Makalah k3
Makalah k3
Kebisingan merupakan "suara yang tak dikehendaki yang dapat mengganggu tidur
serta aktivitas lain, dapat mengakibatkan efek pada Kesehatan terutama pada
pendengaran bahkan bisa mengakibatkan kehilangan pendengaran.
Selain definisi tersebut, terdapat beberapa pengertian kebisingan, antara lain:
1. Menurut
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
No.KEP-51/MEN/1999
ini
adalah
tingkat
Sumber Bising
1. Rumah tenang pada umumnya
bising
rata-rata
yang
biasa:
48
70
76
90
Jenis-Jenis Kebisingan
Kebisingan menurut Sumamur (1995) dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (Steady state,
wide band noise), misaknya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lainlain.
2. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow
band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal
terbang di lapangan udara.
impulsive
berulang,
misalnya
mesin
tempa
di
perusahaan.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara industri.
9. Puretone
Puretone adalah gelombang suara yang terdiri hanya dari satu jenis amplitudo dan
satu jenis frekuensi
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu.
Satuannya adalah phon, 1phon setara dengan 4 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan
waktu.
12. Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekan suara per satuan luas.
Tingkat Kebisingan
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2
Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Tingkat kebisingan adalah
ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat Db.
Menurut Keputusan Menteri negara lingkungan hidup Nomor : KEP48/MENLH/11/1996 Tentang Baku tingkat kebisingan, Tingkat kebisingan adalah
ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB;
pada frekuansi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas
rendah (35-135 dB)
2.
Skala pengukuran C yaitu untuk mengukur bunyi dengan intensitas tinggi (45-
135 dB)
Tiga metode pengukuran kebisingan :
1.
Pengukuran dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu
atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga digunakan untuk mengevaluasi
kebisingan yang disebabkan oleh peralatan sederhana, misal kompresor dan
generator.
2.
Teknik pengukuran dengan grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada
lokasi yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang
sama diseluruh lokasi. Setelah titik sampling diplot dalam peta, maka isobel
kebisingan dapat digambarkan dengan menghubungkan titik yang mempunyai tingkat
kebisingan yang sama.
Gangguan Pendengaran
Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang berhubungan dengan
akan melewati suatu batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan
hilangnya pendengaran seseorang (tuli).
Untuk beberapa kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap kesehatan
lebih banyak bersifat individual dan tidak bisa dipukul rata untuk sekelompok
populasi manusia sehingga dalam hal ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang
dipilih untuk menentukan risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi
manusia. Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko dampak
kebisingan terhadap ketulian populasi. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran,
dan usia anggota berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental,
emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional
berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, an menjadi lebih peka atau
mudah tersinggung, melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon
adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.
Pengendalian
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1.
Hal terakhir ini sangat tergantung pada permintaan para usahawan sebagai pembeli
mesin-mesin kepada pabrik pembuatannya dengan menunjukan persyratan kebisingan
dari mesin sebelumnya. Bukan saja tingkat bahaya yang diperhatikan, tetapi juga
intensitas yang dapat diterima sebagai tidak menganggu daya kerja.
Hal ini sangat mahal dan kurang efektif, maka dari itu perencanaan sejak semula
adalah paling utama.
2.
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi
kebisingan. Untuk ini perencanaan harus sempurna dan baha bahan yang dipakai
harus mampu menyerap suara. Bahan bahan penutup harus dibuat cukup berat dan
lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang
lebih hebat.
9
3.
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat demikian harus
diseleksi, sehingga dipilih yang tepat. Alat alat ini mengurangi intensitas kebisingan
sekitar 20 25 dB. Harus diusahakan perbaikan komunikasi, sebagai akibat
pemakaian alat alat ini. Problematik utama pemakaian alat proteksi pendengaran
adalah mendidik tenaga kerja agar kontinue mengunakannya.
Setiap sumbat telinga selalu menyebabkan pemakainya merasa adanya suatu benda
asing dalam telinganya. Perasaan demikian akan tetap ada, walaupun sekarang dapat
diusahakan sumbat telinga yang halus dan tidak begitu terasa. Maka dari itu sumbat
telinga baru dipakai, apabila hal itu benar-benar diperlukan, yaitu adanya kebisingan
lebih dari 100 dB (A)
Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup
lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak
berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain
merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan
dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi
alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat
bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya
10
11
seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan
perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan.
Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis
sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil
Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman
juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila di
dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran
DDT.
2. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh
air yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya
kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga
(domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat
dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal
dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun
sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan
kaleng.
Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh
mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur
sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
12
3. Pencemaran Udara
Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur yang
mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas
dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
Pencemar Udara Berbentuk Gas
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan, dan masuk
ke lingkungan udara, dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Pencemar udara
yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang (SO2 dan H2S),
seyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC).
Kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu udara di
permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem pernapasan. Kadar gas CO
lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat
menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan
menyebabkan hujan asam. Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan
rusaknya lapian ozon di atmosfer.
Pencemar Udara Berbentuk Partikel Cair atau Padat
Partikel yang mencemari udara terdapat dalam bentuk cair atau padat. Partikel
dalam bentuk cair berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak
napas jika terhiap ke dalam paru-paru.
Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik. Selain itu,
dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, serbuk sari,
atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel-partikel tersebut merupakan sumber
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Partikel yangmencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin
yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa
timbal agar pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan
bereaki dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr. Partikel tersebut akan
13
tanah
menurun.
Penggunaan
pupuk
yang
terus-menerus
dapat
mengakibatkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah.
14
Permasalahan global lainnya ialah efek rumah kaca. Gas CO2 yang dihasilkan
dari proses pembakaran meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Akibatnya, bumi
diselimuti gas dan debu-debu pencemar. Kandungan gas CO2 semakin tinggi karena
banyak hutan ditebang, sehingga tidak dapat menyerap CO2.
Upaya-upaya Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat
untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan
penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada
dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
16
17
melebihi
dosis
yang
ditetapkan
akan
menimbulkan
18