SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Rizka Auliya
NIM. 6450408117
ABSTRAK
Rizka Auliya.
Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan
Kejadian Leptospirosis.
(Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012)
XIV + 95 halaman + 27 tabel + 2 gambar + 15 lampiran
Leptospirosis merupakan penyakit di daerah banjir karena kejadian penyakit ini
paling tinggi saat pasca banjir. Candisari merupakan daerah yang jarang mengalami banjir
namun menjadi daerah yang memiliki angka kejadian leptospirosis tinggi pada tahun 20092011 yaitu 41 kasus dan 5 kematian. Kejadian leptospirosis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, utamanya PHBS dan Sanitasi Rumah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan kejadian
leptospirosis (Studi kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian adalah
penderita leptospirosis di Kecamatan Candisari (kasus) dan bukan penderita (kontrol).
Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar
observasi, dan luxmeter.. Data dianalisis dengan rumus uji Chi-square.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah
tangga (p=0,003,OR=4,667), kondisi selokan (p=0,001,OR=5,290), keberadaan tikus
(p=0,001,OR=6,107), keberadaan air menggenang (p=0,001,OR=6,133), sarana pembuangan
limbah (p=0,003,OR=4,600), sarana pembuangan sampah (p= 0,002,OR=5,400) dan tidak
ada hubungan antara intensitas cahaya (p=0,323), keberadaan hewan peliharaan (p=0,084)
dengan kejadian leptospirosis.
Saran yang diajukan adalah diharapkan pasien memperbaiki PHBS dan sanitasi
rumah agar tidak menjadi sumber dan wahana penularan penyakit leptospirosis.
Kata Kunci
Kepustakaan
ii
ABSTRACT
Rizka Auliya.
Relationship Between the Strata of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS) Order
Household and House Sanitary with Leptospirosis Incidence (Case Study in Candisari
District Semarang City in 2012)
XIV + 95 pages + 27 tables + 2 figure + 15 appendices
Leptospirosis is a disease in flooded areas because of the high incidence of this
disease at post-flood. Candisari is an area that rarely experiences flooding, but a region that
has a high incidence of leptospirosis in 2009-2011, namely 41 cases and 5 deaths. Incidence
of leptospirosis is influenced by several factors, the main strata of healthy and clean life
behavior (PHBS) order household and house sanitation. The purpose of this study was to
determine the relationship between the strata PHBS order household and house sanitary with
the incidence of leptospirosis (case study in Candisari District Semarang City in 2012).
This study used a case-control approach. The study population was patients with
leptospirosis in the Candisari district (cases) and not the patients (controls). The sample
amounted to 66 respondents. The instruments used were questionnaires, observation sheets,
and luxmeter. Data were analyzed by chi-square formula.
The result showed that there is a relationship between the strata of healthy and clean
life behavior (PHBS) order household (p = 0.003, OR = 4.667), the condition of the sewers
(p = 0.001, OR =5.290), presence of mice (p = 0.001, OR = 6.107), presence of stagnant
water (p = 0.001, OR = 6.133),cesspool disposal facilities (p = 0.003, OR = 4.600), waste
disposal facilities (p = 0.002, OR = 5.400) and no correlation between the intensity of light
(p = 0.323), presence of pets (p = 0.084) with the incidence of leptospirosis.
The suggestions are the patient expected to improve PHBS and house sanitary in
order not to be a source and vector for transmission of leptospirosis.
Kata Kunci
Behavior.
Kepustakaan
iii
PENGESAHAN
Telah disidangkan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas:
Nama
: Rizka Auliya
NIM
: 6450408117
Judul
Pada hari
: Rabu
Tanggal
: 21 November 2012
Panitia Ujian:
Ketua,
Sekretaris,
Ketua,
Anggota,
(Pembimbing Utama)
Dewan Penguji
Tanggal
___________
Anggota,
Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes
(Pembimbing Pendamping) NIP. 19760719.200812.1.002
iv
___________
___________
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibuku tercinta (Ibu Sadiyah).
2. Adik dan Kakakku (Oyik dan Naila).
3. Keluarga Besarku
4. Almamaterku Unnes
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan
karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan antara Strata PHBS
Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis
(Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012) dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,
dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1.
2.
3.
4.
Pembimbing II, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM., M.Kes., atas bimbingan, arahan
serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
5.
6.
7.
8.
9.
Ibu (Sadiyah), adik (Oyik), Kakak (Naila), atas doa, pengorbanan, kasih
sayang dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Muhammad Ulya, atas bantuan doa, tenaga, pikiran, pengorbanan serta
motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat sekaligus teman diskusi (Dwina, Wiwin, Madya Feni, Evy, Nunung)
atas bantuan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
12. Teman-teman Kos 8, atas doa, dukungan serta motivasinya dalam
penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2008, atas bantuan
serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya
selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................................
ABSTRAK ............................................................................................................
ii
ABSTRACT ..........................................................................................................
iii
PENGESAHAN ....................................................................................................
iv
vi
xi
1.2
1.4
1.5
1.6
viii
2.1
Leptospirosis .................................................................................................. 11
2.2
2.3
2.4
2.5
3.2
Hipotesis Penelitian........................................................................................ 44
3.3
3.6
3.7
3.8
3.9
60
60
60
63
68
ix
77
Pembahasan ..................................................................................................
78
5.1.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian
Leptospirosis ................................................................................................
78
80
81
82
84
85
87
89
91
91
91
92
92
94
LAMPIRAN ......................................................................................................... . 96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian.................................................................................
Tabel 4.13: Tabulasi Silang antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis
.............................................................................................................. 70
Tabel 4.14: Tabulasi Silang antara Intensitas Cahaya dengan Kejadian Leptospirosis
.............................................................................................................. 71
Tabel 4.15: Tabulasi Silang antara Keberadaan Tikus dengan Kejadian Leptospirosis
.............................................................................................................. 72
Tabel 4.16: Tabulasi Silang antara Keberadaan Hewan Peliharaan dengan Kejadian
Leptospirosis ........................................................................................................... 73
Tabel 4.17: Tabulasi Silang antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian
Leptospirosis ........................................................................................................... 74
Tabel 4.18: Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian
Leptospirosis ........................................................................................................... 75
Tabel 4.19: Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian
Leptospirosis ........................................................................................................... 76
Tabel 4.20: Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square ... 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Kerangka Teori................................................................................... 42
Gambar 3.1: Kerangka Konsep ............................................................................... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Permohonan Sebagai Responden Penelitian ...................................... 96
Lampiran 2: Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ....................................... 97
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian dan Lembar Observasi ..................................... 98
Lampiran 4: Daftar Responden Kasus .................................................................... 105
Lampiran 5: Daftar Responden Kontrol.................................................................. 106
Lampiran 6: Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tiap Variabel .............................. 107
Lampiran 7: Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ..................................................... 123
Lampiran 8: Output SPSS Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square ..................... 125
Lampiran 9: Surat Tugas Pembimbing ................................................................... 133
Lampiran 10: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .................................................... 134
Lampiran 11: Surat Ijin Peminjaman Alat .............................................................. 135
Lampiran 12: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas ..................................... 136
Lampiran 13: Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Candisari................................ 138
Lampiran 14: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................ 139
Lampiran 15: Dokumentasi Penelitian .................................................................... 140
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
apabila seseorang kontak dengan air, tanah, dan tanaman yang terkontaminasi urin
tikus atau hewan lain seperti anjing, kucing dll yang sakit leptospirosis dalam
waktu yang lama (Muliawan, 2008: 64).
Angka kematian leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, bisa mencapai
2,516,45%. Dan di provinsi Jawa Tengah angka kematian leptospirosis
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kejadian dan angka kematian
leptospirosis di Jawa Tengah tahun 2007 adalah 67 kejadian dan 6 kematian,
tahun 2008 adalah 231 kejadian dan 15 kematian, tahun 2009 adalah 232 kejadian
dan 14 kematian, tahun 2010 adalah 133 kejadian dan 14 kematian, dan pada
tahun 2011 adalah 153 kejadian dan 30 kematian (Profil Kesehatan Indonesia
2010, Kepmenkes RI Tahun 2011). Angka kejadian dan kematian leptospirosis di
Jawa Tengah mulai tahun 20082011 yang paling tinggi adalah di Kota Semarang
yaitu sebanyak 151 kejadian dengan 4 kematian,
daerah yang jarang banjir. Daerah Candisari merupakan daerah yang jarang
mengalami banjir namun menjadi daerah yang memiliki angka kejadian
leptospirosis yang tinggi pada tahun 2009-2011 yaitu 41 kasus dan 5 kematian.
Dan pada tahun 20082010 kejadian leptospirosis yang juga tinggi berada di
daerah
2.
3.
Mengetahui
hubungan
antara
intensitas
cahaya
dengan
kejadian
leptospirosis.
4.
5.
6.
dengan
kejadian leptospirosis.
7.
8.
Tahun
dan
Tempat
Peneliti
an
(2)
(3)
Dwi
Tahun
Sarwa 2005,
ni Sri di
Rejeki Rumah
Sakit
Dr.
Kariadi
Sema
rang.
Nama
Peneli
ti
Ranca
ngan
Peneliti
An
(4)
Meng
gu
nakan
metode
Obser
vasio
nal
dengan
rancang
an
kasus
kontrol
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
(5)
Variabel bebas :
Kondisi
selokan,
karakteristik
genangan
air,
keberadaan sampah,
kondisi jalan sekitar
rumah, curah hujan,
kondisi
selokan,
kondisi
tempat
pengumpulan
sampah, topografi,
keberadaan tikus di
dalam dan sekitar
rumah, kepemilikan
hewan
peliharaan,
pH tanah, riwayat
peran serta dalam
kegiatan sosial yang
berisiko
terhadap
leptospirosis,
penggunaan
alat
pelindung,
jumlah
pendapatan,
jenis
pekerjaan, kebiasaan
tidak memakai alas
kaki, mencuci/mandi
di sungai
Variabel terikat :
Kejadian
leptospirosis.
(6)
Beberapa faktor
lingkungan fisik
yang merupakan
faktor risiko
kejadian
leptospirosis berat
adalah kondisi
tempat
pengumpulan
sampah OR = 1,2
95% CI 0,6-2,7;
curah hujan >=
177,5 mm
OR=5,7; 95% CI
1,9-17,3; kondisi
selokan <
2,0 meter OR=5;
95% CI 1,8-15,7.
Faktor lingkungan
biologik yang
merupakan
faktor risiko
kejadian
leptospirosis berat
adalah adanya
tikus di dalam dan
sekitar
OR=38,1; 95% CI
8,6169,8.
(1)
Analisis
Faktor
Faktor
yang
Berhubu
ng
an
dengan
Penyakit
Leptospi
ro
sis Di
Puskesm
as
Kedung
mundu
2011
(2)
Taufi
k Ari
Pamb
udi
(3)
Tahun
2011 di
Puskes
mas
Kedung
mundu
(4)
Analiti
k
observa
sional
dengan
desain
kasus
kontrol
(5)
Variabel Bebas :
Kebersihan
diri,
riwayat adanya luka,
kondisi
selokan,
keberadaan tikus di
dalam
rumah,
kebiasaan menutup
makanan,
keberadaan hewan
peliharaan,
pengetahuan,
pekerjaan, aktifitas
di air
Variabel Terikat :
Kejadian
Leptospirosis
(6)
Variabel
yang
berhubung
an
dengan
kejadian
leptospiro
sis adalah
pekerjaan
OR=7,765 ; 95%
CI 0,85270,752,
kebersihan diri
OR=7,3,685 ;
95% CI 1,06212,771, riwayat
adanya luka
OR=5,6 ; 95% CI
1,52320,492,
keberadaan tikus
OR=3,683 ; 95%
CI 1,06212,771,
riwayat kontak
dengan air kotor
OR=3,683 ; 95%
CI 1,06212,771,
kebersihan rumah
OR=3,683 ; 95%
CI 1,06212,771.
2.
Tempat
3.
Rancangan
Penelitian
Penelitian
Taufik Ari
Pambudi
(5)
Analisis
Faktor
Faktor yang
Berhubungan
Penyakit
Leptospirosis
Di Puskesmas
Kedungmundu
2011
Kecamatan Candisari
Rumah Sakit Dr. Puskesmas
Kariadi Semarang
Kedungmundu
Analitik
Menggunakan metode Menggunakan
observasional
observasional analitik metode
dengan desain
dengan desain studi Observasional
dengan rancangan kasus kontrol
kasus kontrol.
kasus kontrol
Penelitian Rizka
Auliya
(3)
Hubungan
Antara
Strata PHBS Tatanan
Rumah Tangga Dan
Sanitasi
Rumah
Dengan
Kejadian
Leptospirosis.
Penelitian Dwi
Sarwani
(4)
Faktor Risiko
Lingkungan Yang
Berpengaruh
Terhadap Kejadian
Leptospirosis Berat
10
(1)
(2)
4. Variabel
Bebas
(3)
Strata PHBS tatanan
rumah tangga dan
sanitasi rumah yang
meliputi
kondisi
selokan,
intensitas
cahaya,
keberadaan
tikus, keberadaan air
yang
menggenang,
sarana pembuangan air
limbah, serta sarana
pembuangan sampah.
5.
Sistem
random Sistematik random Simple
sampling sampling
sampling
random
sampling
Teknik
sampling
(4)
Kondisi
selokan,
karakteristik
genangan
air,
keberadaan sampah,
kondisi jalan sekitar
rumah, curah hujan,
kondisi
selokan,
kondisi
tempat
pengumpulan
sampah, topografi,
keberadaan tikus di
dalam dan sekitar
rumah, kepemilikan
hewan peliharaan,
pH tanah, riwayat
peran serta dalam
kegiatan sosial yang
berisiko
terhadap
leptospirosis,
penggunaan
alat
pelindung, jumlah
pendapatan,
jenis
pekerjaan,
kebiasaan
tidak
memakai alas kaki,
mencuci/mandi di
sungai
(5)
Kebersihan
diri, riwayat
adanya luka,
kondisi
selokan,
keberadaan
tikus di dalam
rumah,
kebiasaan
menutup
makanan,
keberadaan
hewan
peliharaan,
pengetahuan,
pekerjaan,
aktifitas di air
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leptospirosis
2.1.1 Pengertian Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang
berbentuk spiral dari genus leptospira patogen, menyerang hewan dan manusia.
Definisi zoonosa (zoonosis) adalah penyakit yang secara alami dapat dipindahkan
dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005:1)
Bakteri zoonosis sebagai aspek penyebab leptospirosis. Dari aspek
transmisinya leptospirosis merupakan salah satu direct zoonosi (host to host
transmission) karena penularannya hanya memerlukan satu vertebrata saja.
Penyakit ini bebas berkembang di alam, di kalangan hewan liar maupun domestik,
dan manusia merupakan infeksi terminal. Dari aspek ini penyakit tersebut
termasuk golongan anthropozoonosis. Gambaran klinis penyakit leptospirosis
pada manusia meliputi: demam, pembesaran hati dan limpa, ikterus, dan ada tanda
tanda kerusakan pada ginjal (Depkes RI,2005:1).
2.1.1.1 Etiologi
Mikroorganisme penyebab leptospirosis termasuk dalam genus Leptospira
(L), famili Leptospiraceae, ordo Spirochaetales yang terdiri dari 2 spesies yaitu L.
interrogans yang patogen dan L. biflexa yang hidup bebas (non patogen,
saprofit). Jenis Leptospira interrogans yang mampu menginfeksi manusia antara
lain adalah L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pamona, L. grippotyphosa, L.
javanica, L. celledoni, L. ballum, L. pyrogenes, L. autumnalis, L. bataviae, L.
11
12
13
2.1.1.3 Patogenesis
Infeksi pada manusia biasanya terjadi akibat air minum atau makanan
yang terkontaminasi denga leptospira. Selaput mukosa dan kulit yang terluka
merupakan tempat masuk yang paling mungkin bagi leptospira patogenik. Setelah
masuknya bakteri ini, terjadi infeksi yang tersebar di seluruh tubuh termasuk
cairan serebrospinal dan mata, tetapi tidak timbul lesi pada tempat masuk. Gerak
yang menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai mekanisme
masuknya Leptospira di tempat tersebut, yang secara normal terlindung (Rusmini,
2011:86-88).
Leptospira secara cepat dieliminasi dari semua jaringan tubuh hospes,
kecuali pada otak, mata, dan ginjal. Leptospira yang bertahan hidup pada otak dan
mata tidak memperbanyak diri, akan tetapi pada ginjal, bakteri ini berkembang
biak di dalam tubuli kontorta dan dikeluarkan ke dalam urin. Leptospira bertahan
di dalam hospes selama bermingguminggu hingga berbulanbulan, dan pada
rodensia bakteri ini dapat dikeluarkan melalui urin sepanjang hidup hewan
tersebut (Muliawan, 2008:67).
2.1.1.4 Patologi
Perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang
bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi beberapa organ. Lesi yang
muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis
terdapat perbedaan antara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara
histologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal
dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut.
14
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Selain
di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat
masuk pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis yang
merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai komplikasi
leptospirosis. Organorgan yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot
dan pembuluh darah (Aru W. Sudoyo, dkk.,2006:1845).
2.1.1.5 Morfologi
Leptospira merupakan organisme fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan
panjang 525 m, disertai spiral halus yang lebarnya 0,10,2 m. Salah satu ujung
organisme seringkali bengkok, membentuk kait. Bentuk yang demikian
menyebabkan leptospira dapat bergerak sangat aktif untuk maju, mundur atau
berbelok. Leptospira dapat dikembangbiakkan pada pH 7,4 dan pada suhu 28
30C (Muliawan, 2008:65).
2.1.1.6 Struktur
2.1.1.6.1 Struktur Umum
Leptospira memiliki ciri umum yang berbeda dari bakteri lainnya. Sel
bakteri ini dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3 5 lapis, atau disebut
juga envelop. Di bawah membran luar ini terdapat lapisan peptidoglikan yang
fleksibel dan helical, serta membran sitoplasma. Kedua lapisan ini meliputi isi
sitoplasma dari sel. Struktur yang dikelilingi membran luar tersebut, secara
kolektif dinamakan silinder protoplasmik.
Ciri khas Spirochaeta adalah lokasi flagelanya, yang terletak diantara
membran luar dan lapisan peptidoglikan. Flagela ini disebut sebagai flagella
15
16
17
18
19
selnya baik pada salah satu maupun keduanya biasanya terikat pada semacam kait.
Dua filamen aksial (flagella periplasmik) dengan insersi polar terletak pada ruang
perplasmik. Struktur protein flagella sangat komplek, leptospira memperlihatkan
dua bentuk yang berbeda dalam pergerakannya, translatasi dan nontranslatasi.
Leptospira dapat diwarnai dengan pewarnaan karbolfuchsin. Bakteri ini bersifat
aerobik obligat dengan pertumbuhan optimal pada suhu 28C30C dan pH 7,2
80. Menghasilkan katalase dan oksidase, tumbuh pada media sederhana yang kaya
dengan vitamin (vit B2 dan B12 adalah faktor pertumbuhan), asam lemak rantai
panjang, dan garam amonium. Asam lemak rantai panjang digunakan sebagai
sumber karbon tunggal dan metabolisme oleh oxidase (Depkes RI, 2005:6).
Leptospira relatif mudah dikultur dalam kondisi aerobik, suhu 28C30C.
Genus leptospira dibagi dalam 2 spesies, yaitu L. interrogans (patogen) dan L.
biflexa, mengandung strain saprofitik yang diisolasi dari lingkungan. L. biflexa
dibedakan dari L. interrogans dengan melihat pertumbuhan pada suhu 13C
(Depkes RI, 2005:6).
Kedua spesies tersebut di atas, L interrogans dan L.biflexa dibagi dalam
sejumlah serovar yang telah ditetapkan dalam aglutinas setelah absorbsi silang
dengan antigen homolog. Jika pada uji ulangan selalu terdapat lebih dari 10% titer
homolog pada sekurangkurangnya satu dari dua antisera, maka pada dua strain
tersebut dnyatakan sebagai dua serovar yang berbeda (Depkes RI, 2005:6).
2.1.6 Faktor Risiko Manusia Terinfeksi Bakteri Leptospirosis
1.
2.
Penangkap/penjerat hewan
20
3.
Dokter/mantri hewan
4.
5.
Berenang di sungai
6.
Bersampan
7.
Kemping
8.
Berburu/kegiatan di hutan
9.
21
semakin lama semakin bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah
betis dan paha (Rusmini,2011:103).
2.1.7.2 Pemeriksaan fisik
Gejala klinis menonjol yaitu : ikterik,demam, mialgia, nyeri sendi serta
conjungtival suffusion. Conjungtival suffusion dan mialgia merupakan gejala
klinik yang sering ditemukan. Kelainan fisik lain yang ditemukan yaitu :
hepatomegali, splenomegali, kaku kuduk, rangsa meningeal, hipotensi, ronki paru
dan adanya diatesisi hemoragik (Rusmini, 2011:104-105).
2.1.7.3 Pemeriksaan laboratorium
2.1.7.3.1 Pemeriksaan laboratorium umum
Pemeriksaan laboratorium umum ini tidak terlalu spesifik untuk
menentukan diagnosis leptospirosis. Yang termasuk pemeriksaan laboratorium
umum yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan fungsi
hati
2.1.7.3.2 Pemeriksaan laboratorium khusus
Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksi keberadaan bakteri
leptospira dapat secara langsung dengan mencari bakteri leptospira atau
antigennya dan secara tidak langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap
bakteri leptospira dengan uji serologis. Pemeriksaan langsung meliputi kultur,
mikroskopis, inokulasi hewan, (immuno) staining dan reaksi polimerase berantai.
Pemeriksaan langsung dengan isolasi bakteri leptospira patogen merupakan
diagnosis pasti leptospirosis. Sedangkan interpretasi pemeriksaan tidak langsung
22
harus dikorelasikan dengan gejala klinis dan data epidemiologis seperti riwayat
pajanan dan faktor risiko lain.
2.1.7.4 Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan
langsung
meliputi
pemeriksaan
mikroskopik
dan
menyusui).
Para
ahli
zoologi
(ilmu
hewan)
sepakat
untuk
23
Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing
sepasang. Gigi seri ini secara cepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan
alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan graham.
Karakterisitik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Semua
rodensia komersal berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis rodensia
adalah Rattus norvegicus, Rattus diardi, Mus muculus. Rattus norvegicus (tikus
got) berperilaku menggali lubang di tanah, dan hidup di lubang tersebut.
sebaliknya Rattus diardi (tikus rumah) tidak tinggal di tanah tapi di semak-semak
atau di atap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk
kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan
telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali
bantalan telapak kakinya halus. Mus muculus selalu berada di dalam bangunan
rumah, sarangnya bisa ditemui didalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak
penyimpanan atau laci.
2.1.8.3 Kebiasaan-Kebiasaan Tikus
Tikus mempunyai penglihatan yang buruk, tetapi mempunyai panca indera
seperti pencium yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari, tikus bergerak
dipandu kumis yang panjang peka terhadap sentuhan. Tikus senang dengan bau
harum khususnya yang berasal dari makanan manusia. Kebiasaan lain misalnya
senang di tempat-tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makanan
adalah di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus
rata-rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama musim hujan,
apabila terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.
24
25
terkontaminasi, misal : sepatu bot, masker dan sarung tangan. Dianjurkan setelah
bekerja, terutama pekerja laboratorium daan pemotongan hewan untuk mencuci
alat - alat kerja dengan sodium hipokhlorit pengenceran 1 : 4000 atau dengan
deterjen.
2.1.10.2 Melindungi sanitasi air minum penduduk.
Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang baik, filtrasi dan
dekhlorinasi untuk mencegah invasi leptospira. pH air sawah diturunkan menjadi
asam dengan pemakaian pupuk / bahan-bahan kimia, sehingga jumlah dan
virulensi leptospira berkurang.
2.1.10.3 Pemberian Vaksinasi.
Vaksinasi diberikan sesuai dengan leptospira di tempat tersebut, akan
memberikan manfaat cukup poten dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja
risiko tinggi. Pencegahan dengan serum imun spesifik telah terbukti melindungi
pekerja laboratorium. Vaksinasi terhadap hewan piaraan efektif untuk mencegah
leptospirosis (Dharmajono, 2002:7).
2.1.10.4 Pencegahan dengan antibiotik.
Pemberian penisilin 2 juta unit per hari selama 5 hari secara intramuskuler
dianggap dapat melindungi orang-orang dianggap telah terkontaminasi oleh strain
leptospira yang virulensinya tinggi. Doksisiklin dapat juga digunakan untuk
pencegahan.
2.1.10.5 Pengendalian hospes perantara leptospira
Rodent yang diduga paling poten sebagai karier leptospira adala tikus.
Untuk itu dapat dilakukan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus,
26
Definisi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
27
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan (Mukono, 2000:155).
2.2.2
sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, persyaratan garis
sempadan jalan konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2005: 24).
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
28
b.
Dinding:
Ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara. Kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan
mudah dibersihkan.
c.
d.
e.
Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, ruang bermain
anak.
29
f.
2.2.2.3 Pencahayaan
Pencahayaan alami yaitu berasal dari sinar matahari yang masuk ke dalam
rumah dan atau pencahayaan buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
2.2.2.4 Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
a. Suhu udara nyaman berkisar antara 16C sampai 30C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara = 5 kaki kubik per menit per penghuni
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaklehid tidak melebihi 120 mg/m3
2.2.2.5 Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai.
2.2.2.6 Binatang Penular Penyakit
Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah.
2.2.2.7 Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
30
31
32
RI, 2003). Leptospirosis berhubungan dengan musim hujan, dan musim hujan
inilah yang sering menyebabkan banjir di beberapa wilayah.
2.2.3.6 Keberadaan tikus di dalam rumah
Bakteri leptospira khususnya spesies L. ichterrohaemorrhagiae banyak
menyerang tikus besar seperti tikus wirok (Rattus norvegicus dan tikus rumah
(Rattus diardii). Sedangkan L.ballum menyerang tikus kecil (mus musculus). Ada
tidaknya tikus di dalam dan sekitar rumah yang ditandai dengan ada tidaknya
lubang tikus atau kotoran tikus.
2.2.3.7 Keberadaan hewan peliharaan
Selain pada tikus, Leptospira juga dapat menginfeksi hewan lain seperti
sapi, anjing, kuda, kambing, domba dan babi. Meskipun pada hewan- hewan
tersebut hanya kemungkinan kecil terjadi. Seperti Canicola pada anjing dan
Pomona pada babi dan sapi.
2.2.3.8 Kepadatan hunian
Menetapkan luas rumah, jumlah dan ukuran ruangan harus disesuaikan
dengan jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut agar tidak terjadi
kelebihan jumlah penghuni rumah. Rumah yang dihuni oleh banyak orang dan
ukuran luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka akan
mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi terhadap penularan
penyakit dan infeksi (Dinkes Prov Jateng, 2005).
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
33
keluarga). Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
rumah. Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan
jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Kepadatan penghuni dikategorikan
menjadi memenuhi standar (2 orang per 8 m2) dengan ketentuan anak <1 tahun
tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung setengah (Mukono,
2000:156).
2.2.3.9 Intensitas cahaya di dalam rumah
Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya
matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.
Cahaya alami, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh
bakteri-bakteri patogen dalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan
dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai bukan menyinari
dinding (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:170-171).
Selain sebagai penerangan, cahaya berperan pula sebagai germic
(pembunuh kuman atau bakteri) disamping untuk penyembuhan beberapa jenis
penyakit. Cahaya berperan sebagai germicid karena cahaya merupakan
34
35
pada umur 15-44 tahun dengan penderita sebanyak 22 penderita (Depkes RI,
2006:8, Dinkes Kota Semarang, 2010).
2.3.2 Status Gizi
Daya tahan tubuh bagi penderita leptospirosis dapat didukung oleh status
gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena status gizi yang baik adalah parameter
yang baik untuk mendeteksi bahwa proses metabolisme gizi dalam keadaan
normal. Metabolisme gizi yang normal adalah syarat terpenuhinya berbagai
kebutuhan fisiologis tubuh untuk bertahan hidup (survival), termasuk kemampuan
imunologi tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. Status gizi bagi pasien
leptospirosis memiliki pengaruh nyata terhadap daya tahan tubuhnya. Hal ini
disebabkan status gizi yang baik adalah proteksi yang baik untuk melawan virus
patogen dalam tubuh. Sistem imunologi yang didukung sepenuhnya oleh protein
tubuh, akan memberikan pertahanan maksimal dan mengurangi efek kerusakan
jaringan akibat infeksi virus dan bakteri oleh tubuh. Interaksi antara infeksi
termasuk penyakit leptospirosis dan gizi didalam tubuh seseorang dikemukakan
sebagai suatu peristiwa sinergik, selama terjadinya infeksi status gizi akan
menurun dan dengan menurunnya status gizi orang tersebut menjadi kurang
resisten terhadap infeksi. Respons imun menjadi kurang efektif dan kuat ketika
seseorang mengalami gizi kurang.
2.3.3 Status Ekonomi
Faktor yang turut menjadi risiko terjadinya leptospirosis adalah tingkat
ekonomi, yang dapat digambarkan dengan besarnya penghasilan. Besarnya
penghasilan seseorang turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidupnya,
36
termasuk kebutuhan makanan dan kesehatan. Jika kebutuhan akan makanan sehat
tidak terpenuhi maka dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
terserang suatu penyakit (Indan Entjang, 2000:24).
Derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Masyarakat miskin
biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit. Derajat
kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena
sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menjamin akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini berganti nama
menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Peserta program
Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu, yang terdaftar dan
memiliki kartu sehingga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2.4 PHBS Tatanan Rumah Tangga
2.4.1 Pengertian PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Pedoman Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga, Dinkes Prov. Jateng, 2010).
2.4.2 Tujuan PHBS di Rumah Tangga
Tujuan PHBS di rumah tangga antara lain adalah sebagai berikut:
2.4.2.1 Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di Kabupaten/ Kota
37
2.
Anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di masyarakat.
mampu
mencegah
dan
menanggulangi
masalah-masalah
kesehatannya.
3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4) Masyarakat
mampu
mengembangkan
Upaya
Kesehatan
Bersumber
38
39
2. Bagi rumah tangga yang memiliki bayi, apakah bayinya mendapat ASI
ekslusif selama usia 0 sampai 6 bulan
3. Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam makanan dalam
jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang
4. Anggota rumah tangga menggunakan/memanfaatkan air bersih
5. Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat
6. Anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 m2 per orang
7. Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air
8. Anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik/olahraga
9. Anggota rumah tangga tidak merokok
10. Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan)
2.4.3.2 Indikator lokal Jawa Tengah
1. Penimbangan Balita
2. Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempat yang semestinya
3. Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah
BAB
4. Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari
5. Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan
narkoba
6. Anggota rumah tangga melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
minimal seminggu sekali. (Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tatanan Rumah Tangga, Dinkes Prov. Jateng, 2010).
40
Kriteria
41
Kriteria
42
Kondisi selokan
Kejadian banjir
Sarana
pembuangan air
limbah
Keberadaan
air
menggenang
Kejadian
kontaminasi
genangan air
Keberadaan tikus
dalam rumah
Sarana
pembuangan
sampah
Intensitas cahaya
dalam rumah
Keberadaan
Bakteri
leptospira
Strata PHBS
tatanan rumah
tangga
Kejadian
infeksi
leptospira pada
manusia
melalui luka,
mukosa, dan
konjungtiva
Kepadatan hunian
Keeradaan hewan
peliharaan
Status gizi
Umur
Status ekonomi
Kejadian
Leptospirosis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas :
Variabel Terikat :
Kejadian
Leptospirosis
Variabel Pengganggu :
Umur
Status ekonomi
Kejadian banjir
43
44
dengan kejadian
leptospirosis.
7) Ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah dengan kejadian
leptospirosis.
8) Ada hubungan antara sarana pembuangan sampah
dengan kejadian
leptospirosis.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian yang akan digunakan adalah metode
penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol, yaitu suatu
penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari
dengan menggunakan retrospektif (Soekidjo, 2005:150).
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Strata PHBS tatanan rumah tangga, yaitu suatu tingkatan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam setiap rumah tangga yang telah ditetapkan oleh dinkes
45
setempat yang meliputi beberapa strata rumah tangga antara lain sehat pratama,
sehat madya, sehat utama, dan sehat paripurna. Dan sanitasi rumah yaitu usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap tempat
tinggal untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Dan sanitasi rumah tersebut meliputi kondisi selokan, intensitas cahaya,
keberadaan
tikus,
keberadaan
hewan
peliharaan,
keberadaan
air
yang
Definisi
Alat
Operasional
(2)
(3)
Kuesi
Tingkatan
kualitas PHBS oner
dalam
rumah
tangga
yang
terdiri dari sehat
pratama, sehat
madya,
sehat
utama dan sehat
paripurna
(PHBS Tatanan
Rumah Tangga
2010).
Cara
Kriteria
Skala
Ukur
(4)
(5)
(6)
Wawan 1. Baik jika strata Ordinal
cara
PHBS Tatanan
Rumah Tangga
termasuk sehat
utama
dan
paripurna.
2. Kurang baik jika
strata
PHBS
Tatanan Rumah
Tangga
termasuk sehat
pratama
dan
madya.
46
(1)
Kondisi
selokan
(2)
(3)
Kondisi saluran Kuesi
yang digunakan oner
untuk
mengalirkan
limbah
rumah
tangga
yang
dihasilkan.
Intensi
tas
cahaya
Banyaknya sinar
matahari yang
masuk ke dalam
ruangan rumah.
Pengukuran
dilakukan di
dapur dan kamar
mandi. Waktu
pengukuran
dilakukan pada
pukul 09.00-15.00
WIB.
Ada
tidaknya
tikus di dalam dan
sekitar
rumah
yang
ditandai
dengan
ada
tidaknya lubang
tikus atau kotoran
tikus.
Kebera
daan
tikus
(4)
(5)
(6)
Ordinal
wawan 1. Memenuhi
cara
syarat jika tidak
ada
genangan
air di sekitar
rumah, saluran
tertutup
atau
diresapkan dan
kondisi selokan
lancar
tidak
tersumbat.
2. Tidak
memenuhi
syarat jika ada
genangan air di
sekitar rumah,
saluran
tidak
tertutup, tidak
diresapkan dan
kondisi selokan
tidak
lancar
(Dinkes propinsi
Jawa
Tengah
2005:24)
Ordinal
Pengu 1. Memenuhi
kuran
syarat
jika
lang
pengukuran 60
sung
- 120 lux
2. Tidak memenuhi
syarat
jika:Pengukuran
< 60 lux dan
Pengukuran
>
120
lux
(Kepmenkes RI,
1999).
Wawan 1.Memenuhi
Ordinal
cara
syarat jika tidak
terdapat
tikus,
lubang tikus atau
kotoran tikus.
2. Tidak memenuhi
syarat
jika
terdapat
tikus,
lubang tikus atau
kotoran
tikus
(Dinkes
Prov
Jateng 2005).
Lux
meter
Kuesi
oner
47
(1)
Kebera
daan
hewan
peliha
raan
(2)
Ada
tidaknya
hewan peliharaan
yang
dapat
terinfeksi
Leptospira
(kucing,
sapi,
anjing,
kuda,
kambing, domba,
babi)
yang
dimiliki.
Kebera
Ada tidaknya air
daan air yang menggenang
yang
di dalam dan
mengge
sekitar rumah ( 5
nang
meter)
saat
musim hujan.
Tempat
Sarana
pembuangan air
pembua
rumah
ngan air limbah
tangga
yang
limbah
digunakan oleh
keluarga tersebut.
Sarana
pembu
angan
sampah
(3)
Kuesi
oner
(4)
(5)
(6)
Wawan 1. Baik jika tidak Ordinal
cara
memiliki hewan
peliharaan.
2. Kurang
baik
jika
memiliki
hewan
peliharaan.
Kuesi
oner
Kuesi
oner
Wawan 1. Memenuhi
Ordinal
cara
syarat,
jika
sampah
diangkut tidak
melebihi 3 x 24
jam, tertutup
dan kedap air.
2. Tidak
memenuhi
syarat,
jika
sampah
diangkut lebih
dari 3 x 24 jam,
terbuka
dan
tidak kedap air.
(Dinkes
propinsi Jawa
Tengah
2005:26).
Kuesi
Tempat
oner
pembuangan
sampah
rumah
tangga
yang
digunakan oleh
keluarga tersebut.
48
(1)
Kejadian
leptospi
Rosis
(2)
(3)
Penderita
yang Re
tinggal
di kam
kecamatan
medik
Candisari
yang
menderita
leptospirosis oleh
dokter
melalui
pemeriksaan
klinis
dan
konfirmasi
laboratorik
(MAT).
(4)
(5)
Melihat 1. Menderita
leptospirosis
data
sekun 2. Tidak
menderita
der
leptospirosis
(6)
Ordinal
49
diteliti
dan
dianggap
mewakili
seluruh
populasi
(Soekidjo
n1=n2=
1 1
1
2 2
Keterangan:
n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol
Z
50
P1
P2
: 1P
OR
OR=3,683
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel
Faktor Risiko Leptospirosis
OR
P1
= 1 P = 1 0,587 = 0,413
Q1
= 1 P1 = 1 0,739 = 0,261
Q2
= 1 P2 = 1 0,435 = 0,565
n1= n2=
5
38,1
31,7%
44,4%
3,683
1,758
43,5%
56,5%
= 0,739
= 0,587
,
,
,
,
= 32,64
= 33
P2
51
52
53
54
55
56
pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.
3.11.1.2 Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban jawaban dari para responden
ke dalam kategori kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi
tanda atau kode berbentuk angka pada masing masing jawaban.
3.11.1.3 Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel jawaban jawaban yang
sudah diberi kategori jawaban dan mengatur angka angka kemudian dimasukkan
dalam tabel, sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam bernagai kategori.
3.11.1.4 Entry
Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program
komputer untuk selanjutnya akan diolah.
3.11.2 Cara Analisis Data
3.11.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi pada
persentase dari tiap variabel (Agus Riyanto, 2010:61). Analisis univariat
bermanfaat untuk melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat
gambaran data yang dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis
lebih lanjut.
