Laporan Kajian Akb Sulteng
Laporan Kajian Akb Sulteng
HALAM
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ix
KATA PENGANTAR ..................................................................... x
KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN
PROPINSI SULAWESI TENGAH ............................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................. 6
3. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
a. Tujuan Umum ............................................................... 7
b. Tujuan Khusus .............................................................. 7
BAB II METODE PENELITIAN ................................................. 8
1. Rancangan dan Jenis Penelitian ......................................... 8
2. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 8
3. Besar Sampel dan Metode Sampling................................. 10
4. Instrumen .......................................................................... 11
5. Pengumpulan Data ............................................................ 12
a. Wawancara ................................................................... 12
b. Dokumentasi ................................................................ 13
6. Analisis Data ................................................................... 13
7. Kerangka Konseptual Analisa Data ................................. 14
BAB III GAMBARAN KEPENDUDUKAN DAN
KESEHATAN DASAR ................................................................. 30
1. Karakteristik Demografik Dasar ....................................... 30
2. Gambaran Sampel Rumah Tangga Terpilih ..................... 31
a. Rata-rata Jumlah Anggota Rumah tangga ................... 31
b. Distribusi Umur dan Piramida Penduduk ................... 32
c. Rasio ketergantungan .................................................. 34
iii
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Wawancara Rumah Tangga dan
Perseorangan Jumlah rumah tangga, jumlah
kunjungan dan hasil kunjungan ....................................... 30
Tabel 2. Distribusi Rumah Tangga Sampel menurut
Kecamatan, Puskesmas dan Kluster ................................ 31
Tabel 3. Jumlah dan Rata-Rata Anggota Rumah
Tanggadan Balita ............................................................. 32
Tabel 4. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan
jenis kelamin .................................................................... 32
Tabel 5. Angka Ketergantungan ..................................................... 34
Tabel 6. Kondisi dan Lingkungan Perumahan Penduduk
Kabupaten Donggala, tahun 2009.................................... 35
Tabel 7. Distribusi Rumah Tangga yang memiliki Kartu
Jamkesmas, Kabupaten Donggala 2009 .......................... 36
Tabel 8. Karakteristik Responden Wanita Usia Subur di
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah
tahun 2009 ....................................................................... 37
Tabel 9. Ringkasan Riwayat Reproduksi Wanita Usia
Subur (WUS) di Kabupaten Donggala tahun
2009 ................................................................................. 39
Tabel 10. Angka fertilitas menurut kelompok umur dan
angka fertilitas total, angka fertilitas umum,
angka kelahiran kasar, Kabupaten Donggala
2008 dan angka dari Nasional SDKI 2007 ...................... 40
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Kerangka Teori Kelangsunagn Hidup Mosley and
Chen (1984) ..................................................................... 3
Gambar 2. Perkiraan Besar sampel berdasar Angka Kematian
Bayi ............................................................................... 10
Gambar 3. Kerangka Konseptual Penelitian ................................... 14
Gambar 4. Piramida Penduduk Kabupaten Donggala ..................... 33
Gambar 5. Tren TFR Kabupaten Donggala 2006-2009 .................. 41
Gambar 6. Tren AKB Kabupaten Donggala 2000-2009 ................. 47
Gambar 7. Kelangsungan hidup bayi sampai umur 1 tahun
menurut jenis kelamin di Kab. Donggala ...................... 48
Gambar 8. Tren AKB Kabupaten Donggala Menurut Jenis
Kelamin ......................................................................... 52
Gambar 9. Probabilitas bayi untuk tetap hidup menurut jenis
penolong persalinan....................................................... 53
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi
2. Kuesioner
3. Pedoman Operasional Lapangan
ix
KATA PENGANTAR
Kajian Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kegiatan survei
yang didukung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
bekerjasama dengan Pusat Studi Kesehatan Reproduksi
(KESPRO) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Latar
belakang dilakukannya kegiatan ini didasarkan atas tingginya
AKB di Sulawesi Tengah. Bahkan menurut laporan SDKI 2007,
Provinsi Sulawesi Tengah menampati urutan ketiga tertinggi
dibanding dengan Provinsi lain di Indonesia. Dengan selesainya
kegiatan kajian AKB ini sudah dapat menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan masih
tingginya angka kematian bayi di Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini dilaksanakan pada periode bulan Agustus
Oktober 2009, yang dilanjutkan dengan analisis data dan
penyusunan laporan. Karena kegiatan ini dimulai bersamaan
dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka sempat
mengalami masa jeda yaitu seminggu pada awal Ramadhan,
seminggu akhir Ramadhan dan seminggu awal bulan Syawwal.
Megingat kondisi wilayah cukup sulit, maka dalam proses
pengumpulan data di lapangan banyak mengalami kendala
terutama yang berhubungan dengan masalah transportasi dan
akomodasi. Namun semuanya telah diatasi dengan baik oleh tim
lapangan atas dukungan dari para staf Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah.
Selesainya kajian ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan dari semua pihak. Ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya tak lupa kami haturkan kepada;
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala.
3. Kepala Bagian Pelayanan Kesehatan dan Kapala Seksi
Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah.
4. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan
Kabupaten Donggala beserta staf.
x
xi
KATA SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI
SULAWESI TENGAH
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kajian Angka
Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah
dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan faktorfaktor yang menyebabkan masih tingginya angka kematian bayi
di Sulawesi Tengah.
Keadaan geografis Sulawesi Tengah sangat mempengaruhi
kegiatan pengumpulan data seperti yang telah disampaikan oleh
penulis. Untuk itu kami menyampaikan Apresiasi terhadap
seluruh Pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak dalam
Kajian Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Donggala.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tak lupa kami
haturkan kepada:
1. Pemerintah Kabupaten Donggala;
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala;
3. Koordinator Lapangan Mardiani Mangun, SSiT, MPH,
beserta Pengawas Lapangan Wahida, SKM., MPH. dan
Hidayati A. K. Mastur, AMd.Keb.
