Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau


Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean,
green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama
daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi
(Makassar) (Astawan, 2009).
Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak
varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan
dikelasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Leguminales

Famili

: Leguminosae

Genus

: Phaseolus

Spesies

: Phaseolus radiatus L. (Rukmana,1997).


Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang,

daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak
dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar (Rukmana, 1997).
Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau
kecokelat-cokelatan, atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian

Universitas Sumatera Utara

30 cm-110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk,


tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip
dan berwarna hijau (Rukmana, 1997).
Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk
kupu-kupu, dan berwarna kuning. Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm-15
cm. Tiap polong berisi 6-16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil
dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg-0,8 mg atau per 1000 butir antara 36 g -78
g, berwarna hijau sampai hijau mengilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga
bagian, yaitu kulit biji, kotiledon, dan embrio (Rukmana, 1997).
Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan
(bijinya), pakan ternak (limbahnya), dan pupuk hijau (limbahnya). Dalam tatanan
makanan sehari-hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur , sayur (taoge), dan
kue-kue. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.
Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.
Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah 345,00 kalori energi; 22,00 g
protein; 1,20 g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125,00 mg kalsium;
320,00 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157,00 SI vitamin A; 0,64 mg vitamin B1;
6,00 mg vitamin C (Rukmana, 1997); 6 mg natrium; 1132 mg kalium; 4,4 g serat
(Duke, 1981).

2.2 Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun
fungsi tubuh secara berlainan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan

Universitas Sumatera Utara

mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari
100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida,
kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro
antara lain: besi, mangan dan tembaga (Almatsier, 2004).
Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses
pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan
kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja
mineral lainnya (Poedjiadi, 2006).
2.2.1 Besi
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia dan hewan. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam
tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat
angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di
dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2004).
Pada orang dewasa normal, terdapat 4-5 g besi, 75% berada dalam bentuk
hemoglobin (2,5 g), mioglobin (0,15 g),enzim heme, dan enzim nonheme. Sisanya
disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin dalam sistem retikuloendotelial, limfa,
sumsum tulang, dan sel hepatik parenkim (Eastwood, 2003).
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam
lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian besar besi
dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana
asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam

Universitas Sumatera Utara

makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan
alat angkut protein khusus (Almatsier, 2004).
Ada dua macam bentuk

zat besi dalam makanan, yaitu heme dan

nonheme. Zat besi heme berasal dari hewan, penyerapannya tidak tergantung pada
jenis kandungan makanan lain, dan lebih mudah diabsorbsi dibandingkan zat besi
nonheme. Pada umumnya zat besi nonheme terdapat pada pagan nabati, seperti
sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan (Wirakusumah,
1999).
Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8
mg bagi wanita. Kebutuhan besi selama pertumbuhan meningkat sampai kurang
lebih 0,6 mg, dan waktu kehamilan sampai 1-2 mg/hari (Tjay, 2007).
Kekurangan darah atau anemia adalah sutu keadaan kronis dimana kadar
hemoglobin dan atau jumlah eritrosit berkurang. Penyebab paling umum dari
anemia adalah kekurangan besi untuk sintesa hemoglobin (Tjay, 2007).
2.2.2 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,
yaitu 1,5 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg
(Barasi, 2007). Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan keras, yaitu tulang
dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit selebihnya kalsium tersebar luas di
dalam tubuh. Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu
duodenum. Peningkatan kebutuhan akan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan,
kehamilan, dan menyusui. Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber
kalsium, seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah
(Almatsier, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Mineral kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Kalsium sangat


penting terutama untuk anak-anak, wanita hamil, dan wanita menyusui. Jumlah
yang dianjurkan per hari untuk anak-anak sebesar 500 mg, remaja 600-700 mg,
dan dewasa sebesar 800 mg (Almatsier, 2004).
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua
orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun akan kehilangan kalsium dari
tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Ini yang dinamakan
osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Osteoporosis
lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang
kulit putih daripada kulit berwarna (Almatsier, 2004).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar
oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar
ultraviolet (Rohman, 2007)
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsurunsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan
tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini
cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi
(batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan
interferensinya sedikit (Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya


oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik
suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke
tingkat eksitasi (Khopkar, 2008).
Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan
mineral tertentu (Rohman, 2007).
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi
uap atom-atomnya, yaitu:
1.

Dengan nyala (Flame)


Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi

bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh
nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara
suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber

Universitas Sumatera Utara

nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai
bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).
2.Tanpa nyala (Flameless)
Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil
sedikit (hanya beberapa L), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian
tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus
listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah
menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang
berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi
sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian
banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman (Rohman, 2007).
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima
dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).
f. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom


2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom
adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sampel (Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan
menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia
(Khopkar, 2008).
Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara
spesies pengganggu dan spesies yang diukur. Interfernsi kimia disebabkan adanya
reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar,
2008).

2.4 Validasi Metode Analisis


Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa

Universitas Sumatera Utara

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis


adalah sebagai berikut:
a. Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
ditentukan dengan dua cara, yaitu:
-

Metode simulasi
Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan
hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya) (Harmita, 2004).
-

Metode penambahan baku


Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi


tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa
penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan
menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat
ditemukan kembali (Harmita, 2004).
Menurut Ermer (2005) rentang persen perolehan kembali memenuhi syarat
jika nilai persen perolehan kembali berada pada rentang 80% -120%.

Universitas Sumatera Utara

b. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan
(Harmita, 2004).
c. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).
d. Linearitas dan rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang
dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima
(Harmita, 2004).
e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation)
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai