Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin ketat seiring dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini secara langsung menyebabkan dunia
kerja menuntut tersedianya tenaga kerja handal yang mampu menguasai pekerjaannya dengan
baik, terampil dan profesional. Perguruan tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan bertanggung
jawab penuh mempersiapkan calon tenaga kerja yang profesional sebagai tulang punggung
perekonomian bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan kerjasama erat dan aktif
antara beberapa pihak yaitu perguruan tinggi, mahasiswa, dan perusahaan.
Kerja praktek pada suatu pabrik atau perusahaan diperlukan mahasiswa terutama untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah dan membandingkan dengan
kenyataan yang terdapat di pabrik agar mahasiswa dapat lebih mengenal dunia kerja nantinya.
Sistem instrumentasi dan pengendalian proses merupakan salah satu bidang study teknik
kimia yang di terapkan di dalam proses industri. Oleh karena itu praktikan ingin mempelajari
sistem instrumentasi dan kontrol pada salah satu unit proses yang ada di PT PERTAMINA
(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.
Dari uraian diatas, kami bermaksud untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek di PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap yang diharapkan mampu menjadi sarana
pembelajaran, pemahaman dan pengaplikasian disiplin ilmu teknik kimia di dunia industri.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
a. Untuk memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan pada program study tingkat Strata
Satu (S-1) Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
b. Menghitung neraca massa dan neraca energi dan mempelajari konfigurasi
pengendalian proses pada Menara Destilasi di PT PERTAMINA RU IV CILACAP.
Namun tidak menutup kemungkinan tugas khusus menyesuaikan dari pembimbing
lapangan

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

1.3. Manfaat Kerja Praktek


Bagi Mahasiswa
a. Mengenal cara kerja suatu perusahan atau industri secara umum dengan lebih
mendalam, khususnya peralatan dan proses produksi yang dilakukan.
b. Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang praktek di lapangan.
c. Menambah pengetahuan dan pemahaman keteknikan secara praktis yang diterapkan
pada industri.
d. Memberikan bekal tentang perindustrian, sebelum terjun ke dunia kerja secara nyata.
Bagi Jurusan
a. Terjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan atau industri yang ditempati untuk
kerja praktek.
b. Dapat mengetahui korelasi antara ilmu yang diberikan di bangku kuliah dengan
kondisi nyata di industri.
c. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk perbaikkan kurikulum.
Bagi Perusahaan dan Industri
a. Terjalin kerja sama dengan dunia pendidikan
b. Dapat membantu menyiapkan sumber daya manusia yang potensial untuk perusahaan
atau industri.
c. Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa pelaksanaan kerja praktek
yang bersifat membangun dan menyempurnakan sistem yang telah ada.

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap
PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7
jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000
barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34%
kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa, Selain itu kilang ini
merupan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk
kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air. Kilang di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit
Pengolahan IV Cilacap terdiri atas:
a) Kilang Minyak I
b) Kilang Minyak II
c) Kilang Paraxylene
Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari.
Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan
dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui
Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk
memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan
BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil
base) dan aspal. Mengolah minyak dari Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan
dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis
untuk produksi dimaksud.
Sedangkan Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk
pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4
Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal 200.000 barrel/hari.
Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM ditanah air, sejalan dengan proyek
peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini mengolah minyak "cocktail" yaitu minyak campuran,
tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beropersi setelah diresmikan oleh
Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.
Pertimbangan pembangunan Kilang ini didasarkan atas pertimbangan:
a) Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap.
b) Adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas.
c) Disamping terbukanya peluang pasar baik didalam maupun luar negeri.
(http://www.pertamina.com/)
2.2. Peralatan Proses
Pada unit peralatan Menara Destilasi biasanya diikuti / didahului oleh beberapa alat
diantaranya Heat Exchanger, Kondensor, Reboiler.
2.2.1. Heat Exchanger
Heat exchanger adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai
superheated steam dan air biasa dipakai sebagai cooling water. Penukar panas dirancang sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas
dipakai dalam industry seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas
alam, refrigerasi, pembangkit listrik.