4. Para petugas lapangan dari POLTEKES Palu dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Donggala.
5. Tim UPT Surveilans, Data dan Informasi Provinsi Sulawesi
Tengah
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status
kesehatan masyarakat yang terkait dengan berbagai indikator
kesehatan dan indikator pembangunan lainnya. Misalnya, AKB
sangat sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas
pelayanan/perawatan antenatal dan post-natal. AKB dipengaruhi
oleh indikator-indikator morbiditas (kesakitan) dan status gizi anak
dan Ibu. Disamping itu, AKB juga berhubungan dengan angka
pendapatan daerah per-kapita, pendapatan keluarga, jumlah anggota
keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga. Jadi AKB
memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor pembangunan umum.
Atas dasar berbagai pertimbangan tersebut, tingkat AKB tidak
hanya menggambarkan keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan, tetapi menjadi bagian dari indikator pembangunan umum
lainnya. Salah satunya ialah karena AKB terkait langsung dengan
angka rata-rata harapan hidup penduduk di suatu daerah. Padahal,
angka rata-rata harapan hidup pada waktu lahir merupakan satu dari
tiga indikator keberhasilan pembangunan manusia (Human
Development Index atau disingkat HDI). Kedua komponen lainnya
ialah rata-rata lama pendidikan penduduk dan kemampuan daya beli
dari penduduk (purchasing power parity atau PPP). Oleh karena itu,
pengukuran dan analisa kematian bayi merupakan cara strategis
dalam menilai pencapaian kinerja bidang kesehatan dan
pembangunan umum lainnya di suatu daerah. Bahkan Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan penurunan angka kematian anak
(AKA) sebagai salah satu sasaran pembangunan global di abad ke
21 (Millenium Development Goals atau disingkat MDG).
Sejak tahun delapan puluhan, AKB di Indonesia telah
mengalami penurunan yang cukup signifikan sejalan dengan
keberhasilan laju pembangunan nasional. Sesuai dengan pola
transisi demografis di berbagai negara sedang berkembang,
penurunan tersebut lambat laun akan semakin sulit dicapai. Oleh
karena itu, diperlukan pemantauan secara cermat agar melambatnya
penurunan AKB secara alamiah dapat dicegah dengan intervensiintervensi terobosan yang efektif dan efisien. Dengan upaya tersebut
diharapkan penurunan AKB akan sesuai dengan target nasional dan
global yang telah ditetapkan. Dalam MDG, sasaran penuruan angka
1
Determinan SosialEkonomi
Faktor
Maternal
Kontaminasi
Lingkungan
Difisiensi
Nutrisi
Kecelakaan
Sakit
Sehat
Pencegahan
Pengobatan
Pengendalian Penyakit
Individual
Gangguan
Pertumbuhan
Kematian
2. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut di atas maka masalah
programatis yang terjadi adalah: a) masih tingginya AKB di
Propinsi Sulawesi Tengah dan b) terjadinya kencederungan
peningkatan angka tersebut dalam periode lima tahun terakhir ini.
Masalah pokoknya ialah, apakah kondisi ini terkait dengan
pelaksanaan program child survival yang belum optimal? Misalnya
apakah perbaikan sarana dan prasarana kesehatan serta peningkatan
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian evaluatif ini dimaksudkan untuk membantu
perumusan prioritas permasalahan AKB dan cara-cara
mengatasi permasalahan tersebut di Propinsi Sulawesi Tengah.
b. Tujuan Khusus
1) Memastikan bahwa AKB di Sulawesi Tengah masih menduduki
rangking ketiga tertinggi di Indonesia dan untuk memastikan
terjadinya pola peningkatan AKB dalam periode lima tahun
terkahir.
2) Mengindentifikasi berbagai faktor-faktor sosial-ekonomi dan
determinan kelangsungan hidup bayi, khususnya peran faktor
maternal yang mempengaruhi secara tingkat (level), keragaman
(diferential), pola (trend) AKB.
3) Menganalisa peran kinerja program kesehatan dan sektor terkait
lainnya dalam penurunan AKB di masa lalu dan yang akan
datang, khususnya potensi dampak integrasi program-pogram
kelangsungan hidup anak dengan program kesejahteraan ibu dan
kehamilan yang aman (safe-motherhood dan Making Pregnancy
Safer).
BAB II
METODE PENELITIAN
1. Rancangan dan Jenis Penelitian
Evaluasi AKB ini dilakukan dengan cara observasional
menggunakan rancangan cross-sectional. Peneliti menggunakan dua
pendekatan dalam pengumpulan data, yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif melalui interview mendalam. Pengumpulan data dilakukan
secara survei di masyarakat (community based) dan tingkat rumah
tangga sebagai sampel penelitian (primary unit). Survei dilakukan
kepada ibu rumah tangga usia 15-49 tahun untuk mengukur angka
kejadian (insidensi) kematian bayi (dependent variable) pada
periode 5 tahun berturut-turut.
Survei mengumpulkan data kematian bayi dari riwayat
kelahiran secara lengkap (completed birth history) yang digali dari
responden. Faktor-faktor yang secara langsung (intermediate
variable) maupun tidak langsung (distant variable) berhubungan
(sosio-demografi, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan budaya)
dengan kejadian kematian bayi dikumpulkan dengan cara
wawancara dan observasi kepada responden. Data kualitatif
dikumpulkan untuk mendukung dan memperdalam kajian yang
berhubungan dengan kinerja program dan keterkaitan sektor-sektor
yang ada di tingkat Kabupaten.
Besar Sampel
4000
3900
3800
3700
3600
3500
3400
3300
3200
3100
3000
2900
2800
2700
2600
2500
2400
2300
2200
2100
2000
1900
1800
1700
1600
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90
10
n=
n
Z1-/2
P
N
= besar sampel
= konstanta kesalahan = 0,05 sebesar 1,96
= estimasi proporsi angka kematian bayi
= estimasi besar populasi Wanita Usia Subur
(WUS)
d
= presisi estimasi proporsi angka kematian bayi
DE
= efek desain dihitung berdasar koefisien intra kelas
dan rata-rata jumlah WUS per klaster.
