Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

RUMAH SAKIT ISLAM MALANG


UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Ny. F
DALAM MENANGANI EVALUASI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:
Rizki Dunniroh Kaukaba
(209.121.0029)

Pembimbing:
dr. V. H. Pratomo

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-nya kepada penyusun sehingga laporan studi kasus stase obgyn ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi
tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam
menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belum sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun
ucapkan terima kasih.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun,
pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................................................................
2
DAFTAR ISI
...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
.................................................................................................
4
I.2 Tujuan
.................................................................................................
5
I.3 Manfaat
.................................................................................................
5
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
...........................................................................................
6
2.2 Anamnesa
...........................................................................................
7
2.3

Pemeriksaan

fisik

9
2.4

Pemeriksaan

penunjang

11
2.5

Flow

sheet

Diagnosa

Holistik

Penatalaksanaan

Holistik

12
2.6
13
2.7
15
BAB III IDENTIKASI FUNGSI KELUARGA
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

4.1

Sectio
Caesarea
.................................................................................................
26

4.2

Patofisiologi
.................................................................................................
33

BAB V PEMBAHASAN
4.1

Dasar
Penegakan
Diagnosa
.................................................................................................
34

4.3

Dasar
Rencana
Penatalaksanaan
.................................................................................................

34
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan
holistik
.................................................................................................
36
6.2
Saran
komprehensif
.......................................................................................................
36
DAFTAR
PUSTAKA
..............................................................................................................
37

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput
ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan
rahim. Sectio Caesaria dapat dilaksanakan bila ibu sudah tidak dapat melahirkan
melalui proses alami.
Dewasa ini sectio caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan
dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan tehnik operasi yang lebih
sempurna. Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi ini
tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita
yang telah mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim
yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun
bahaya tersebut relatif kecil. Selain itu post operasi sectio caesaria juga dapat
menyebabkan nyeri di daerah jahitan atau tempat sayatan operasi dilakukan.
Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara
operasi sectio caesaria. Menurut WHO (World Health Organization), standar ratarata Sectio Caesaria di sebuah negara adalah sekitar 515%. Di Indonesia angka
sectio caesaria di rumah sakit Pemerintah sekitar 20-25% sedangkan di rumah
sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan. Hasil penelitian kelompok
mahasiswa Unika di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan pada tahun 2007
2008 menyatakan bahwa sekitar 80 persen proses persalinan dilakukan secara
sectio caesaria, sedangkan proses persalinan yang benar-benar dilakukan secara
alami hanya sekitar 20 persen.
Berdasarkan latar belakang tingginya insiden nyeri di daerah jahitan atau
tempat sayatan operasi sectio caesaria dan penanganan yang cepat, penulis
mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran
keluarga terhadap penanganan nyeri post operasi sectio caesarea.

1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan
berkomunikasi mahasiswa dalam berhadapan langsung dengan pasien, guna
mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penyakit
pasien untuk menunjang diagnosis kasus obgyn, khususnya keluhan nyeri post
operasi sectio caesarea yang terjadi pada Ny. F, dengan upaya pendekatan
kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.
1.3 MANFAAT
1.

Manfaat Keilmuan
- Diharapkan makalah

ini

dapat

memberikan

tambahan

ilmu

pengetahuan tentang keluhan nyeri post operasi sectio caesarea yang


terjadi pada Ny. F antara lain etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda,
komplikasi, prognosis, serta penanganannya.
2. Manfaat Praktis
- Diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dalam menghadapi
-

keluhan nyeri post operasi sectio caesarea yang terjadi pada Ny. F
Sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek kedokteran
keluarga dalam penanganan serta pencegahan keluhan nyeri post
operasi sectio caesarea

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. F

Umur

: 31 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: jl.Sempil 2 barat pondok kav A.5 blimbing Malang

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Pendidikan

: S.1

Tanggal MRS

: 1 Februari 2014

No. RM

: 15540

2. Identitas Suami
Nama

: Tn.A

Umur

: 35 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: PNS

Pendidikan

: S.1

Agama

: Islam

Alamat

: jl.Sempil 2 barat pondok kav A.5 blimbing Malang

3. Identitas Anak
Nama

: An. D

Umur

: 3 Hari

Jenis kelamin

: Perempuan

Berat Badan

: 3300 Gram

Lingkar Kepala

: 34 Cm

Lingkar Dada

: 33 Cm

Panjang Badan

: 49 Cm

2.2 ANAMNESA
1.

2.

Keluhan Utama

: Nyeri perut di tempat bekas operasi sectio caesarea

Harapan

: Cepat sembuh seperti sebelum sakit

Kekhawatiran

: Semakin berat sakit yang diderita

Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. F, 31 tahun datang dengan keluhan kenceng-kenceng sejak dini hari
pasien didiagnosa dengan G3 P2002 AB00 dengan usia kehamilan 40
minggu. Tanggal 1 Februari 2014 masuk Kaber RSI dengan tanda
persalinan (+), dan diagnosa G3 P2002 AB00 Inpartu Kala 1 Fase Laten
dengan Bekas Caesar sebelumnya 3 tahun yang lalu. Pasien direncanakan
Operasi sectio caesarea pukul 19.00 dan masuk ke ruang OK pukul 18.30.
pukul 19.35 pasien melahirkan bayi dengan BB : 3300 gram, PB : 49 cm,
LK : 34 cm, LD : 33 cm dan Apgar scor 9-10. Pasien dirawat di Kaber RSI
selama 3 hari post operasi. Pasien mengeluh nyeri perut di tempat bekas
operasi sectio caesarea sejak selesai operasi sampai dengan sekarang (4
Februari 2014).

