CASE Stroke Hemoragik
CASE Stroke Hemoragik
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Laporan Kasus
Stroke Hemoragik
Pembimbing:
dr. Al Rasyid, SpS
Disusun Oleh:
Nurul Akma binti Mohd Nazri
11-2012-241
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Umur
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Duda
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pensiun
Alamat
No RM
: 00304949
Dirawat Diruang
: IGD
Tanggal Masuk
: 21 Desember 2013
2
II. SUBJEKTIF
Dilakukan autoanamnesis (menantu pasien) pada tanggal 21/12/2013 Jam 15.23 WIB di IGD
Keluhan Utama:
Lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 7 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os dirujuk dari RS Zahirah dengan post perubatan ICU selama 5 hari dan kemudian
perawatan biasa di ruang biasa selama 2 hari. Os ingin pindah ke RS Bhakti Yudha untuk
mendapatkan fasilitas ASKES.
1 jam sebelum masuk RS Zaharah, keluarga mengatakan os tiba-tiba mengalami
penurunan kesadaran ketika sedang duduk membaca Koran di pagi hari dan kurang memberi
respon ketika dipanggil. Ini merupakan kejadian yang pertama kalinya sehingga membuat
keluarga panik dan segera membawa pasien ke RS Zaharah.
Os pada mulainya lemah anggota tangan kanan sehingga tidak bisa digerakkan, berasa
berat dan kesemutan. Setelah lebih kurang 15 menit, Os mulai berasa hal yang sama pada
anggota kaki kanannya. Pasien perlu dipimpin dan dibantu untuk berjalan maupun duduk. Hal ini
terjadi secara tiba-tiba dan mendadak sehingga keluarga mengambil keputusan untuk membawa
Os ke RS Zahirah. Keluarga mengatakan os tidak mengeluh adanya rasa kesemutan dan baal
sebelum kejadian.
Ketika dalam perjalanan ke RS Zaharah, keluarga mengatakan os mencoba berbicara
namun kata-kata yang keluar sulit dimengerti.
Os sempat muntah sebanyak 3 kali dalam perjalanan ke rumah sakit. Muntah tidak
menyemprot. Isi muntahan berupa apa yang dimakan dan tidak mengandung darah.
Pada mulainya Os dimasukkan ke ruang ICU di RS Zaharah dan kemudian pindah
ruangan ke ruang perawatan biasa setelah keadaan Os membaik. Pada saat dipindahkan ke ruang
perawatan biasa, pasien sudah mulai sadar penuh, berbicara lebih baik dari sebelumnya, namun,
anggota gerak kanannya masih berasa lemah.
Menurut keluarga os tidak mengalami cedera di kepala sebelum ini. Napsu makan dan
minum baik. Buang air besar dan buang air kecil juga biasa. Tidur malam juga bisa. Os juga
tidak mengalami demam dan kejang belakangan ini.
Pada saat dibawa ke IGD di RS Bhakti Yudha, Os tampak memahami dan mencoba
menjawab ketika ditanya. Kaki dan tangan Os sebelah kanan tampak tidak bergerak.
Keluhan pusing berputar, sakit kepala, dan pandangan kabur sebelum kejadian disangkal.
Riwayat tersedak saat makan dan minum tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (+) : sejak 20 tahun SMRS, jarang kontrol
Diabetes mellitus (-), TB paru (-), asma (-), alergi (-), jantung (-), stroke (-)
d. Kepala
e. Mata
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Mulut
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Kelamin
Berat badan
Tinggi badan
2. Status psikikus
a.
b.
c.
d.
e.