Probability sampling untuk pemilihan desa terpilih yang
mewakili karakteristik wilayah (kota, desa dan terpencil atau
dataran tinggi, rendah dan pantai). Non-probability sampling
dengan cara consecutive sampling pemilihan rumah tangga yang
memiliki Wanita Usia Subur dengan bantuan daftar/ list rumah
tangga di tingkat desa. Semua kegiatan sampling telah dibahas
dengan sektor terkait di Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Tengah.
4. Instrumen
Sebelum penelitian ini dimulai, instrumen penelitian disusun dan
dikaji reliabilitasnya. Sejumlah instrumen yang terdiri dari beberapa
bagian digunakan untuk mengumpulkan data yang meliputi:
1) Rumah tangga:
Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama.
Jumlah wanita usia subur (15-49 tahun) dan status
perkawinan.
Keadaan lingkungan (kepadatan, kondisi rumah tempat
tinggal).
Sosial ekonom keluarga (pengeluaran per-bulan, dan
kepemilikan).
Jarak ke pelayanan kesehatan (aksesibility)
2) Wanita usia subur yang berstatus kawin dan atau pernah
melahirkan:
Umur.
Child ever born and child ever died.
11
5. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode wawancara (interview) dilakukan untuk mengumpulkan
data di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan
(instrumen) yang dikembangkan untuk kepentingan kajian ini.
Wawancara akan dilakukan dengan cara kunjungan rumah tangga
(home visit) dan tatap muka (langsung). Data atau variabel yang
akan dikumpulkan dengan wawancara adalah data primer, antara
lain; Status sosial ekonomi rumah tangga, riwayat kehamilan dan
persalinan wanita usia reproduktif (15-49 tahun) yang berstatus
kawin (Child ever born, child survival, child ever died, dan birth
history), karakteristik orang tua, morbiditas bayi serta verbal
autopsy kematian bayi dalam dua tahun terakhir. Sasaran yang
diinterview adalah kepala rumah tangga dan wanita usia
reproduksi yang berstatus pernah kawin atau belum kawin tatapi
pernah melahirkan.
12
b. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi dilakukan
untuk mendapatkan data sentinel di Pusat Data Dinkes dan
Puskesmas. Diantara informasi yang dikumpulkan adalah
prevalensi penyakit anak, cakupan kunjungan pemeriksaan dan
pengobatan bayi ke Puskesmas, dan program yang berhubungan
dengan kelangsungan hidup bayi.
6. Analisis Data
Metode estimasi kematian anak menggunakan metode recall
retrospective reporting oleh sampel ibu dengan rumah tangga
terpilih dalam survei keluarga. Survei dilakukan dengan tujuan
mendapatkan data-data demografi dan status kesehatan sehingga
diperoleh riwayat kelahiran dari wanita-wanita untuk mengestimasi
kematian anak, estimasi ini dikenal sebagai teknik langsung (direct
techniques). Wanita-wanita dalam keluarga ditanya apakah dalam
riwayat persalinan dengan kelahiran hidup, ada anak yang masih
hidup atau tidak, sehingga metode ini dsebut directly method.
Validasi perhitungan estimasi kematian anak dengan cara langsung
diperlukan perbandingan cara perhitungan yang lain yaitu indirect
estimation technique, perhitungan estimasi kematian anak berdasar
strata umur wanita. Kedua metode mempunyai asumsi bahwa
kematian maternal tidak berkorelasi dengan kematian anak.
Status sosial ekonomi untuk menentukan tingkat kemiskinan
diukur dengan wealth index. Setiap rumah tangga terpilih akan
dinilai aset kepemilikannya dalam sebuah rumah tangga kemudian
ditranformasi menjadi sebuah skor index dengan teknik principal
components analysis. Hasil skor indeks adalah standardized score
yang mempunyai distribusi normal dengan rata-rata nol dan standar
deviasi satu. Skor terstandar ini kemudian dibagi menjadi lima
wealth quintiles sebagai: sangat miskin, miskin, menengah, kaya,
dan sangat kaya. Analisis deskriptif akan dilakukan dengan
menyajikan distribusi frekuensi dan tabulasi silang untuk
mendapatkan gambaran umum tentang dugaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian bayi.
13
Faktor Ortu:
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinnan
Faktor sosial:
Tempat tinggal
Kemiskinan
Variabel Penghubung
Outcome
Intermediate
Pengetahun
Sikap
Kepercayaan
Intervensi
program
Umur Ibu
Paritas
Jarak Kelahiran
Status gizi (ASI
makanan)
Morbiditas
Perlukaan
Perawatan bayi
Lingkungan
Impact
Kematian
bayi (AKB)
14
BAB III
GAMBARAN KEPENDUDUKAN DAN
KESEHATAN DASAR
1. Karakteristik Demografik Dasar
Rumah tangga yang berhasil dikunjungi sesuai dengan kriteria
pemilihan sampel adalah sebanyak 2.598 rumah tangga, atau 99.9
persen dari 2600 rumah tangga yang direncanakan. Rumah tangga
tersebut terbagi dalam 20 kluster (desa). Tabel 1 menunjukkan hasil
kunjungan rumah tangga yang dilakukan oleh petugas pewawancara
di lapangan tersebut. Terdapat 14 kluster yang dapat terpenuhi
jumlahnya dan 6 kluster tidak dapat terpenuhi.
Tabel 1. Hasil Wawancara Rumah Tangga dan Perseorangan Jumlah
rumah tangga, jumlah kunjungan dan hasil kunjungan
Hasil
Jumlah
Persen
(Response
rate)
2.600
2.598
100,0
99,9
2.682
2.555
100,0
95,3
1.150
1.133
100,0
98,5
Puskesmas
Balukang
Sabang
Sabang
Tambu
Tambu
Malei rill
Tompe
Tompe
Batusuya
Toaya
Toaya
Wani
Labuan
Lembasada
Donggala
Donggala
Dombusoi
Dombusoi
Lalundu
Lalundu
Kluster/Desa
Palangaseang(1)
Kambayang(2)
Budimukti(3)
Tambu(4)
Lambonga(5)
Rano(6)
Lompio(7)
Sipi(8)
Kaliburu(9)
Dalaka(10)
Marana(11)
Wombo Induk(12)
Salumbone(13)
Tanamea(14)
Kabonga Kecil(15)
Powelua(16)
Dangaraa(17)
Palintuma(18)
Rio Mukti(19)
Towiora(20)
Total
Jumlah
Persen
131
131
122
130
131
128
126
139
129
132
131
131
125
130
130
132
128
132
130
130
5.0
5.0
4.7
5.0
5.0
4.9
4.9
5.4
5.0
5.1
5.0
5.0
4.8
5.0
5.0
5.1
4.9
5.1
5.0
5.0
2.598
100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa median jumlah rumah tangga perkluster adalah 130 ruma tangga, dengan rentang antara 122 sampai
139 rumah tangga.