3.

Riwayat Persalinan Sebelumnya

Anak Pertama persalinan normal (sekarang Usia 7 tahun)

Anak Kedua Operasi sectio caesarea karena letak lintang (sekarang


Usia 3 tahun)

4.

Riwayat Penyakit Dahulu

5.

6.

Riwayat alergi obat


Riwayat sakit jantung
Riwayat alergi makanan
Hiperkolesterol
Diabetes mellitus
Hipertensi
Riwayat Pengobatan

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat MRS

: disangkal

Riwayat operasi

: Operasi sectio caesarea

Riwayat konsumsi obat

: multivitamin dan obat anti mual

Riwayat Konsumsi Jamu

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

7.

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa


Riwayat Penyakit Jantung
Riwayat Alergi
Riwayat DM
Riwayat hipertensi
Riwayat Gizi
Sehari-hari pasien makan 3 kali sehari, memasak

: (-)
: Ayah Pasien (+)
: disangkal
: Ayah Pasien (+)
: Ayah Pasien (+)
sendiri di rumah. Jenis

makanan bervariasi tergantung keinginan suami dan anak-anaknya. Dalam


satu bulan kurang lebih 1-2 kali membeli makanan cepat saji. Satu
8.

9.

keluarga suka sayur dan buah.


Riwayat Kebiasaan Pasien dan Keluarga

Riwayat merokok

: disangkal

Riwayat minum alkohol

: disangkal

Riwayat pengisian waktu luang : digunakan untuk beristirahat

Olahraga

: jarang dan hampir tidak pernah

Riwayat Sosial Ekonomi


Suami pasien bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu kantor
Lelang di Malang. Penghasilan suami setiap bulannya sekitar Rp.
2.500.000 sampai Rp. 3.000.000. Saat ini pasien sebagai Pegawai Negeri
Sipil guru di SDN Blimbing pasien juga sebagai ibu rumah tangga,
mengurusi suami dan ketiga anaknya.

Review of Sistem
1

Kulit
2

: kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-)


Kepala
: pusing (-), rambut rontok (-), luka (-),

3
4

benjolan (-)
Mata
Hidung

5
6
7

sekret/rhinorrea (-/-)
Telinga
: Cairan (-/-), nyeri (-/-)
Mulut
: Sariawan (-), mulut hiperemis (-)
Tenggorokan
: Sakit menelan (-), serak (-), ada

: merah (-/-), katarak (-/-)


:
tersumbat
(-/-),
mimisan

(-/-),

rasa tersendat (-)


8 Pernafasan
: Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9 Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10 Abdomen
: Nyeri pada daerah bekas operasi sectio
caesarea (+)

a
b
c
d

11 Gastrointestinal

: Mual (-), muntah (-), diare (-),

kembung (-)
12 Genitourinaria
13 Neurologic

: BAK dan BAB normal, BU (+)


: Kejang (-), lumpuh (-), kaki

kesemutan (-)
14 Muskuluskeletal

: Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri

otot (-)
15 Ekstremitas :
Atas kanan : bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Atas kiri
: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Bawah kanan: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Bawah kiri : bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Tensi

: 106/69 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, reguler, isi cukup

Pernafasan

: tidak dilakukan pemeriksaan

Suhu

: 36o C

Berat badan

: 85 kg

Tinggi Badan

: 156 cm

BMI

: 34,9
3. Kulit

: Ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala

DBN

5. Mata

Conjunctiva hiperemi

(+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+). Mata


cowong (-/-)
6. Hidung

Nafas cuping hidung

(-), sekret (-), epistaksis(-), deformitas hidung (-)


7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir

kering (-), gusi berdarah (-)

10

8. Telinga

9. Tenggorokan

DBN
:

Tonsil membesar (-),

Trakea

pharing hiperemis (-)


10. Leher

ditengah,

pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar


limfe (-)
11. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : Tidak dilakukan
P : Tidak dilakukan
P : Tidak dilakukan
A: Tidak dilakukan
- Pulmo:
I : Tidak dilakukan
P : Tidak dilakukan
P : Tidak dilakukan
A: Tidak dilakukan
Abdomen
I

: Bekas luka operasi sectio caesarea

: Tidak dilakukan

Pal

: Tidak dilakukan

Per

: Tidak dilakukan

12. Sistem Collumna Vertebralis : Tidak dilakukan


13. Ektremitas

: Tidak dilakukan

14. Pemeriksaan Neurologik


Fungsi Luhur

: Tidak dilakukan

Fungsi Vegetatif : Tidak dilakukan


Fungsi Sensorik : Tidak dilakukan
Fungsi motorik : Tidak dilakukan
Berdasarkan anamnesis dan data pemeriksaan fisik didapatkan:
Differential diagnosis/Diagnosis banding pada Ny. F adalah:

11

1.

Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3


P2002 Ab00

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hematologi Awal Masuk Rumah Sakit (A+)
Pemeriksaan

2 februari 2014

Jumlah sel darah


- Hemoglobin (G/Dl)
-Hematokrit (%)
-Leukosit (Ribu/Ul)
-Trombosit (Ribu/Ul)
-Eritrosit (Juta/Ul)
-PDW (fL)
-MPV (fL)

9,8 (12-16)
29,9 (35-47)
20rb (3,8-10)
3,4 jta (3,6-5,8)
-12,8 9-13
-7,9 7,2-11

-PCT (%)
Index
-MCV (%)
-MCH (pg)
-MCHC (%)
Differential
-Basofil (%)
-Eosinofil (%)
-Limfosit (%)
-Monosit (%)
-Netrofil (%)

-0,2
86,7 (80-100)
28,3 (26-34)
32,6 (32-36)
0 (0-1)
1,2 (1-6)
6,5 (30-45)
5,5 (3-8)
87 (50-70)

RESUME

12

Ny. F, 31 tahun datang dengan keluhan kenceng-kenceng sejak dini hari


pasien didiagnosa dengan G3 P2002 AB00 dengan usia kehamilan 40
minggu. Tanggal 1 Februari 2014 masuk Kaber RSI dengan tanda
persalinan (+), dan diagnosa G3 P2002 AB00 Inpartu Kala 1 Fase Laten
dengan Bekas Caesar sebelumnya 3 tahun yang lalu. Pasien direncanakan
Operasi sectio caesarea pukul 19.00 dan masuk ke ruang OK pukul 18.30.
pukul 19.35 pasien melahirkan bayi dengan BB : 3300 gram, PB : 49 cm,
LK : 34 cm, LD : 33 cm dan Apgar scor 9-10. Pasien dirawat di Kaber RSI
selama 3 hari post operasi. Pasien mengeluh nyeri perut di tempat bekas
operasi sectio caesarea sejak selesai operasi sampai dengan sekarang (4
Februari 2014).

Pada review of system didapatkan nyeri pada daerah bekas operasi sectio
caesarea (+)

Pemeriksaan fisik Ny. F didapatkan bekas luka pada abdomen / tempat


operasi sectio caesarea

Pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb dan Jumlah eritrosit


dan peningkatan kadar leukosit hingga dua kali lipat pada pemeriksaan
awal masuk rumah sakit.
*data rekam medik 4 Februari 2014 RSI UNISMA

2.5 FLOW SHEET


Nama

: Ny. F

Diagnosis : Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3 P2002 Ab00


NO
1

Tanggal
1/02/2014

S
Perut
kencengkenceng
dari
semalam
Hpht
:
21/4/2013
Kontrol
terahir
2/01/2014
Anak
1normal ,2
SC

TD:
90/60
Tafsiran
lahir
28/01/20
14
Tafsiran
BJ 2900
gram
L1 TFU
pertenga
han
LII
:

A
Partus
secara SC

Rencana Operasi
SC
R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/inj.
Ceftriaxo
ne
2x1
amp
Pemasangan
kateter

13

Puka
Djj : 136

2/02/2014

3/02/2014

Nyeri (+)
Agak pusing

Belum

kentut

Pos SC hari
1
T : 100/70
N : 80x/m
S : 36oC
TFU 2 Jari
diatas
pusat

Pos SC hari
2
Nyeri (+) T : 106/70
Sudah
N : 80x/m
kentut S : 36oC
Flatus (+)

Nyeri
Post SC

Nyeri
post SC

4/02/2014

Nyeri (+) Pos SC hari


3
T : 106/69
N : 63x/m
S : 36oC
Mamae
lunak
Laktasi (+)

R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/
inj.
Ceftriaxone 2x1
amp
R/. Inj. Ketorolac
3 x 30 mg
R/ PO. Disflatyl
40 Mg Tablet
Evaluasi
bekas/luka
operasi
R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/
inj.
Ceftriaxone 2x1
amp
R/. Inj. Ketorolac
3 x 30 mg
Evaluasi
bekas/luka
operasi

- Rawat Luka bekas


Nyeri
operasi
Post SC - Boleh Pulang
- Kontrol 3 hari lagi

2.6 DIAGNOSIS HOLISTIK


Diagnosis Holistik UI
Diagnosis dari segi biologis
Working diagnosis: Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3
P2002 Ab00
Differential diagnosis:
Peritonitis Post Operasi sectio caesarea

14

Diagnosis dari segi psikososial


Hubungan Ny. F dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan
perhatian.
3. Diagnosa dari segi sosial
Ny.F dan Suami pasien bekerja sebagai PNS. Suami maupun pasien sendiri
merupakan anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di
masyarakat.
1.

Diagnosis Holistik
Aspek Personal
Keluhan Utama

: Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3


P2002 Ab00
: Nyeri perut menghilang dan segera sembuh
: Penyakitnya semakin parah.