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
: wajar
: baik
: wajar
: baik
: cukup
3. Status neurologikus
a. Kepala
i. Bentuk
: Normosefali
ii. Nyeri tekan
: (-)
iii. Simetris
: (+)
iv. Pulsasi
: (-)
b. Leher
i. Sikap
: Simetris
ii. Pergerakan
: Bebas
c. Tanda-tanda perangsangan meningen
i. Kaku kuduk
: Negatif
ii. Kernig
: Negatif
iii. Brudzinski I
: Negatif
iv. Brudzinski II : Negatif
d. Pemeriksaan saraf kranial
i. N. olfaktorius
Penciuman: Tidak dilakukan
ii. N. optikus
Tajam penglihatan
Pengenalan warna
Lapang pandang
Fundus okuli
Kanan
1/60 (bedside)
normal
normal
Tidak dilakukan
Kiri
1/60 (bedside)
normal
normal
Tidak dilakukan
5
iii. N. okulomotorius
Kelopak mata
Gerakan mata
Superior
Inferior
Medial
Dolls eye manuver
Pupil
Diameter
Bentuk
Posisi
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya
tidak langsung
Strabismus
Nistagmus
Kanan
Terbuka
Kiri
Terbuka
normal
normal
normal
Tidak dilakukan
normal
normal
normal
Tidak dilakukan
4 mm
Bulat
Sentral
+
+
4 mm
Bulat
Sentral
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
iv. N. Trochlearis
Gerak mata ke lateral
Bawah
Strabismus
Diplopia
normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
v. N. trigeminus
Membuka mulut
Sensibilitas atas
Sensibilitas bawah
Refleks kornea
Refleks masseter
Trismus
normal
normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
vi. N. abdusens
Gerak mata ke lateral
Strabismus divergen
Diplopia
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
vii. N. fasialis
Mengerutkan dahi
Kerutan kulit dahi
Menutup mata
kerutan (+)
(+)
normal
kerutan (+)
(+)
normal
6
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah bagian 2/3
tidak dilakukan
normal
normal
normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
normal
normal
normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
depan
viii. N. vestibulokoklearis
Mendengar suara berbisik
Test Rinne
Test Weber
Test Shwabach
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
ix. N. glosofaringeus
Arkus faring
Daya mengecap 1/3 belakang
Refleks muntah
Sengau
Tersedak
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
x. N. vagus
Arkus faring
Menelan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
xi. N. asesorius
Menoleh kanan, kiri, bawah
Angkat bahu
Trofi otot bahu
normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
xii. N. hipoglosus
Sikap lidah dalam mulut
Julur lidah
Tremor
Fasikulasi
tidak dilakukan
Normal
(-)
(-)
Kanan
simetris
eutrofik
normotonus
0000
Kiri
simetris
eutrofik
normotonus
5555
7
Refleks bisep
Refleks trisep
Refleks H.Trommer
+
+
-
+
+
-
Sensibilitas
Raba
Nyeri
Suhu
Vibrasi
Badan
+
+
Tidak dilakukan
+
+
+
Tidak dilakukan
+
R. abdomen atas
R. abdomen bawah
R. anus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Bentuk
Trofik
Tonus
Kekuatan
Refleks patella
Refleks Achilles
Refleks patologis:
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Schaeffer
Sensibilitas:
Raba
Nyeri
Suhu
Vibrasi
Kanan
Simetris
Eutrofik
Normotonus
1122
+
+
Kiri
simetris
eutrofik
normotonus
5555
+
+
+
+
tidak dilakukan
+
+
+
tidak dilakukan
+
h. Alat vegetative
Miksi
Defekasi
: normal
: normal
RENCANA DIAGNOSTIK
1. Laboratorium darah rutin, profil lipid, ureum dan kreatinin serum, elektrolit, AGD dan
EKG
2. CT scan kepala tanpa kontras
3. Rontgen thoraks
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 21/12/2013
i. Hematologi
Hemoglobin
Lekosit
Trombosit
Hematokrit
LED
Diff
: 13,7 g/dl
: 7,82sel/mm3
: 247.000sel/mm3
: 39 %
: 15 mm/jam
: 0/0/0/75/20/5
: 189 mg/dL
: 134 MEQ/L
: 3.89 MEQ/L
: 103 MEQ/L
Rontgen Toraks AP
Tanggal 17/12/2013
Kesan
-
Cardiomegali
EKG
Tanggal 21/12/2013
9
10
Kesan:
-ICH di thalamus sinistra (vol 3,3 cc)
RESUME
Subjektif:
1 jam sebelum masuk RS Zaharah, keluarga mengatakan os tiba-tiba mengalami penurunan
kesadaran ketika sedang duduk membaca Koran di pagi hari dan kurang memberi respon ketika
dipanggil. Os pada mulainya lemah anggota tangan kanan sehingga tidak bisa digerakkan, berasa
berat dan kesemutan. Setelah lebih kurang 15 menit, Os mulai berasa hal yang sama pada
anggota kaki kanannya. Os mencoba berbicara namun kata-kata yang keluar sulit dimengerti.
Os sempat muntah sebanyak 3 kali dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pada saat dibawa ke IGD di RS Bhakti Yudha, Os tampak memahami dan ingin mencoba
menjawab. Kaki dan tangan Os sebelah kanan tampak tidak bergerak.
Objektif:
11
vital :
tekanan darah 160/100 mmHg, frekue nsi nadi 82 kali/menit, frekuensi napas 22 kali/menit, suhu
36,5C. Pemeriksaan status neurologis didapatkan: GCS E4M6V5. Pemeriksaan refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+). Pemeriksaan motorik, didapatkan hemiparesis ekstremitas atas
dan bawah sebelah kanan, refleks patologis (-), tanda rangsang meningeal (-)
Pemeriksaan penunjang:
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
GDS : 189 mg/dl
CT scan kepala tanpa kontras : ICH di thalamus sinistra (vol 3,3 cc)
Foto thorax AP : Cor : Cardiomegali
Pulmo : tidak tampak kelainan
EKG : normal sinus rhythm
IV. DIAGNOSIS
1.
2.
3.
4.
Klinis
Topis
Patologis
Etiologi
Derajat kesadaran
:1
ii.
Vomitus
:1
iii.
Nyeri kepala
:0
iv.
v.
Ateroma
:1
12
V. TATALAKSANA
Nonmedikamentosa
1.
2.
3.
4.
Medikamentosa
1.
2.
Neulin 2 x 500 mg
3.
Captopril 3 x 25 mg
4.
Catapres 2 x 75 mcg
5.
Amlodopin 1 x 10 mg
IV. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu gangguan peredaran darah di otak. Organisasi kesehatan dunia, WHO
mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom klinis dengan Gangguan fokal atau global dari
fungsi otak yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang bertahan lebih dari 24 jam atau
lebih atau dapat menyebabkan kematian, dengan penyebab yang tidak lain berasal dari gangguan
sirkulasi otak. Ganggun sirkulasi ini dapat disebabkan oleh beberpa patofisiologi, diantaranya
trombosis, emboli dan perdarahan. Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan gejala stroke
diantaranya adalah hipertensi, diabetes, transient ischaemic attack (TIA), gangguan
kardiovaskuler dan kebiasaan merokok.1
Perjalanan penyakit stokr beragam. Ada penderita stroke yang pulih sempurna, tapi ada
pula yang sembuh dengan cacat ringan, atau cacat sedang, atau cacat berat. Paralisis adalah
diabilitas yang paling sering terjadi akibat stroke. Paralisis atau kelumpuhan biasanya terjadi
pada sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan akibat stroke.
Paralisis ini dapat terjadi pada wajah, lengan, tungkai atau satu sisi tubuh secara keseluruhan
(hemiplegia). Penderita yang mengalami kelumpuhan akan mengalami gangguan dalam
menjalani aktivitasnya sehari-hari dan mengalami penurunan kualitas hidup.1
Tujuan panatalaksaan stroke secara umum adalah menurunkan morbiditas dan
menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan. Salah satu upaya yang
berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengenalan gejala-gejala stroke dan
penanganan stroke secara dini yang dimulai dari penanganan prahospital yang cepat dan tepat.
Filosofi yang harus dipegang adalah time is brain and the golden hour. Dengan penanganan
stroke yang benar pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke paling tidak akan berkurang
sebesar 30%.2
14
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular. 1
ANATOMI & FISIOLOGI SUSUNAN SARAF PUSAT
Gambar 1 :
Anatomi otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput otak yang disebut meningen (duramater,
arachnoid, dan piamater) dan berada di dalam rongga tengkorak.3
Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang
membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.
15
Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara
terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus
dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masingmasing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Bagian-bagian serebri yang utama:
1.
Lobus Frontalis : sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan kognitif serta
pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena adalah pusat
bicara motorik (girus frontalis inferior) maka gejala yang didapat berupa gangguan bicara
motorik (afasi motorik/afasi broca).
2.
Lobus Parietalis : merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke gejala yang terkena
adalah gangguan sensoris dan dapat timbul rasa nyeri (central pain).
3.
Lobus Occipitalis : pusat penglihatan, bila daerah ini terkena pasien mengalami buta
sentral (central blindness).
4.
Diensefalon
Bagian ini mencakup talamus dengan korpus genikulatum, epitalamus, subtalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan struktur penentu bagi persepsi beberapa tipe sensasi.
Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral talamus dan membentuk lantai serta dinding
inferior lateral dari ventrikel III. Kerusakan pada regio hipotalamus dapat menghasilkan berbagai
macam gejala termasuk diabetes insipidus, obesitas, distrofi seksual, somnolen, kehilangan nafsu
seks dan kehilangan pengendalian temperatur.3
Batang Otak
Mesensefalon
Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan hemisfer serebri. di
sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (N.III) dan troklearis (N.IV) yang berperan
dalam gerakan bola mata.
16
Pons
Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula. Pada pons ini terletak inti dari
saraf kranialis trigeminus (N.V), abdusens (N.VI), fasialis (N.VII), dan vestibularis-koklearis
(N.VIII). Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan gejala yang dapat dihubungkan dengan
terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang melewati lesi tersebut, terutama dengan
terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada dalam daerah lesi.
Medula Oblongata
Merupakan bagian batang otak yang berbentuk piramid di antara medula spinalis dan
pons. Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis glossofaringeus (N.IX), vagus
(N.X), assesorius (N.XI), dan hipoglossus (N.XII).3
Serebelum
Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla, dipisahkan dengan
serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater yaitu tentorium serebeli.
Fungsi serebelum ini antara lain mempertahankan posisi tubuh, mengendalikan otot-otot anti
gravitasi dari tubuh, dan mengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama gerakan yang
memerlukan pengawasan dan penghentian serta gerakan halus dari tangan.3
Sistem Peredaran Darah Otak
Hemisfer otak diperdarahan oleh 3 pasang arteri utama yaitu a. cerebri anterior, a. cerebri media,
dan a. cerebri posterior.Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum, mensuplai arteri
oftalmika untuk nervus optikus dan retina, dan bercabang dua menjadi arteri serebri anterior dan
arteri serebri media. 3
Anterior Cerebral Artery (ACA) memperdarahi bagian medial lobus frontal dan parietal dan
bagian anterior dari ganglia basal dan kapsula interna anterior.
17
Middle Cerebral artery (MCA) memperdarahi bagian lateral lobus frontal dan parietal, serta
bagian anterior dan lateral lobus temporal, dan menimbulkan perforantes cabang ke globus
pallidus, putamen dan kapsula interna.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal,
masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri
basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri
basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: 3
Posterior Cerebral Artery (PCA) memperdarahi talamus dan batang otak dan cabang-cabang
kortikal ke lobus temporal medial dan posterior dan lobus oksipital. Cerebellum diperdarahi
Posterior Inferior Cerebellar Artery (PICA) cabang dari arteri vertebralis, dan bagian superior
oleh arteri cerebellaris superior, dan anterolateral oleh Anterior Inferior Cerebllar Artery (AICA)
dari basilar Artery.
Gambar 2. MCA (merah) memasok aspek lateral dari belahan otak, termasuk parietal frontal
lateral, dan lobus temporal anterior, insula dan ganglia basal. ACA (biru) memasok lobus frontal
dan parietal medial. PCA (hijau) memasok lobus temporal dan oksipital talamus dan inferior.
Arteri Choroidal anterior (kuning) memasok tungkai posterior kapsul internal dan bagian dari
hippocampus memperluas ke permukaan anterior dan superior dari tanduk oksipital ventrikel
lateral. Gambaran Suplai Pendarahan Otak. 5
18
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang mengumpulkan
darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak dipermukaan
hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju ke jantung. 5
Sistem karotis terutama
terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah
di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3 faktor. 5
19
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi :
1. Stroke Iskemik / Non Hemorogik
Dapat terjadi karena emboli yang lepas dari sumbernya, biasanya berasal dari jantung
atau pembuluh arteri otak baik intracranial maupun ekstrakranial atau trombotik/
arterisklerotik fokal pada pembuluh arteri otak yang berngsur-angsur menyempit dan
akhirnya tersumbat.4
2. Stroke Hemorogik
Disebabkan pecahnya pembuluh darah otak baik intracranial maupun subaraknoid. Pada
perdarahan intracranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm
akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya
pembuluh darah otak karena kelainan congenital pada pembuluh darah otak tersebut.
Perdarahan subaraknoid disebabkan pecahnya aneurisma congenital pembuluh arteri otak
di ruang subaraknoid. 4
20
21
Masalah vaskular, hematologi, dan jantung akibat berkurang atau berhentinya aliran
b)
darah.
Masalah perubahan biokimia akibat iskemik, dapat terjadi dekrosis jaringan otak: neuron,
sel glia, dan lain-lain.