31
Jumlah
Persen
3
52
497
736
547
385
378
4,71 (+1,37)
0,1
2,0
19,1
28,3
21,1
14,8
14,6
1103
1124
339
32
0.73 (+0.73)
42,5
43,3
13,1
1,2
Laki-laki
n
%
991
16,2
922
15,0
691
11,3
468
7,6
350
5,7
565
9,2
514
8,4
Perempuan
n
%
907
14,9
916
15,0
671
11,0
502
8,2
627
10,3
641
10,5
576
9,5
Total
N
%
1898
15,5
1838
15,0
1362
11,1
970
7,9
977
8,0
1206
9,9
1090
8,9
32
Lanjutan Tabel 4.
Laki-laki
Kelompok
Umur
n
%
35-39
521
40-44
408
46-49
289
50-54
230
55-59
80
60-64
53
65-69
19
70-74
19
75-79
9
80-84
2
85 +
0
Total
6.131
Penduduk
8,5
6,7
4,7
3,8
1,3
0,9
0,3
0,3
0,1
0,0
0,0
Perempuan
Total
n
%
N
%
474
7,8
995
8,1
317
5,2
725
5,9
247
4,1
536
4,4
117
1,9
347
2,8
32
0,5
112
0,9
39
0,6
92
0,8
9
0,1
28
0,2
7
0,1
26
0,2
4
0,1
13
0,1
8
0,1
10
0,1
1
0,0
1
0,0
6.095
12.226
Rasio jenis kelamin sampel adalah 100,6 yaitu setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 100,6 penduduk laki-laki. Pada populasi
normal, angka rasio jenis kelamin ini berkisar antara 95 sampai
dengan 104. Nilai rasio diluar rentang tersebut memberikan indikasi
adanya kesalahan penarikan sampel, atau memang benar-benar
terdapat kondisi bahwa anak laki-laki lebih banyak dibandingka
anak perempuan. Dengan demikian, sampel dari populasi penelitian
ini dapat dianggap baik, karena memiliki rasio jenis kelamin dalam
batas-batas normal. Distribusi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada piramida penduduk Gambar 4.
Persentase
c. Rasio ketergantungan
Rasio ketergantungan (Dependency ratio) merupakan salah satu
indikator demografi yang penting. Rasio ketergantungan yang tinggi
memberikan berbagai implikasi bagi pemerintah dan masyarakat.
Penduduk yang bekerja harus menggunakan pendapatannya untuk
menyediakan makanan, sandang, perumahan bagi lebih banyak
anak-anak dan lansia yang ditanggungnya. Pemerintah juga perlu
mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk menyediakan
layanan-layanan dasar seperti pendidikan, perumahan, dan
kesehatan. Sumber daya yang ada dipergunakan untuk kebutuhankebutuhan dasar, sehingga menyisakan sedikit sumber daya untuk
investasi dan pengembangan masyarakat.
Tabel 5. Angka Ketergantungan
Umur dependensi
Jumlah
0-14
5098
15-64
7050
64+
78
Rasio dependensi
Persen
41,7
57,7
0,6
73,4
Persen
49,73 (+52,88)
Jenis Dinding
17. Tembok
18. Kayu
19. Bambu, lainnya
1288
1103
192
49,9
42,7
7,4
1727
757
105
66,7
29,2
4,1
Jenis Atap
20. Seng/Asbes
21. Rumbia
22. Kayu, genteng, beton, ijuk, Lainnya
Lanjutan Tabel 6
35
Kondisi
Jenis Lantai
23.
24.
25.
26.
1735
616
189
52
66,9
23,8
7,3
2,0
1490
347
127
561
65
57,5
13,4
4,9
21,7
2,5
Semen/bata merah
Kayu/bamboo
Marmer/keramik/ ubin/tegel/teraso
Tanah/ lainnya
Persen
Penerangan Rumah
27.
28.
29.
30.
31.
Listrik PLN
Pelita sentir/obor
Listrik non-PLN
Petromak/aladin
Lainnya
e. Kepemilikan Jamkesmas
Salah satu kebijakan Pemerintah untuk melindungi penduduk miskin
dari hambatan akses pelayanan kesehatan ialah dengan asuransi
sosial Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) pada dasarnya.
Program ini merupakan kelanjutan program Askeskin tahun 2007.
Pada Tabel 7 dibawah ini menunjukkan bahwa kepemilikan kartu
Jamkesmas bervariasi menurut kluster, yaitu dari 11,5 sampai
dengan 76,6 persen dan dengan rata-rata 38,5 persen. Dengan
demikan angka ini melebihi dari angka rata-rata kemiskinan secara
nasional.
Tabel 7. Distribusi Rumah Tangga yang memiliki Kartu Jamkesmas,
Kabupaten Donggala 2009
Palangaseang(1)
Kambayang(2)
Budimukti(3)
Tambu(4)
Lambonga(5)
Rano(6)
Lompio(7)
Sipi(8)
Kaliburu(9)
Dalaka(10)
Marana(11)
Wombo Induk(12)
Salumbone(13)
Rumah
tangga
131
131
122
130
131
128
126
139
129
132
131
131
125
Memiliki
Jamkesmas
25
43
14
29
68
43
63
46
55
45
44
43
57
19,1
32,8
11,5
22,3
51,9
33,6
50,0
33,1
42,6
34,1
33,6
32,8
45,6
Lanjutan Tabel 7.