Harapan
Kekhawatiran
2. Aspek Klinis
Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3 P2002
3. Aspek Resiko Internal
Riwayat kehamilan sebelumnya dengan sungsang dilakukan operasi
sectio caesarea
BMI pasien 34,9 termasuk Obesitas
4. Aspek Resiko Eksternal
Pasien hanya mengetahui sedikit tentang kondisi yang dialami
5. Aspek Fungsional
Derajat 2 Pasien mampu melakukan aktivitas ringan sehari-hari seperti
sebelum sakit.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIK


2.7.1 Non farmakoterapi
Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai sakit yang dialami Ny. F (definisi, etiologi, gejala dan
tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak

semakin berat).
Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Ny. F

Analisa dan Pola Pengaturan Gizi :

15

Jenis diet
Diet TKTP
Bentuk diet makanan
Lunak
Tujuan diet
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a. Memenuhi kebutuhan protein untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
jaringan tubuh.
b. Membantu mempertahankan kondisi tubuh.
Syarat diet
a. Memberikan Energi sesuai dengan kebutuhan.
b. Protein sebesar 20 % dari kebutuhan energi.
c. Lemak sebesar 15 % dari total kebutuhan energi.
d. Karbohidrat sebesar 65 % dari total kebutuhan energi.
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai kebutuhan.
f. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien.
g. Buah dan sayuran yang bergas tidak diberikan.
h. Porsi kecil dan sering
Perhitungan kebuutuhan Energi dan Zat Gizi
Perhitungan Berat Badan Ideal Ny.F :
Berat Badan Ideal (Kg) = [TB (cm) 100] [10 % (TB cm - 100 )]
BBI = [156 cm - 100] [10 % . 56] = 56 5,6 = 50,4 Kg
Rentang BB Ideal Hasil BBI (+/) 10 % BBI
Jika kerangka badan pasien besar maka BBI yang digunakan :
50,4 Kg + (10 % . 50,4) = 50,4 Kg + 5,04 Kg = 55 Kg
Jika kerangka badan pasien kecil maka BBI yang digunakan :
50,4 Kg (10 % . 50,4) = 50,4 Kg 5,04 Kg = 45,4 Kg
Jadi rentang BBI pasien dari 45,4 Kg sampai 55 Kg.
Perhitungan Harris Benedict
BMR
= 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) ( 4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 55) + (1,7 x 156) (4,7 x 31)
= 655 + 528 + 265,2 145,7
= 1303 kkal
Kebutuhan Total Energi (Total Energy Expenditure)
TEE
= BEE x FA (Faktor Aktivitas) x FS (Faktor Stress)
= 1303 x 1,2 x 1,4
= 2.189 kkal
Ibu menyusui mendapat penambahan kalori sebesar 700 kkal sehingga:
Total TEE

= 2.189 kkal + 700 kkal


= 2889 kkal

Nilai konversi kalori dengan gram berat dari makronutrient yang dapat diberikan
diantaranya :
-

Karbohidrat

= 3,4 Kcal/gr
16

Protein
Lemak

= 4 Kcal/gr
= 9,3 Kcal/gr

Rentang normal kebutuhan Karbohidrat : Protein : Lemak pada pasien adalah


bertuturt-turut sebagai berikut (65 75 %); (15 20 %) dan (15 30 %)
Untuk kebutuhan makronutrisi Ny. F diantaranya adalah (65 % Karbohidrat,
20 % Protein dan 15 % Lemak).
-

Karbohidrat

: 65 % . (2889)

= 1.878 Kcal

Koversi

: 1.878 Kcal / 3,4 Kcal/gr

= 552 gram

Ibu menyusui mendapat penambahan protein sebesar 16 gram sehingga:


-

Protein

: 20 % . (2889)

= 577 Kcal

Konversi

: 578 Kcal / 4 Kcal/gr = 145 gram

Total Protein : 145 gram + 16 gram = 161 gram


-

Lemak
Konversi

: 15 % . (2889)
= 433 Kcal
: 433 Kcal / 9,3 Kcal/gr
= 46 gram

Rencana edukasi dan konseling gizi


a. Materi
Diet TKTP
b. Tujuan
Memberi informasi/edukasi Agar pasien dan keluarganya:
1) Agar pasien dan keluarga dapat menjalani diet yang dianjurkan.
2) Pasien menghabiskan makanan yang diberikan.
c. Sasaran
Pasien dan keluarganya
d. Waktu
10 - 20 menit
e. Tempat
Ruang persalinan
f. Metode
Penyuluhan individu dan konsultasi gizi.
g. Materi
1) Pola makan yang benar.
2) Menjelaskan tentang diet yang diberikan.
Rencana monitoring dan evaluasi
a. Monitoring
1) Antropometri
Penimbangan BB awal dan akhir intervensi
2) Biokimia
Setiap kali ada pemeriksaan laboratorium
3) Fisik/Klinis
Setiap hari
4) Dietery

17

Intake per hari


Edukasi
Kepatuhan pasien terhadap diet yang dianjurkan
b. Evaluasi
Hal-hal yang akan dievaluasi menyangkut:
5)

Menanyakan kembali isi materi yang telah diberikan


Melihat kepatuhan pasien menjalankan diet.
Asupan zat gizi tiap hari.
Data antropometri (berat badan) tiap 3 hari.
Perubahan data hasil pemeriksaan laboratorium.

Perubahan data hasil pemeriksaan fisik klinis.