Jika terjadi oklusi atau hipoperfusi otak yang aliran darah otak normal 15-20 % dari
cardiac output, jika CBF atau aliran darah otak 20 ml/menit/100gr otak maka otak akan berada
dalam keadaan iskemik, sehingga terjadi gangguan fungsi otak dan pada EEG akan timbul
perlambatan, namun bila CBF kembali normal, maka gangguan fungsi akan pulih kembali.8-10
Bila CBF 8-10 ml/menit/100gr otak, sel otak dalam keadaan infark dan bila tidak segera
diatasi akan timbul defisit neurologis sehingga timbul kecacatan dan kematian. Daerah sekeliling
yang terancam disebut daerah penumbra, di mana sel belum mati tapi fungsi berkurang dan
mengakibatkan defisit neurologik. Maka dari itu, sasaran terapi stroke iskemik akut agar daerah
penumbra dapat direperfusi dan sel otak dapat berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung
faktor waktu. Disekeliling daerah penumbra terdapat area hyperemik karena aliran darah
kolateral/luxury perfusion area. 5
Mekanisme
kematian
sel otak
22
1. Proses nekrosis, ledakan sel akut akibat penghancuran sitoskeleton sel, reaksi
inflamasi dan proses fagositosis debris nekrotik. Berhubungan dengan exitotoxic
injury dan free radical injury.
2. Proses apoptosis atau silent death, sitoskeleton neuron menciut tanpa reaksi inflamasi
seluler. Kaskade iskemik, lambat, dan berhubungan proses pompa ion natrium dan
kalium.
Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. 5
FAKTOR RESIKO
Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya adalah dari
pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena arteriosklerosis
merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi lemak, dan kurang
berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko yang dapat dikendalikan.
Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan, yaitu antara lain : 4,5,6
1. Faktor Risiko Tidak Terkendali
a. Usia
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55
tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari
semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu
tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat
menyerang semua kelompok umur.
b. Jenis kelamin
23
b. Penyakit Jantung
Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama
penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung
yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat
kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran
darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan
darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation
merupakan penyebab utama kematian pada satu diantara empat kasus stroke. Faktor
lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat
bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding
aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak
yang kemudian menyebabkan stroke.
c. Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai
tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun.
Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena
sekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.
d. Kadar kolesterol darah
Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol
seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam
tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar
kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah
berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan
stroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga
yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu,
dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.
e. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah
diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan.
Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko
25
yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5
persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi
pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya,
risiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa merokok
memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga
merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang
diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada
sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini
menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi
stroke tahap kedua.
f. Alkohol berlebih
Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah
sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik. Tetapi,
konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan
platelet dalam darah, seperti halnya asnirin. Dengan demikian, konsumsi alkohol yang
cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh dari bahaya stroke iskemik. Pada edisi
18 November, 2000 dari The New England Journal of Medicine, dilaporkan bahwa
Physicians Health Study memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun
mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya
penurunan risiko stroke secara menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and
Womens Hospital di Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini
masih terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman.
Walaupun demikian, disiplin menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi
cukup sulit dikendalikan dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula,
penelitian lain menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan dapat
mempengaruhi
jumlah
platelet
sehingga
mempengaruhi
kekentalan
dan
26
DIAGNOSIS
Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat klinik yang
spesifik:
27
1. Timbul mendadak
2. Menunjukkan gejala-gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh yang tersumbat.
Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak system karotis dan perlu lebih
teliti pada observasi system vertebro-basilar, meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak, sedangkan pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Setiap penderita segera harus dirawat karena umumnya pada masa akut (minggu 1-2)
akan terjadi perburukan akibat infark yang meluas atau terdapatnya edema serebri atau
komplikasi-komplikasi lainnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
neurologic dan pemeriksaan penunjang. 3,5,6
Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena memang stroke sebagai penyebabnya, maka sesuai dengan
definisinya, kelainan saraf yang sada timbulnya secara mendadak. Bila sudah ditetapkan sebagai
penyebab adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk
jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnese harus dilakukan seteliti mungkin.
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada
tabel dibawah ini.4,5
Stroke hemoragik
Mendadak
Sedang aktif
Peringatan
Nyeri kepala
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
Tanda kernig, brudzinky
+++
+
+
+++
++
+
+/+/-
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik neurologi penting untuk membuktikan gangguan fungsi motorik, gangguan
saraf otak dan penurunan kesadaran atau koma. Tanda dan gejala klinis sesui definisi stroke
menurut WHO.4,5,7
Hilangnya fungsi otak sebagian atau defisit neurologi fokal misalnya :
Gangguan bicara
Sedangkan gangguan fungsi otak menyeluruh adalah pasien akan mengalami penurunan
kesadaran. Dinilai dengan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif GCS.
Stroke Gejala UMN terkena / traktus kortiko-spinalis
Hiperefleks fisiologi
Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Computerized tomography (CT)
Pencitraan otak memainkan peran kunci dalam menentukan stroke dan jenis stroke.