57
Kontrol
Jumlah
Ya
a+b
Tidak
c+d
a+c
b+d
a+b+c+d
Jumlah
58
O
O
=
/
/
/
= :
=
(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011:158).
Interpretasi OR dan 95%CI
1. OR > 1, dan 95% CI tidak mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor
yang diteliti merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.
2. OR > 1, dan 95% CI mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti belum merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.
3. OR = 1, dan 95% CI mencangkup angka 1 atau 95% CI, menunjukkan bahwa
faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Candisari Kota Semarang.
Kecamatan Candisari merupakan wilayah kerja Puskesmas Candilama dan Kagok.
Wilayah kerja Puskesmas Candilama adalah kelurahan Karanganyar Gunung,
Jomblang, dan Jatingaleh. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Kagok adalah
Kelurahan Wonotingal, Candi, Kaliwiru, dan Tegalsari.
Kecamatan Candisari terletak pada ketinggian 100 m diatas permukaan
laut. Luas wilayahnya sekitar 555.510 ha. Jumlah penduduk sebesar 71.242 jiwa
terdiri dari 35.251 orang penduduk laki-laki dan 35.991 orang penduduk
perempuan. Dari 7 kelurahan tersebut terdiri dari 461 RT dan 65 RW. Proporsi
penduduk menurut mata pencaharian yaitu PNS/TNI/POLRI sebanyak 2.551
orang dan swasta/buruh/wiraswata sebanyak 15.092 orang. Sarana Pendidikan
yang terdapat di Kecamatan Candisari yaitu sebanyak 47 SD/sederajat, 8
SMP/sederajat, 4 SMA/sederajat dan 5 SMK/sederajat. Sarana Kesehatan yang
tersedia selain puskesmas yaitu 1 rumah sakit dan 5 poliklinik (Kecamatan
Candisari, 2011:1).
4.2
Hasil Penelitian
4.2.1
Karakteristik Responden
Responden terdiri dari responden kasus dan responden kontrol yang mana
responden kasus terdiri dari 33 orang dan responden kontrol sebanyak 33 orang.
60
61
15-49
>50
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
Kontrol
9
24
33
10
23
33
27,3
72,7
100,0
30,3
69,7
100,0
62
Laki-laki
Perempuan
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
21
63,6
12
36,4
33
100,0
Kontrol
22
11
33
%
66,6
33,4
100,0
SD
SMP
SMA/SMK
Akademi/PT
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
Kontrol
14
42,4
10
8
24,2
11
10
30,3
11
1
3,1
1
33
100,0
33
%
30,3
33,3
33,3
3,1
100,0
63
Kurang Baik
Baik
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
24
72,7
9
27,3
33
100,0
Kontrol
12
21
33
%
36,4
63,6
100,0
64
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
Tidak Memenuhi Syarat 23
69,7
10
30,3
Memenuhi Syarat
Total
33
100,0
Kontrol
10
23
33
%
30,3
69,7
100,0
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
16
48,5
17
51,5
33
100,0
Kontrol
20
13
33
%
60,6
39,4
100,0
65
Ada
Tidak Ada
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
27
81,8
6
18,2
33
100,0
Kontrol
14
19
33
%
42,4
57,6
100,0
66
Kejadian Leptospirosis
Kasus
Kontrol
%
Ada
19
57,6
12
36,4
Tidak Ada
14
42,2
21
63,6
Total
33
100,0
33
100,0
Data Tabel 4.8 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,
prosentase responden yang memiliki hewan peliharaan sebesar 57,6% dan
responden yang tidak memiliki hewan peliharaan sebesar 42,2%. Sedangkan dari
33 responden kontrol, prosentase responden yang memiliki hewan peliharaan
sebesar 36,4% dan responden yang tidak memiliki hewan peliharaan sebesar
63,6%.
4.2.2.6 Distribusi Keberadaan Air Menggenang di Sekitar Rumah Responden
Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari
Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai keberadaan air
menggenang di sekitar rumah responden, dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Keberadaan Air Menggenang di Rumah Responden
Keberadaan Air
Menggenang
Ada
Tidak Ada
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
23
69,7
10
30,3
33
100,0
Kontrol
9
24
33
%
27,3
72,7
100,0
67
%
Tidak Memenuhi Syarat
23
69,7
Memenuhi Syarat
10
30,3
Total
33
100,0
Kontrol
11
21
33
%
33,3
63,7
100,0
68
%
Tidak Memenuhi Syarat
27
81,8
Memenuhi Syarat
6
18,2
Total
33
100,0
Kontrol
15
18
33
%
45,5
54,5
100,0
69
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan
Kejadian Leptospirosis
Strata PHBS
Kurang Baik
Baik
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
24
72,7
27,3
9
33
100,0
Kontrol
%
12 36,4
21
63,6
33 100,0
Nilai OR
P
0,003
4,667
95%CI
1,64313,256
70
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis
Kondisi Selokan
Tidak Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat
Total
Kejadian Leptospirosis
Kasus
%
23
69,7
10
33
30,3
100,0
Nilai OR
p
95%CI
Kontrol
%
10 30,3
23
69,7
33 100,0
0,001
5,290
1,85115,116
responden kontrol dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat sebesar
30,3% lebih kecil dibandingkan dengan selokan yang memenuhi syarat yaitu
69,7%.
Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < (0,05) sehingga
Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kondisi
selokan dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 5,290 dengan
interval 1,851-15,116, yang berarti bahwa responden dengan kondisi selokan
tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,290 kali lebih besar menderita
Leptospirosis bila dibandingkan responden dengan kondisi selokan yang
memenuhi syarat
4.2.3.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan Kejadian
Leptospirosis
Hasil uji chi square dari data penelitian tentang intensitas cahaya dalam
rumah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota
Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:
71
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan
Kejadian Leptospirosis
Intensitas Cahaya Kejadian Leptospirosis
dalam Rumah
Kasus
Kontrol
%
%
Tidak Memenuhi
16
48,5
20 60,6
Syarat
Nilai OR
p
0,323
Memenuhi Syarat
Total
17
33
51,5
100,0
13
39,4
33 100,0
0,612
95%CI
0,2301,624
72
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Keberadaan Tikus di Rumah Responden dengan
Kejadian Leptospirosis
Keberadaan Tikus Kejadian Leptospirosis
Tidak Memenuhi
Syarat
Kasus
%
27
81,8
Nilai OR
p
95%CI
Kontrol
%
14 42,4
0,001
6,107
1,98818,757
Memenuhi Syarat
6
18,2
19
57,6
Total
33
100,0
33 100,0
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat
tikus di rumah sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu
sebesar 18,2%, sedangkan responden kontrol yang terdapat tikus di rumah
sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 42,4% lebih kecil dibandingkan dengan
yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu sebesar 57,6%
Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < (0,05) sehingga
Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan
tikus dengan kejadian leptospirosis. Nilai odds ratio (OR)
= 6,107 dengan
interval 1,988-18,757, yang berarti bahwa responden yang terdapat tikus di rumah
sehingga tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,107 kali lebih besar menderita
leptospirosis bila dibandingkan responden yang tidak terdapat tikus sehingga
memenuhi syarat.
4.2.3.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan Responden dengan
Kejadian Leptospirosis
Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan hewan
peliharaan responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari
Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:
73
12 36,4
Kurang Baik
19
57,6
Baik
Total
14
33
42,4
100,0
21
33
63,6
Nilai OR
p
0,084
2,375
95%CI
0,8836,390
100,0
74
Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Keberaadaan Air Menggenang dengan Kejadian
Leptospirosis
Keberadaan Air
Menggenang
Kejadian Leptospirosis
Nilai OR
p
Kurang Baik
Kasus
%
23
69,7
Kontrol
%
9
27,3
Baik
10
30,3
24
Total
33
100,0
33
72,7
0,001
6,133
95%CI
2,11117,824
100,0
75
Kejadian Leptospirosis
Nilai OR
p
95%CI
Kasus
Kontrol
%
%
23
69,7 11 33,3
10
30,3
33
100,0
22
33
66,7
0,003
4,600
1,63112,973
100,0
76
Kejadian Leptospirosis
Nilai OR
P
95%CI
Kasus
Kontrol
%
%
27
81,8 15 45,5
6
33
18,2
100,0
18
33
54,5
0,002
5,400
1,76416,533
100,0
77
4.2.4
8.
p value
(3)
OR
(4)
95%CI
(5)
Keterangan
(6)
0,003
4,667
0,001
5,290
Intensitas Cahaya
0,323
Keberadaan Tikus
Keberadaan Hewan
Peliharaan
Keberadaan Air
Menggenang
Sarana
Pembuangan
Limbah
Sarana
Pembuangan
Sampah
0,001
6,107
0,084
hubungan
1,98818,757 Ada hubungan
Tidak ada
hubungan
0,001
6,133
0,003
4,600
0,002
5,400
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Pembahasan
79
PHBS
merupakan
faktor
yang
berhubungan
dengan
80
5.1.2
81
menunjukkan bahwa kondisi selokan pada kontrol lebih terawat bila dibandingkan
dengan kondisi selokan pada kasus sehingga kondisi selokan pada kontrol lebih
banyak yang memenuhi syarat, kondisi selokan pada kontrol banyak yang sudah
tertutup, tidak meluap saat hujan dan jarang tersumbat. Namun hal sebaliknya
terjadi pada kasus. Dan sesuai dengan yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
kondisi selokan yang lancar akan menghambat perkembangan leptospira untuk
dapat berkembang secara baik.
Hal ini sesuai dengan penelitian Siti Maesharokh (2011) yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Kota
Semarang. Selain itu penelitian dari Mari Okatini (2007) juga menyatakan bahwa
ada hubungan antara kodisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Jakarta.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi selokan yang masih tidak tertutup
dan tersumbat hingga meluap saat hujan dapat menjadi faktor risiko leptospirosis.