2.7.2 Farmakoterapi
R/ injeksi :
Ranitidin 2x1 amp IV
Ranitidin HCL 50 mg
Indikasi: pengobatan jangka pendek untuk ulkus/tukak duodenum aktif,
ulkus/tukak lambung aktif, ulkus gastrik ringan, ulkus yang menyertai
pada pemberian AINS, hiperasiditas, ulkus pasca operasi, profilaksis ulkus
karena stress pada penyakit berat, profilaksis hemorage berulang pada
penderita perdarahan ulkus peptik, gejala refluks esofagitis, terapi
pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum dan lambung,
sindrom Zolinger-Ellison
Kontraindikasi: Hipersensitifitas
Dosis: IM 50 mg tiap 6-8 jam (tanpa pengenceran), IV bolus intermitten
50 mg (2 ml) tiap 6-8 jam (larutkan dalam larutan infus). Infus IV kontinu:
150 mg diencerkan dalam 250 ml larutan infus IV kecepatan 6,25 mg/jam
selama 24 jam.
Sediaan: ampul 25 mg/ml x 2 x 5 (jenis ranitidin yang lain: 30 x 150 mg
tablet, 30 x 300 mg tablet

Primperan 2x1 amp IV


Primperan 2ml
Indikasi: Gangguan saluran cerna, mual dan muntah akibat obat,
anoreksia, kembung, ulkus peptikum, stenosis piloris (ringan), dispepsia,
epigastralgia,

gastroduodenitis, travel

sickness, morning

sickness,

endoskopi, dispepsia pasca gastektomi, dan intubasi.


Dosis: dewasa : 2-4 ml Injeksi

18

Kontraindikasi: Merangsang motilitas GI seperti obstruksi intestinal,


epilepsi, feokromositoma, waspada efek samping Mengantuk, sakit kepala,
depresi, gelisah, reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, hipertensi, gangguan

GI.
Sediaan: 2 ml dan 4 ml amp
Ceftriaxone 1 gram injeksi 2x1 amp IV
Indikasi : Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kumankuman gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap
antibiotika lain : Infeksi saluran pernafasan, Infeksi saluran kemih, Infeksi
gonoreal, Septisemia bakteri, Infeksi tulang dan jaringan, Infeksi kulit
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin
(sebagai reaksi alergi silang). Pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal, kliren creatinin tidak lebih dari 10 ml/menit, dosis tidak lebih dari 2
sehari.g
Dosis: Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 g sekali sehari secara
intravena
Dosis lebih dari 4 g sehari harus diberikan dengan interval 12 jam. Bayi
dan anak-anak di bawah 12 tahun : Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg berat
badan sekali sehari. Bayi 15 hari s/d 12 tahun : 20 80 mg/kg berat badan
sekali sehari. Anak-anak dengan berat badan 50 kg atau lebih : dapat
digunakan dosis dewasa melalui infus paling sedikit > 30 menit.
Sediaan : Ceftriaxone 1 gram injeksi

Ketorolac 3x30 mg IV
Ketorolac inj 10 mg atau 30 mg/ml
Indikasi: ketorolac parenteral diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka
pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera
setelah operasi.
Dosis: Dosis awal ketorolac (untuk pasien dewasa): 10 mg diikuti dengan
peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6 jam bila diperlukan. Setiap pasien
harus diberikan dosis efektif terendah yang sesuai dengan tingkat nyeri
dan respon dari masing-masing pasien. Dosis maksimal untuk pasien
dewasa 90 mg/hr. Pasien lanjut usia, dengan gagal ginjal ringan, BB<50
kg: 60 mg/hr. Terapi kombinasi dengan analgetik opioid (morfin dan
phetidine) untuk mendapatkan efek analgetik yang optimal pada periode
19

paska bedah awal dapat dilakukan jika nyeri bertambah hebat, karena
ketorolac tidak mengganggu penyerapan analgetik opioid dan dapat
menurunkan dosis opioid yang diperlukan.
Kontraindikasi: alergi terhadap ketorolac, ulkus peptikum aktif, pasien
yang menderita atau diduga mengidap penyakit serebrovaskular, diatesis
hemoragic (gangguan hemostasis) antara lain gangguan koagulasi, karena
ketorolac menghambat agregasi trombosit sehingga dapat memperpanjang
waktu perdarahan, hipovolemi akibat dehidrasi, gangguan ginjal sedangberat (kreatinin >160 mmol/L), kehamilan, persalinan, melahirkan atau
laktasi, anak <16 tahun, bila diberikan secara epidural atau intratekal.
Sediaan: 2 ml x 6 amp 10 mg/ml, 30 mg/ml
R/ per oral
Disflatyl 40 Mg Tablet
Komposisi : Dimethylpolysiloxane
Indikasi :Penimbuan gas dalam saluran cerna, perasaan penuh dan tertekan
pada perut bagian atas, meteorismus yang bersifat sementara yang
disebabkan oleh makanan yang tidak cocok atau kurangnya gerakan fisik,
meteorismus setelah operasi; gangguan jantung; persiapan untnuk
pemeriksaan lambung, usus.kandung empedu, ginjal dengan X-ray dan
sebelum gastroscopy.
Dosis : 1 - 2 tablet dikunyah sesudah makan; sebagai persiapan untuk
pemeriksaan X-ray diberikan selama 2 atau 3 hari sebelum pemeriksaan.
Kemasan : Box, 10 strip 10 tablet

