
kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai
ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia, dan
lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain
orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu,
misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agen penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. 5
Agen penyakit
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
2

Flavivirus dari famili Flaviviridae. Virus dengue memiliki kode genetic (genom) RNA rantai
tunggal, yang dikelilingi oleh selubung inti (nukleokapsid) ikosahedral dan terbungkus oleh
selaput lipid (lemak). Virus ini memiliki 4 tipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Virus
dengue bersifat labil terhadap panas (termolabil). Sifat ini harus diperhatikan ketika hendak
melakukan isolasi ataupun mengkultur virus. Masing-masing virus ini dapat dibedakan
melalui isolasi virus di lab. Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas
yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya
memberikan imunitas sementara dan parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya. 1
Manusia (Host)
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit
demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan
ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. 3 Dalam hal ini faktor imunologis host beserta
virulensi sangat berpengaruh. Pada faktor kelompok yang memiliki keterbatasan imunologis
seperti ; anak anak yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, dan bayi dengan
penyusutan kadar antibodi dengue maternal. Di Indonesia, penderita penyakit DHF terbanyak
berusia 5-11 tahun. Perilaku individu yang meliputi kebersihan individu serta kebersihan
lingkungan juga berpengaruh terhadap penyakit DHF. Selain itu, Kepadatan penduduk yang
tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk
padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. 1
Lingkungan (Enviroment)
Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan telah teramati di
beberapa negara. Interaksi suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan
dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa sehingga
mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi
pola makan dan reproduksi nyamuk, dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk. 4

Vektor
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan
Aedes albopticus (di daerah pedesaan). Ciri ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1
3

Sayap dan badannya belang belang atau bergaris garis putih

Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,
tempayan, drum, dan barang barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung, dan lain lain.

Jarak terbang 100 m

Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).

Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi

Kejadian luar biasa (KLB) dan endemis DHF


- Kejadian luar biasa (KLB)
Pengertian

Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004).
Sedangkan Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.6

Kriteria

Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Jika tergolong Kejadian luar biasa,
apabila ada unsur :6

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut


menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan


periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun).

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :7
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama
Health Promotion
Promosi Kesehatan oleh Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka
mencapai visi Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus
menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. 9
Promosi kesehatan secara umum
Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu : 4
a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
b. Memberi nutrisi yang sesuai standar
c. Meningkatkan kesehatan mental
d. Penyediaan perumahan yang sehat
e. Rekreasi yang cukup
f. Pekerjaan yang sesuai
g. Melakukan konseling perkawinan
h. Melaksanakan pemeriksaan berkala

Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja
melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
melalui pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap
analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan
diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan
buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah
berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM
Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan
semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kaderkader, tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 4
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang
nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur- jalur informasi yang ada: 4
1.

Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama,

guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.


2.

Penyuluhan perorangan:
a. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
b. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
c. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

3.

Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan

pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat.
Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah
dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas,
usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya
diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.

Informasi Penanggulangan Demam Berdarah


Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya
maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal
itu dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin
untuk mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan
bahwa penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain
penyebarannya pun luas.4
Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu
upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah
kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan
suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah.

Hal ini, dilakukan dengan

melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam


kontrol spesies aedes.4
Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah
informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus,
cara pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan
penanggulangan terhadap penderita demam berdarah.4
Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam
berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali
dan kegagalan peredaran darah. Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak
demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise.
Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh
pengobatan dan perawatan. 4
Preventif
Secara garis besar kegiatan ini meliputi :1
a. Pembersihan jentik

Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Larvasidasi
8

Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk

Menggunakan kelambu

Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)

penyemprotan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya

didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya.Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,
maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan
agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada
kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi
penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya.10
Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih
merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi
pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan
oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia.
Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah
dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit
DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam
membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu:10
1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh
alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat
yang rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi,
yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah


Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada
stadium dewasa maupun stadium jentik.
a. Pemberantasan vektor stadium dewasa
Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan
fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan
pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan
menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara.interval 1
minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue
(nyamuk infektif) dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul
nyamuk-nyamuk baru diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan

siklus

kedua.

