Anda di halaman 1dari 5

MIMPI ANAK TANAH

Semilir angin nan sejuk


Tak lagi sekedar menghela panas sang surya
Mendorong kaki untuk melangkah
Menggiring hati untuk melepas
Melepas pijakan kakiku dari tanahku
Menghalau aku ke tanah seberang
Dengan mimpi yang tergenggam
Sang burung tanpa napas dengan sayap yang tak pernah mengepak
Menghantarku melesat membelah udara
Kaki tak lagi menginjak tanahku
Dalam diam kutatap tanahku
Oh, aku ingin kembali
Aku ingin kembali berjalan, berlari, melompat di atas tanahku
Rasa takut mendera
Aku menatap kelam
Bibir terkatup tak berbuka
Kini rasa takut membungkus raga
Takut tanah seberang tak ingin menjadi alas kakiku
Takut begitu asing aku di tanah seberang
Kata orang
Tanah seberang sungguh ajaib adanya
Guratan tangan cerdik sang anak tanah hadirkan
mahakarya wujud seluruh daya dan karsa
kokoh berdiri menjulang tak sabar menggapai langit
berbaris bangunan tak bergedik
Oh, sungguh aku ingin kembali,
Begitu asing aku di tanah itu
Akal sehatku tak mampu melumpuhkan ruang gelisah hatiku
Diam aku,
Hanyut dalam gempuran hati berkecamuk
Mataku terpejam,
Namun rasanya belum sedetik mataku terkatup
Mataku kembali beradu dengan dunia
Mulutku tak berucap
Mataku tak mengedip
Tak bergetar jua gendang telingaku
Jutaan syaraf di kepalaku serasa begitu giat mencari seberkas memori
Buyar lamunanku ketika akalku berbicara
Aku mengenali tempat ini
Sungguh dahsyat kekuatan pikiran
Sungguh dahsyat hatiku untuk tak berpaling ke tanah seberang

Rupanya yang Maha Mengetahui


Mengijinkan aku untuk pulang
Gelisahku dijawabNya
Resahku dihapusNya
Sesaat aku tersentak,
Kini tatapanku tak lagi nanar
makhluk purba komodo menghela ranting kering
Suara berisik ranting ranting mengusik telingaku
sosok besar itu seolah ingin pamer kekuatan
Kurasakan napas sang pemburu di tengah panas penguasa siang
Tak hanya satu,
Dua makhluk besar lagi kini keluar dari semak yang jua tak berbicara
Entah mengapa kakiku tak ingin berlari
Tak ingin mataku berkerling dari buaya raksasa itu
Sungguh, mereka nyata di hadapanku
Panjangnya, besar tubuhnya,
Begitu nyata aku melihat sisa keajaiban dunia abad lalu
Dunia mungkin akan bertanya
mengapa mereka tersisisa di tempat ini?
Tanahku, ya tanahku jawabannya
Tanahku di tempat yang kami sebut Labuan Bajo
Dia yang memberikan nyawa bagi mereka untuk bertahan
Ssssssshhhhhhhhhh
Kurasakan angin yang dahsyat mengangkat tubuhku
Ku dengar pukulan gendang dan gong beradu
Tampak tubuh turunan Adam
Dengan dada tak berhias sehelaipun benang
Tampak cakap berbalut kain songke khas nan rupawan
Pecut di tangan melambai membelah udara
Bukan tanpa sasaran sang pecut berayun
Hasrat membara tubuh gagah cucu adam tanah Manggrarai
Mengalir dalam susunan kulit kerbau pecut itu
Paki sang penyerang membabi buta mengarahkan pecutnya ke sosok Taang
Taang tampak gagah bagaikan Goliad dengan Perisai Nggiling bertahan mengehela
Pecut jua seolah tak lelah berayun sampai tubuh Taang tak bergedik
Natas Mbaru Gendang saksi bisu tarian adat tanah manggarai
Penuh tawa, penuh sorak , anak tanah Manggarai
Menyaksikan dengan mata tak bergedik sang kawan yang sedang beradu
Tak perlu alunan musik dengan sentuhan anak abad 21
Tak perlu tubuh yang terlatih untuk bergerak
Caci menjadi paket seni nan menarik penuh makna
Dalam gerakan Paki dan Taang tanpa komando
Melebur dalam nada khas gong gendang tanah Manggarai
Ohhhhhpecut itu terasa mengena di kepalaku