Amoxicillin 500 mg
Komposisi : amoksisilin trihidrat
Indikasi : infeksi saluran nafas, kemih, kelamin, infeksi pada kulit,
selulitis, pasca bedah dan septikemia.
Dosis : dewasa 3x1 250-500 mg
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin atau beta laktam
Kemasan : kemasan 500mg tablet

20

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB III
PEMBAHASAN
ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
3.1 Identifikasi fungsi keluarga
No
1
2
3
4
5

Nama
Tn. A
Ny. F
An. I
An. N
An. D

Kedudukan

L/
P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pasien

Ket.

klinik

Ayah

35

S.1

PNS

tidak

Ibu

31

S.1

PNS

Ya

Anak 1

7 Th

SD

Pelajar

Tidak

Anak 2

3 Th

Tidak

Anak 3

3 Hari

Ya

Sumber: data primer, 4 Februari 2013


Kesimpulan: keluarga Tn. A dan Ny. F merupakan keluarga inti / Nuclear Family.
Tinggal satu rumah bersama ketiga anaknya di salah satu perumahan di malang.
Orang tua Tn. A dan Ny. F tinggal di rumah sendiri di luar kota malang.
3.2 Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Ny. F adalah pasien dengan nyeri pada bekas operasi sectio caesarea. Ny. F
adalah istri dari Tn. A. Dalam struktur keluarga, kepala keluarga adalah
suami pasien yaitu Tn. A. Pasien memiliki seorang suami dan tiga orang
anak.
1. Fungsi Psikologis
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga
2. Fungsi Sosial

21

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam


masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa dan memiliki
hubungan baik dengan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
Fungsi Fisiologis dengan Alat APGAR Score
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :

Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi


dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan

saran dari anggota keluarga yang lain.


Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling
mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami

oleh keluarga tersebut


Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru

yang dilakukan anggota keluarga tersebut


Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi

antar anggota keluarga


Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga
yang lain.

Penilaian :

o Hampir selalu

: 2 poin

o Kadang kadang

: 1 poin

o Hampir tak pernah

: 0 poin

Penyimpulan :
o Nilai rata-rata < 5

: kurang

o Nilai rata-rata 6-7

: cukup/sedang

o Nilai rata-rata 8-10

: baik

22

Tabel 3.1 APGAR score Tn. A (Suami Pasien)


APGAR
A
P
G
A
R

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya


bila saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Sering/

Kadang-

selalu

kadang

Jarang/
Tidak

Kesimpulan: total 10 (APGAR baik)


Tabel 3.2 APGAR score Ny. F (Istri/Pasien RSI)
APGAR
A
P
G
A
R

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya


bila saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Sering/

Kadang-

selalu

kadang

Jarang/
Tidak

Kesimpulan: total 10 (APGAR baik)


Tabel 3.3 APGAR score An. I (anak pertama pasien)
APGAR
A
P
G
A
R

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya


bila saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Sering/

Kadang-

selalu

kadang

Jarang/
Tidak

Kesimpulan: total 10 (APGAR baik)


Rata-rata apgar score keluarga Ny. F = (10+10+10)/3 = 10 (Baik)
Fungsi Patologis
23

Fungsi patologis dari keluarga Ny. F dinilai dengan menggunakan alat


S.C.R.E.E.M sebagai berikut.
Tabel 3.4 SCREEM keluarga penderita
SUMBER

PATOLOGIS

Social

Hubungan dengan teman-teman ataupun saudara Ny. D baik,


hubungan dengan tetangga baik sering ikut kegiatan
lingkungan seperti kerja bakti, acara rutin arisan perumahan
dan acara yasinan.

Culture

Menggunakan adat-istiadat Jawa, bahasa Jawa, serta bahasa


Indonesia secara sopan dengan sesama anggota keluarga dan
orang lain dikehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga
telah mengikuti perubahan zaman dan tergolong modern.

Religious

Keluarga Ny. F menjalankan shalat 5 waktu dengan baik,


sering ikut yasinan dan tahlilan tetangga.

Economic

Penghasilan keluarga yang relatif baik dan tergolong cukup.

Educational

Tingkat pendidikan keluarga yang baik dan sadar akan


pendidikan. Pendidikan terahir Ny. F S.1 dan Tn. A S.1.

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny. F selalu


membawa keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan baik
dokter maupun rumah sakit. Rumah sakit yang paling dekat
dengan keluarga pasien adalah RSI sehingga sering
membawa langsung keluarga yang sakit ke RSI.

Kesimpulan: Keluarga Ny. F tidak memiliki gangguan pada fungsi patologis


1.4 Pola interaksi keluarga
Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny. F
Ny.F

Tn.A

An. N

An. I
By.F

Keterangan:
: hubungan baik
: hubungan kurang baik

: laki-laki
: perempuan

: pasien

Kesimpulan : Hubungan antara Ny. F dengan semua anggota keluarga baik.


1.5 Genogram
Alamat lengkap : : jl.Sempil 2 barat pondok kav A.5 blimbing Malang
Bentuk keluarga : Nuclear Family

24

Keterangan:
: meninggal dunia
: laki-laki
: perempuan

: tinggal dalam satu rumah


: pasien

5.6. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi kesehatan


Prilaku
Nonprilaku
Pengetahuan

Lingkungan

Keluarga ini kurang


mengerti masalah
kesehatan

Lingkungan bersih, rumah


pasien bersih, pencahayaan
cukup, ventilasi baik.