5.1.3
82
syarat yaitu 20 orang atau 60,6% dan yang memenuhi syarat sebanyak 13 orang
atau 39,4%.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa intensitas cahaya pada responden
kasus dan kontrol relatif sama. Bahkan pada kontrol, yang memiliki intensitas
cahaya tidak memenuhi syarat cenderung lebih banyak. Hal ini disebabkan karena
keberadaan kamar mandi dan dapur pada kontrol lebih banyak berada di ruangan
tertutup dan menyatu dengan rumah, sedangkan kamar mandi dan dapur pada
kontrol lebih banyak yang berada terpisah dengan rumah sehingga cahaya lebih
mudah masuk sehingga intensitas cahaya juga banyak yang memenuhi syarat.
5.1.4
83
84
kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus di dalam dan sekitar rumah. Peran
tikus sebagai vektor dan reservoir beberapa penyakit menular menyebabkan
keberadaan tikus di pemukiman penduduk menjadi ancaman serius bagi manusia
untuk tertular penyakit. Dan sesuai dengan ketentuan tentang persyaratan rumah
sehat yang terdapat pada Dinkes Prop Jateng (2005) bahwa rumah sehat harus
bebas dari tikus atau hewan pengerat lainnya.
5.1.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan dengan Kejadian
Leptospirosis
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan
Candisari Kota Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,084) >
(0,05). Sehingga Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara keberadaan
hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota
Semarang. Dan dapat dikatakan juga bahwa keberadaan hewan peliharaan bukan
merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.
Dari penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa responden kasus yang
memiliki hewan peliharaan dirumahnya yaitu 19 orang atau 57,6% dan yang tidak
memiliki hewan peliharaan sebanyak 14 orang atau 42,4%. Dan pada responden
kontrol, yang memiliki hewan peliharaan dirumahnya yaitu 12 orang atau 36,4%
dan yang tidak memiliki hewan peliharaan sebanyak 21 orang atau 63,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun responden kasus banyak yang memiliki hewan
peliharaan namun hal tersebut bukan merupakan faktor risiko kejadian
leptospirosis.
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa responden kasus banyak
yang memiliki hewan peliharaan di rumahnya, adanya hewan peliharaan inilah
85
86
69,7% dan yang tidak terdapat air menggenang di sekitar rumahnya sebanyak 10
orang atau 30,3%. Dan pada responden kontrol, responden yang terdapat air
menggenang di sekitar rumahnya yaitu 9 orang atau 27,3% dan yang tidak
terdapat air menggenang di sekitar rumahnya sebanyak 24 orang atau 72,7%.
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa di sekitar rumah
responden kasus banyak terdapat air yang menggenang, adanya genangan air
inilah yang menyebabkan variabel keberadaan air menggenang di sekitar rumah
tergolong kurang baik. Namun pada kontrol hanya sedikit yang di sekitar
rumahnya terdapat air yang menggenang, dan tidak adanya genangan air inilah
yang menyebabkan variabel keberadaan air menggenang tergolong baik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan air menggenang banyak ditemukan
pada responden kasus, karena sebagian besar letak kamar mandi dengan rumah
responden kasus terpisah sehingga kemungkinan responden kasus untuk
terkontaminasi genangan air di sekitar rumah sangat besar.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Djoni Djunaedi
(2007), yang menyatakan bahwa transmisi leptospira berlangsung dengan urin,
darah, atau jaringan dari hewan yang terinfeksi atau terpapar oleh lingkungan
yang terkontaminasi. Transmisi langsung dari manusia ke manusia jarang
ditemukan. Oleh karena leptospira diekskresi melalui urin dan dapat hidup dalam
air selama beberapa bulan, maka air tergenang memiliki peranan penting sebagai
transmisi. Mereka dapat terserang leptospirosis terpapar langsung oleh air atau
tanah yang terkontaminasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Agus
Priyanto (2008), yang menyatakan bahwa genangan air merupakan faktor risiko
Leptospirosis karena saat terjadinya kasus sebagian besar responden di sekitar
87
rumahnya terdapat genangan air. Selain itu penelitian Asyhar Tunissea (2008)
menyatakan bahwa genangan air yang berasal dari badan air alami merupakan
salah satu faktor risisko kejadian leptospirosis. Hal ini mebuktikan bahwa
keberadaan air menggenang cukup berpengaruh pada kejadian leptospirosis, untuk
itu diperlukan menjaga lingkungan rumah agar tidak terdapat genangan air di
sekitarnya.
5.1.7 Hubungan antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian
Leptospirosis
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana
pembuangan limbah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota
Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,003) < (0,05). Dengan nilai
OR sebesar 4,600 dan 95%CI=1,631-12,973 maka dapat diketahui bahwa
responden dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat mempunyai
risiko 4,600 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan
sarana pembuangan limbah memenuhi syarat. Karena nilai OR>1 dan 95%CI
tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa sarana pembuangan limbah
merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.
Berdasarkan penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden kasus dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat yaitu
23 orang atau 69,7% dan yang memenuhi syarat sebanyak 10 orang atau 30,3%.
Dan pada responden kontrol, responden dengan sarana pembuangan limbah tidak
memenuhi syarat yaitu 11 orang atau 33,3% dan yang memenuhi syarat sebanyak
22 orang atau 66,7%. Hal ini terjadi karena sebagaian besar dari responden kasus
memiliki saluran pembuangan limbah yang tidak diresapkan.
88
Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki
perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki
sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila
dibandingkan dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal
ini menunjukkan bahwa sarana pembuangan limbah pada kontrol lebih baik bila
dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah pada kasus. Sarana pembuangan
limbah pada kontrol lebih banyak yang memenuhi syarat karena sarana
pembuangan limbah pada kontrol sudah banyak yang tertutup dan diresapkan.
Namun pada kasus, masih sedikit yang memiliki sarana pembuangan limbah yang
tertutup dan diresapkan karena sarana pembuangan limbah mereka sebagian besar
masih dibuat seadanya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmini (2011) yang
menyatakan
bahwa
saluran pembuangan
limbah
yang
buruk
sehingga
89
Selain itu penelitian Mari Okatini (2005) juga menyatakan bahwa ada hubungan
antara sarana pembuangan limbah dengan kejadian leptospirosis. Untuk itu
sebaiknya sarana pembuangan limbah harus dibuat cukup baik agar bermanfaat
saat digunakan tanpa menimbulkan efek negatif yang mendatangkan penyakit.
5.1.8 Hubungan antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian
Leptospirosis
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana
pembuangan sampah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota
Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,002) < (0,05). Dengan nilai
OR sebesar 5,400 dan 95%CI=1,764-16,533 maka dapat diketahui bahwa
responden dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat mempunyai
risiko 5,400 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan
sarana pembuangan sampah memenuhi syarat. Karena nilai OR>1 dan 95%CI
tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa sarana pembuangan
sampah merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.
Dari penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden kasus dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat yaitu
27 orang atau 81,8% dan yang memenuhi syarat sebanyak 6 orang atau 18,2%.
Dan pada responden kontrol, responden dengan sarana pembuangan sampah tidak
memenuhi syarat yaitu 15 orang atau 45,5% dan yang memenuhi syarat sebanyak
18 orang atau 54,5%. Hal ini terjadi karena sebagaian besar dari responden kasus
memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak tertutup dan tidak kedap air.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki
perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki
sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila
90
dibandingkan dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi sarana pembuangan sampah pada kontrol lebih
baik bila dibandingkan dengan sarana pembuangan sampah pada kasus. Sarana
pembuangan sampah pada kontrol lebih banyak yang memenuhi syarat karena
sarana pembuangan sampah pada kontrol sudah banyak yang tertutup dan kedap
air sehingga aman dari hewa-hewan pembawa vektor penyakit. Namun pada
kasus, masih sedikit yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tertutup dan
kedap air karena sarana pembuangan sampah mereka sebagian besar masih
terbuka dan banyak digunakan oleh tikus sebagai tempat untuk mencari sisa-sisa
makanan.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmini (2011)
yang menyatakan bahwa tempat pengumpulan sampah yang buruk merupakan
faktor risiko kejadian leptospirosis karena vektor perantara bakteri leptospira
khususnya tikus sangat menyukai tempat-tempat dengan
keberadaan tumpukan sampah. Dan sesuai dengan Dinkes Prop Jateng 2005 yang
menyatakan bahwa sarana pembuangan sampah harus memenuhi syarat agar tidak
menimbulkan keberadaan vektor-vektor penyakit. Syarat-syarat tersebut antara
lain sampah harus diangkut tidak melebihi 3 x 24 jam, tertutup dan kedap air.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Feriyanti
(2008), yang menyatakan bahwa kebersihan rumah yang salah satunya adalah
sarana pembuangan sampah berhubungan dengan kejadian leptospirosis. Selain
itu penelitian Dwi Sarwani (2005) juga menyatakan bahwa sarana pembuangan
sampah yang tidak baik sehingga mengakibatkan adanya sampah di sekitar rumah
berhubungan dengan kejadian leptospirosis. Untuk itu sebaiknya sarana
91
pembuangan sampah harus dibuat cukup baik agar bermanfaat saat digunakan
tanpa menimbulkan efek negatif yang mendatangkan penyakit.
5.2
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi
menjadi sarang tikus, penanganan sampah perlu dilakukan secara benar yaitu dengan
cara tempat sampah diusahakan tertutup rapat dan kedap air sehingga tidak menjadi
sumber makanan tikus, menjaga kondisi selokan dan sarana pembuangan limbah
92
93
variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan
kejadian leptospirosis.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Priyanto, 2008, Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Leptospirosis (Studi Kasus di Kabupaten Demak), Tesis: Pasca Sarjana
Undip
Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta:Nuha
Medika
Aru W. Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Depkes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VII/1999,
Jakarta: Depkes RI
___________, 2003, Pedoman Tatalaksana Kasus dan Pemeriksaan
Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta:
Depkes RI.
