STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: Ny. DS
Usia
: 27 tahun
No. RMK
: 15.65.49
Alamat
Agama
: Islam
Masuk RS tanggal
: 08 Februari 2012
Diagnosa Masuk
: G1P0000
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan :
Tidak dirasakan mual dan muntah. Tidak ada pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah,
dan keputihan.
Riwayat Haid
Menarkhe
: 14 tahun
Siklus Haid
: 30 hari
Lama Haid
HPHT
: Mey 2011
Riwayat Pernikahan :
Pernikahan pertama, sudah berlangsung dua tahun, masih menikah.
Riwayat Persalinan :
Anak pertama : Hamil ini
Riwayat Pengobatan :
Os menyangkal minum obat-obatan lain selain obat-obat hamil.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
:
o Heart Rate
: 90 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat.
o Respiratory Rate : 22 x/menit
o Tekanan darah
: 110/70 mmHg
o Suhu
: 36,5C
Berat Badan
: 61 kg
Tinggi Badan
: 132 cm
Kepala
:
o Normocephal
o Mukosa bibir lembab
o Rambut bersih
o Mata
:
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Leher
o Inspeksi
: Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.
o Palpasi
: Tidak teraba masa dan nyeri tekan
Thorax
o Inspeksi
: Perkembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi
o Auskultasi
:
Pulmo
: Suara nafas vesikuler, tidak terdapat wheezing, dan rhonki.
Cor
: BJ 1 dan 2 reguler. Tidak terdapat murmur dan gallop.
Abdomen
o Inspeksi
: Buncit, membesar sesuai usia kehamilan. Terdapat linea nigra.
Tidak terdapat striae.
o Palpasi
:
Leopold I
: Teraba bulat lunak. TFU = 34 cm
Leoppold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri. DJJ=
145x/menit, teratur
Leopold III
: Teraba bulat keras.
Leopold IV : 5/5
Genitalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
Tanda pubertas
: Normal, sesuai dengan usia.
Ekstremitas
: Simetris, tidak terdapat edema. RCT < 2 detik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI
KETERANGA
3
NORMAL
PEMBEKUAN
Masa Perdarahan
Masa Pembekuan
200
Menit
13
330
Menit
26
11.2
g/dl
11.3 15.5
33.9
36.0 46.0
7.200
Sel/mm3
4.3 10.4
296
Ribu/mm3
132 440
HEMATOLOGI
o
o
o
o
DPL
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
HEMATOLOGI
-
g/dl
Hemoglobin
10.3
11.3 15.5
Post SC
DIAGNOSA KERJA
Ibu
Bayi
RENCANA
SC Elektif
PENGOBATAN / TINDAKAN
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal : 8 Februari 2012.
Pukul : 16.00
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada tahun 2002
terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1%
merupakan seksio sesarea primer. Laporan American College of Obstretician and
Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada
5
primigravida dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida
tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi, distosia, fetal distress,
dan elektif. Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio sesarea pada primigravida
sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian Gregory dkk
pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan 51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea.
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3 yaitu kelainan
kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Panggul
sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat
kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu
yang biasa disebut dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul
pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh
rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan,
umumnya disebabkan oleh janin yang besar.
2.2 Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
fetopelvik bukan hanya disebabkan oleh berat badan janin yang besar, kelainan lain seperti
kelainan putar paksi dalam (posisio oksipitalis posterior) , kelainan habitus (presentasi muka,
presentasi dahi) juga dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.
sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan
jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai
oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan
mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika
sedikit sekali.
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis
namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya
2.4.1 Penyempitan Panggul Atas
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari
12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur
konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,
penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan
persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter
transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter
dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati
pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh
kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan
janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih
rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul
sedang atau luas
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput
ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan
terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan
9
kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan
pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung
lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga
panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala
janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin
berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali
lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan
distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini
disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar
tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum
teregang dan mudah terjadi robekan
kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala
untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro
Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah
rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina
memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat
mengakibatkan
terjadinya
cedera
pada
nervus
brakhialis
dan
muskulus
sternokleidomastoideus
3.7 Penanganan
3.7.1 Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul
dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum
persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hatihati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha
melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour
serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase
akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap
13
pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu
ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP
dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
3.7.3 Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan
ini sudah tidak dilakukan lagi
14
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008.
Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
15