DI PUSKESMAS WIYUNG
SURABAYA, 15-28 JUNI 2015
Oleh :
ANNISA RACHMAWATI
NIM. 011211232018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis dengan judul: ASUHAN
KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS DI PUSKESMAS WIYUNG.
Disusun oleh : Annisa Rachmawati 011211232018
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik pada :
Hari :
Tanggal :
Surabaya,
Juni 2015
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Program Studi Pendidikan Bidan
FKUA
Pembimbing Klinik
Puskesmas Wiyung, Surabaya
Euvanggelia,S.Keb.Bd
NIK. 139131768
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami oleh ibu
seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI, kelainan pada
puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh Perdarahan, trauma persalinan,
partus lama, retensio plasenta, keadaan Umum ibu (anemia dan malnutrition).
Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa
kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa 60% diakibatkan
kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007).
Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi,
dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan maternitas diharapkan
para petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas sehingga dapat
mengurangi AKI di Indonesia.
Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya dengan
manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka dari itu dalam
laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk mempelajari manajemen dan
dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga kami dapat meningkatkan
pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas fisiologis.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
Tujuan Khusus
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui
pendekatan dokumentasi kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Nifas Fisologis.
2.1.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis.
2.1.1.1 Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Wiknjosastro, 2007).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran.
Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya
saat terjadi involusi kehamilan normal. (Cunningham, 2006).
Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya
melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya
periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi
normal seperti sebelum hamil. (Maryunani, 2009).
2.1.1.2 Fisiologi.
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah 1-2 hari plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira 3 jari di bawah
pusat,3-5 hari 1 jari di atas sympisis, 6-10 hari uterus sudah tidak teraba lagi.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar
12 cm, dan tebal 10 cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis
dari bagian lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium
yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior
menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm.. Selama 2 hari berikut uterus
tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun ke rongga panggul
dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai ukuran normal dalam
waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300
gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot
tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus
berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas
keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber
pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu
ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar
telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang
mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri
mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum
hamil.
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama
beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu
mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk
kembali.
Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300
gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot
tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang
mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri
mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum
hamil (Saifuddin, 2006).
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU).
Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. proses ini terus
berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7
TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis
(Suherni, 2009).
2) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada
juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat
menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan (Saifuddin,
2006).
3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin, 2006).
4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut
sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garisgaris biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna
menjadi keputihan (Saifuddin, 2006)
5) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan
diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang
kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi (Suherni , 2009).
6)
Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi
pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan
(Saifuddin, 2006).
b. Pengeluaran lochea
Cairan atau secret yang keluar pada masa nifas disebut dengan lochea.
Macam-macam lochea antara lain:
1) Lochea Rubra
(a)
Berasal dari robekan/ luka pada plasenta, liquor amni, mekonium, dan darah
2) Lochea Sanguiolenta
(a)
Terdiri dari sedikit darah, banyak serum, selaput lender, dan kuman penyakit
Lochea Alba
Setelah 2 minggu ( 10 sampai 15 hari)
Berisi selaput lendir, leucasisten, dan kuman penyakit yang telah mati
5) Lochea Perusenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluar
c. Laktasi atau pengeluaran ASI
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan
sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel mioepitel. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari
alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah
kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral,
dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira
pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran ( Prawirohardjo, 2009 )
d. Perubahan sistem tubuh lain
1)
Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior, meningkat dan
Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan
Yaitu pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi
umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang
salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah
antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari
area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar
sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan
tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan seharihari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan ( widyasih,
2009).
4)
Tanda Hofman
Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif kaki, menunjukkan
trombosis vena dalam dari betis. Juga dikenal sebagai tanda dorsofleksi. Faktor
Pembekuan biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam hal ini, penurunan
aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk anestesi atau trauma atau pengiriman
operasi dapat meningkatkan risiko pengembangan bekuan darah atau trombus.
Penilaian tanda Hofman menyediakan informasi tentang perkembangan trombi
dan harus dievaluasi secara berkesinambungan.