___________, 2005, Pedoman Penanggulangan Leptospirosis Di Indonesia,
Jakarta: Depkes RI Ditjen P2P danPLP
___________, 2010, Profil Kesehatan IndonesiaTahun 2010, Jakarta: Depkes RI
Dharmajono, 2002, Leptospirosis
Jakarta:Pustaka Populer Obor
Anthrax
Mulut
Kuku
Sapi-Gila,
Dinkes Kota Semarang, 2010, Profil Kesehatan Kota Semarang 2010, Semarang:
DKK Semarang
___________, 2010, Rekapitulasi Laporan Bulanan Kasus Leptospirosis Kota
Semarang. DKK Semarang
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2005, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat
untuk Puskesmas, Semarang: DKP Jateng
___________, 2009, Profil Kesehatan Provinsi Jateng 2009, Semarang: DKP
Jateng
___________, 2010, Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah
Tangga, Semarang: DKP Jateng
___________, 2011, Buku Saku Kesehatan Provinsi Jateng 2011, Semarang: DKP
Jateng
94
95
96
Lampiran 1
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Rizka Auliya
NIM
: 6450408117
Status
: Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang
Bermaksud mengadakan penelitian tentang Hubungan Antara Strata PHBS
Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis di
Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden dengan
berpartisipasi menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Untuk itu, saya
mengharap kesediaan Saudara secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam
penelitian saya.
Atas bantuan dan kesediaan Saudara menjadi responden, saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti
Rizka Auliya
97
Lampiran 2
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
(..)
98
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA
DAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI
KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Nomor Responden
: ....................................................................................
Tanggal Survey
: ....................................................................................
Kelompok
: 1. Kasus
2. Kontrol
Identitas Responden :
1. Nama
: .........................................................................
2. Alamat
: .........................................................................
.........................................................................
3. Umur
: ..................................................................tahun
4. Jenis Kelamin
: .........................................................................
5. Pendidikan
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Tamat Akademi/PT
99
Lanjutan (Lampiran 3)
I.
PERTANYAAN PENJARINGAN
1. Apakah rumah Anda direnovasi atau diperbaiki mulai tahun 2009-2011?
a. Ya
b. Tidak
Jika jawab ya, lanjut pertanyaan ke nomor 2
Jika jawab tidak, lanjut pertanyaan ke nomor 3
2. Rumah bagian mana yang Anda renovasi atau perbaiki? Sebutkan!
Jawab: ....................................................................................................
...............................................................................................................
3. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga/tetangga (tinggal di sekitar
700 meter) yang menderita Leptospirosis?
a. Ya
b. Tidak
4. Pendapatan perbulan dalam keluarga :
No
Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
Keluarga
Jenis
Pekerjaan
Besar Pendapatan
Tetap+Sampingan
Per Bulan
100
GEJALA KLINIS
Demam mendadak
Menggigil
Sakit/nyeri kepala
Badan lemah
Leher kaku
10
Nyeri perut
11
12
13
Mual
14
Muntah
15
Diare
16
Kencing Berkurang
17
Kencing kecoklatan
18
Perdarahan di mukosa
19
20
Batuk
21
Pikiran kacau/bingung
YA
TIDAK
101
Lanjutan (Lampiran 3)
II. KUESIONER PENGUKURAN SANITASI RUMAH
1. Kondisi Selokan
Pertanyaan dan Pengukuran
YA
1. Apakah terdapat selokan di dekat
rumah?
TIDAK
Keterangan
Memenuhi
syarat/
Tidak
memenuhi
syarat
Jawab/
Hasil
(Lux)
Keterangan
Memenuhi
syarat/ Tidak
memenuhi
syarat
3. Keberadaan Tikus
Pertanyaan dan Pengamatan
1. Apakah ada tikus di dalam atau
sekitar rumah?
2.
YA
TIDAK
Keterangan
Memenuhi
syarat/ Tidak
memenuhi
syarat
YA
TIDAK
Keterangan
Baik/Kurang
baik
YA
TIDAK
Keterangan
Baik/Kurang
baik
102
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Keterangan
Memenuhi
syarat/
Tidak
memenuhi
syarat
Pertanyaan
Ya
Tidak
Keterangan
1.
Memenuhi
syarat/
Tidak
memenuhi
syarat
NO.
PERTANYAAN INDIKATOR
1.
2.
YA
TIDAK
103
4.
II
KESLING
5.
6.
7.
8.
9.
III
GAYA HIDUP
10.
104
11.
12.
13.
14.
IV
15.
16.
Apakah
anggota
(Pemberantasan
keluarga
Sarang
melakukan
Nyamuk)
PSN
minimal
seminggu sekali?
TOTAL
Pratama/Madya/Utama/Paripurna
Baik/Kurang baik
= Sehat Pratama
= Sehat Madya
= Sehat Utama
= Sehat Paripurna
paripurna.
Kriteria KURANG BAIK jika rumah tangga termasuk sehat pratama dan
sehat madya.
105
Lampiran 4
DAFTAR RESPONDEN KASUS
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Nama
Machmud
Parwati
Slamet Sukoco
Sodikin
Sodikin Bari
Dita (Danis)
Tukimin
Ana Aminah
Tumini
Riyanto
Riko Supriyadi
Sukini
Siswo K.
Sudiarto
Suripah
Sahmat Rekso
Sumaryanto
Saeful Bahri
Sutini
Paulus Ngateno
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Sumirah
Parwiyono
Slamet Riyadi
Minarti
Paeno
Uminah
Ani Suwiyani
Tumidi
Alamat
Kaliwiru
Tegalsari Barat
Tegalsari
Tegalsari Barat
Tegalsari
Tegalsari Barat
Tegalsari
Tegalsari
Jomblang
Jomblang
Jomblang
Jomblang
Wonotingal
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari Barat
Tegalsari
Karanganyar
Gunung
Jomblang
Jomblang
Tegalsari Barat
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari Barat
Jomblang
Jomblang
Umur
61
60
64
60
58
28
70
58
45
25
48
51
51
57
60
16
43
50
56
70
JK
L
P
L
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
P
L
L
L
P
L
55
50
44
52
68
65
19
51
P
L
L
P
L
P
P
L
SD
SMA
SMK
SMA
SD
SD
SMA
SMA
Jomblang
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari
Tegalsari
43
54
61
55
67
P
L
L
L
L
PT
SMP
SD
SMP
SD
29. Suwarini
30. Suparno
31. Sulimanardi
32. Ngateman
33. Saifudin
Keterangan:
JK
: Jenis Kelamin
TB
: Tidak Bekerja
IRT
PNS
Pendidikan Pekerjaan
SMP
Swasta
SMP
Swasta
SD
TB
SD
Swasta
SD
Buruh
SMA
Swasta
SD
TB
SMP
IRT
SMP
IRT
SMA
Swasta
SMA
Swasta
SMP
IRT
SMP
Swasta
SD
Swasta
SD
IRT
SMA
Pelajar
SMA
Swasta
SD
Swasta
SD
IRT
SD
TB
IRT
Swasta
Swasta
IRT
TB
IRT
IRT
Wiraswas
ta
PNS
Buruh
TB
Buruh
TB
106
Lampiran 5
DAFTAR RESPONDEN KONTROL
No
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
Nama
Sutini
Andin K.