Alat penukar panas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Shell & Tube Heat Exchanger


Sebuah shell & tube heat exchanger adalah kelas penukar panas yang paling
umum dari penukar panas di kilang minyak dan proses kimia besar lainnya. Dua cairan
4

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

dengan suhu awal yang berbeda, mengalir melalui penukar panas. Satu mengalir melalui
tabung (sisi tabung) dan arus lain di luar tabung tapi dalam shell (sisi shell). Panas
ditransfer dari satu fluida ke yang lain melalui dinding tabung, baik dari sisi tabung untuk
shell sisi atau sebaliknya. Fluida pada shell dan tube dapat berupa cairan atau gas. Berikut
adalah salah satu contoh skema aliran fluida pada shell & tube heat exchanger berupa
straight-tube heat exchanger dengan satu pass pada sisi tube.

Gambar 1. Straight-tube heat exchanger (one pass tube-side)

Plate Heat Exchanger


Sebuah plate heat exchanger adalah jenis penukar panas yang menggunakan pelat
logam untuk mentransfer panas antara dua cairan . Ini memiliki keuntungan besar
dibandingkan penukar panas konvensional bahwa luas permukaan fluida yang terkena
jauh lebih luas karena fluida tersebar di plate. Hal ini memudahkan transfer panas, dan
sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Berikut adalah salah satu contoh skema
aliran fluida pada plate heat exchanger.

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 2. Plate heat exchanger


2.2.2. Menara Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Berikut ini adalah skema tipe unit
destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk.

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 3. Skema tipe unit destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih

lebih rendah akan menguap lebih dulu.


Beberapa komponen utama dari alat destilasi adalah sebagai berikut:
Sebuah shell vertikal dimana pemisah komponen cairan dilakukan.
Internal column seperti tray/plate/packing yang digunakan untuk meningkatkan

pemisahan komponen.
Reboiler sebagai penyedia penguapan yang dbutuhkan bagi proses destilasi. Pemanas

untuk boiler harus menghasilkan panas yang stabil.


Kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang meninggalkan bagian atas

kolom.
Sebuah reflux drum untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga

cairan dapat di daur ulang ke kolom.


Rumah-rumah shell vertikal, internal column dan bersama-sama dengan kondensor serta
reboiler menyusun suatu kolom destilasi.

2.2.3. Kondensor
7

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi air. Prinsip
kerja Kondensor proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu
ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan air
sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side). Air pendingin pada kondensor
didapat dari unit utilitas yang sumbernya bisa didapat dari danau, sungai atau laut. Pada menara
destilasi kondensor dipakai untuk menembunkan kembali uap hasil atas menara destilasi agar
dapat diteruskan ke unit proses selanjutnya. Berikut ini adalah skema kondensor secara umum

Gambar 4. Skema kondensor secara umum


2.2.4. Reboiler
Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan kembali serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Biasanya liquid yang diuapkan diletakan dibagian
shell sedangkan pemanas diletakan dibagian pipa atau tube. Media pemanas yang digunakan
antara lain yaitu uap (steam) dan minyak (oil). Alat penukar panas ini biasa digunakan pada
peralatan distilasi. Berikut ini adalah skema reboiler secara umum.

Gambar 5. Skema reboiler secara umum


2.3. Sistem Pengandalian
8

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Alat instrumen yang dipakai dalam sistem pengukuran dan pengendalian secara umum terdiri
dari beberapa elemen yang digabung menjadi satu sistem. Elemen-elemen tersebut adalah:
1. Primary element (sensor)
2. Secondary element (transmitter)
3. Control element (receiver)
4. Final control element (control valve)
Dalam sistem pengendalian ke empat elemen diatas selalu dipakai, sedangkan pada sistem
pengukuran control element diganti dengan receiver berupa indikator. Sistem pengendalian dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu :
2.3.1. Feedback Control Sistem
Feedback control adalah suatu sistem pengontrolan dimana control action tergantung
pada output process. Tipe sistem kontrol ini mengukur control variable pada output process.
Setiap terjadi perubahan pengukuran pada output process akibat adanya efek dari
disturbances, maka sistem kontrol feedback bereaksi memberikan corrective action untuk
menghilangkan kesalahan (error). Jadi sistem control feedback akan bereaksi setelah efek
dari disturbances dirasakan pada proses keluaran.
(Stephanopoulus,

