Oleh:
Rizki Dunniroh Kaukaba
(209.121.0029)
Pembimbing:
dr. V. H. Pratomo
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-nya kepada penyusun sehingga laporan studi kasus stase obgyn ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi
tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam
menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belum sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun
ucapkan terima kasih.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun,
pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................................................................
2
DAFTAR ISI
...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
.................................................................................................
4
I.2 Tujuan
.................................................................................................
5
I.3 Manfaat
.................................................................................................
5
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
...........................................................................................
6
2.2 Anamnesa
...........................................................................................
7
2.3
Pemeriksaan
fisik
9
2.4
Pemeriksaan
penunjang
11
2.5
Flow
sheet
Diagnosa
Holistik
Penatalaksanaan
Holistik
12
2.6
13
2.7
15
BAB III IDENTIKASI FUNGSI KELUARGA
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
4.1
Sectio
Caesarea
.................................................................................................
26
4.2
Patofisiologi
.................................................................................................
33
BAB V PEMBAHASAN
4.1
Dasar
Penegakan
Diagnosa
.................................................................................................
34
4.3
Dasar
Rencana
Penatalaksanaan
.................................................................................................
34
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan
holistik
.................................................................................................
36
6.2
Saran
komprehensif
.......................................................................................................
36
DAFTAR
PUSTAKA
..............................................................................................................
37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput
ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan
rahim. Sectio Caesaria dapat dilaksanakan bila ibu sudah tidak dapat melahirkan
melalui proses alami.
Dewasa ini sectio caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan
dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan tehnik operasi yang lebih
sempurna. Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi ini
tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita
yang telah mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim
yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun
bahaya tersebut relatif kecil. Selain itu post operasi sectio caesaria juga dapat
menyebabkan nyeri di daerah jahitan atau tempat sayatan operasi dilakukan.
Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara
operasi sectio caesaria. Menurut WHO (World Health Organization), standar ratarata Sectio Caesaria di sebuah negara adalah sekitar 515%. Di Indonesia angka
sectio caesaria di rumah sakit Pemerintah sekitar 20-25% sedangkan di rumah
sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan. Hasil penelitian kelompok
mahasiswa Unika di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan pada tahun 2007
2008 menyatakan bahwa sekitar 80 persen proses persalinan dilakukan secara
sectio caesaria, sedangkan proses persalinan yang benar-benar dilakukan secara
alami hanya sekitar 20 persen.
Berdasarkan latar belakang tingginya insiden nyeri di daerah jahitan atau
tempat sayatan operasi sectio caesaria dan penanganan yang cepat, penulis
mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran
keluarga terhadap penanganan nyeri post operasi sectio caesarea.
1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan
berkomunikasi mahasiswa dalam berhadapan langsung dengan pasien, guna
mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penyakit
pasien untuk menunjang diagnosis kasus obgyn, khususnya keluhan nyeri post
operasi sectio caesarea yang terjadi pada Ny. F, dengan upaya pendekatan
kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.
1.3 MANFAAT
1.
Manfaat Keilmuan
- Diharapkan makalah
ini
dapat
memberikan
tambahan
ilmu
keluhan nyeri post operasi sectio caesarea yang terjadi pada Ny. F
Sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek kedokteran
keluarga dalam penanganan serta pencegahan keluhan nyeri post
operasi sectio caesarea
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. F
Umur
: 31 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan
: S.1
Tanggal MRS
: 1 Februari 2014
No. RM
: 15540
2. Identitas Suami
Nama
: Tn.A
Umur
: 35 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan
: S.1
Agama
: Islam
Alamat
3. Identitas Anak
Nama
: An. D
Umur
: 3 Hari
Jenis kelamin
: Perempuan
Berat Badan
: 3300 Gram
Lingkar Kepala
: 34 Cm
Lingkar Dada
: 33 Cm
Panjang Badan
: 49 Cm
2.2 ANAMNESA
1.
2.
Keluhan Utama
Harapan
Kekhawatiran
3.
4.
5.
6.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat MRS
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
7.
: (-)
: Ayah Pasien (+)
: disangkal
: Ayah Pasien (+)
: Ayah Pasien (+)
sendiri di rumah. Jenis
9.