Penyemprotan

yang

kedua

dilakukan

satu

minggu

sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi
sebelum sempat menularkan pada orang lain (Depkes RI, 2005: 13).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion
sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan
aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya,
karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam
pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.
b. Pemberantasan vektor stadium jentik.
Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).
1. Fisik
Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit
Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:

Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak


mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat
tersebut tidak bisa dikuras

10

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan

berkembang biak di dalamnya


Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.
Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat

untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit.
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang
tidak beralaskan tanah dan akan mati bila airnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong
tersebut tidak menjadi naymu, maka perlu dilakukan 3M Plus secara teratur sekurangkurangnya seminggu sekali dengan gerakan 3M Plus. Yang dimaksud Plus yaitu: 10

Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat-tempat sejenis lainnya

seminggu sekali
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain
Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikuras atau di

daerah yang sulit air


Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampungan air
Memasang kawat kasa
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
Menggunakan kelambu
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah
granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata)
untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan
temefos:10
a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah
yang belum pernah terjangkit DBD.
b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang
tertinggi)
c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.

11

Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) Takaran penggunaan


Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk
Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia
dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu
sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal
membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat
betul.10
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif: piriproksifen 0,5%) Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul.10
3. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringensisvar, Israeliensis
(Bti) (Depkes RI, 2005: 14).10
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment)
atau kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat
secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya. 4
Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)
Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).
Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara
mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi
jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan
kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan
jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara
terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik,
12

penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan


periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas
sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik.
Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu
kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik
memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 4
Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang
ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung
jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja
serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik
tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat
sekitar dan anak-anak sekolah.4
Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal ciri-ciri jentik nyamuk
Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam
air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian
turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat,
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi
kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada
di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru. 4
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar
rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena
untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. Cocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri
jentik aedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka
dilakukan abatisasi dan pencatatan. 4
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik
ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi
tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat
keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di
temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil
pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas
Kesehatan. 4
Angka Bebas Jentik (ABJ)
13

Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector penular


DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan
PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila angka
bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk
terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya
lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik
(ABJ):1
ABJ =

Jumlah bangunan diperiksa tidak ada jentik


100
Jumlah seluruh bangunan yang diperi ksa

Manajemen program DHF di puskesmas


Setiap puskesmas dengan penuh tanggung jawab harus melaksanakan pencatatan
pelaporan sesuai dengan system yang berlaku dengan bimbingan petugas tingkat kabupaten,
melaksanakan tindakan sesuai dengan arahan yang diberikan dalam alternative tindakan
berdasarkan hasil pemantauan. (Depkes RI, 1998).4
Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau
pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi,
praktisi, ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia
yang dibuat ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut
harus:4
- Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatan DBD/DSS.
- Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan, masyarakat,
dan media massa.
- Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatan dan
pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi
laboratorium).
- Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatan
perawatan intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.
- Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila perlu).
- Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.
14

Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan
penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang
berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai PUSKESMAS. 4
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas
mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas
merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.4
Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif.
Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan (untuk mencapai tujuan dan
sasaran), pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh
kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes
RI, 2006).4
Bentuk manajemen program oleh PUSKESMAS dalam menanggulangi Demam
Berdarah Dengue adalah sebagai berikut:1
1. Tujuan :

Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD.

Mencegah dan menanggulangi KLB.

Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk


(PSN).

2. Sasaran :
Sasaran nasional (2000)

Morbiditas di kecamatan endemik DBD < 2 per 10.000 penduduk.

CFR <2,5%
15

3. Pelaksanaan :
Menjalankan delapan pokok program yaitu :

Surveilans epidemiologi

Pemberantasan vektor dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa

Tatalaksana klinis

Penyuluhan

Kemitraan

Peran serta masyarakat

Pelatihan

Penelitian dan pengembangan

2. Monitoring dan evaluasi :

Indikator pemerataan

Indikator efektivitas perlindungan

16

Indikator efisiensi program

Penutup
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang
dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan
17

Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan


pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pada Program Puskesmas dalam
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas
untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang
telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai:
jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD,
pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan
dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD

Daftar Pustaka
1. Widoyono. Penyakit tropis : Epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.
Jakarta : Erlangga, 2008. h. 59-66.
2. Saunders WB. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC, 2004. h. 1012.
3. Siregar FA. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD). FKM
Sumatera Utara : USU digital library, 2006. h. 1 3.
4. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, pengobatan,
pencegahan dan pengendalian. Jakarta : EGC, 2004. h. 72-105.
5. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC, 2007. h. 6 18.
6.

Wibowo

TA.

Investigasi

wabah.

2007.

Diunduh

dari

http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah. 29 Juni
2012.
7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas.Jakarta : EGC, 2009. h. 22-4.
8. Yatim F. Macam macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta : Pustaka Popular
Obor, 2005. h. 3-19.
9. Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU, 2008. h. 34-6.

18

10. Widiyanto T. Kajian manejemEn lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD). Semarang : UNDIP, 2007. h. 39 -42.

19

Anda mungkin juga menyukai