Sikap
Keluarga ini sangat peduli
dengan kesehatan anggota
keluarga satu sama lain

Pelayanan kesehatan

Ny. F

Cukup dekat dengan


tempat tinggal pasien

Tindakan

Keturunan

Keluarga segera membawa


pasien ke rumah sakit

Keluarga pasien tidak


pernah menderita sakit
serupa.

Kesimpulan:
Identifikasi faktor perilaku dan non perilaku keluarga Ny. F cukup mendukung
kesehatan pasien karena meskipun terdapat kekurangan dipengetahuan keluarga,
keluarga tetap memberikan perhatian dan kepedulian terhadap penyakit yang
diderita pasien.
5.7 Identifikasi lingkungan rumah
5.7.1 Lingkungan Luar Rumah
Keluarga Ny. F tinggal di perumahan dengan jarak antar rumah kurang lebih
satu meter. Diluar rumah memiliki pekarangan rumah dengan beberapa tanaman
hias dan pagar pembatas..
5.7.2 Lingkungan Dalam Rumah

25

Status kepemilikan hunian : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri


Daerah perumahan
: kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah
Karakteristik Rumah
Luas tanah: 12x6 = 72 m2
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang
Jarak antar rumah: 1-2 meter
Tidak bertingkat
Lantai rumah: keramik
Dinding rumah: tembok yang telah di cat
Kamar : 2 kamar tidur
Ruang tamu : 1
Ruang keluarga : 1
Jamban : ada (WC) jarak septitank dan sumur sekitar 12 meter
Kamar mandi : ada (1 kamar mandi)
Dapur : ada (1 dapur)
Gudang : 1
Tempat bermain : ada 1 (di ruang keluarga)
Penerangan listrik : cukup memadai (1.300 volt)

Kesimpulan
Pasien tinggal
di rumah
dengan kondisi
yang baik,
hanya saja
terkadang
rumah terlihat
berantakan
karena ada dua
anak yang
masih kecil
dan senang
bermain di
dalam rumah
bersama
pasien.

Ketersediaan air bersih : sumur yang berada di belakang rumah


Kondisi umum rumah (kamar): Memiliki halaman dengan rumah yang
tertata bersih dan rapi
Tempat pembuangan sampah : Pembuangan sampah di rumah
dikumpulkan di tempat sampah di depan rumah dan setiap hari diambil
petugas kebersihan perumahan setiap pagi dan sore hari.

5.7.3 Denah Rumah


Halaman depan

Garasi

Kamar tidur
Ruang tamu

Ruang Keluarga
Gudang

Kamar Tidur

Keterangan:
Indoor : - Luas rumah : 72 m 2
Sumur

Dapur
Kamar mandi

Halaman belakang

26

Lantai : Keramik
Pencahayaan dan ventilasi: Cukup
Tembok telah tercat
Memiliki 2 kamar tidur
Memiliki 1 ruang tamu
Memiliki 1 ruang keluarga

Outdoor : - Halaman rumah : memiliki halaman rumah


-

Sumber air bersih : Sumur


Rumah memiliki pagar
Saluran pembuangan air : Langsung menuju selokan
Saluraan jamban : menuju septic tank
Pembuangan sampah : di depan rumah

27

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Sectio Caesarea


4.1.1 Anatomi Kulit Abdomen
Anatomi Kulit Abdomen

Sumber : Winkjosastro, 2005


Kulit terdiri dari beberapa lapisan, yaitu :
1. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan germinal
dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-sel baru ke
arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri
dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh
darah dan sel-selnya sangat rapat.
2. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa
dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa
sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan
subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe dan saraf.
3. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar
dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya
dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organorgan yang ada di
abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh

28

selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan


dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.
4.1.2 Anatomi Otot Perut dan Fasia
Otot Perut dan Fasia

1.

Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang
dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,. Fasia
profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda
paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut
dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah
lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis.
Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel

29

lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat


bersama-sama meliputi struktur tubuh.
2.

Otot Perut
Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot
dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior dan lateral (rectus
abdominis) meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di
bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada
didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada
garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis,
memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus,
obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk
dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus externus
berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan ke atas
dan ke depan.

4.1.3 Definisi dan Klasifikasi Sectio Caesarea


Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan
anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya
dilakukan

ketika

kelahiran

melalui

vagina

akan

mengarah

pada

komplikasikomplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti


kelahiran normal.
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact)
(Syaifuddin, 2006).
Klasifikasi Sectio Caesarea
1.

Abdomen (sectio caesarea abdominalis)


a. SC klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat,
tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan

30

bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya


adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering
terjadi ruptur uteri spontan.
b. SC ismika atau profundal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari
sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah,
penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari
peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih
kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga
menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan
pada kandung kemih post operasi tinggi.
c. SC ekstra peritonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum
abdominal.
2.

Vagina (sectio caesarea vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan dengan sayatan
memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal), atau sayatan huruf
T (T insision) (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007).