NKS (Desa)
Rumah
Memiliki
NKS (Desa)
36
Tanamea(14)
Kabonga Kecil(15)
Powelua(16)
Dangaraa(17)
Palintuma(18)
Rio Mukti(19)
Towiora(20)
Total
tangga
130
130
132
128
132
130
130
2598
Jamkesmas
39
42
81
98
89
36
41
1001
30,0
32,3
61,4
76,6
67,4
27,7
31,5
38,5
Wanita (N=2.555)
N
Persen
Kelompok Umur
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
72
396
565
547
457
299
219
2,8
15,5
22,1
21,4
17,9
11,7
8,6
31
2458
38
28
1,2
96,0
1,5
1,1
405
1275
495
15,9
49,9
19,4
Status perkawinan
39.
40.
41.
42.
Belum kawin
Kawin
Cerai hidup
Cerai mati
Karakteristik
Wanita (N=2.555)
37
N
303
77
Persen
11,9
3,0
25
2
47
28
20
207
51
2154
21
1,0
0,1
1,8
1,1
0,8
8,1
2,0
84,3
0,8
Status Pekerjaan
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Tdk/belum bekerja
Profesi, teknisi
PNS/Pensiunan
Wiraswasta
Buruh
Petani
Pedagang
Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan lain
4. Tingkat Fertilitas
Dalam penelitian ini, basis perhitungan parameter demografis
(kelahiran dan kematian) tergantung dari jumlah anak laki-laki dan
anak perempuan yang pernah dilahirkan seumur hidupnya. Oleh
karena itu, riwayat lengkap masing-masing kelahiran ditanyakan
secara rinci, termasuk tanggal lahir, jenis kelamin, status pada waktu
lahir dan status anak pada saat dilakukan survei.
Untuk memastikan riwayat kelahiran, setiap wanita
ditanyakan tentang jumlah anak yang pernah dilahirkan, anak yang
tinggal di rumah bersama ibunya, anak yang tinggal di luar rumah
(tidak bersama ibunya) dan jumlah anak yang meninggal, baik lakilaki maupun perempuan serta kejadian-kejadian hasil kehamilan
(keguguran). Informasi tersebut dipakai untuk menghitung angka
kelahiran dan kematian bayi secara tidak langsung, sehingga angka
harapan hidup waktu lahir dapat diestimasi menggunakan model life
table.
38
Jumlah
WUS
72
396
565
547
457
299
219
2555
Anak
pernah
lahir
hidup
(Mean)
1,2222
1,6869
2,2850
2,9726
3,4158
3,8428
4,0274
2,8434
Anak
masih
hidup
Jumlah
Lahir
mati
(Mean)
1,1690
1,5620
2,0998
2,7169
3,1297
3,3851
3,4839
2,5750
0
10
22
30
32
21
8
123
Jumlah
Keguguran
9
50
84
130
96
75
46
490
39
b. Angka Kelahiran
Angka kelahiran menurut kelompok umur (Age Specific Fertility
Rate/ ASFR) untuk periode tiga kelahiran 2008 disajikan pada tabel
10. Angka kelahiran menurut kelompok umur dan angka kelahiran
total (TFR) dihitung secara langsung dari riwayat kelahiran. Jumlah
dari ASFR (atau yang disebut TFR) adalah ringkasan ukuran dari
fertilitas. Angka ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang
akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya
jika ia mengikuti pola fertilitas yang berlaku. Jika tingkat fertilitas
konstan, maka secara rata-rata wanita di Kabupaten Donggala akan
mempunyai 3,88 anak selama hidupnya.
Tabel 10. Angka fertilitas menurut kelompok umur dan angka
fertilitas total, angka fertilitas umum, angka kelahiran
kasar, Kabupaten Donggala 2008 dan angka dari
Nasional SDKI 2007
Kelompok Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
TFR
GFR
CBR
Wanita Lahir
557
631
677
525
433
308
213
55
110
128
81
53
10
1
ASFR
SDKI 2007
98.7
174.3
189.1
154.3
122.4
32.5
4.7
51
135
134
108
65
19
6
3.88
131
36,5
2,6
89
20,9
Catatan :
TFR: Angka Fertilitas Total per wanita umur 15-49 tahun
GFR: Angka Fertilitas Umum (jumlah kelahiran dibagi jumlah wanita umur 15-44
tahun), per 1000 wanita
CBR: Angka Kelahiran Kasar per 1000 penduduk
40
Tren TFR tahun 2006 sampai 2009 dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut:
3.85
3.88
3.85
3.80
3.60
3.40
3.20
2.96
3.00
TFR
2.80
2.60
2.40
2.20
2.00
2006
2007
2008
2009*
Kelahiran
11
38
35
14
6
3
0
2006
Jumlah
Wanita
37
249
192
169
137
133
108
Rate
297
153
182
83
44
23
0
781
3.91
Kelahiran
11
30
28
31
11
4
0
2005
Jumlah
Wanita
35
246
197
165
121
135
106
Rate
314
122
142
188
91
30
0
887
4.43
Kelahiran
17
37
28
22
16
4
0
2004
Jumlah
Wanita
37
252
199
176
137
118
103
Rate
459
147
141
125
117
34
0
1023
5.11
Tahun
Jumlah
Kelahiran
Penolong pertama
persalinan adalah
nakes terlatih
Penolong akhir
persalinan adalah
nakes terlatih
Tempat
persalinan
di fasilitas
kesehatan
n
%
2000
335
79
23.6
104
31.0
21
6.3
2001
380
105
27.6
128
33.7
13
3.4
2002
402
90
22.4
122
30.3
18
4.5
2003
425
92
21.6
130
30.6
25
5.9
2004
462
118
25.5
158
34.2
25
5.4
2005
415
87
21.0
131
31.6
18
4.3
2006
414
106
25.6
137
33.1
24
5.8
2007
434
110
25.3
152
35.0
23
5.3
2008
446
146
32.7
197
44.2
52
11.7
2009*
344
109
*Belum genap satu tahun
31.7
146
42.4
27
7.8
Kecamatan
Balaesang
Jumlah
kelahiran
220
Nakes
Penolong
pertama
persalinan
Nakes
Penolong
akhir
persalinan
Tempat
persalinan
di fasilitas
kesehatan
55
25.0
65
29.5
12
5.5
Banawa
85
38
44.7
45
52.9
32
37.6
Banawa Selatan
47
20
42.6
31
66.0
8.5
Banawa Tengah
83
10.8
11
13.3
7.2
Dampsol
87
40
46.0
56
64.4
8.0
Labuan
71
38
53.5
47
66.2
8.5
Pinembani
131
3.1
4.6
0.0
Riopakava
71
34
47.9
41
57.7
5.6
Sindue
115
44
38.3
56
48.7
14
12.2
Sindue Tobata
70
15
21.4
24
34.3
8.6
Sirenja
140
44
31.4
71
50.7
5.0
Sojol
57
13
22.8
24
42.1
7.0
Tanantofea
45
11
24.4
17
37.8
0.0
44
Kecamatan
Balaesang
Jumlah
Baduta
220
60
29.0
128
61.8
Banawa
78
28
36.8
74
97.4
Banawa Selatan
47
Banawa Tengah
73
28
40.0
65
92.9
Dampsol
78
37
50.7
63
86.3
Labuan
56
15
27.3
54
98.2
Pinembani
127
30
24.2
65
52.4
Riopakava
68
25
39.1
60
93.8
108
12
12.1
53
53.5
63
17
34.7
42
85.7
131
51
40.2
103
81.1
Sojol
56
22
40.7
51
94.4
Tanantofea
45
17.1
37
90.2
1150
332
32.0
795
76.5
Sindue
Sindue Tobata
Sirenja
Total
45
Tabel 15. Proporsi Anak Berusia Di Bawah Dua Tahun yang ASI
Eksklusif 6 bulan
Kecamatan
Jumlah Baduta
Balaesang
220
51
24.6
Banawa
Banawa
Selatan
Banawa
Tengah
78
25
32.9
47
15
34.1
73
11.4
Dampsol
78
30
41.1
Labuan
56
13
23.6
Pinembani
127
11
8.9
Riopakava
68
17
26.6
Sindue
108
25
25.3
Sindue Tobata
63
17
34.7
Sirenja
131
20
15.7
Sojol
56
16
29.6
45
18
43.9
1150
266
24.6
Tanantofea
Total
46
Kecamatan
Balaesang
Lamanya
menyusui
(bulan)*
Median
Anak mulai
mendapatkan
MPASI (Bulan)
Median
220
14
Jumlah
Baduta
Banawa
78
14
Banawa Selatan
47
13
Banawa Tengah
73
17
Dampsol
78
14
Labuan
56
17
Pinembani
127
17
Riopakava
68
17
Sindue
108
14
Sindue Tobata
63
17
Sirenja
131
18
Sojol
56
17
Tanantofea
45
13
Total
1,150
16
4
* Dihitung menggunakan analisis survival dengan mempertimbangkan laporan Censored
6. Keikutsertaan Imunisasi
Imunisasi telah terbukti sebagai intervensi kesehatan yang paling
kuat dan cost-effective. Imunisasi membantu mengontrol banyak
penyakit menular yang menyumbang kesakitan, kecacatan, dan
kematian bagi anak-anak. Pada Tabel 17, 18 dan 19 disajikan angkaangka cakupan imunisasi di 13 Kecamatan dari Kabupaten
Donggala. Dibanding dengan sasaran kelengkapan immunisasi (80%
untuk UCI), cakupan imunisasi sebagian besar masih tergolong
rendah, dan bahkan ada kecamatan yang memiliki cakupan
47
48
Tabel 17. Cakupan Imunisasi berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala tahun 2009
Kecamatan
Balaesang
Jumlah
Baduta
N
BCG
N
DPT 1
N
DPT 2
N
DPT 3
n
Polio 1
N
Polio 2
Polio 3
n
Polio 4
n
138
76
55.1
70
50.7
55
39.9
49
35.5
72
52.2
60
43.5
46
33.3
38
27.5
Banawa
45
31
68.9
26
57.8
24
53.3
23
51.1
31
68.9
25
55.6
24
53.3
23
51.1
Banawa Selatan
28
24
85.7
24
85.7
21
75.0
21
75.0
23
82.1
24
85.7
23
82.1
22
78.6
Banawa Tengah
42
11.9
16.7
14.3
9.5
14.3
11.9
11.9
9.5
Dampsol
44
31
70.5
24
54.5
13
29.5
11
25.0
28
63.6
15
34.1
10
22.7
20.5
Labuan
38
35
92.1
33
86.8
31
81.6
28
73.7
34
89.5
28
73.7
29
76.3
29
76.3
Pinembani
92
13
14.1
8.7
4.3
2.2
8.7
8.7
6.5
4.3
Riopakava
52
44
84.6
42
80.8
41
78.8
40
76.9
41
78.8
41
78.8
40
76.9
39
75.0
Sindue
61
43
70.5
36
59.0
32
52.5
30
49.2
40
65.6
33
54.1
31
50.8
31
50.8
Sindue Tobata
43
18
41.9
16
37.2
14
32.6
12
27.9
17
39.5
15
34.9
14
32.6
13
30.2
Sirenja
99
67
67.7
58
58.6
46
46.5
44
44.4
65
65.7
53
53.5
41
41.4
38
38.4
Sojol
36
23
63.9
23
63.9
17
47.2
14
38.9
24
66.7
19
52.8
14
38.9
11
30.6
Tanantofea
Total
25
16
64.0
15
60.0
12
48.0
11
44.0
16
64.0
12
48.0
12
48.0
10
40.0
743
426
57.3
382
51.4
316
42.5
289
38.9
405
54.5
338
45.5
295
39.7
271
36.5
49
Tabel 18. Cakupan Imunisasi berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala tahun 2009
Kecamatan
Balaesang
Jumlah
Baduta
n
Campak
n
Hepatitis 0
Hepatitis 1
Hepatitis 2
Hepatitis 3
138
47
34.1
52
37.7
65
47.1
53
38.4
40
29.0
Banawa
45
28
62.2
20
44.4
24
53.3
24
53.3
18
40.0
Banawa Selatan
28
22
78.6
21
75.0
24
85.7
21
75.0
21
75.0
Banawa Tengah
42
9.5
9.5
16.7
11.9
7.1
Dampsol
44
20
45.5
23
52.3
14
31.8
18.2
18.2
Labuan
38
33
86.8
31
81.6
31
81.6
29
76.3
29
76.3
Pinembani
92
4.3
2.2
7.6
3.3
2.2
Riopakava
52
40
76.9
39
75.0
41
78.8
39
75.0
36
69.2
Sindue
61
38
62.3
36
59.0
34
55.7
32
52.5
30
49.2
Sindue Tobata
43
12
27.9
17
39.5
15
34.9
13
30.2
10
23.3
Sirenja
99
40
40.4
55
55.6
56
56.6
44
44.4
42
42.4
Sojol
36
20
55.6
18
50.0
19
52.8
15
41.7
11
30.6
Tanantofea
Total
25
14
56.0
36.0
11
44.0
11
44.0
11
44.0
743
322
43.3
327
44.0
348
46.8
297
40.0
261
35.1
50
220
78
47
73
78
56
127
68
108
63
131
56
45
Tidak
Imunisasi
n
%
92
41.8
26
33.3
4
8.5
62
84.9
21
26.9
8
14.3
111
87.4
10
14.7
41
38.0
36
57.1
38
29.0
22
39.3
15
33.3
Imunisasi
Lengkap
n
%
39
17.7
21
26.9
25
53.2
4
5.5
4
5.1
33
58.9
2
1.6
39
57.4
29
26.9
12
19.0
35
26.7
9
16.1
12
26.7
1150
486
264
Kecamatan
Jumlah
Baduta
Balaesang
Banawa
Banawa Selatan
Banawa Tengah
Dampsol
Labuan
Pinembani
Riopakava
Sindue
Sindue Tobata
Sirenja
Sojol
Tanantofea
Total
42.3
23.0
KMS
Punya KMS
n
133
68
43
13
55
43
13
56
64
26
89
36
30
%
60.5
87.2
91.5
17.8
70.5
76.8
10.2
82.4
59.3
41.3
67.9
64.3
66.7
669
58.2
a. Diare
Recall kejadian diare dalam dua minggu terakhir dan upaya mencari
pengobatan disajikan dalam Tabel 20 berikut.
42
Jumlah anak
lahir 2 th
terakhir
Diare dalam 2
minggu terakhir
n
Mencari
Pengobatan
N
%
81.8
220
11
5.0
Banawa
78
0.0
Banawa Selatan
47
10.6
80.0
Banawa Tengah
73
4.1
66.7
Dampsol
78
1.3
0.0
Labuan
56
16.1
55.6
Pinembani
127
12
9.4
41.7
Riopakava
68
4.4
100.0
108
12
11.1
58.3
63
7.9
100.0
131
0.8
0.0
56
0.0
45
1150
5
67
11.1
5.8
4
44
Sindue
Sindue Tobata
Sirenja
Sojol
Tanantofea
Total
80.0
65.7
43
Kecamatan
Jumlah
Baduta
Baduta yang
Mengalami ISPA
Proporsi yang
Mencari
Pengobatan
Balaesang
220
2.7
66.7
Banawa
78
9.0
71.4
Banawa Selatan
47
4.3
50.0
Banawa Tengah
73
1.4
0.0
Dampsol
78
1.3
0.0
Labuan
56
10.7
100.0
Pinembani
127
17
13.4
23.5
Riopakava
68
2.9
50.0
Sindue
108
5.6
66.7
Sindue Tobata
63
6.3
50.0
Sirenja
131
3.1
50.0
Sojol
56
3.6
0.0
45
1150
2
60
4.4
5.2
2
31
100.0
51.7
Tanantofea
Total
c. Panas
Berikutnyya disajikan proporsi anak yang menderita demam dan
prilaku pencarian pengobatan untuk anak yang sakit demam.
44
Kecamatan
Jumlah
Baduta
Baduta yang
Mengalami
PANAS
Proporsi yang
Mencari
Pengobatan
220
19
8.6
13
68.4
Banawa
78
21
26.9
14
66.7
Banawa Selatan
47
8.5
50.0
Banawa Tengah
73
12.3
44.4
Dampsol
78
9.0
71.4
Labuan
56
21
37.5
14
66.7
127
23
18.1
26.1
Balaesang
Pinembani
Riopakava
Sindue
Sindue Tobata
Sirenja
68
4.4
33.3
108
20
18.5
11
55.0
63
14.3
77.8
131
13
9.9
38.5
Sojol
56
12.5
28.6
Tanantofea
Total
45
10
22.2
80.0
166
14.4
92
55.4
1150
45
BAB IV
ANALISA ANGKA KEMATIAN BAYI
Kematian bayi dapat dibagi menjadi kematian neonatal dan postneonatal. Penyebab dan determinan kematian neonatal dan lahir
mati dapat sangat berbeda dengan penyebab kematian post-neonatal
dan kematian anak. Kematian selama masa neonatal dianggap
sebagai indikator kualitas kesehatan dan pelayanan maternal dan
bayi baru lahir, karena kematian neonatal dapat timbul dari
buruknya kesehatan maternal, pelayanan kesehatan selama
kehamilan, manajemen persalinan, dan perawatan bayi baru lahir.
Post-Neonatal
N
Rate
10
31
6
17
8
20
12
30
8
18
12
30
9
23
11
26
7
16
4
12
N
20
19
17
26
20
19
20
18
13
10
AKB
Rate
61
52
43
63
44
47
49
42
30
30
46
63
61
60
52
50
44
43
40
47
49
42
30
30
30
20
10
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Lahir
Jumlah
Lahir
Hidup
125
96
108
119
125
115
Kematian
Neonatal
N
AK
4
32
5
52
2
19
2
17
1
8
2
17
Kematian
Postneonatal
N
AK
5
41
3
33
2
19
2
17
4
32
2
18
Kematian
Bayi
n
AK
9
72
8
83
4
37
4
34
5
40
4
35
47
28
13
44 (29-63)
22 (12-37)
19
22
21
15 (9-24)
18 (11-27)
17 per-1000 kelahiran
Tabel 24 menunjukkan bahwa kematian bayi pada laki-laki (44 per1000 lahir hidup) lebih tinggi dibanding kematian bayi pada
perempuan (22), yang berarti kematian bayi laki-laki 2 kali lebih
tinggi dibanding kematian bayi pada perempuan.