1984)

Contoh sistem pengendalian Feedback secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 6. Sistem Pengendalian Feedback secara umum


9

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Algoritma Pengontrolan dari Controller


Controller memutuskan apa yang yang harus dilakukan untuk menjaga CV pada setpoint dengan menyelesaikan persamaan berdasarkan perbedaan antara set-point dan CV;
yang disebut error:
e(t) = r(t) c(t)
dimana:
e(t) = error, [%TO] ; r(t) = set-point, [%TO] ; c(t) = CV, [%TO]

Proportional Controller (P)


P controller merupakan jenis pengendali sederhana dengan persamaan:
m(t) = m + Kce(t)
dimana:

m(t) = output pengendali, [%CO]


Kc = gain pengendali, [%CO/%TO]
m = nilai bias [%CO] saat error = 0

Proportional Integral Controller (PI)


Dikenal juga sebagai proportional-plus-reset-controller, dengan persamaan:
m( t )= m + Kce(t)+ Kc/ Ie(t)dt
dimana: I= integral (reset) time, [menit] biasanya: 0.1 I 50 menit

Proportional Integral Derivative Controller (PID)


Dalam praktek industri dikenal sebagai proportional-plus-reset-plus-rate-controller,
dengan persamaan:
m( t )= m + Kce(t)+ Kc/ Ie(t)dt + KcD de(t)/dt
dimana: D = derivative (rate) time, [menit]
3 parameter yang harus diatur dalam PID: Kc atau PB, I atau IR, dan D

2.3.2. Feedforward Control Sistem

10

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Tidak seperti konfigurasi feedback, kontrol feedforward tidak menunggu efek


disturbances dirasakan oleh proses, sebaliknya akan beraksi sebelum disturbances
mempengaruhi sistem untuk mengantisipasi efek yang akan disebabkan olehnya.
(Stephanopoulus, 1984)
Contoh sistem pengendalian Feedforward secara umum dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 7. Sistem Pengendalian Feedforward secara umum


2.4. Alat Ukur
Alat ukur (measuring device) adalah alat yang berada di lapangan (field) untuk mengukur
variable proses seperti flow, pressure, level dan temperature. Pada industri proses output data dari
alat ukur akan ditransmisikan ke ruangan kontrol (control room) untuk diproses lebih lanjut
dalam kaitannya dengan sistem kontrol.
2.4.1. Sensor
Sensor merupakan alat yang sangat sensitif terhadap perubahan besaran fisik yang terjadi
pada suatu proses di industri. Perubahan pada proses tersebut oleh sensor diubah dalam suatu
perubahan sejenis maupun dalam perubahan lain yang memungkinkan secondary element
mengolah data dari sensor tersebut. Data pengukuran ini dapat berupa mekanik (gerakan
11

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

mekanik) atau besaran listrik (perubahan nilai kapasitansi suatu kapasitor, perubahan tahanan
listrik) yang nilainya sebanding dengan nilai besaran proses yang diukur.
Contoh beberapa sensor yang digunakan pada proses industri Migas :
2.4.1.1. Pengukuran Flow
1. Differential Pressure Flowmeter
Prinsip operasi Differential Pressure Flowmeter (DP Flowmeter) di dasarkan pada
persamaan Bernoulli yang menguraikan hubungan antara tekanan dan kecepatan pada suatu
aliran fluida. Alat ini memandu aliran ke dalam suatu penghalang aliran (yang mempunyai
lubang dengan diameter yang berbeda dengan diameter pipa), sehingga menyebabkan
perubahan kecepatan aliran (flow velocity) dan tekanan (pressure) antara sisi upstream dan
downstream dari penghalang. Dengan mengukur perubahan tekanan tersebut, maka
kecepatan aliran dapat dihitung. Bentuk Differential Pressure Flowmeter dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 8. Differential Pressure Flowmeter


2. Rotameter
Prinsip operasi dari rotameter (variable area meter) didasarkan pada pelampung (float)
yang berfungsi sebagai penghalang aliran, pelampung tersebut akan melayang dalam suatu
tabung yang mempunyai luas penampang tidak konstan. Luas penampang tabung berubah
tergantung ketinggiannya (semakin tinggi semakin besar). Posisi pelampung akan
menyatakan harga aliran fluida yang mengenainya. Pada posisi tersebut pada pelampung
12