Ari
Bagus
Sudarwanto
Junaidi
Sulandoko
Wijiyono
Sujarno
Tukiman
Tohirin
Muh. Kamim
Paidi
Masmunah
Mujiani
Holipah
Endang
Saipul
Nasukah
Sukiran
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Fitriatun
Paidi
Sumiati
Yuli
Dyah
Toni
Salam
Warso
Munawaroh
Sutris
Roni
Bagyo
Mamah
Alamat
Umur
Kaliwiru
57
Tegalsari Barat
42
Tegalsari
40
Tegalsari
55
Tegalsari
58
Tegalsari Barat
61
Tegalsari Barat
58
Tegalsari
56
Jomblang
45
Jomblang
65
Jomblang
69
Jomblang
44
Wonotingal
52
Tegalsari Barat
68
Tegalsari
60
Tegalsari
54
Tegalsari
43
Tegalsari Barat
50
Tegalsari
56
Karanganyar
67
Gunung
Jomblang
36
Jomblang
52
Tegalsari
44
Tegalsari
48
Tegalsari
49
Tegalsari Barat
38
Jomblang
55
Jomblang
60
Jomblang
64
Tegalsari
60
Tegalsari
61
Tegalsari Barat
55
Tegalsari
67
Keterangan:
JK
: Jenis Kelamin
TB
: Tidak Bekerja
IRT
PNS
JK
P
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
P
P
P
P
L
P
L
Pendidikan
SD
SMP
PT
SMK
SD
SMP
SMP
SMP
SMK
SD
SD
SMA
SMP
SD
SD
SMA
SMA
SMA
SD
SD
Pekerjaan
IRT
Swasta
PNS
Swasta
Buruh
TB
Buruh
Buruh
Wiraswasta
TB
TB
Swasta
Swasta
TB
IRT
IRT
Wiraswasta
Swasta
IRT
TB
P
L
P
P
P
L
L
L
P
L
L
L
L
SMA
SMP
SMP
SMP
SMA
SMK
SMA
SMP
SD
SMP
SMP
SMA
SD
IRT
Swasta
IRT
IRT
IRT
Swasta
Swasta
TB
TB
Buruh
TB
Swasta
TB
107
Lampiran 6
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
JENIS STRATA
Madya
Madya
Utama
Madya
Utama
Madya
Madya
Madya
Utama
Madya
Madya
Madya
Utama
Madya
Madya
Madya
Madya
Madya
Madya
Madya
Utama
Utama
Madya
Madya
Madya
Madya
Madya
Madya
Utama
Utama
Madya
Madya
Utama
Madya
Madya
Madya
Utama
Madya
Madya
KATEGORI
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
108
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Utama
Madya
Utama
Utama
Utama
Utama
Madya
Madya
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Madya
Madya
Utama
Madya
Madya
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
109
P1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P2
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
P3
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
P4
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
JUMLAH
1
4
4
1
4
1
1
2
1
4
3
3
1
4
4
1
1
4
3
1
4
1
2
2
1
1
1
4
4
1
1
1
1
4
4
1
4
4
4
4
2
KATEGORI
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
110
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
4
4
4
4
4
1
4
2
4
4
2
4
4
1
4
1
1
4
4
1
4
4
4
4
4
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
111
Ruang Dapur
74
93
78
70
75
86
67
80
86
55
87
88
81
78
72
70
65
76
84
70
72
75
84
57
83
73
68
76
66
70
70
85
72
54
68
65
94
90
79
87
Intensitas Cahaya
Kamar Mandi
Kategori
46
Tidak Memenuhi Syarat
68
Memenuhi Syarat
62
Memenuhi Syarat
43
Tidak Memenuhi Syarat
57
Tidak Memenuhi Syarat
56
Tidak Memenuhi Syarat
54
Tidak Memenuhi Syarat
60
Memenuhi Syarat
65
Memenuhi Syarat
42
Tidak Memenuhi Syarat
40
Tidak Memenuhi Syarat
47
Tidak Memenuhi Syarat
60
Memenuhi Syarat
62
Memenuhi Syarat
62
Memenuhi Syarat
58
Tidak Memenuhi Syarat
40
Memenuhi Syarat
61
Memenuhi Syarat
74
Memenuhi Syarat
55
Tidak Memenuhi Syarat
57
Tidak Memenuhi Syarat
61
Memenuhi Syarat
72
Memenuhi Syarat
50
Tidak Memenuhi Syarat
67
Memenuhi Syarat
65
Memenuhi Syarat
66
Memenuhi Syarat
55
Tidak Memenuhi Syarat
42
Tidak Memenuhi Syarat
41
Tidak Memenuhi Syarat
60
Memenuhi Syarat
70
Memenuhi Syarat
55
Tidak Memenuhi Syarat
41
Tidak Memenuhi Syarat
42
Tidak Memenuhi Syarat
42
Tidak Memenuhi Syarat
75
Memenuhi Syarat
70
Memenuhi Syarat
54
Tidak Memenuhi Syarat
58
Tidak Memenuhi Syarat
112
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
88
84
76
75
70
65
85
98
85
56
105
76
80
96
72
75
60
98
65
87
80
58
70
58
76
95
70
75
56
55
45
40
67
76
57
40
76
48
67
79
45
41
41
74
44
66
65
38
43
40
54
70
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
113
P1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
P2
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
1
1
1
1
1
2
1
2
0
2
2
1
1
1
1
2
2
0
0
2
0
1
1
0
1
1
1
0
2
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
KATEGORI
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
114
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
115
P1
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
KATEGORI
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
116
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
117
P1
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
KATEGORI
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
118
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Baik
119
P1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P2
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
P3
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
JUMLAH
3
2
2
2
3
2
2
3
1
2
3
3
2
2
1
1
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
1
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
2
1
KATEGORI
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
120
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
121
P1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P2
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
P3
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
P4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
JUMLAH
2
4
2
2
3
3
1
1
1
4
4
2
2
2
1
1
4
1
1
1
2
2
2
2
2
2
4
4
3
2
1
1
1
1
4
4
4
2
4
4
2
KATEGORI
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
122
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
2
4
4
4
2
2
3
1
4
4
2
4
3
2
4
4
2
4
4
4
4
3
2
2
4
123
Lampiran 7
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
No.
Resp
V1
V2
V3
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
(2)
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
(3)
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
(4)
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
Variabel Penelitian
V4
V5
(5)
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
(6)
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
V6
V7
V8
(7)
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
(8)
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
(9)
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
124
38.
(1)
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
0
(2)
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
(3)
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
(4)
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
(5)
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
(6)
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
(7)
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
(8)
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
(9)
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
Keterangan:
1. V = Variabel
2. Skor 0 = Tidak Memenuhi Syarat dan skor 1 = Memenuhi Syarat
{Untuk variabel Kondisi selokan (V1), Intensitas cahaya (V2),
Keberadaan tikus (V3), Tempat Pembuangan Limbah (V6), Sarana
Pembuangan Sampah (V7)}
3. Skor 0 = Kurang Baik dan skor 1 = Baik
{Untuk variabel Keberadaan hewan peliharaan (V4), Keberadaan air
menggenang (V5), Strata PHBS (V8)}
125
Lampiran 8
Output SPSS Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square
Kurang Baik
Count
24
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Baik
Expected Count
% within Kejadian Lepto
12
36
18.0
18.0
36.0
36.4%
54.5%
21
30
15.0
15.0
30.0
27.3%
63.6%
45.5%
33
33
66
Count
Expected Count
Total
72.7%
Count
Total
Kontrol
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
.003
7.394
.007
9.015
.003
8.800
b
df
.006
8.667
.003
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Strata PHBS
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
4.667
1.643
13.256
2.222
1.228
4.023
.476
.284
.799
66
.003
126
Count
10
33
16.5
16.5
33.0
69.7%
30.3%
50.0%
10
23
33
16.5
16.5
33.0
30.3%
69.7%
50.0%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within Kejadian
Lepto
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
23
Expected Count
Memenuhi Syarat
kontrol
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
.001
8.727
.003
10.525
.001
10.242
b
df
.003
10.087
.001
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Kondisi
Selokan (Tidak memenuhi
syarat / Memenuhi Syarat)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
5.290
1.851
15.116
2.300
1.308
4.044
.435
.247
.764
66
.001
127
Count
20
36
18.0
18.0
36.0
48.5%
60.6%
54.5%
17
13
30
15.0
15.0
30.0
51.5%
39.4%
45.5%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within Kejadian
Lepto
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
16
Expected Count
Memenuhi syrat
kontrol
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.323
.550
.458
.980
.322
.978
b
Likelihood Ratio
df
.459
.963
.326
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Intensitas
Cahaya (Tidak Memenuhi
syarat / Memenuhi syrat)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
.612
.230
1.624
.784
.485
1.269
1.282
.775
2.120
66
.229
128
Count
27
14
41
20.5
41.0
81.8%
42.4%
62.1%
19
25
12.5
12.5
25.0
18.2%
57.6%
37.9%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within Kejadian
Lepto
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
Count
Expected Count
% within Kejadian
Lepto
Total
20.5
Expected Count
Memenuhi Syarat
kontrol
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
.001
9.272
.002
11.297
.001
10.882
b
df
.002
10.717
.001
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Keberadaan
Tikus (Tidak Memenuhi
Syarat / Memenuhi Syarat)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
6.107
1.988
18.757
2.744
1.320
5.703
.449
.278
.725
66
.001
129
19
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Baik
15.5
31.0
36.4%
47.0%
14
21
35
17.5
17.5
35.0
42.4%
63.6%
53.0%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
31
15.5
Expected Count
% within Kejadian Lepto
12
Total
57.6%
Count
Total
kontrol
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
.084
2.190
.139
3.004
.083
2.981
b
df
.138
2.935
.087
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Keberadaan
Hewan Peliharaan (Kurang
Baik / Baik)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
2.375
.883
6.390
1.532
.936
2.508
.645
.384
1.084
66
.069
130
23
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Baik
32
16.0
32.0
27.3%
48.5%
10
24
34
17.0
17.0
34.0
30.3%
72.7%
51.5%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
16.0
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Total
69.7%
Count
Total
kontrol
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
df
sided)
.001
10.252
.001
12.277
.000
11.890
b
sided)
N of Valid Cases
sided)
.001
11.710
Association
.001
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Keberadaan
Air Menggenang (Kurang
Baik / Baik)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
6.133
2.111
17.824
2.444
1.390
4.296
.398
.220
.722
66
.001
131
Count
23
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Memenuhi Syarat
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Total
kontrol
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
11
Total
34
17.0
17.0
34.0
69.7%
33.3%
51.5%
10
22
32
16.0
16.0
32.0
30.3%
66.7%
48.5%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
df
8.735a
.003
7.340
.007
8.940
.003
.006
8.603
.003
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Sarana
Pembuangan Limbah (Tidak
Memenuhi Syarat /
Memenuhi Syarat)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
4.600
1.631
12.973
2.165
1.232
3.805
.471
.274
.807
66
.003
132
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
Count
Expected Count
% within Kejadian Lepto
kontrol
Total
27
15
42
21.0
21.0
42.0
81.8%
45.5%
63.6%
18
24
12.0
12.0
24.0
18.2%
54.5%
36.4%
33
33
66
33.0
33.0
66.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
.002
7.923
.005
9.756
.002
9.429
b
df
.004
9.286
.002
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Sarana
Pembuangan Sampah
(Tidak Memenuhi Syarat /
Memenuhi Syarat)
For cohort Kejadian Lepto =
kasus
For cohort Kejadian Lepto =
kontrol
N of Valid Cases
Lower
Upper
5.400
1.764
16.533
2.571
1.241
5.329
.476
.299
.760
66
.002
133
Lampiran 9
134
Lampiran 10
135
Lampiran 11
136
Lampiran 12
137
138
Lampiran 13
139
Lampiran 14
140
Lampiran 15
Dokumentasi
141
142
143
144