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
Olahraga
Review of Sistem
1
Kulit
2
3
4
benjolan (-)
Mata
Hidung
5
6
7
sekret/rhinorrea (-/-)
Telinga
: Cairan (-/-), nyeri (-/-)
Mulut
: Sariawan (-), mulut hiperemis (-)
Tenggorokan
: Sakit menelan (-), serak (-), ada
(-/-),
a
b
c
d
11 Gastrointestinal
kembung (-)
12 Genitourinaria
13 Neurologic
kesemutan (-)
14 Muskuluskeletal
otot (-)
15 Ekstremitas :
Atas kanan : bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Atas kiri
: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Bawah kanan: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
Bawah kiri : bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)
: 106/69 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36o C
Berat badan
: 85 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
BMI
: 34,9
3. Kulit
4. Kepala
DBN
5. Mata
Conjunctiva hiperemi
10
8. Telinga
9. Tenggorokan
DBN
:
Trakea
ditengah,
: Tidak dilakukan
Pal
: Tidak dilakukan
Per
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
11
1.
2 februari 2014
9,8 (12-16)
29,9 (35-47)
20rb (3,8-10)
3,4 jta (3,6-5,8)
-12,8 9-13
-7,9 7,2-11
-PCT (%)
Index
-MCV (%)
-MCH (pg)
-MCHC (%)
Differential
-Basofil (%)
-Eosinofil (%)
-Limfosit (%)
-Monosit (%)
-Netrofil (%)
-0,2
86,7 (80-100)
28,3 (26-34)
32,6 (32-36)
0 (0-1)
1,2 (1-6)
6,5 (30-45)
5,5 (3-8)
87 (50-70)
RESUME
12
Pada review of system didapatkan nyeri pada daerah bekas operasi sectio
caesarea (+)
: Ny. F
Tanggal
1/02/2014
S
Perut
kencengkenceng
dari
semalam
Hpht
:
21/4/2013
Kontrol
terahir
2/01/2014
Anak
1normal ,2
SC
TD:
90/60
Tafsiran
lahir
28/01/20
14
Tafsiran
BJ 2900
gram
L1 TFU
pertenga
han
LII
:
A
Partus
secara SC
Rencana Operasi
SC
R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/inj.
Ceftriaxo
ne
2x1
amp
Pemasangan
kateter
13
Puka
Djj : 136
2/02/2014
3/02/2014
Nyeri (+)
Agak pusing
Belum
kentut
Pos SC hari
1
T : 100/70
N : 80x/m
S : 36oC
TFU 2 Jari
diatas
pusat
Pos SC hari
2
Nyeri (+) T : 106/70
Sudah
N : 80x/m
kentut S : 36oC
Flatus (+)
Nyeri
Post SC
Nyeri
post SC
4/02/2014
R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/
inj.
Ceftriaxone 2x1
amp
R/. Inj. Ketorolac
3 x 30 mg
R/ PO. Disflatyl
40 Mg Tablet
Evaluasi
bekas/luka
operasi
R/ inj. Primperan
2x1 amp IM
R/ inj. Ranitidin
2x1 amp IV
R/
inj.
Ceftriaxone 2x1
amp
R/. Inj. Ketorolac
3 x 30 mg
Evaluasi
bekas/luka
operasi
14
Diagnosis Holistik
Aspek Personal
Keluhan Utama
Harapan
Kekhawatiran
2. Aspek Klinis
Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3 P2002
3. Aspek Resiko Internal
Riwayat kehamilan sebelumnya dengan sungsang dilakukan operasi
sectio caesarea
BMI pasien 34,9 termasuk Obesitas
4. Aspek Resiko Eksternal
Pasien hanya mengetahui sedikit tentang kondisi yang dialami
5. Aspek Fungsional
Derajat 2 Pasien mampu melakukan aktivitas ringan sehari-hari seperti
sebelum sakit.
semakin berat).
Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Ny. F
15
Jenis diet
Diet TKTP
Bentuk diet makanan
Lunak
Tujuan diet
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a. Memenuhi kebutuhan protein untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
jaringan tubuh.
b. Membantu mempertahankan kondisi tubuh.
Syarat diet
a. Memberikan Energi sesuai dengan kebutuhan.
b. Protein sebesar 20 % dari kebutuhan energi.
c. Lemak sebesar 15 % dari total kebutuhan energi.
d. Karbohidrat sebesar 65 % dari total kebutuhan energi.