Untuk melakukan tanda Hofman, pasien harus di tempat tidur dengan kaki
santai dan diperpanjang. Refleks dorsal kaki kuat (satu per satu) dan
mengevaluasi rasa sakit pada otot betis. Hasil positif adanya tanda Hofman yaitu
adanya rasa sakit yang tidak normal dan harus dilaporkan kepada penyedia
perawatan kesehatan segera. Indikator lain dari trombi mungkin meliputi
kehangatan, kemerahan atau nyeri di kaki dicurigai. Sedangkan hasil negatif
adanya tanda Hofman yaitu tidak adanya rasa sakit bilateral adalah respon yang
diinginkan ( widyasih, 2009 ).
2.1.1.4 Aspek Psikologis.
Dibagi dalam beberapa fase yaitu :
a.
Fase Taking In
1)
Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2
hari.
2)
3)
b.
4)
5)
c.
Fase Letting Go
1)
2)
3)
4)
a.
Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan
anak pada fase ini.
1)
2)
b.
2)
3)
tenaga
yang
4)
5)
depresi.
Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal
tersebut di atas adalah normal. (Suherni, 2009)
2)
Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal
sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan
mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar
sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung
kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum.
Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain :
bayinya.
Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.
Keuntungannya yaitu :
kepada ibu
air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar,
anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
5) Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa
langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
pada bayi.
2. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah
depan ke belakang, baru setelah itu anus.
3. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4. Mencuci
daerah kemaluan
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka
6)
kegiatan-kegiatan
rumah
tangga secara
perlahan
dan
bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang
dan malam.
7) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa
waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun
kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.
1. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali
secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10
hitungan.
2. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan
otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata
memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini
senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan.
3. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil
mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak
15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
4. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas
sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
5. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun
tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan
sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil
menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
6. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat.
Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali,
kemudian rileks selama 10 hitugan. (Sulistyawati 2009)
2.1.1.6 Ketidaknyamanan Nifas dan Cara Menanganinya
Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun dianggap
normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres fisik yang
bermakna.
1) Nyeri setelah melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih
umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri
yang lebih berat pada wanita dengan paritas tinggi adalah penurunan tonus
otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermiten.
Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan
uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui,
isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior.
Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu refleks let down (pengeluaran
ASI) pada payudara, tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri
setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik
saat kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh mengubah posisi
uterus ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.
2) Keringat berlebih
Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan
interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan intraselular
selama kehamilan. Cara menguranginya sangat sederhana yaitu dengan
membuat kulit tetap bersih dan kering.
3) Pembesaran payudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi
akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti.
Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik
dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari
ketiga postpartum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan
berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
4) Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri
akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi
tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa perineum
untuk menyingkirkan komplikasi seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga
mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.
5) Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa
hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan oleh
ingatannya tentang tekanan bowel pada saat persalinan. Konstipasi lebih
lanjut mungkin diperberat dengan longgarnya abdomen dan oleh
ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat tiga atau empat.
6) Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat merasakan
nyeri selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menimbulkan traumatis dan menjadi lebih edema selama kala dua
persalinan.
dengan
Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.
1. Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan
asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1
jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara
ibu dan bayinya.
2. Pernyataan standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang
diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
3. Hasil
1. Tujuannya
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan
dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
2. Pernyataan standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit
atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan
tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi
baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.
Hasil
Komplikasi pada masa nifassegera dideteksi dan dirujuk pada saat yang tepat
Kebidanan).
2.2.1
Tempat, tanggal, dan oleh siapa pengkajian itu dilakukan agar petugas
kesehatan selanjutnya mengetahui perlakuan apa sajakah yang telah diberikan kepada
klien, sehingga menghindari adanya double action, hal ini penting untuk data yang
berkelanjutan/catatan perkembangan.
A. Subjektif
1. Identitas Klien
Bertujuan untuk mengidentifikasi/mengenal penderita dan menentukan
status sosil ekonominya yang harus kita ketahui yang bermanfaat saat kita
menentukan anjuran atau pengobatan apa yang akan diberikan (Hanni Umi
dkk, 2010). Biodata mencakup indentitas pasien, antara lain nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat (Ambarwati, 2010)
Biodata
Nama
:
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan
klien.Nama perlu ditanyakan kepada klien dan kepada suami
klien .
Umur
:
Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20 thn )
mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ reproduksi
belum atau tidak mencapai titik maksimal dan menjalankan fungsi
reproduksinya.