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

akan terjadi keseimbangan gaya, yaitu keseimbangan antara berat pelampung dengan gaya
tarik aliran yang mengenainya dan gaya apung pelampung. Bentuk Rotameter dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 9. Rotameter.
2.4.1.2. Pengukuran Pressure
1. U Tube Manometer
Tabung U (U Tube) adalah contoh sederhana instrument pengukuran tekanan yang
menggunakan kolom zat cair. Alat ukur tekana ini terdiri dari air atau air raksa didalam UShaped, dan umumnya digunakan untuk mengukur tekanan gas. Salah satu ujung dari tabung
U dihubungkan ke bidang tekanan yang tidak diketahui dan ujung yang lain dihubungkan
dengan sumber tekanan acuan (umumnya tekanan atmosfer), seperti pada gambar di bawah
ini.

13

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 10. Manometer tabung U dengan kolom zat cair


2. Diaphragm Pressure Gage
Diaphragm Pressure Gage menggunakan prinsip perubahan bentuk yang elastis (elastic
deformation) dari suatu diaphragm (membrane) untuk mengukur perbedaan suatu tekanan
yang tidak diketahui dengan suatu tekanan acuan.
Bentuk dari diaphragm pressure gage terdiri dari kapsul (capsule) yang dibagi oleh suatu
sekat rongga (diapraghm), seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Satu sisi diaphragm
terbuka bagi tekanan target (eksternal) PExt, dan sisi yang lain dihubungkan dengan tekanan
diketahui (reference pressure), PRef. Beda tekanan, PExt - PRef, secara mekanik
membelokkan diaphragm. Berikut adalah gambar prinsip operasi diaphragm pressure gage

Gambar 11. Prinsip operasi Diaphragm Pressure Gage


2.4.1.3. Pengukuran Level
Pengukuran level Displacement Type memiliki prinsip kerja jika sebuah pelampung
diapungkan pada permukaan fluida, maka pelampung akan naik dan turun mengikuti gerakan
dari permukaan fluida yang bersangkutan. Selanjutnya dengan suatu mekanisme, pergerakan
pelampung ini dapat ditranslasikan kedalam alat ukur displacer level berdasarkan prinsip
Archimedes. Berikut adalah gambar Displacement Level Measurement.

14

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 12. Displacement Level Measurement


Displacement atau buoyancy method pada gambar di atas, adalah metode pengukuran
tinggi permukaan fluida yang paling banyak digunakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Metode ini masih tetap popular untuk fluida yang bersih, namun banyak proses yang
mengandung slurry yang cenderung mengakibatkan coat pada alat ukur jenis tersebut.
Sehingga diperlukan metode lain yang lebih dapat diterima.
Hampir semua jenis peralatan D/P dapat digunakan untuk mengukur level jika peralatan
tersebut tersedia dalam range yang diperlukan untul level yang dimaksud. Pada umumnya
range D/P untuk level adalah sekitar (10 ~ 150) inches H20.
2.4.1.4. Pengukuran Temperature
1. Thermocouple
Pada tahun 1821 ahli fisika Germany, Estonian Thomas Johann Seebeck menemukan
bahwa suatu konduktor apapun (misalnya metal) akan menghasilkan suatu tegangan (voltage)
ketika diberikan gradien thermal. Peristiwa ini dikenal sebagai efek Seebeck atau efek
termoelektrik. Thermocouple adalah suatu sensor temperatur termoelektris yang terdiri dari
dua

kawat

logam

yang

berlainan

(misalnya

chromel

dan

constantan)

dengan

penggabungannnya pada probe tip (measurement junction) dan reference junction


(temperature yang diketahui).
Perbedaan temperatur antara probe tip dan reference junction dideteksi dengan mengukur
perubahan tegangan voltage (electromotive force, EMF) pada reference junction. Pembacaan
15

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

absolute temperature kemudian bisa diperoleh dengan kombinasi informasi dari temperatur
acuan yang diketahui dengan perbedaan temperature antara probe tip dengan reference.

