Anda di halaman 1dari 28

BAB I

STATUS PASIEN
I.

II.

Identitas
1. Nama
2. Jen Kelamin
3. Umur
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Alamat

: An R.
: Perempuan
: 4 tahun 11 bulan
: TK
:: RT 07 Olak Kemang

Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan


Keluarga :
a. Status perkawinan
b. Jumlah Saudara
c. Status ekonomi keluarga
d. Kondisi rumah

:: 2 orang
: Cukup
: Rumah panggung berdinding kayu

dan beratap seng dengan ukuran rumah 10 x 8 meter. Samping


kanan dan depan ada rumah tetangga, mempunyai halaman
rumah yang sempit. Memiliki ruang tamu, 2 ruang kamar tidur,
1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan 1 ruang dapur
dan ada kamar mandi, Rumah memiliki ventilasi pertukaran
udara yang cukup dan cukup pencahayaan. Sumber air berasal
dari air PDAM. Kamar mandi menggunakan wc jongkok.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama orang tuanya dan 2 orang saudaranya
dan ayahnya seorang perokok.
III.

Aspek psikologis di keluarga :


Secara psikologis pasien tidak bermasalah.

IV.
Anamnesa : Alloanamnesa
a. KeluhanUtama
Demam sejak 3 hari yang lalu
b. KeluhanTambahan
Sesak,batuk, muntah
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.


Demamnya terus menerus sampai pasien menggigil, demam turun bila
diberi obat namun akan meningkat kembali. Demam tidak disertai oleh
kejang.
Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam
muncul, batuk terus menerus. Gejala tersebut juga disertai sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Sesaknya dirasakan tiba-tiba dan semakin lama
semakin memberat, namun tidak disertai dengan bunyi ngik.
Ibu an. Mengatakan juga muntah sejak awal sakit. Muntah sebanyak
tiga kali dalam sehari, Pasien muntah terutama setelah batuk terus
menerus. Semenjak sakit nafsu makan menurun. Buang Air Besar (BAB)
dan Buang Air Kecil dalam batas normal.
d. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :

Sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan seperti ini

Ibu menyangkal adanya alergi

Diare : disangkal

TB Paru : disangkal

e. Riwayat pemeliharaan prenatal :


Lahir dari ibu P3A1, hamil hampir 9 bulan, antenatal care (ANC) di bidan,
teratur, dilakukan lebih dari 5 kali selama masa kehamilan, mendapat
imunisasi TT, ibu minum vitamin dan tablet penambah darah. Riwayat
penyakit selama kehamilan (sakit panas, darah tinggi, kejang, sakit gula)
disangkal. Riwayat minum jamu disangkal.
f. Riwayat kelahiran :
No
1.

Kehamilan dan Persalinan


Laki-laki, aterm, normal, dibantu bidan : 2500 gr

2.

Laki-laki, aterm, normal dibantu bidan , BBL: 3500


gr

Umur
16 tahun
11

3. perempuan, aterm, nrmal dbantu bdan, : 3000 gr

4 th 11 bln

g. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Anak rutin diperiksakan di poli anak dan dinyatakan sehat.
h. Riwayat Imunisasi :
Ibu mengaku imunisasi lengkap
i. Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI saja diberikan sejak lahir hingga umur 6 bulan semau anak kemudian
mulai diberi makanan tambahan berupa bubur bayi 1x sehari @ 1
mangkok kecil, sering tidak habis dan dilajutkan sampai umur 2 tahun.
j. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak

Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3500 gr
Berat badan : 18 kg
Panjang badan 90 cm

Status Gizi
Interpretasi pertumbuhan

Berat badan normal

Perawakan normal

Status gizi baik


K. Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua
Ibu pasien menggunakan KB suntik

L. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sadar, komposmentis, aktif, sesak, tidak sianosis
Tanda vital

: Frekuensi jantung : 110 x / menit


Nadi

: reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi nafas

: 50 x / menit, reguler

Suhu

: 38.1C

Status Internus :
Kepala

: normosefal

Rambut

: warna hitam dan tidak mudah dicabut.

