Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Program Imunisasi di Indonesia

Perlindungan terhadap penyakit infeksi dihubungkan dengan suatu kekebalan. Terdapat


dua mekanisme dasar untuk mendapatkan kekebalan, yaitu secara aktif dan pasif.
Kekebalan aktif adalah perlindungan dihasilkan oleh sistem kekebalan seseorang itu
sendiri, jenis kekebalan ini biasanya menetap. Kekebalan pasif adalah perlindungan yang
diberikan oleh antibodi yang dihasilkan oleh hewan atau manusia yang diberikan kepada
orang lain; biasanya melalui suntikan. Kekebalan pasif sering memberikan perlindungan
efektif, tetapi perlindungan ini akan menurun setelah beberapa minggu atau bulan
(Atkinson, dkk,2000).
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yang berasal dari hewan atau manusia ke
manusia lain. Kekebalan pasif memberikan perlindungan terhadap beberapa penyakit
infeksi, tetapi perlindungan ini bersifat sementara. Kadar antibodi akan berkurang
setelah beberapa minggu atau bulan dan penerima tidak lagi kebal terhadap penyakit
tersebut. Bentuk yang paling umum dari kekebalan pasif adalah pada bayi yang
menerima kekebalan dari ibunya. Antibodi disalurkan melalui plasenta pada 12 bulan
akhir kehamilan sehingga seorang bayi akan mempunyai antibodi seperti ibunya
(maternal antibodi)
Kekebalan aktif adalah stimulasi sistem imun yang menghasilkan antibodi dan kekebalan
seluler. Tidak seperti kekebalan pasif, kekebalan aktif biasanya bertahan beberapa tahun
dan sering sampai seumur hidup. Suatu cara untuk mendapatkan kekebalan aktif adalah
akibat seseorang menderita suatu penyakit. Secara umum, dapat dikatakan bahwa setelah
sembuh dari suatu penyakit, mereka menjadi kebal terhadap penyakit tersebut sampai
seumur hidup lamanya. Adanya kekebalan yang terus-menerus disebut memori
kekebalan.
Setelah ada paparan antigen terhadap sistem kekebalan, sel tertentu (memori sel)
beredar dalam darah sampai beberapa tahun. Jika terpapar lagi dengan antigen yang
sama, sel tersebut akan memperbanyak diri dan menghasilkan antibodi untuk
meningkatkan perlindungan terhadap penyakit tersebut. Cara lain untuk menghasilkan
kekebalan adalah dengan imunisasi, yaitu memberikan vaksin. Vaksin yang diberikan
mengandung antigen terhadap suatu penyakit tertentu yang akan berinteraksi dengan
sistem kekebalan dan menghasilkan respons imun yang setara dengan yang dihasilkan
setelah seseorang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyebabkan orang itu sakit
dan menderita komplikasi. Vaksin menghasilkan memori kekebalan yang sama dengan
jika orang tersebut menderita penyakit tersebut. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi respons yang ditimbulkan oleh imunisasi. Ini termasuk adanya kekebalan
dari ibu, dosis antigen, cara pemberian, dan ada atau tidaknya ajuvan (misalnya zat
aluminium sebagai penambah potensi vaksin). Faktor penerima, seperti umur, status gizi,
genetik, dan penyakit lain, juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan.
Pelaksanaan Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak sebelum perang dunia ke dua
dengan tujuan memberantas penyakit cacar. Kemudian kegiatan imunisasi ini
dilaksanakan secara rutin di seluruh Indonesia sejak tahun 1956. Kegiatan imunisasi ini
telah berhasil membasmi penyakit cacar, dibuktikan dengan Indonesia dinyatakan bebas
cacar oleh WHO pada tahun 1974.
Kemudian pada tahun 1977, WHO memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai
upaya global secara resmi dan disebut suatu Expanded Program on Immunization (EPI)
yang dikenal di Indonesia sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Di Indonesia
program imunisasi secara resmi dimulai di 55 Puskesmas pada tahun 1977 Beberapa
antigen mulai menjadi program imunisasi nasional seperti BCG tahun 1973, TT Ibu
Hamil tahun 1974, DPT tahun 1976. Polio tahun 1981,Campak tahun 1982, dan
tahun Hepatitis B tahun 1997. Pada tahun 1990 secara nasional Indonesia mencapai
status Universal Child Immunization (UCI) yaitu mencakup minimal 80% (Campak)
sebelum anak berusia satu tahun dan cakupan untuk DPT-3 minimal 90%.
Terdapat beberapa jenis imunisasi berdasarkan pelaksanannya, yaitu imunisasi rutin dan
imunisasi tambahan. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang secara rutin

dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan. Imunisasi
rutin ini, berdasarkan kelompok usia sasaran, dibagi menjadi imunisasi rutin pada bayi,
pada wanita usia subur, dan pada anak sekolah
Sedanagkan imunisasi tambahan, merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas
dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini sifatnya
tidak rutin, membutuhkan biaya khusus dan kegiatannya dilaksanakan pada suatu
periode tertentu.
Terdapat beberapa jenis kegiatan pada imunisasi tambahan, antara lain:
1. Backlog fighting, merupakan upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada
anak yang berumur 1 3 tahun. Sasaran prioritas adalah desa/kelurahan yang
selama dua tahun berturut turut tidak mencapai desa UCI
2. Crash program, merupakan imunisasi tambahan yang ditujukan untuk wilayah
yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.
Sedangkan kriteria pemilihan lokasi imunisasi jenis ini antara lain : 1. Angka
kematian bayi dan angka PD3Itinggi 2. Kekurangan tenaga, sarana, dana 3. Desa
yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target UCI
3. Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response Imunization atau ORI)
4. Kegiatan imunisasi khusus, meliputi Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sub
Pekan Imunisasi Nasional, dan Cacth-up campaign campak
Sedangkan jadwal imunisasi di Indonesia sebagai berikut:

Refference, antara lain :

Depkes RI. 2005. Kepmenkes RI tentang Pedoman


Penanggulangan KIPI; Atkinson,W., Wolfe,C., Humiston,S.,
Epidemiology and Prevention of Vaccine Preventable Disease

Pemantauan dan
Nelson,R., 2000,

Anda mungkin juga menyukai