1.00
0.95
0.96
Proporsi Survival
0.97
0.98
0.99
Laki-laki
Perempuan
30
60
90
120
240
270
300
330
360
48
Sebab kematian
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jumlah
Persentase
12
26,7%
8
8
7
3
2
1
1
1
1
1
17,8%
17,8%
15,6%
6,7%
4,4%
2,2%
2,2%
2,2%
2,2%
2,2%
49
Neonatal
n
AK
Angka Kematian
Postneonatal
n
AK
Bayi
n
AK
11
8
19
17
13
15
17
5
22
27
9
18
28
13
41
44
22
33
14
3
2
18
12
9
16
4
2
21
16
9
30
7
4
39
27
18
5
6
3
1
4
15
19
13
6
19
4
9
6
2
1
12
29
26
12
5
9
15
9
3
5
27
47
38
18
24
5
14
0
161
12
0
0
21
1
0
18
30
5
35
1
161
29
30
9
5
2
1
2
31
20
8
4
9
8
3
6
3
2
28
12
23
13
9
17
8
8
4
4
58
32
31
17
18
50
Jenis Lantai
Tanah/bambu/kayu
Plester/ubin/
Keramik/marmer
Jamban (WC)
Kakus+tanki septic
Lainnya (sungai, dll)
Jarak ke pusat kota
Dekat
Jauh
Neonatal
n
AK
Angka Kematian
Postneonatal
n
AK
Bayi
AK
344
26
27
18
52
904
10
11
13
15
23
25
308
935
1
17
3
18
2
20
7
22
3
37
10
40
456
794
6
13
13
16
4
18
9
23
10
31
22
39
51
78
77
70
66
60
59
52
50
40
48
44
38
43
37
42
52
54
50
Lk
45
Pr
34
32
28
30
20
23
Linear (Lk)
Linear (Pr)
10
5
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun Lahir
52
Lahir
Hidup
88
114
112
119
147
117
126
139
174
137
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
AKB
58
59
52
68
55
59
56
52
34
30
1.00
Secara umum, kematian bayi lebih tinggi terjadi pada anak yang
persalinannya ditolong non tenaga kesehatan dibandingkan tenaga
kesehatan. Namun pada tahun 2000 nampak berbeda dibandingkan
dengan tahun-tahun berikutnya. Peluang bayi untuk tetap hidup
sampai usia <1 tahun menurut penolong persalinan pada saat lahir
dapat dilihat pada Gambar 9.
0.95
0.96
Proporsi Survival
0.97
0.98
0.99
Nakes
Non Nakes
30
60
90
120
240
270
300
330
360
53
Peluang bayi untuk tetap hidup (survive) sampai usia 360 hari
pada kelompok bayi yang persalinannya ditolong oleh nakes lebih
tinggi sebesar 98,2 persen dibandingkan bayi yang persalinannya
ditolong oleh non-nakes 96,1 persen. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan antara penolong persalinan dengan kelangsungan hidup
bayi.
Jamkesmas
merupakan
upaya
pemerintah
untuk
memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
tidak mampu. Dengan adanya Jamkesmas, akses masyarakat miskin
terhadap pelayanan kesehatan diharapkan meningkat, sehingga
utilisasi layanan kesehatan turut meningkat. Peningkatan
pemanfaatan layanan kesehatan diharapkan mampu membantu
perbaikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.
Tabel
30.
Penolong dan
Tempat Persalinan
Penolong
- Nakes
- Non Nakes
Tempat Fasilitas
- Fas. Kesehatan
- Non Fas Kes
Jamkesmas
n
Tidak Punya
Jamkesmas
n
%
103
187
35.5
64.5
240
258
48.2
51.8
76
3
96.2
3.8
265
437
37.7
62.3
54
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian antara
lain:
1. Proses transisi demografi di Sulawesi Tengah masih ketinggalan
dibanding dengan kondisi nasional. Hal ini ditandai dengan
angka fertilitas total (TFR) di Kabupaten Donggala yang masih
cukup tinggi yaitu mencapai 3,9 pada tahun 2008, dan angka ini
tidak menunjukkan kecenderungan untuk menurun dari tahuntahun sebelumnya. Pendidikan perempuan yang masih rendah
dan cenderung hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga terkait
langsung dengan proses tersebut. Akibatnya, terjadi angka
ketergantungan tinggi yang secara demografis membebani
proses pembangunan sehingga kemajuannya lambat. Hal inilah
yang melatar belakangi masih tingginya indikator AKB pada
lima tahun terakhir ini.
2. AKB di Sulawesi Tengah hingga tahun 2007, masih tinggi
(mendekati 50 per 1000 kelahiran hidup) dibandingkan nasional
sehingga menduduki urutan 10 besar tertinggi di Indonesia. Dari
hasil penelitian angka tersebut sudah menurun menjadi sekitar
40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Angka ini
menggambarkan prestasi pembangunan yang berlangsung dalam
5 tahun terakhir ini mengingat pada tahun 2006 masih diatas 60
per 1000 kelahiran hidup.
3. Meskipun tren AKB di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah
mengalami penurunan dari 80 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2000 menjadi 49 kelahiran tahun 2007, namun demikian
penurunan tersebut berfluktuasi secara nyata dan baru tampak
penurunan yang cepat mulai tahun 2007. AKB tahun 2003-2006
relatif stagnan pada posisi sekitar 60 per 1000 kelahiran hidup.
Apakah hal ini sebagai dampak negatif desentralisasi
pembangunan perlu dikaji lebih lanjut.
4. Berbagai faktor berkorelasi dengan AKB yang masih perlu
diteliti dengan analisa lebih mendalam. Misalnya, AKB di
Kabupaten Donggala berkorelasi dengan pertolongan persalinan,
yaitu bayi ditolong oleh nakes angka kematiannya cenderung
lebih rendah. Tingginya angka kematian bayi di Kabupaten
Donggala berhubungan erat dengan masih rendahnya akses
pelayanan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, terutama
55