:
Agama
Data
status
pendidikan
diperlukan
mengetahui
tingkat
mempengaruhi
prilaku
klien.
(Kemenkes
no
369).
untuk
mengetahui
pengaruh
pekerjaan
terhadap
2. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa
keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa
kebidanan. (Harry Oxorn & William R. Forte, Ilmu Kebidanan : Patologi dan
Fisiologi Persalinan).
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa
nifas (Ambarwati, 2009). Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau
terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat mingguminggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009)
Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh
kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan oleh
:Periode
menstruasi
Berapa kali ibu hamil, apakah abortus, jumlah anak, cara persalinan lalu,
siapa penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2010).
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Anak
5. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, 2009)
6. Riwayat Persalinan Ini
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009)
7. Riwayat kesehatan sekarang
TBC, Jantung, Ginjal, DM, HT, Hepatitis, Kelainan Darah, Gemelli
(berhubungan dengan masalah atau alasan datang).
Klien dengan riwayat penyakit jantung akan memiliki resiko
dekompensasi kordis dan infeksi nifas dan infeksi nifas akibat perfusi jaringan
. Klien dengan TBC memiliki resiko anemia karena pembentukan Hb tidak
sempurna dan mudah terjadi pendarahan post partum disamping memiliki
resiko penularan ke bayinya . Klien dengan riwayat diabetes mellitus resiko
infeksi yang besar akibat disfungsi sirkulasi bahkan bisa timbul infeksi.karena
peninggian kadar gula akan membuat proses penyembuhan menjadi lama.
Selain itu proses laktasi juga membutuhkan glukosa lebih bnyak dari wanita
dewasa sehingga resiko hipoglikemia lebih besar . Ibu dengan kelainan
sebagai
berikut.
a)
b)
d)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya
Pola eliminasi
a)
b)
c)
Pola Aktifitas
Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan
ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh
terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru disamping
membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah tungkai dan
Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesesuaian penampakan usia
b. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)
c.
BB ketika hamil
BB sekarang
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah periksaan yang fokus tergantung keluhan
dan kebutuhan klien.
Muka
:
untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, odem atau tidak
(Alimul, 2008)
Mata
:
adakah pucat pada kelopak bawah mata, adakah ikterus pada sklera. Untuk
menilai visus atau ketajaman penglihatan, untuk ibu anemia konjungtivanya
pucat (Alimul,2008)
Mulut dan gigi
untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis, dan labioskisis (Alimul, 2008)
Leher
pembuluh limfe
Dada dan payudara
:
Apakah payudara kanan dan kiri simetris, puting payudara menonjol atau
tidak, adakah kolostrum atau cairan lain yang keluar dari dalam puting susu.
Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, periksa, payudara untuk
mengetahui adanya retraksi, atau dimpling (Hanni, 2010). Pada saat klien
berbaring, lakukan palpasi secara sistemis dari arah payudara dan aksila,
kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen :
ukur TFU ibu.
Involusi uterus
Bayi lahir
: setinggi pusat
Uri lahir
Satu minggu
: pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu
Enam minggu
: bertambah kecil
Delapan minggu
: sebesar normal
(Saleha, 2009
Genitalia
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
(Jannah, 2011).
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia
mempunyai
bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada
setiap wanita (Saleha, 2009).
Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang keluar
pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009).
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan
kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu
post partum. ( Jannah, 2011).
Dilihat juga jahitan luka perinium.
Ekstermitas :
diperiksa apakah ada oedema/bengkak, adakah varises dan kemerahan
(Saifudin,2002)
3. Pemeriksaan penunjang
Uji Laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin, hemtokrit, sel
darah putih (leukosit). Hemoglobin normal ; 12-14 g/dl, hemtokrit normal;
37-43%, leukosit normal 12.000/mm3, dan urin yang normal adalah 1500 cc.
(Doenges, 2005)
2.2.2
2.2.3
Afterpain
Nyeri akibat luka episiotomi
Kerigat berlebih
Pembesaran payudara
Konstipasi
Retensi urine
2.2.4
2.2.5
Perencanaan tindakan.
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan langkahlangkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, seperti yang apa
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan kondisi
sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis. (Saminem, 2010).
Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan
secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang
relevan
dan
diakui
kebenaranya,
sesuai
kondisi
dan
situasi
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan istirahat
Personal hygiene
Perawatan payudara
2.2.6
Pelaksanaan tindakan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota kesehatan lainnya.Jika bidan
tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahan
pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadapa pelkasanaan
rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menghemat waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. (Saminem, 2010).
2.2.7
Evaluasi
Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup
evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja
sebagian dari terncana tersebut telah efektif sedangkan sebagaian lagi belum.
Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui prosses
manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses menajemen tersebut tidak
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah dalam
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir
bergantung pada klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tanggal: 17 Juni 2015
Jam
: 14.15 WIB
Oleh
: Annisa Rachmawati
No. Reg
: xxx
SUBJEKTIF
A Identitas
Nama Ibu
: Ny. N
Nama Suami
: Tn. A
Umur
: 27 th
Umur
: 29 th
Suku/Bangsa
: Jawa
Suku/Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Agama
:Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pekerjaan
: Berdagang
Alamat
: Lakarsantri
No. Telp
: 085xxx
B Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada perut dan luka jahitan. Puting susu datar dan ASI tidak lancar.
C
Kehamilan
No
1.
Riwayat Obstetri
Suami
UK
8 bulan
40 mg
Persalinan
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Jenis
Pnlg
Tmpt
Normal
Bidan
BPM
Normal
Bidan
PKM
Anak
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Nifas
Sex
BB/PB
Laktsi
2100
6,5 th
hidup
Tidak
2900
1 hari
hidup
Tidak
KET
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Mengu
nakan
KB pil
Trimester III:Kunjungan ANC 8 kali, 6 KALI DI BPM, 1 kali di Puskesmas Jeruk, dan 1 kali
di Puskesmas Wiyung
Keluhan kenceng-kenceng pada UK 40 minggu .
Terapi Fe, Be, KALK
Mendapat HE tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan.
E Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal 16 juni 2015 ibu melahirkan di Puskesmas Wiyung, ditolong oleh bidan. Bayi lahir
spontan, belakang kepala, menangis kuatjam 14.15 WIB, berat 2900 gram, panjang badan
49cm, nilai APGAR 7-8, jenis kelamin laki-laki. Ketuban Mekonium. Lilitan tali pusat 1x.
Plasenta lahir spontan lengkap jam 14.21 WIB. Perdarahan 500 cc. Terdapat laserasi derajat
I.
F
Riwayat Kontrasepsi
Sebelumnya ibu menggunakan KB pil. Ibu berencana untuk menggunakan kb pil setelah 40
hari PP.
G Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus, ginjal,
jantung,, asma, TBC , HIV, IMS maupun hepatitis. Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan
H Riwayat Kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes
melitus, ginjal, jantung, asma, TBC, HIV, IMS, hepatitis dan penyakit kejiwaan. Dalam
keluarga ibu tidak ada keturunan gemelli.
I
Data Fungsional
1 Nutrisi
2
3
4
5
Eliminasi
Istirahat
J Pola Kebiasaan
Tidak mengkonsumsi alkohol, jamu, obat-obat terlarang, dan merokok, serta tidak memiliki
binatang peliharaan.
K Riwayat Psikososial dan budaya
Persalinan ini adalah persalinan kedua. Hubungan ibu dengan keluarga baik. Pengambil
keputusan dalam keluarga adalah suami. Tidak ada adat budaya yang mempengaruhi masa
nifas ibu.
II
OBJEKTIF
A Pemeriksaan umum
KU
Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Suhu
Nadi
Pernafasan
: Baik
: Compos Mentis
:
: 100/70mmHg
: 361 C
: 82x/menit
: 20x/menit
B Pemeriksaan fisik
Wajah
Mata
Bibir
Payudara
Abdomen
Vulva
Anus
III
ANALISA
Ny N P2002 1 hari post-partum fisiologis dengan nyeri luka perinium dan puting datar.
IV
PENATALAKSANAAN
Tanggal 17 Juni 2015
14.45 WIB
15.00 WIB
15.30 WIB
17.30 WIB
18.00 WIB
tambahan roti. Minum air putih 2 gelas dan teh manis 1 gelas.
Personal hygiene
Evaluasi : ibu mandi 2x/hari di Puskesmas, dan sering mengganti
softex.