4.1.4 Indikasi Operasi Sectio Caesarea


Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui
vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio
caesarea antara lain :
1.

Indikasi medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
A. Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.

31

B. Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, kelainan letak lintang, primi gravida diatas
35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas
panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin
kacau dan melemah).
C. Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
menular ke anak.
2.

Indikasi Ibu
A. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,
memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan
usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit
yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing
manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat
menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan
sectio caesarea.
B. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan
mulus tidaknya proses persalinan.
C. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan
pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan
lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

32

D. Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
E. Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine
action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar
pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak
dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
F. Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi
harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke
luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah
cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.
G. Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang
dan pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut
karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan,
khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara
psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang
berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang
berlangsung.
3.

Indikasi Janin
A. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar
120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin
melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan
janin.
B. Bayi Besar (makrosemia)

33

C. Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan
bokong pada posisi yang lain.
D. Faktor Plasenta
i.

Plasenta
previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau
selruh jalan lahir.

ii.

ii.

Plasenta

lepas (Solution placenta)


Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi
dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami
kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
iii.

Plasenta
accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang
kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang
pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta).

E. Kelainan Tali Pusat


i. Plasenta previa
ii. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah
berada di jalan lahir sebelum bayi.
iii. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali
pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi
dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.

34

4.

Indikasi Absolut
A. Panggul Sempit Absolut / Penutupan jalan lahir total
B. Fetal distres

4.1.5 Komplikasi Operasi Sectio Caesarea


Komplikasi yang sering terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari;
tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi
peritonitiss, sepsis, dan usus paralitik.
2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
serta perdarahan pasca operasi.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonitis terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
4.2 Patofisiologi
Pasien saat ini hamil ketiga, dua kehamilan sebelumnya dilakukan operasi
Sectio Caesarea juga. Pada hamil pertama dilakukan operasi sectio caesarea
karena pasien suspeck panggul sempit dan letak janin yang sedikit melintang,
hamil kedua dilakukan operasi sectio caesarea karena suspeck panggul sempit.
Pada hamil saat ini dilakukan sectio caesarea karena suspeck panggul sempit dan
riwayat dua kali operasi sectio caesarea sebelumnya yang dapat menyebabkan
ruptur uteri pada pasien. Sebelumnya pada kehamilan kedua pasien telah mencoba
melakukan persalinan normal tetapi karena janin tidak bisa keluar maka dokter
menyarankan melakukan operasi pada pasien.
Setelah melakukan operasi pasien mengeluh nyeri pada bekas operasi, hal
ini dikarenakan proses penyembuhan pada pasien pada fase awal yang ditandai
dengan nyeri pada bekas operasi.

35

36

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Dasar Penegakan Diagnosis
5.1.1 Anamnesis
Pada anamnesis penderita mengeluh kenceng kenceng dengan tanda-tanda
persalinan (+). Pasien didiagnosa dengan G3 P2002 AB000 inpartu kala 1 fase
laten dengan bekas caesar sebelumnya kurang dari 2 tahun. Kemudian pasien
dipersiapkan untuk operasi sectio caesar dan berhasil sesuai rencana. Post operasi
pasien dirawat di RSI selama 3 hari dengan keluhan nyeri post operasi sectio
caesar yang hilang timbul.
5.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tampak bekas operasi pada daerah abdomen dan
nyeri tekan (+).
5.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang setelah operasi sectio caesarea.
5.1.3

Diagnosis Banding
Beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, antara lain:

Peritonitis post operasi sectio caesarea

5.2 Penatalaksanaan
Pada umumnya keluhan pasien akan membaik seiring dengan membaiknya
keadaan atau bekas operasi pasien tetapi apabila dibutuhkan bisa diberikan
analgetik seperti asam mefenamat dan antibiotik seperti amoxcicilin sebagai
profilaksis pada pasien.

37

5.3 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari;
tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonitiss,
sepsis, dan usus paralitik.
2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
serta perdarahan pasca operasi.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonitis terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
5.4 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi sectio caesar sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum
pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan
penyulit lainnya.
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di
dalam rongga perut, atau adanya kelalaian dalam prosedur dan tindakan operasi
yang dapat membahayakan keadaan pasien dan atau janin.

38

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis
Working diagnosis: Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3
P2002 Ab00
Differential diagnosis:
1. Peritonitis Post Operasi sectio caesarea
2. Diagnosis dari segi psikososial
Hubungan Ny. F dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan
perhatian.
3. Diagnosa dari segi sosial
Ny.F dan Suami pasien bekerja sebagai PNS. Suami maupun pasien sendiri
merupakan anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di
masyarakat.
6.2 SARAN KOMPREHENSIF
1 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai sakit yang dialami Ny. F (definisi, etiologi, gejala dan
tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak
2

semakin berat).
Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Ny. F

39

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham G.F., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J.,
Spong C.Y.,et al. 2005. Williams Obstetrics. 21rd ed. USA : McGraw-Hill
Company.
2. Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9th Ed. W. B
Saunders Company. Philadelphia.
3. Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar. Jakarta: Puspa Swara
4. Keppler, Whalley, Simkin. (2001). Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.
5. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Ed-4. Jakarta : Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

40

Anda mungkin juga menyukai