Asuhan Keperawatan Genotrotik Pada Ganggunan Penglihatan
Asuhan Keperawatan Genotrotik Pada Ganggunan Penglihatan
DEFINISI
Menurut Arif Mansur, dkk ( Kapita Selekta Jilid 1), Katarak adalah istiah kedokteran
untuk setaip keadaan kekeuruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat idrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan Bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi.
Menurut Charlene J.Reaver, dkk ( KMKB buku 1 : 6), katarak adalah mengeruhnya
lensa. Katarak bisa disebabkan konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired
cataract yang paling umun adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum
diketahui. Pemakaian orticosteriod dan thorazine, DM, trauma pada mata penyebab acquired
cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada nfeksi rubella pada periode kehambilan
Katarak terjadi pad kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang
lain. Diagnosa katarak mencakup menurunya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah
dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketia dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a.
b.
c.
d.
B. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degenerative atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
Katarak dapat pula terjadi pada bayi karrena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab Katarak Lainnya meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Faktor Keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir. ( Congenital )
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaaan obat tertentu, khususnya steroid.
Gangguan metabolisme seperti DM ( Diabetus Melitus )
Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h. Rokok dan Alkhohol.
i. Operasi Mata sebelumnya.
j. Trauma (kecelakaan) Pada Mata.
k. Faktor-Faktor lainnya yang belum diketahui.
C. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah Struktur posterior iris yang ernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
kompenen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posteriror. Dengan bertambhanya
usia,neklues mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posteriror
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna Nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya trasparansi. Perubahan pada
serabut halus multiple (zunula0 yang memanjang dari badan siler ke sekitar daerah diluir
lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalanya cahatya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan menggangu transmisi sinar. Teori lain menyebubtkan bahwa suatu enzm
mempunyai peran dalam melunding lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambhanya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh dijadian tauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namun Sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal kebanyakan katarak berkembangn
seacara kronik dan matang ketiak orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopiadan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok. Diabetes, dan asupan vitamin anti
oxi dan yang kurang dalam jangka waktu lama. Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan
mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat laruf menjadi tidak dapat
larut. Pada proses penuaan lensa secara berahap kehilangan air dan mengalami peningkatan
dalam usuran yang densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat
lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan
mejadi central. Serat-serat lensa yang pada lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi
lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak datas
menyebabkan ganguan metabolism pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini,
menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada
akhirnya mnyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa
atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangin oleh lensa
yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina.
Akibatnya otak menginterprestaiskan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang
tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi
coklat atau hitam dank lien mengalami kesulitan dalam membedakan warna ( diambil dari
buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, Ns Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
INSIPI
EN
Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
Ringan
Normal
Normal
IMATUR
MATUR
HIPERMATUR
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Seluruh
Normal
Normal
Massif
Berkurang
Tremulans
(
Normal
Normal
Negative
-
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma
Normal
Normal
Negative
-
hanya
bila
zoula putus )
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis,
glaukoma
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa muncul yaitu :
a. Yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5 a amblyopia
b. Komplikasi yang terjadi nystagmus dan strabismus.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa akueus/ vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke
retina.
2. Lapang penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran tonografi : TIO ( 12 25 mmHg )
4. Pengukuran Gonioskopi Membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes provokatf : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftal moskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrotif lempeng optic, papilledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi
8. EKG, Kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : Kontrol DM
G. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan pembesaran
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kamjuan prosedur lase baru yang
dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula ( pakola, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator ppil dan reflaksi kaut sampai titik diaman
pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan,ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil,
dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok
bagi masing - masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang beruah
lebih dari 65. Sekarang ini, kagtarak paling sering diangkat dengan anesthesia local berdasar
pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan
pengambilian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% Pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.
Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena
sangat penting untuk penatalaksaan pasien pascra operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi local (retrobulbar atau peribulbar),
yang dapat mengimobilasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustreofobia sehbungan dengan graping bedah. Anestesi umun diperlukan bagi
yang tidak bisa menerima anestesi local, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik
psikologis, atau yang tdai berespon terhdapat anestesi local.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkata katarak : ekstrasi
intrakapsuler yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan
glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi ganguan okuler lain, seperti
retinopatidiabetika.
H. PENGKAJIAN
1) Data subjektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaphoresis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) System pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda-tanda vital
b) Respon yang lazim terhadap nyeri
c) Tanda-Tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluhan darah konjungtiva menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulent
- Peningakatan suhu tubuh
- Nilai laboratirum : peningkatan SDP, perubahan SDP,hasil pemeriksaan
kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing-masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- Kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.
I.