Gambar 13. Thermocouple


2.4.2. Transmitter
Secondary element ini berfungsi mengolah perubahan fisik yang dihasilkan oleh sensor
menjadi suatu penunjukkan (indicator) atau tenjadi suatu sinyal standar untuk ditransmisikan ke
Receiver (Indicator dan Recorder) maupun control element (Controller).
Signal Pneumatik 3-15 psi; 0,2-1,0 kg/cm2
Signal Elektrik 4-20 mA DC; 1-5 VDC
Secondary element secara umum disebut Transmitter, yaitu suatu alat yang mengubah
besaran fisik dari sensor menjadi signal standart untuk dikirim ke alat lainnya.
16

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

2.4.3. Control Element dan receiver


Control element atau sering disebut kontroler yaitu alat yang berfungsi melakukan
pengaturan dengan jalan membandingkan besaran proses terhadap nilai yang dikehendaki.
Apabila antara besaran proses dan set point terjadi ketidaksamaan maka kontroler akan
melakukan koreksi dengan jalan memerintahkan final control element untuk mengatur besaran
proses, sampai controler menyatakan set point.
Receiver adalah alat yang menerima signal standar dari transmitter untuk dipakai sebagai
alat ukur.
a. Indikator : menunjukan hasil pengukuran besaran proses dalam waktu tertentu.
b. Sistem alarm : memberikan peringatan (dalam bentuk suara atau cahaya lampu) apabila
suatu besaran proses menyimpang pada tahap yang membahayakan.
c. Sistem safeguard & shutdown : menghentikan suatu proses apabila proses tersebut sudah
tidak terkendali dan pada tahap yang membahayakan.
2.5 Final Control Element
Final Element (Control Valve) ini merupakan Alat terakhir dari suatu pengaturan yang
secara langsung mengontrol besaran proses agar berada pada nilai yang dikehendaki sesuai
dengan perintah dari controller. Final element dalam suatu pengaturan adalah control valve yang
berfungsi untuk mewujudkan sinyal keluaran controller menjadi suatu aksi yang dapat
mengembalikan kondisi proses ke harga yang dikehendaki. Aksi control valve ada tiga macam
yaitu:

Air to Open (ATO) : Failure Close (FC) Adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal
kendali sebanding dengan besarnya bukaan valve, dan berbanding terbalik dengan
tutupan valve. Sehingga saat udara tekan kecil, bukaan juga kecil, saat udara tekan besar,
bukaan juga besar. Ditandai dengan cat warna merah. Air to open valve sangat bergantung
kepada udara tekan yang diperoleh dari unit utilitas. Jika terjadi kegagalan dalam
memasok udara tekan dari unit utilitas maka fail close valve akan secara otomatis
menutup valve nya karena dianggap kondisi tersebut adalah yang paling aman. Aksi air
to open diperlihatkan pada Gambar 14.

17

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 14. Air to Open.

Air to Close (ATC): Failure Open (FO) adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal
kendali berbanding terbalik dengan besarnya bukaan valve, dan sebanding dengan
tutupan valve. Sehingga saat sinyal kecil bukaan besar, saat sinyal besar, bukaan justru
kecil. Ditandai dengan cat warna hijau. Air to close valve sangat bergantung kepada udara
tekan yang diperoleh dari unit utilitas. Jika terjadi kegagalan dalam memasok udara tekan
dari unit utilitas maka fail open valve akan secara otomatis membuka valve nya karena
dianggap kondisi tersebut adalah yang paling aman Aksi air to close diperlihatkan pada
Gambar 15.

Gambar 15. Air to Close.

(Mukhaitir, 2011)
Speed pump: Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian
masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi
mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga kinetis
(kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi
hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

Aksi-Aksi Pengendali (action of controllers)


18

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Aksi pengendali ada dua macam yaitu :


1) Reverse acting merupakan aksi controller apabila terjadi kenaikan CV, maka akan
menyebabkan penurunan MV atau sebaliknya.
2) Direct acting merupakan aksi controller apabila terjadi kenaikan CV, maka
menyebabkan kenaikan MV.
(BPST, 2007)

19

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1. Peserta
Peserta kerja praktek adalah mahasiswa Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Program S-1, sebagai
berikut:
1. Ahmad Zaki Hilmi