Aku terhuyung di tengah keramaian


Kutatap wajah-wajah ramah itu di Natas Mbaru Gendang
Perih kulitku terkena pecut
Terbaring lemas aku di tanah berumput
Saat tampak di mataku ada tangan terulur
Entah mengapa tangan itu tiba-tiba lenyap
Aku berbaring di tempat tanpa sekat
Sendiri mendadak senyap
Angin berhembus di sela-sela nyiur kelapa
Suara ombak kecil berlari mengusik telinga
Aku berbaring beralaskan hamparan pasir putih
bagaikan permadani putih nan bersih
Takjubku juga tak berhenti saat kutatap
bagian kecil dari samudra raya tepat dihadapanku
Bak pria tampan yang mengalihkan perhatian hati para hawa
Kini hatiku terpikat pantai indah nan elok
Tersadar aku, ini Tanah Riung
Satu lagi hadiah tanah Flores dengan alam nan apik
Gugusan 17 pulau menanti tatapan dan decakan kagumku
Perahu kecil mengantarku memanjakan kedua mataku
Senyum manis dara belia terpancar dari bibirku
Menatap kagum pulau-pulau kecil di tengah lautan
Ada cermin besar di bawah perahuku
Cermin yang aku tahu takkan pecah
Cermin abadi atap rumah jutaan makhluk cantik pengusa air
Decak kagumku tak berhenti
Kala langit berhiaskan ribuan kelelawar bagaikan pasukan yang hendak bertempur
Melintas di angkasa bak hendak manegur
Yah inilah pulau kelelawar
Sang Penguasa malam
Penguasa pulau kelelawar hadiah Tanah Riung
Suara angin yang menabrak daun-daun pepohonan,
Suara ombak kecil yang berlarian
Suara anak pantai yang berteriak sembari berkejaran di hamparan pasir putih
Melebur bersama syukurku pada Yang Maha Segalanya
Sungguh elok guratan tangan sang Kuasa
Maha Karya ia menghadiahkan tempat seindah tanah Riung ini
`

Semakin jauh perahuku berlayar


Semakin jauh aku dari tepian
Aku tak takut, karena ini tanahku
Hingga aku merasa pusaran air yang berputar cepat
begitu dahsyat menghantam perahuku
Aku terhempas ke tengah lautan
Oh
Aku tak dapat berenang,
Ssshhhhhssshhh..

Kutenangkan diriku
Kuyakinkan diriku tak akan terjadi apapun di tanahku
Dan tanahku menjawab
Tanpa suara tanpa tanda namun selamat lah aku olehnya
Kini aku berada di tempat yang sangat tinggi
Kakiku kembali bersatu dengan tanah
Tampak mentari perlahan menampakan wajahnya dari balik bukit di ufuk timur
Mentari serasa begitu dekat
Cahaya dan kehangatan pancarannya merasuk dalam darah dan napasku
Serasa dalam darah mengalir semangat baru
Mengallirkan keyakinan akan tanahku yang menemani selalu
Tersenyum ku menatap sang mentari
Kuikuti arah tiupan angin yang lewat tanpa permisi
Luar biasa ajaib adanya
Aku berada di Tanah Ende saat ini
Bagian dari tanah Flores yang penuh kejutan akan alamnya
Dalam paduan warna indah Danau Tiga Warna Kelimutu
Hembusan angin semakin terasa
Ketika aku pun semakin menyadari keajaiban ini
Ingin kulewati pagar di tepi danau tersebut
Ingin tangan ini menyentuh air danau itu
Namun jarak begitu jauh
Matakku benar-benar dimanjakan dengan pemandangan ini
Teringat aku cerita leluhurku
Tak sekedar hadir tanpa makana
Danau ini menyimpan rahasia penuh makna
Tiwu ata Polo menyimpan jejak arwah tak berbudi
Tiwu ata mbupu menyimpan jejaak arwah leluhur
Tiwu Nuwa Muri Koo Fai menyimpan jejak sang muda yang telah berpulang
Itulah kepercayaan anak tanah Ende
Baru terbersit rasa syukurku pada Yang Maha Segalanya
Telingaku terusik
Terdengar suara menggetarkan gendang telingaku
Aku tersentak
Mataku terbuka
Ku palingkan wajahku ke sisi kiri ku
tampak sayap burung yang tak mengepak berada di hadapanku
berbatas kaca yang tak membuka
Ah,,,,, aku hanya bermimpi
Yah, mimpi anak tanah Flores
Mimipi yang lahir dari hati
Hati yang merindu tak ingin pergi
Namun tetap harus pergi
Kutarik napas sembari kutenangkan diriku
Kini bukan kecewa yang terasa

Bukan hati yang merana


Tapi kini ada semangat membara
Membakar mimpi yang masih kugenggam
Ya aku pergi bukan untuk melupakan tanahku
Tapi aku pergi untuk kembali membangun tanahku
Aku pergi untuk menyuarakan keajaiban tanahku pada tanah seberang
Bagaikan oase di tengah gurun
Hadirku nanti niscahya mengahapus lara tanahku
Kupastikan kaki baru kan bertamu
Napas baru kan berhembus
Bibir-bibir baru kan berdecak kagum
Bulu kuduk baru kan merinding
Kala menatapmu tanahku
Ketahuilah sahabatku
Tanahku tak dikenal bukan karena tak layak dikenal
Tanahku asing bukan karena menghindar
Tanahku tak bersuara bukan karena malu tak ada yang mendengar
Tanahku bukan anak tiri ibu pertiwi
Untuk diam dalam iri
Tanahku diam karena terkikis ego hati yang tak peduli
Terkikis pikiran yang tak ingin berbagi
Tangan kami mengulur tapi tak pernah disambut
Suara kami lenyap di telan raungan penguasa kota
Tapi ketahuilah tanahku tak kaku
Tanahku hidup
Tanahku bukan anak tiri ibu pertiwi
Yang harus kalian jauhi
Negeri orang kalian datangi
Tanah saudara kalian acuhkan
Palingkan sedikit wajahmu ke Timur
Kupastikan enggan wajahmu berbalik lagi
Sahabat tanahmu-tanahku satu
Kau kaya akan guratan tangan anak tanah
Tanahku kaya akan guratan sang Esa
Ini mimipiku
Mimpi anak tanah Flores
Mimpi membawa pulauku merasuk dalam setiap memori anak pertiwi

Anda mungkin juga menyukai