Kulit

: kering (-)

Mata

: mata cekung (-/-), conjungtiva palpebra anemis (-/-),


sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2,5 mm / 2,5 mm

Telinga

: low set ear (-), secret (-/-)

Hidung

: nafas cuping (+), discharge (-/-), mukosa hiperemis (-/-),


hipertrofi konka (-/-)

Bibir

: sianosis (-), kering (-)

Mukosa

: kering (-)

Mulut

: sianosis (-), gusi berdarah (-)

Lidah

: kotor (-), hiperemis (-), tremor (-)

Tenggorok

: Tonsil : T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Toraks

Pulmo (depan dan belakang)


Inspeksi

: simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

: suara dasar

: vesikuler (+/+)

suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi basah kasar (+/


+), hantaran (+/+).

Ronki basah halus

Ronki basah kasar

Paru Depan

Ronki basah kasar

Paru Belakang

Cor
Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial linea


medioclavikularis

sinistra, tidak kuat angkat, tidak

melebar. Thrill (-)


Perkusi

: perkusi batas-batas jantung tidak dilakukan

Auskultasi

: suara jantung I dan II normal, irama reguler,


gallop (-), bising (-).

Abdomen

Inspeksi

: datar, venektasi (-).

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, turgor kulit kembali cepat


hepar tak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas

superior

inferior

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Edema

-/-

-/-

Waktu pengisian kapiler

<2/<2

<2/<2

M. Pemeriksaan anjuran
preparat darah hapus, kultur darah dan dahak
Rontgen thorax

N. Diagnosa
Bronkopneumonia
O. Diagnosa Banding
1. Bronkiolitis
2. TB paru
P. Manajemen
- Promotif :
o Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa anak sedang mengalami
gangguan pernafasan
o Menjelaskan

kepada

orangtua

pasien

tentang

pemeriksaan

penunjang yang perlu dilakukan untuk mencari penyebab sakit pada


anak.
o Menjelaskan kepada orangtua pengobatan yang akan diberikan
kepada anak dan efek sampingnya.
o Menjelaskan kepada orangtua pasien tentang prognosis penyakit
pasien

Preventif

Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap


rokok

Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan


yang bergizi tinggi

Kuratif
Non Farmakologi
1. Istirahat di rumah
2. Makan makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh,
bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan

F armakologi
Paracetamol 3x 1 cth
Amoxicilin 3x1 cth

Ambroksol 3x1/2 tab


Salbutamol 3x1/2 tab
Donperidon 3x1/2 tab

Tradisional
Anjuran untuk ibu pasien
Rebus 30 gram seledri, 10 gram kulit jeruk mandarin kering
dengan 3 gelas air,tambahkan 25 gram gula aren. Angkat
rebusan jika air tersisa setengahnya,saring dan tiriskan. Ramuan
siap di gunakan. Minum ramuan pagi dan sore, masing-masing

1 setengah gelas. Ulangi selama beberapa hari


Cuci 7 lembar daun sirih dan rajang. Rebus dengan setengah
Gelas air serta tambahkan 1 potong gula batu. Saring air setelah
mendidih dan air tersisa 1 gelas. Air rebusan siap di gunakan.
Minum ramuan tersebut 3 kali sehari, masing masing 3 sendok
makan setiap malam. Lakukan secara rutin selama beberapa
hari.

Rehabilitatif
Menjalankan pengobatan dengan teratur
Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak kontak dengan

asap, baik asap rokok ataupun asap pembakaran


Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan

bergizi tinggi
Jika keluhan tidak membaik dan dirasa semakin sesak segera
berobat ke RS/Puskesmas terdekat

Q. Resep

Dinas Kesehatan Kota


Jambi
Puskesmas Olak Kemang
Tlpn : 0741- 2299-1
Dokter : Tri diana mulina
SIP :
STR :
Tanggal :

Pro
: An R
Umur : 4th 11 bln
Alamat : Rt 07 olak Kemang

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
Tlpn : 0741- 2299-1
Dokter : Tri diana mulina
SIP :
STR :
Tanggal :

Pro
: An R
Umur : 4th 11 bln
Alamat : Rt 07 olak Kemang

Resep tidak boleh ditukar tanpa


Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat.
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat,
nadi dan petnafasan meningkat.
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paruparu yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing.
Jikadigabungkandapatmenjadi,
bronkopneumonia
disebut

juga

pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang


terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi,
gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil
meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita
seringnya disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B dan Staphylococcus auereus.
Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya
daya tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis,
pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.
Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara
maju :
USIA

ETIOLOGI YANG

ETIOLOGI YANG JARANG

Lahir 20 hari

SERING
BAKTERI

BAKTERI

E. colli
Streptococcus group B
Listeria monocytogenes

3 minggu 3 bulan

4 bulan 5 tahun

BAKTERI
Chlamydia trachomatis
Streptococcus

Bakteri anaerob
Streptococcus group D
Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
BAKTERI
Bordetella pertussis
Haemophillus influenzae tipe B

pneumoniae
VIRUS
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus Parainfluenza 1,