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai kebutuhan.
f. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien.
g. Buah dan sayuran yang bergas tidak diberikan.
h. Porsi kecil dan sering
Perhitungan kebuutuhan Energi dan Zat Gizi
Perhitungan Berat Badan Ideal Ny.F :
Berat Badan Ideal (Kg) = [TB (cm) 100] [10 % (TB cm - 100 )]
BBI = [156 cm - 100] [10 % . 56] = 56 5,6 = 50,4 Kg
Rentang BB Ideal Hasil BBI (+/) 10 % BBI
Jika kerangka badan pasien besar maka BBI yang digunakan :
50,4 Kg + (10 % . 50,4) = 50,4 Kg + 5,04 Kg = 55 Kg
Jika kerangka badan pasien kecil maka BBI yang digunakan :
50,4 Kg (10 % . 50,4) = 50,4 Kg 5,04 Kg = 45,4 Kg
Jadi rentang BBI pasien dari 45,4 Kg sampai 55 Kg.
Perhitungan Harris Benedict
BMR
= 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) ( 4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 55) + (1,7 x 156) (4,7 x 31)
= 655 + 528 + 265,2 145,7
= 1303 kkal
Kebutuhan Total Energi (Total Energy Expenditure)
TEE
= BEE x FA (Faktor Aktivitas) x FS (Faktor Stress)
= 1303 x 1,2 x 1,4
= 2.189 kkal
Ibu menyusui mendapat penambahan kalori sebesar 700 kkal sehingga:
Total TEE
Nilai konversi kalori dengan gram berat dari makronutrient yang dapat diberikan
diantaranya :
-
Karbohidrat
= 3,4 Kcal/gr
16
Protein
Lemak
= 4 Kcal/gr
= 9,3 Kcal/gr
Karbohidrat
: 65 % . (2889)
= 1.878 Kcal
Koversi
= 552 gram
Protein
: 20 % . (2889)
= 577 Kcal
Konversi
Lemak
Konversi
: 15 % . (2889)
= 433 Kcal
: 433 Kcal / 9,3 Kcal/gr
= 46 gram
17
gastroduodenitis, travel
sickness, morning
sickness,
18
GI.
Sediaan: 2 ml dan 4 ml amp
Ceftriaxone 1 gram injeksi 2x1 amp IV
Indikasi : Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kumankuman gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap
antibiotika lain : Infeksi saluran pernafasan, Infeksi saluran kemih, Infeksi
gonoreal, Septisemia bakteri, Infeksi tulang dan jaringan, Infeksi kulit
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin
(sebagai reaksi alergi silang). Pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal, kliren creatinin tidak lebih dari 10 ml/menit, dosis tidak lebih dari 2
sehari.g
Dosis: Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 g sekali sehari secara
intravena
Dosis lebih dari 4 g sehari harus diberikan dengan interval 12 jam. Bayi
dan anak-anak di bawah 12 tahun : Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg berat
badan sekali sehari. Bayi 15 hari s/d 12 tahun : 20 80 mg/kg berat badan
sekali sehari. Anak-anak dengan berat badan 50 kg atau lebih : dapat
digunakan dosis dewasa melalui infus paling sedikit > 30 menit.
Sediaan : Ceftriaxone 1 gram injeksi
Ketorolac 3x30 mg IV
Ketorolac inj 10 mg atau 30 mg/ml
Indikasi: ketorolac parenteral diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka
pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera
setelah operasi.
Dosis: Dosis awal ketorolac (untuk pasien dewasa): 10 mg diikuti dengan
peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6 jam bila diperlukan. Setiap pasien
harus diberikan dosis efektif terendah yang sesuai dengan tingkat nyeri
dan respon dari masing-masing pasien. Dosis maksimal untuk pasien
dewasa 90 mg/hr. Pasien lanjut usia, dengan gagal ginjal ringan, BB<50
kg: 60 mg/hr. Terapi kombinasi dengan analgetik opioid (morfin dan
phetidine) untuk mendapatkan efek analgetik yang optimal pada periode
19
paska bedah awal dapat dilakukan jika nyeri bertambah hebat, karena
ketorolac tidak mengganggu penyerapan analgetik opioid dan dapat
menurunkan dosis opioid yang diperlukan.
