Anggota Kelompok
Skenario 5
Seorang pasien berumur 62 tahun datang ke rumah sakit
dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien masih
cukup sadar, berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar
posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu
kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit
sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan
peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita, dan
alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang
penderitaannya saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada
dokter apabila dia mendekati ajalnya agar menerima terapi
yang minimal saja (tanpa antibiotika,tanpa peralatan ICU, dan
lain-lain), dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar.Namun,
ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang
rasa sakit bila memang dibutuhkan.
Rumusan Masalah
Pasien 62 tahun menderita Ca Colon terminal, dan meminta tindakan
minimal.
Prosedur
terapi dan
tindakan
medis
Rekam
Medis
Pasien 62
tahun
menderita Ca
Colon terminal,
dan meminta
tindakan
minimal
Informed
Consent
Aspek
Hukum
Bioetik
Etika
Profesi
Aspek Hukum
(PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi pasal 17) Dokter
atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan
mendapat persetujuan pasien
Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
Etika Profesi
Kewajiban Umum
Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan
yang bersifat memuji diri.
Informed Consent
Suatu informed consent harus meliputi :
Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan
penyakitnya
Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan
seberapa besar kemungkinan keberhasilannya
Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan
akibat apabila penyakit tidak diobati
Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau
menolak terapi. Risiko yang harus disampaikan meliputi efek
samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan
pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
Rujukan/ konsultasi
Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa
kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan
terapi pada pasien-pasien tertentu.
Prognosis
Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,
ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk
tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun.
Bioetik
Prinsip Autonomi: prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination).
Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed
consent;
Princip Beneficence: prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya
dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan
yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya
(mudharat)
Rekam Medis
Kewajiban dokter untuk membuat rekam medis dalam pelayanan
kesehatan dipertegas dalam UUPK seperti:
Pasal 46:
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan
kesehatan.
Pasal 79:
Diingatkan tentang sanksi hukum yang cukup berat, yaitu denda
paling banyak Rp.50.000.000,- bila dokter terbukti sengaja tidak
membuat rekam medis.
Pemeriksaan
Pengujian darah samar
Enema barium: tumor dan kelainan lain pada kolon memberikan
gambaran bayangan gelap pada gambaran rontgen.
Kolonoskopi.
Biopsi: ditemukan adenokarsinoma.
Ultrasonografi: melihat metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
hati dan abdomen.
CT scan
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)
Hipotesis
Pada pasien 62 tahun dengan karsinoma kolon terminal
diperkenankan untuk dilakukan terapi minimal sejauh sesuai
indikasi.
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Bahwa benar pada pasien 62 tahun dengan
karsinoma kolon terminal tersebut diperkenankan untuk dilakukan
terapi minimal sejauh sesuai indikasi. Indikasi yang dimaksud adalah
dengan mempertimbangkan keadaan pasien sebenarnya sesuai sudut
pandang keilmuan. Autonomy sebagai hak pasien untuk menentukan
kondisinya harus dihargai dengan memastikan sebelumnya bahwa
pasien telah mendapat informasi yang benar secara menyeluruh dari
dokter tentang konsekuensi yang akan terjadi dengan diambilnya
keputusan tersebut. Namun untuk euthanasia tetap tidak
diperbolehkan secara hukum di Indonesia dan merupakan tindakan
yang harus dijauhi oleh dokter dalam tugas profesinya sehari-hari.