Computerisasi tomografi angiography (CTA) adalah ujian CT khusus di mana dye
disuntikkan ke pembuluh darah dan X-ray balok menciptakan gambar 3-D dari pembuluh
darah di leher dan otak. CTA digunakan untuk mencari aneurisma atau malformasi
arteriovenosa dan untuk mengevaluasi arteri untuk penyempitan. CT scan, yang dilakukan
tanpa pewarna, dapat menyediakan gambar otak dan pendarahan menunjukkan, tetapi
memberikan sedikit informasi rinci tentang pembuluh darah. 4,5
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dalam tipe pencitraan, medan magnet kuat dan gelombang radio menghasilkan tampilan 3D otak. MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh stroke iskemik. Magnetic
resonance angiography (MRA) menggunakan medan magnet, gelombang radio dan pewarna
disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mengevaluasi arteri di leher dan otak.
30
USG karotis
Prosedur ini dapat menunjukkan adanya penyempitan atau penyumbatan dalam arteri
karotis. Perangkat seperti tongkat (transduser) tanpa rasa sakit mengirimkan frekuensi tinggi
gelombang suara menjadi leher. Gelombang suara melewati jaringan dan kemudian kembali,
menciptakan pada layar gambar.
Arteriografi
Prosedur ini memberikan pandangan, arteri di dalam otak tidak biasanya terlihat dalam
sinar-X. Tabung tipis dan fleksibel (kateter) dimasukkan melalui sayatan kecil, biasanya di
pangkal paha. Kateter dimanipulasi melalui arteri utama dan ke dalam arteri karotis atau
vertebralis. Kemudian suntikkan pewarna melalui kateter untuk menyediakan X-ray dari
arteri. 4,5
Echocardiography
Teknologi USG ini menciptakan gambar jantung, memungkinkan dokter untuk melihat
apakah bekuan (embolus) dari jantung meuju ke otak dan menyebabkan stroke. Prosedur
tambahan dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE) untuk melihat
jantung dengan jelas dan memungkinkan pandangan yang lebih baik dari bekuan darah yang
mungkin tidak terlihat jelas dalam ujian ekokardiografi tradisional.
31
substansia grisea
Didapatkan area hipoden (hitam ringan sampai
berat)
Terlihat batas area hipoden yang menunjukkan
adanya
3-5 hari
cytotoxic
edema
dan
mungkin
6-13 hari
kontras
Didapatkan fogging effect (daerah infark menjadi
isoden seperti daerah sekelilingnya tetapi dengan
14-21 hari
Hemoragik
> 21 hari
7-10 hari pertama
11 hari 2 bulan
penyangatan
> 2 bulan
homolateral ventrikel
Daerah isodens (hematoma yang besar dengan
defect hipodens)
T 2 weighted image
hipointens (hitam)
hiperintens (putih)
pemeriksaan MRI)
32
Isointens
Hipointens
Hiperintens
Isointens
Hiperintens
Hiperintens
Hiperintens
Sangat hipointens
STROKE HEMORAGIK
KLASIFIKASI11,14
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.Perdarahan ini
banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma
kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia,
pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,
amiloidosis serebrovaskular.
Paling sering karena pecahnya mikroaneurysma pada arteri penembus di capsula
interna dan ganglia basales. Faktro-faktor penyebab: usia lanjut, arterosklerosis, hipertensi
kronis, tekanan darah naik mendadak, kejadian biasanya dalam keadaan sadar dan aktif.
Gejala umum:
Gejala timbul mendadak berkembang dalam beberapa menit-jam, hematom
membesar, menekan, menembus, merusak daerah sekitarnya. Tekanan intrakranium
meninggi sakit kepala, muntah, kesadran menurun. Darah masuk ke ruang
subarachnoidal meningismus.Darah masuk ke ventrikel decerebrasi(prognosa
buruk),timbulnya tegang/kaku.
Gejala fokal:
Tergantung tempat hematom odem kolateral, pergeseran dan tekanan pada struktur
lain (herniasi). Diagnosa tepat pungsi lumbal (dulu), sekarang dengan CT scan. Perdarahan
intracerebral dapat disebabkan infark hemoragis, trauma, tumor, malformasi, pembuluh
darah (AVM), vaskulitis, koagulopati.
33
Angiografi
maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan
kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan. Untuk
pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan Computerized Tomography Scanning
(CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG),
Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan tambahan dapat
dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi atau Digital
Substraction Angiography (DSA).