(121120032)

3.2. Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV
Cilacap. yang kami ajukan adalah bulan Maret-April 2016 dengan periode waktu yang
diperlukan untuk pelaksanaan kerja praktek ini adalah selama satu bulan.
3.3. Kegiatan Kerja Praktek
Rencana kegiatan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV
Cilacap. yang kami ajukan adalah sebagai berikut :
No

Kegiatan

No

Kegiatan

Hari ke
1

16

17

18

19

20

21

22

10

11

12

13

14

15

24

25

26

27

28

29

30

Hari ke
23

Keterangan :
A. Orientasi dan pengenalan lapangan secara umum
B. Pengambilan data PFD dan penjelasannya yang terdapat pada Menara Destilasi
20

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

C. Pengambilan data kondisi operasi Menara Destilasi pada arus input dan output
(Suhu, Tekanan, Flowrate, dsb)
D. Instrumentasi dan Pengendalian Proses pada Menara Destilasi
E. Pengerjaan laporan
Kegiatan diatas dapat berubah sesuai dengan waktu dan kepentingan PT PERTAMINA
(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Data Primer
Survei
Yaitu

menanyakan

secara

langsung

kepada

pembimbing

dari

PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. di lapangan pada saat


pelaksanaan kerja praktek.
Observasi
Yaitu pengamatan langsung mengenai obyek yang diperlukan seperti : laju alir
massa in dan out, kondisi operasi (P,T), konfigurasi kendali (sensor, controller,
valve)
2. Data Sekunder
Dengan metode pustaka yaitu melalui literatur-literatur dan data-data atau
informasi yang dibuat serta hanya tercatat dan terdapat di perpustakaan PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. maupun literatur dari
perpustakaan lain yang relevan.
3.4 Laporan Kerja Praktek
Hasil kerja praktek diwujudkan dalam bentuk laporan kerja praktek oleh masing-masing
mahasiswa yang melakukan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV
Cilacap. Laporan kerja praktek akan disahkan oleh Dosen Pembimbing Kerja Praktek dan
diketahui oleh Pembimbing Kerja Praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV
Cilacap. Selanjutnya laporan resmi kerja praktek ini tidak untuk dipublikasikan, hanya
diperuntukkan Jurusan Teknik Kimia namun pihak PT PERTAMINA (PERSERO) Unit
21

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Pengolahan IV Cilacap. tetap berhak menerima laporan resmi dari mahasiswa peserta kerja
praktek.

BAB IV
PENUTUP
22

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Demikianlah proposal kegiatan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit


Pengolahan IV Cilacap. ini kami susun untuk memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan. Semoga proposal kegiatan kerja praktek ini dapat
menjadi salah satu pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan segenap karyawan PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. dalam menerima kami selaku
mahasiswa sarjana Strata-1 (S-1) Prodi Teknik kimia yang akan melaksanakan kerja
praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.
Atas perhatian dan kesediaan pimpinan perusahaan dan segenap karyawan PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk melaksanakan kerja praktek, maka kami mengucapkan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
23

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Stephanopoulos, G., 1984, Chemical Process Controll: An Introduction to Theory and Practice,
PTR. Prentice-Hall, Inc., A Simon and Shuster Company, New Jersey.
Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST)., 2007, Dasar Instrumentasi dan Proses Kontrol, edisi
1, Direktorat Pengolahan Angkatan XVIII, Balongan.
Mukhaitir, Ahmad Shafi, Analisa Sistem Kontrol Pada Vessel 11V2 di FOC I PT PERTAMINA
(PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP, Diponegoro, 2011.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penukar_panas (Diakses tanggal 27 Juni 2015)
https://en.wikipedia.org/wiki/Shell_and_tube_heat_exchanger (Diakses tanggal 27 Juni 2015)
https://en.wikipedia.org/wiki/Plate_heat_exchanger (Diakses tanggal 27 Juni 2015)
http://www.academia.edu/5649186/Makalah-destilasi (Diakses tanggal 27 Juni 2015)
http://mechanic-mechanicalengineering.blogspot.com/2011/03/pompa-pump.html (Diakses
tanggal 27 Juni 2015)

24

Anda mungkin juga menyukai