Cv = A o I
V = Cv W
4.
5.
6.
7.
Dimana :
Cv =Faktor Respons Gempa vertikal
=koefisien bergantung pada wilayah gempa
Ao =percepatan puncak muka tanah
I = faktor keutamaan gedung
Kombinasi pembebanan berdasarkan RSNI 3
Tata Cara Penghitungan Pembebanan Untuk
Bangunan Rumah Dan Gedung.
Combination 1 :1.4 D
Combination 2 :1.2 D+1.6 L
Combination 3 :1.2 D+1.0 L+1.6 W
Combination 4:1.2 D+1.0 L+1.0 Ex+0.3 Ey
1.2 D+1.0 L+0.3 Ex+1.0 Ey
Combination 5 :0.9 D+1.6 W
Combination 6 :0.9 D+1.0 Ex+0.3 Ey
0.9 D+0.3 Ex+1.0 Ey
Pada SNI 03-1726-2002 Tabel 1, untuk stadion
yang dianggap sebagai gedung penting pada
keadaan darurat, faktor keutamaan, I = 1,4
Pada tabel 3, sistem dan subsistem struktur
gedung termasuk Sistem Rangka Pemikul
Momen Biasa (SRPMB).
Untuk beton bertulang, faktor reduksi gempa
maksimum, R m = 3,5
Dan pada tabel 6, spektrum respons gempa
rencana untuk wilayah gempa 2 dan jenis tanah
lunak, Tc = 1,0 detik
Sistem struktur yang dipakai adalah Sistem
Rangka Pemikul Momen (SRPM). Karena
bangunan berada di wilayah gempa zona 2,
maka perencanaan desain berdasarkan SNI 032847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
8.
KOMPONEN
METODE
Kolom
cor ditempat
Balok
Pelat
Over topping
Tangga
Pracetak
Pracetak
cor ditempat
Pracetak
4.
1.6.
5.
6.
KONVENSIONAL
Desain
Sederhana
Bentuk dan
ukurannya
Waktu
pelaksanaan
Lebih lama.
Teknologi
pelaksanaan
Konvensional
Koordinasi
pelaksanaan
Kompleks
Pengawasan
/kontrol
kerja
Kondisi
lahan
Kondisi
cuaca
Ketepatan/a
kurasi
ukuran
Kualitas
PRACETAK
Membutuhkan wawasan yang luas
terutama yang ada kaitannya dengan
fabrikasi sistem, transportasi serta
pelaksanaan
atau
pemasangan
komponen, sistem sambungan dan
sebagainya.
Efisien
untuk
bentuk
yang
teratur/relatif besar dengan jumlah
bentuk-bentuk yang berulang
Lebih
cepat,
karena
dapat
dilaksanakan secara pararel sehingga
hemat waktu 20-25%
Butuh tenaga yang mempunyai
keahlian
Lebih sederhana, karena semua
pengecoran elemen struktur pracetak
telah dilakukan di pabrik.
Sifatnya lebih mudah karena telah
dilakukan pengawasan oleh kualitas
kontrol di pabrik.
Tidak memerlukan lahan yang luas
untuk penyimpanan material selama
proses
pengerjaan
konstruksi
berlangsung, sehingga lebih bersih
terhadap lingkungan.
Tidak dipengaruhi cuaca karena
dibuat di pabrik.
Karena dilaksanakan di pabrik, maka
ketepatan ukuran lebih terjamin.
Lebih terjamin kualitasnya karena di
kerjakan
di
pabrik
dengan
menggunakan sistem pengawasan
pabrik.
2.3. ELEMEN
STRUKTUR
PRACETAK
YANG UMUM DIPAKAI
2.3.1. Pelat
Pelat dianggap sebagai diafragma yang sangat
kaku untuk mendistribusikan gempa. Pada waktu
pengangkutan atau sebelum komposit, beban yang
bekerja adalah berat sendiri pelat, sedangkan beban
total yang diterima oleh pelat terjadi saat pelat
sudah komposit.
Untuk pelat pracetak (precast slab), ada
beberapa jenis yang umum digunakan yaitu :
1. Pelat pracetak berlubang (Hollow Core Slab)
Pelat pracetak dimana ukuran tebal lebih besar
dibanding dengan pelat pracetak tanpa lubang.
Biasanya pelat tipe ini menggunakan kabel
pratekan. Keuntungan dari pelat jenis ini adalah
lebih ringan, tingkat durabilitas yang tinggi dan
ketahanan terhadap api sangat tinggi. Pelat jenis ini
memiliki lebar rata-rata 2 hingga 8 feet dan tebal
rata-rata 4inchi hingga 15 inchi.