TATALAKSANA STROKE AKUT
PRINSIP MANAJEMEN STROKE AKUT
1. Diagnosis cepat dan tepat terhadap stroke
2. Mengurangi meluasnya lesi di otak
3. Mencegah dan mengobati komplikasi stroke akut
4. Mencegah berulangnya serangan stroke
5. Memaksimalkan kembalinya fungsi-fungsi neurologik
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
35
Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, AGD, elektrolit darah, tes
fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi
oksigen.
2.
Terapi umum
Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua minggu
dianjurkan trakeostomi
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
Stabilisasi hemodinamik
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama > 20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading
dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke
perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan
dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya. Beri Asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5C.
Pemeriksaan penunjang
EKG, Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis,
KGD, analisa urin, AGDA dan elektrolit
Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin, CVP pertahankan antara 5-12 mmHg
37
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi kekurangan
2. Nutrisi
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman
Hiperglikemia GD > 180 mg/dL pada stroke akut harus diobati, titrasi insulin, dan
terjaga normoglikemia. Hipoglikemia berat GD < 50 mg/dL, berikan dekstrosa 40 %
iv atau infus glukosa 10-20 %
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya
Rehabilitasi
38
Edukasi keluarga
Discharge planning
Angiografi CT Scan atau CT Scan dengan kontras, membantu identifikasi pasien resiko
perluasan hematom
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi berat atau trombositopenia berat: terapi
penggantian faktor koagulasi atau trombosit
Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat antikoagulan
oral, sebaikanya jangan diberikan warfarin. Terapi diganti Vitamin K, pemberian
Konsentrat Kompleks Protrombin untuk mengurangi komplikasi, FFP.
Faktor VIIa
LMWH dan UFH ssubkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan untuk mencegah
tromboemboli vena setelah perdarahan berhenti.
3. Tekanan darah
Glukosa darah
Penanganan dan pemantauan: TIK, GCS < 8, tanda klinis herniasi transtentorial,
perdarahan intraventrikuler luas, hidrosefalus. Drainase ventrikuler dengan stroke
iskemik dengan hidrosefalus yang disertai penurunan kesadaran
Perdarahan intraventrikuler
Evakuasi hematom
Gejala kadang tidak khas, patut curiga PSA bila nyeri kepala hebat yang paling sakit
semasa hidup dan muncul tiba-tiba
CT scan kepala, bila hasil PSA () namun klinis curiga PSA, punksi lumbal dan analisis
LCS
Angiografi cerebral untuk memastikan aneurisma pada pasien PSA. MRA, CT angiografi
- ABC
- ICU atau semi-ICU
- Pertimbangkan intubasi dan ETT cegah aspirasi dan airway
40
Anti fibrinolitik
Clipping atau endovaskuler coilling untuk mengurangi perdarahan ulang (bedah saraf,
dokter endovaskuler)
Nimodipin
cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke
dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu,
promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat,
dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media
elektronik dan billboard
PENCEGAHAN PRIMER
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang
mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik lainnya.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buahbuahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada
makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta
dianjurkan berolah raga secara teratur.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini
ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.
Tindakan yang dilakukan adalah:
Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,
antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung
(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasiMtrombosit
kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap
asetosal (aspirin).
Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik
pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada
42
Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses
pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah
fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti
masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta
mobilitas di tempat tidur.
Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT),
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi
wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan
makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia,
murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan
penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu,
penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan
psikiater atau ahki psikologi klinis.
Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan
43
perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan
memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan
sosial
KOMPLIKASI STROKE
a) Komplikasi neurologik : Edema otak, kejang, peningkatan tekanan intrakranial, infark
berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi
b) Komplikasi paru-paru : Obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi, pneumonia
c) Komplikasi kardiovaskular : Aritmia, dekompensasio kordis, hipertensi, DVT,
d) Komplikasi nutrisi/GIT : Ulkus, perdarahan lambung, konstipasi, dehidrasi, gangguan
elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia
e) Komplikasi traktus urinarius : Inkontinensia, infeksi
f) Komplikasi Ortopedi-Kulit : Dekubitus, kontraktur, nyeri sendi bahu, jatuh-fraktur
PROGNOSA
1. Pada CVD hemoragik ada dua keungkinan yang terjadi pada pasien yaitu: kematian atau
sembuh tanpa gejala sisa.
2. Prognosa dipengaruhi
- Usia
- Letak lesi dan luasnya
- Serangan pertama / residif.
3. Kematian dapat terjadi karena tekanan intrakranial yang meninggi secara progressive
pada CVD hemoragik, jadi bukan karena kehilangan darah.