KB 40 hari PP
Evaluasi : ibu ingin menggunakan KB pil
ASI.
Melakukan observasi nifas
Evaluasi : TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, Suhu: 36,2C, ASI : keluar
sedikit, UC: keras, TFU : 3 jari bawah pusat,perdarahan : normal
20.00 WIB
7
21.00 WIB
23. 00 WIB
8
9
23. 15 WIB
24.00 WIB
BAK/BAB: +/+.
Mendampingi ibu menyusui bayinya.
Evaluasi : puting susu ibu datar dan ASI sedikit sehingga bayi diberikan
PASI.
Memberi kesempatan ibu untuk tidur.
Evaluasi : ibu tidur 2 jam dan tidak nyenyak.
Melakukan observasi.
Evaluasi : TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, Suhu: 36,1C, ASI : keluar
sedikit, UC: keras, TFU : 2 jari bawah pusat,perdarahan : normal
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian selanjutnya mengintrepertasi data. Dalam hal ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Diagnosa dalam kasus adalah P2002, hari
pertama post-partum dengan nyeri luka perinium dan puting datar. Masalah yang muncul pada
ibu adalah nyeri pada luka perinium. Untuk nyeri perineum terjadi akibat luka masih dalam fase
inflamasi sehingga manifestasi klinisnya adalah rubor, kalor, dolor. Sebagaimana di jelaskan
dalam (Rusda, 2004) Adanya luka robekan yang terjadi setelah episiotomi biasanya akan
menyebabkan rasa nyeri. Dan dimana biasanya proses penyembuhan membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Pada kasus Ny N ASI ibu keluar sedikit. Hal ini wajar terjadi pada hari pertama post
partum, sehingga ibu diberi motivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif tanpa PASI pada 6
bulan pertama. Namun pada prakteknya ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya
dan memberikan PASI tanpa sepengetahuan bidan jaga. Sehingga Ny N diberikan KIE
pemberian ASI + PASI yang benar dan dilakukan pendampingan ketika ibu menyusui bayinya.
Ny. N juga di ajarkan cara perawatan payudara untuk memperlancar ASInya. Perawatan
payudara adalah tidakan pengurutan atau rangsangan pada otot payudara pada masa nifas untuk
memperlancar pengeluaran ASI. (Pitriani, 2014)
Ny N diberikan KIE Personal Hygiene untuk menjaga kebersihan tubuh ibu dan terpenting
menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri ibu membanu
mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan, setelah ibu cukup kuat untuk
beraktivitas untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene dilakukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut. (Safrudin, 2009)
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat
nutrisi yang lengkap untuk mempercepat pemulihan kesehatan, kekuatan, meningkatkan kualitas
dan kuantitas ASI, serta mencegah infeksi. (Bahiyatun, 2009). Untuk itu Ny N diberikan KIE
tentang kebuthan nutrisi yang seimbang dan tidak melakukan tarak.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa yang kritis bagi Ibu maupun bayi sehingga pemberian
asuhan kebidanan yang baik dan benar pada ibu nifas sangatlah dibutuhkan. Asuhan
Kebidanan diawali dari manajemen asuhan kebidanan yang baik dan benar, sehingga
pelayanan yang diberikan efektif dan sesuai kebutuhan ibu khususnya pada kasus nifas
fisiologis.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi pada Ny N. Tanda dan
gejala yang terjadi pada ibu nifas meliputi perubahan perubahan fisiologis maupun
psikologis terjadi pada Ny N. Asuhan
kebutuhan Ny N.
Dalam kasus Ny N, ibu memberikan PASI pada bayinya secara diam-diam, ini
menunjukkan kegagalan dalam memberikan KIE tetang ASI ekslusif pada ibu. Pemberian
PASI juga dilakukan dengan cara yang salah, untuk itu dilakukan monitoring yang lebih
kepada Ny N untuk menghindari terjadinya tindakan ibu yang dapat membahayakan
bayinya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi institusi
Laporan ini dapat menjadi tambahan kepustakaan atau bahan rujukan serta menambah
5.2.2
5.2.3
Daftar Pustaka
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Ashuan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :EGC
Handajati, Sutjiati Dwi. 2009. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan :kehamilan.Yogyakarta: CV Andi OF SET
Maryunani. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Dian Press