2.
2.3.2. Balok
Balok memikul beban pelat dan berat sendiri.
Selain itu, balok juga berfungsi untuk memikul
beban-beban lain yang bekerja pada struktur
tersebut.
Untuk balok pracetak (Precast Beam), ada dua
jenis balok yang sering atau umum digunakan :
1. Balok berpenampang persegi (Rectangular Beam)
:
2.4. SAMBUNGAN
2.4.1. Sambungan
Daktail
Dengan
Cor
Setempat
Sambungan ini merupakan sambungan
dengan menggunakan tulangan biasa sebagai
penyambung / penghubung antar elemen beton baik
antar pracetak ataupun antara pracetak dengan cor
ditempat. Elemen pracetak yang sudah berada di
tempatnya akan di cor bagian ujungnya untuk
menyambungkan elemen satu dengan yang lain
agar menjadi satu kesatuan yang monolit.
Sambungan jenis ini disebut dengan sambungan
basah.
Penampang A
cor ditempat
Penampang A
cor ditempat
Penampang B
Penampang B
Bottom of Beam
d
1.5 d
Daktail
Dengan
2.4.2. Sambungan
Menggunakan Las
Ochs dan Ehsani (1993) mengusulkan dua
sambungan las pada penempatan di lokasi sendi
plastis pada permukaan kolom sesuai dengan
konsep Strong Column Weak Beam. Pada konsep
ini, sendi plastis direncanakan terjadi pada ujung
balok dekat kolom. Sebagai gambaran, akan
dicontohkan sambungan balok dengan kolom
dengan menggunakan las. Untuk pertemuan antara
balok dengan kolom, pada balok dan kolom
dipasang pelat baja yang ditanam masuk pada
daerah tulangan kolom dan kemudian di cor pada
waktu pembuatan elemen pracetak. Pada kedua
ujung balok, pelat baja ditanam pada bagian atas
dan bawah. Pada perakitan komponen pracetak
yang menggunakan las, untuk kolom terlebih
dahulu berdiri kemudian dilakukan pengelasan pada
kedua pelat tersebut untuk menyambungnya dengan
balok. Keuntungan dari cara ini adalah dari segi
pengerjaan dan pelaksanaannya, karena elemenelemennya tunggal dan berbentuk lurus,
pengangkutan dan pengangkatannya lebih mudah
sehingga lebih ekonomis. Kerugiannya adalah
sambungan pada balok kolom sangatlah rawan,
biaya relatif besar dan pekerjaan lebih sulit karena
memerlukan ketelitian dalam pengelasan.
bearing strips
2.4.4. Sambungan
Daktail
Menggunakan Baut
Dengan
ln 08
1500
36 5 m 0.2
ln 08
1500
36 9
Tulangan Pakai
pelat(m2)
4
Arah X
12
Arah Y
300
12
300
- Dua Segitiga
qek
Tabel
L(m)
7.375
6.525
6.075
5.3
5
4.775
Tabel
L(m)
8
5
7.5.
Lx
4
4
4
4
4
4
7.6.
Lx
4
4
1 Lx
1
x q x Lx 1 -
2
3 Ly
7.7.
L(m)
Lx
Ly
15
14.1
12.62
11.6
Tumpuan
Lapangan
Tul.Tarik
Tul.Tekan
7.5
D32
D32
14
7.1
D32
D32
14
6.3
D32
D32
5.8
D32
D32
10.15
5.1
D32
10
D32
4.5
D29
3.9
D29
7.85
Tul.Tarik
Tul.Tekan
220
D32
D32
14
200
170
D32
D32
14
150
14
200
D32
D32
14
150
14
220
D32
D32
14
150
D32
12
140
D32
D32
14
100
D32
12
150
D32
D32
14
100
D29
12
170
D29
D29
12
150
D29
12
290
D29
D29
12
250
Tabel
7.8.