Moraxella catharalis
Staphylococcus aureus
Ureaplasma urealyticum
VIRUS

2, 3
Respitatory Syncytical

Virus Sitomegalo

Virus
BAKTERI
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma

BAKTERI
Haemophillus influenzae tipe B
Moraxella catharalis

pneumoniae
Streptococcus

Neisseria meningitidis

pneumoniae
VIRUS
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synncytial
5 tahun remaja

Staphylococcus aureus
VIRUS
Virus Varisela-Zoster

virus
BAKTERI
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma

BAKTERI
Haemophillus influenzae
Legionella sp

pneumoniae
Streptococcus

Staphylococcus aureus

pneumoniae
VIRUS
Virus Adeno

10

Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster
III.

EPIDEMIOLOGI
Pneumonia
hinggasaatinimasihtercatatsebagaimasalahkesehatanutamapadaanak di negara
berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak meninggal
setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN)
2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita di indonesia disebabkan
oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia
pada anak balita di negara berkembang, antara lain:
a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
b. Berat badan lahir rendah
c. Tidak mendapat imunisasi
d. Tidak mendapat ASI yang adekuat
e. Malnutrisi
f. Defisiensi vitamin A
g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap
rokok)
i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan
predisposisi pneumonia.
j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak
k. Tinggal di lingkungan padat penduduk
l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi :
keadaan ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk
kedalam alveoli dan ruang udara terminal
m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan
bahan-bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar.

11

n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari


inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema
pulmonal:

kondisi

tersebut

meningkatkan

predisposisi

dari

pneumonia.
V. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi.
Pembagian secara anatomis :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae

virus,

Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus Alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik
WHO memberikan pedoman klasifikasi pneumonia, sebagai berikut :
1. Usia kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia berat
- Chest indrawing (subcostal retraction)
- Bila ada napas cepat (> 60 x/menit)
b. Pneumonia sangat berat
a.tidak bisa minum
b.kejang
c.kesadaran menurun
d.hipertermi / hipotermi
e.napas lambat / tidak teratur

12

2. Usia 2 bulan-5 tahun


a. Pneumonia
b.bila ada napas cepat
b. Pneumonia Berat
- Chest indrawing
- Napas cepat dengan laju napas
> 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan 1

tahun

> 40 x/menit untuk anak > 1 5 tahun

c. Pneumonia sangat berat


a.

tidak dapat minum

b.

kejang

c.

kesadaran menurun

d.

malnutrisi.

VI. PATOGENESIS
Normalnya,

saluran

pernafasan

steril

dari

daerah

sublaring

sampaiparenkim paru.Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui


mekanismepertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan
sistemik.Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks
batuk danmukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig
A lokal danrespon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin,makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
ataubila virulensi organisme bertambah.Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagianbawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas,dan jarang melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel

13

PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli.
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara,
warna menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus
terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium
hepatisasi kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang.
Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia
lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang
tidak teratur.
VII. GEJALA KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari
ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak
bergantung berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai
a.

berikut:
Gambaran infeksi umum :
- Demam suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga

disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi.


- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal mual, muntah, diare
b.
Gambaran gangguan respiratori:
Batuk awalnya kering kemudian menjadi produktif
Sesak nafas
Retraksi dada
Takipnea
Napas cuping hidung

14

Penggunaan otat pernafasan tambahan


Air hunger
Sianosis
Merintih
Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya
daerah yang terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis
sekitar hidung dan mulut, retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak
ditemukan kelainan. Tetapi kadang dapat juga bunyi pekak saat perkusi atau
bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
ditemukan bunyi redup dan suara nafas mengeras saat auskultasi.
Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara
nafas. Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang
kebetulan pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi
dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
VIII. DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna adalah ditemukannya paling
sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)

1)

a. Pemeriksaan penunjang seperti :


Darah lengkap
Leukositosis berkisar antara

15.000-40.000/mm3

dengan

predominan PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk.


Leukositosis hebat (> 30.000/mm3) hampir selalu menunjukan
adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteriemi,
dan resiko terjadi komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat anemia

15

ringan dan LED meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah


perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi
virus dan bakteri secara pasti.
2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai
respon infeksi atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer
antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim.
5)

4) Pemeriksaan mikrobiologis
Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak
infiltrat

yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai

dengan peningkatan corakan peribronkial.


a.