ANALISA KASUS
1 jam sebelum masuk RS Zaharah, keluarga mengatakan os tiba-tiba mengalami
penurunan kesadaran ketika sedang duduk membaca Koran di pagi hari dan kurang memberi
44
respon ketika dipanggil. Os pada mulainya lemah anggota tangan kanan sehingga tidak bisa
digerakkan, berasa berat dan kesemutan. Setelah lebih kurang 15 menit, Os mulai berasa hal
yang sama pada anggota kaki kanannya. Os mencoba berbicara namun bicaranya pelo sehingga
kata-kata yang keluar sulit dimengerti. Pasien juga sulit menjawab dan memahami apabila
ditanyakan. Os sempat muntah sebanyak 3 kali dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pada saat dibawa ke IGD di RS Bhakti Yudha, Os tampak memahami dan ingin mencoba
menjawab namun, bicaranya pelo. Kaki dan tangan Os sebelah kanan tampak tidak bergerak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital :
tekanan darah 160/100 mmHg, frekue nsi nadi 82 kali/menit, frekuensi napas 22 kali/menit, suhu
36,5C. Pemeriksaan status neurologis didapatkan: GCS E4M6V5. Pemeriksaan refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+). Pemeriksaan motorik, didapatkan hemiparesis ekstremitas atas
dan bawah sebelah kanan, refleks patologis (-), tanda rangsang meningeal (-)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
GDS : 189 mg/dl
EKG : Normal Sinus rhythm
CT scan kepala tanpa kontras : ICH di thalamus sinistra (vol 3,3 cc)
Foto thorax AP : Cor : Cardiomegali
Pulmo : tidak tampak kelainan
DISKUSI
Diagnosis stroke hemoragik pada pasien ini, ditegakkan
berdasarkan anamnesis,
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan penuruanan kesadaran secara tiba-tiba ketika
os sedang membaca koran. Penurunan kesadaran pada umumnya disebabkan oleh gangguan
pada vaskular, infeksi, trauma, autoimun, metabolik, intoksikasi dan neoplasma. Pada pasien ini
tidak didapati adanya riwayat trauma, dan demam, sehingga kemungkinan penyebab penurunan
kesadaran pada pasien ini adalah akibat ganggguan vakuler dan metabolik. Pada neoplasma
biasanya didapatkan keluhan penurunan kesadaran yang terjadi secara perlahan.
Penurunan kesadaran disertai dengan adanya hemiparesis ekstremitas dextra yang terjadi
seketika, hal ini sesuai dengan
menyebabkan adanya defisit neurologis fokal atau global yang terjadi secara akut dan lebih dari
24 jam akibat dari gangguan vascular. Berdasarkan teori ini dapat dipastikan bahwa pasien
mengalami stroke. Selain itu pasienya juga memiliki salah satu faktor resiko stroke yaitu
hipertensi.
Gejala stroke yang dialami pasien, cenderung mengarah kepada manifestasi dari stroke
hemoragik, yaitu
Onset mendadak
Nyeri kepala
Adanya muntah
Penurunan kesadaran
Sedangkan pada stroke iskemik bisanya terjadi saat istirahat dan jarang menyeabkan penurunan
kesadaran. Selain itu berdasarkan siriraj stroke skore, di dapat : (2.5xderajat kesadaran)+ (2 x
vomitus) + (2x nyeri kepala) + (0.1 x tekanan diastolik) (3 x ateroma) 12 = (2,5x1)+ (2x1) +
(2x0) +( 0.1x100)- (3x0) -12 = +5,5. Karena > +1 adalah stroke hemoragik, maka diketahui
bahwa stroke yang dialami adalah stroke hemoragik.
Pada pemeriksaan CT scan didapatkan gambaran perdarahan di ICH di thalamus sinistra
(vol 3,3 cc). Hal ini memastikan diagnosis yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
46
1. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat. Dalam:
Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi 4. EGC,
Jakarta. 2005;371438.
2. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
3. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi.
Ed II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;1834.
4. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
5. Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh K (editor). Stroke: Buku Pedoman SPM & SPO
Neurologi. PERDOSSI, Jakarta. 2006;1924.
6. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf: Neurologi
Klinis Dasar. Cetakan ke-14. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2009;267292.
7. Furie KL, Kasner SE, Adams RJ, Albers GW, Bush RL, Fagan SC, et al. Guidelines for
the prevention of stroke in patients with stroke or transient ischemic attack: a guideline
for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. 2011;42:227276.
47