Kontraindikasi: alergi terhadap ketorolac, ulkus peptikum aktif, pasien
yang menderita atau diduga mengidap penyakit serebrovaskular, diatesis
hemoragic (gangguan hemostasis) antara lain gangguan koagulasi, karena
ketorolac menghambat agregasi trombosit sehingga dapat memperpanjang
waktu perdarahan, hipovolemi akibat dehidrasi, gangguan ginjal sedangberat (kreatinin >160 mmol/L), kehamilan, persalinan, melahirkan atau
laktasi, anak <16 tahun, bila diberikan secara epidural atau intratekal.
Sediaan: 2 ml x 6 amp 10 mg/ml, 30 mg/ml
R/ per oral
Disflatyl 40 Mg Tablet
Komposisi : Dimethylpolysiloxane
Indikasi :Penimbuan gas dalam saluran cerna, perasaan penuh dan tertekan
pada perut bagian atas, meteorismus yang bersifat sementara yang
disebabkan oleh makanan yang tidak cocok atau kurangnya gerakan fisik,
meteorismus setelah operasi; gangguan jantung; persiapan untnuk
pemeriksaan lambung, usus.kandung empedu, ginjal dengan X-ray dan
sebelum gastroscopy.
Dosis : 1 - 2 tablet dikunyah sesudah makan; sebagai persiapan untuk
pemeriksaan X-ray diberikan selama 2 atau 3 hari sebelum pemeriksaan.
Kemasan : Box, 10 strip 10 tablet
Amoxicillin 500 mg
Komposisi : amoksisilin trihidrat
Indikasi : infeksi saluran nafas, kemih, kelamin, infeksi pada kulit,
selulitis, pasca bedah dan septikemia.
Dosis : dewasa 3x1 250-500 mg
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin atau beta laktam
Kemasan : kemasan 500mg tablet
20
BAB III
PEMBAHASAN
ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
3.1 Identifikasi fungsi keluarga
No
1
2
3
4
5
Nama
Tn. A
Ny. F
An. I
An. N
An. D
Kedudukan
L/
P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien
Ket.
klinik
Ayah
35
S.1
PNS
tidak
Ibu
31
S.1
PNS
Ya
Anak 1
7 Th
SD
Pelajar
Tidak
Anak 2
3 Th
Tidak
Anak 3
3 Hari
Ya
21
Penilaian :
o Hampir selalu
: 2 poin
o Kadang kadang
: 1 poin
: 0 poin
Penyimpulan :
o Nilai rata-rata < 5
: kurang
: cukup/sedang
: baik
22
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/
Tidak
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/
Tidak
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/
Tidak
PATOLOGIS
Social
Culture
Religious
Economic
Educational
Medical
Tn.A
An. N
An. I
By.F
Keterangan:
: hubungan baik
: hubungan kurang baik
: laki-laki
: perempuan
: pasien
24
Keterangan:
: meninggal dunia
: laki-laki
: perempuan
Lingkungan
Sikap
Keluarga ini sangat peduli
dengan kesehatan anggota
keluarga satu sama lain
Pelayanan kesehatan
Ny. F
Tindakan
Keturunan
Kesimpulan:
Identifikasi faktor perilaku dan non perilaku keluarga Ny. F cukup mendukung
kesehatan pasien karena meskipun terdapat kekurangan dipengetahuan keluarga,
keluarga tetap memberikan perhatian dan kepedulian terhadap penyakit yang
diderita pasien.
5.7 Identifikasi lingkungan rumah
5.7.1 Lingkungan Luar Rumah
Keluarga Ny. F tinggal di perumahan dengan jarak antar rumah kurang lebih
satu meter. Diluar rumah memiliki pekarangan rumah dengan beberapa tanaman
hias dan pagar pembatas..
5.7.2 Lingkungan Dalam Rumah
25
Kesimpulan
Pasien tinggal
di rumah
dengan kondisi
yang baik,
hanya saja
terkadang
rumah terlihat
berantakan
karena ada dua
anak yang
masih kecil
dan senang
bermain di
dalam rumah
bersama
pasien.
Garasi
Kamar tidur
Ruang tamu
Ruang Keluarga
Gudang
Kamar Tidur
Keterangan:
Indoor : - Luas rumah : 72 m 2
Sumur
Dapur
Kamar mandi
Halaman belakang
26
Lantai : Keramik
Pencahayaan dan ventilasi: Cukup
Tembok telah tercat
Memiliki 2 kamar tidur
Memiliki 1 ruang tamu
Memiliki 1 ruang keluarga
27
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
28
1.
Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang
dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,. Fasia
profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda
paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut
dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah
lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis.
Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
29
Otot Perut
Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot
dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior dan lateral (rectus
abdominis) meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di
bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada
didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada
garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis,
memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus,
obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk
dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus externus
berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan ke atas
dan ke depan.
ketika
kelahiran
melalui
vagina
akan
mengarah
pada
30
Indikasi medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
A. Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.
31
B. Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, kelainan letak lintang, primi gravida diatas
35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas
panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin
kacau dan melemah).
C. Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
menular ke anak.
2.
Indikasi Ibu
A. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,
memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan
usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit
yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing
manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat
menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan
sectio caesarea.
B. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan
mulus tidaknya proses persalinan.
C. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan
pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan
lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.
32
Indikasi Janin
A. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar
120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin
melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan
janin.
B. Bayi Besar (makrosemia)
33
C. Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan
bokong pada posisi yang lain.
D. Faktor Plasenta
i.
Plasenta
previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau
selruh jalan lahir.
ii.
ii.
Plasenta
Plasenta
accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang
kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang
pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta).
34
4.
Indikasi Absolut
A. Panggul Sempit Absolut / Penutupan jalan lahir total
B. Fetal distres
35
36
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Dasar Penegakan Diagnosis
5.1.1 Anamnesis
Pada anamnesis penderita mengeluh kenceng kenceng dengan tanda-tanda
persalinan (+). Pasien didiagnosa dengan G3 P2002 AB000 inpartu kala 1 fase
laten dengan bekas caesar sebelumnya kurang dari 2 tahun. Kemudian pasien
dipersiapkan untuk operasi sectio caesar dan berhasil sesuai rencana. Post operasi
pasien dirawat di RSI selama 3 hari dengan keluhan nyeri post operasi sectio
caesar yang hilang timbul.
5.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tampak bekas operasi pada daerah abdomen dan
nyeri tekan (+).
5.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang setelah operasi sectio caesarea.
5.1.3
Diagnosis Banding
Beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, antara lain:
5.2 Penatalaksanaan
Pada umumnya keluhan pasien akan membaik seiring dengan membaiknya
keadaan atau bekas operasi pasien tetapi apabila dibutuhkan bisa diberikan
analgetik seperti asam mefenamat dan antibiotik seperti amoxcicilin sebagai
profilaksis pada pasien.
37
5.3 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari;
tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonitiss,
sepsis, dan usus paralitik.
2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
serta perdarahan pasca operasi.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonitis terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
5.4 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi sectio caesar sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum
pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan
penyulit lainnya.
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di
dalam rongga perut, atau adanya kelalaian dalam prosedur dan tindakan operasi
yang dapat membahayakan keadaan pasien dan atau janin.
38
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis
Working diagnosis: Nyeri Abdomen Post Operasi sectio caesarea G3
P2002 Ab00
Differential diagnosis:
1. Peritonitis Post Operasi sectio caesarea
2. Diagnosis dari segi psikososial
Hubungan Ny. F dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan
perhatian.
3. Diagnosa dari segi sosial
Ny.F dan Suami pasien bekerja sebagai PNS. Suami maupun pasien sendiri
merupakan anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di
masyarakat.
6.2 SARAN KOMPREHENSIF
1 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai sakit yang dialami Ny. F (definisi, etiologi, gejala dan
tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak
2
semakin berat).
Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Ny. F
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham G.F., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J.,
Spong C.Y.,et al. 2005. Williams Obstetrics. 21rd ed. USA : McGraw-Hill
Company.
2. Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9th Ed. W. B
Saunders Company. Philadelphia.
3. Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar. Jakarta: Puspa Swara
4. Keppler, Whalley, Simkin. (2001). Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.
5. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Ed-4. Jakarta : Bina
40