IX. DIAGNOSA BANDING


Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan
kejang pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40 oC dan biasanya
tipe kontinua. Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar
hidung dan mulut dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang
terkena. Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.

b.

Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas
cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar
wheezing, ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium
dalam batas normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik

c.
d.

ataupun metabolik.
Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
Atelektasis

16

Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru


yang seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan
cepat dan dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung
e.

dan mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi.


Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi
makan menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan
pengobatan baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB
pada anak ditegakkan dengan skor TB, yaitu:
Parameter
Kontak TB

0
Tidak

2
Laporan keluarga

(BTA negatif atau BTA (+)

jelas

tdk jelas
Postif ( 10mm,

Uji Tuberkulin

negatif

atau 5 mm pada
keadaan
imunosupresi

Berat

badan/

keadaan gizi

BB/TB <90% Klinis gizi buruk


-

atau

atau BB/TB <70% -

BB/U<80%

atau BB/U<60%

Demam yg tdk
diketahui

2 minggu

penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran

3 minggu
1 cm jumlah

kelenjar
kolli,

limfe

>

aksila,

panggul,
falang
Fototoraks

tidak

nyeri

inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi

1,

Ada
-

lutut,

pembengkaka

n
Normal/k

Gambaran

elainan

sugestif TB*

17

tdk jelas
X. PENATALAKSANAAN
a. Antibiotik
Pilihan empiris antibiotik untuk pasien bronkopneumonia yang tidak
memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta
laktam generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau
tanpa Macrolid (Claritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika ada
kecurigaan

infeksi

H.

influenza)

atau

Fluoroquinolon

(dengan

peningkatan kemampuan membunuh S. pneumoniae). Antibiotik


alternative antara lain Cefuraxime dengan atau tanpa Macrolid atau
Azitromicin saja.
Pilihan antibiotik dapat tunggal atau kombinasi. Antibiotik tunggal yang
paling cocok diberikan yang gambaran klinisnya sugestif disebabkan
oleh tipe kuman yang sensitive. Kombinasi antibiotik diberikan dengan
maksud untuk mencakup spectrum kuman-kuma yang dicurigai, untuk
meningkatkan aktivitas spectrum dan pada infeksi jamak. Bila telah
didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil ini dapat dijadikan
untuk memberikan antibiotic tunggal.
b. Terapi suportif

Terapi O2 untuk mencapai saturasi 95-96%

Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai


bronchodilator bila disertai bronkospasme

Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak

Pemberian cairan

Tatalaksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun


karena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia
diberikan antibiotik secara empiris. Walaupun sebenarnya pneumonia viral tidak
memerlukan antibiotik, tapi pasien tetap diberi antibiotik karena kesulitan
membedakan infeksi virus dengan bakteri.

18

Usia

Rawat jalan

0-2 minggu

Rawat Inap
1. Ampisillin +
Gentamisin
2. Ampisillin +
Cefotaksim

>2-4

1. Ampisillin +

minggu

Cefotaksim atau

Bakteri Patogen
- E. Coli
- Streptococcus B
- Nosokomial
Enterobacteria
- E. Coli
- Nosokomial

Ceftriaxon

Enterobacteria

2. Eritromisin

- Streptococcus B
- Klebsiella
- Enterobacter
- C. Trachomatis

>1-2 bulan

1. Ampisillin +

- E. Coli and other

Gentamisin

Enterobacteria

2. Cefotaksim atau
Ceftriaxon

- H. influenza
- S. pneumonia
- C. Trachomatis

>2-5 bulan

1. Penisilin

1. Ampisillin

- H. Influenza

2. Sefuroksim

2. Ampisillin +

- S. Pneumonia

Sefiksim
-Amoksisilin

Kloramfenikol
Sefuroksim

- Mycoplasma

Ceftriaxon

19

>5 tahun

1. Penisillin A

1. Penisillin G

- S. Pneumonia

2. Amoksisilin

2. Sefuroksim

- Mycoplasma

Eritromisin

Seftriakson
Vankomisin

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,


dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga
penyebab pneumonia adalah S. Aureus, kloksasilin dapat segera
diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,
klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk stafilokokkus
adalah 3-4 minggu.

X . PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap pneumonia dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi/vaksinasi. saat ini sudah tersedia banyak vaksin untuk mencegah
pneumonia. Setiap vaksin mencegah infeksi bakteri/virus tertentu sesuai jenis
vaksinnya. Berikut vaksin yang sudah tersedia di Indonesia dan dapat mencegah
pneumonia :
1. vaksin PCV (imunisasi IPD) untuk mencegah infeksi pneumokokkus
(Invasive Pneumococcal diseases, IPD). vaksin PCV yang sudah tersedia
adalah PCV-7 dan PCV-10. PCV 13 belum tersedia di Indonesia
2. vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilus Influenzae tipe b
3. vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertusis
4. vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5. vaksin influenza untuk mencegah influenza
XI.

Komplikasi
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya
adalah sebagai berikut :

20

1. Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
2. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru.
3. Efusi pleura.
4. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
7. Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.
XII.

PROGNOSIS
Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang
pada fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah
terkomplikasi dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan
muncul pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian
dapat muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit
paru kronik pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi,
malnutrisi energi. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%.

21

22

BAB III
ANALISA KASUS
a. Hubungan Diagnosis dengan keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar
Jawab : Rumah panggung berdinding kayu dan beratap seng dengan ukuran
rumah 10 x 8 meter. Samping kanan dan depan

ada rumah tetangga,

mempunyai halaman rumah yang sempit. Memiliki ruang tamu, 2 ruang


kamar tidur, 1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan 1 ruang dapur dan
ada kamar mandi, Rumah memiliki ventilasi pertukaran udara yang cukup
dan cukup pencahayaan. Sumber air berasal dari air PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok.
ada hubungan antara keadaan rumah dengan penyakit pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
Jawab : Keadaan keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga tergolong
baik. ayah pasien merupakan perokok sehingga sering merokok di rumah.
Hubungan antar keluarga pun harmonis. Istri dan kakak pasien selalu
mendukung pasien untuk rutin melakukan pengobatan.
Penyakit bronkopneumonia dipengaruhi oleh keadaan keluarga
maupun hubungan antar keluarga karena faktor resiko terjadinya
bronkopneumoni adalah paparan debu, asap, kebiasaan merokok. Sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan
hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
Ayah Pasien dulunya adalah seorang perokok aktif. Ayah Pasien mulai
merokok saat usia 15 tahun. Dalam 1 hari pasien bisa menghabiskan sekitar 1
bungkus rokok. Walaupun sejak dahulu pasien sudah mulai merasakan batuk dan
sedikit sesak namun pasien tetap mengkonsumsi rokok. Hal ini menandakan ayah
pasien tidak memiliki kepedulian terhadap perilaku kesehatan dirinya dan bagi
orang lain.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit
pada pasien ini

23

Kemungkinan faktor resiko terjadinya bronkopneumonia pada pasien ini


adalah kebiasaan ayahnya seorang perokok dan paparan debu dari lingkungan
sekitar. Merokok merupakan penyebab tersering bronkopneumonia pada anak
karena komponen asap rokok menstimulasi perubahan pada selsel penghasil
mukus bronkus dan silia. Komponenkomponen tersebut juga menstimulasi
inflamasi kronis. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar
mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat
menyebabkan bronkokonstriksi kronis.
Eksaserbasi bronkopneumonia disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie. Pajanan debu dan gas berbahaya. Polusi tidak begitu besar
pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan
lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat
pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon. Pada
kasus ini dapat disimpulkan bahwa faktor resiko pada pasien ini kebiasaan
merokok.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan
dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini adalah dengan cara berhenti merokok, tidak
berada didekat orang yang sedang merokok, tidak berada di tempat yang banyak
debu serta menghindari terkena penyakit inflamasi paru lainnya. Selain itu pasien
juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, karena penyakit bronkopneumonia juga sering
mengenai mereka yang daya tahan tubuhnya sedang tidak baik.maka dari itu ibu
Pasien juga disarankan untuk memberkan makan makanan yang bergizi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar
Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.
2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pneumonia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta:
Infomedika Jakarta; 1985. H. 1228-35

25

3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin


R.Lange current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america:
The McGraw-Hill companies;2007.
4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 4 Maret 2015
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-AnakRoy. Accessed on 4 Maret 2015

DOKUMENTASI

26

SAat melakukan pemeriksaan pada pasien

27

Tampak depan rumah pasien

28

Anda mungkin juga menyukai