L(m)
Lx
Ly
Lapangan
Tumpuan
Tul.Tarik
Tul.Tekan
7.5
D32
D32
12
7.1
D32
D32
12
6.3
D32
D32
5.8
D32
5.1
D32
Tul.Tarik
Tul.Tekan
150
D32
D32
12
100
150
D32
D32
12
100
12
150
D32
D32
12
100
D32
12
150
D32
D32
12
100
D32
12
150
D32
D32
12
60
L(m)
Lapangan
Tumpuan
Tul.Tarik
Tul.Tekan
10
D32
D32
14
10
D32
D32
10
D32
D32
10
D32
10
D32
x q x Lx
3
1
qek x q x Lx
4
- Trapesium
Tabel
TulTarik
Tul.Tekan
170
D32
D32
14
150
14
170
D32
D32
14
150
14
170
D32
D32
14
150
D32
14
170
D32
D32
14
150
D32
14
160
D32
D32
14
100
Lantai
L(m)
2
3
4
Lapangan
Tumpuan
Tul.Tarik
Tul.Tekan
D32
D32
14
D32
D32
14
D32
D32
14
Tul.Tarik
Tul.Tekan
190
D32
D32
14
150
200
D32
D32
14
150
170
D32
D32
14
150
s
90
100
100
100
140
140
16000
90
140
14000
0. 13500.1698
12000
Pu (kN)
10000
8000
507.399348.
7079.4265
6000
4000
2593.404401.
5606.81352
2000
0
0
500
1000
1050.678521.
0
1500
2000
Mu (kN.m)
2500
3000
Tabel
Lt
Pr
1
A
B
C
D
E
F
G
2
C
D
E
F
3
C
D
E
F
4
D
E
F
5
D
Tabel
Lt
Pr
1
A
B
C
D
E
2
C
D
E
3
C
D
E
4
D
5
D
4.15.
Penulangan Kolom Tribun D
Dimensi
h(cm)
Tulangan
s pakai
600
600
300
8
D32
14
150
600
600
750
8
D32
14
220
600
600
750
8
D32
14
220
900
900
750
12
D32
14
350
900
900
750
12
D32
14
370
900
900
750
12
D32
14
370
900
900
750
12
D32
14
300
600
600
450
8
D32
14
220
900
900
450
12
D32
14
250
900
900
450
12
D32
14
250
900
900
450
12
D32
14
200
600
600
450
8
D32
14
220
900
900
450
12
D32
14
250
900
900
450
12
D32
14
250
900
900
450
12
D32
14
300
900
900
450
12
D32
14
250
900
900
450
12
D32
14
150
900
900
450
12
D32
14
200
900
900
300
12
D32
14
370
4.16.
:
Penulangan Kolom Tribun G
Dimensi
h(cm)
Tulangan
s pakai
600
600
300
16
D32
14
70
600
600
750
8
D32
14
220
600
600
750
8
D32
14
220
600
600
750
8
D32
14
220
600
600
750
8
D32
14
220
600
600
450
8
D32
14
220
600
600
450
8
D32
14
220
600
600
450
8
D32
14
200
600
600
450
8
D32
14
130
600
600
450
8
D32
14
130
600
600
450
8
D32
14
180
600
600
450
12
D32
14
130
600
600
300
12
D32
14
150
Vh = 4415819.1 N
7 D 32
T1 = 2335393.3 N
T2 = 1191625 N
4 D 32
Vh = 3846986.5 N
Mu = 1199881374 Nmm
V. SAMBUNGAN PRACETAK
600 mm
Panjang penyaluran : Tul. tekan
Tul. tarik
650 mm
5.2. SAMBUNGAN BALOK ANAK-BALOK
INDUK
O V E R T O PPIN G
PE L A T P R A C E T A K
B A LO K PR A C E TA K
240 mm
590 mm
VI. PELAKSANAAN
1. Pemasangan bekisting untuk pembuatan kolom.
2. Pemasangan balok induk pracetak.
3. Pemasangan balok anak pracetak.
4. Pemasangan tangga pracetak.
5. Pemasangan pelat pracetak.
6. Pemasangan tulangan atas.
7. Pengecoran topping.
8. Untuk pekerjaan lantai selanjutnya sesuai tahapan
di atas.
VII. KESIMPULAN
1. Jumlah tipe elemen yang dimensinya berbeda
sedapat mungkin diminimalkan untuk lebih
mengoptimumkan bentuk cetakan.
2. Sambungan antara elemen pada struktur, seperti
sambungan balok dan kolom serta balok induk
dan balok anak diusahakan supaya memenuhi
kriteria jenis sambungan agar dapat bekerja
sesuai dengan yang direncanakan.
3. Pelaksanaan metode pracetak menjadi suatu hal
yang sangat mungkin dilakukan di Indonesia,
hanya saja diperlukan ketelitian dan keahlian
dalam penggarapannya.