Analisis Film Kim Gi Duk
Analisis Film Kim Gi Duk
Analisis Film
Judul: Spring, Summer, Fall, Winter and Spring
Sutradara: Kim Ki-Duk ()
Durasi: 105 menit
Film ini mengisahkan tentang kehidupan seorang biksu dan muridnya yang hidup di sebuah kuil
yang mengapung di tengah-tengah danau yang dikelilingi oleh pegunungan di sekitarnya. Penghubung kuil
itu dengan daratan hanyalah sebuah perahu kayu. Dan di daratan itu terdapat sebuah pintu sebagai
penghubung kuil itu dengan dunia luar. Gerbang itu berdiri sendiri tanpa dinding atau pembatas di
sekitarnya. Perjalanan hidup biksu dan muridnya ini dilambangkan dengan pergantian musim. Setiap musim
melambangkan satu tahapan kehidupan mereka. Setiap pergantian musim ini juga ditandakan dengan
gerbang yang terbuka, menandakan tahapan baru telah dimulai.
A. Spring
Musim semi diawali dengan gerbang yang terbuka. Terlihat kuil yang mengapung di tengah danau.
Di dalam kuil itu terdapat seorang biksu tua yang sedang berdoa dan muridnya yang sedang tertidur di
sebuah kamar yang hanya dibatasi oleh sebuah pintu tanpa dinding. Biksu tua itu selesai berdoa dan
membangunkan muridnya. Muridnya pun bangun dan keluar dari kamar tersebut dengan membuka
pintu itu dan menutupnya kembali. Ini melambangkan sebuah ketaatan pada sebuah aturan. Setelah itu
murid itu berdoa di depan patung Buddha. Sementara itu, biksu tua mematikan lilin yang terletak di
luar. Setelah itu terlihat bahwa kuil itu sangatlah kecil, mengapung di tengah-tengah pegunungan, tanpa
apa-apa. Kondisi ini melambangkan sebuah kesederhanaan seperti yang ada pada 7 ciri zen buddhisme.
Pakaian yang dikenakan oleh biksu dan muridnya pun sangatlah sederhana. Setelah itu biksu tua itu
menaiki perahu kayu kecil mereka, murid itu mengikutinya. Biksu itu pun mendayung perahu itu hingga
ke daratan, membuka gerbang dan membiarkan anak kecil itu untuk memetik tumbuhan. Ketika
memetic tumbuhan, murid itu melihat ada ular yang mendekatinya, ia mengambil ular itu dan
membuangnya jauh. Setelah itu, murid itu memanjat ke puncak sebuah patung Buddha dan melihat
sekelilingnya. Setelah beberapa lama, biksu dan murid itu pun kembali ke gerbang itu untuk pulang.
Biksu itu menutup gerbang, menaiki perahu dan mendayungnya pulang. Mereka disambut oleh anjing
kecil yang ada di kuil itu. Sesampainya di kuil kecil itu, mereka berdua memilah tumbuhan yang telah
dikumpulkan. Biksu itu mengajarkan bahwa ada tumbuhan yang dipetik muridnya yang beracun, tapi
tumbuhan itu terlihat sama dengan yang lainnya. Di sini biksu itu mengajarkan bahwa perbedaan
terletak pada detil kecil yang memerlukan persepsi, pengenalan, dan pengetahuan. Setelah itu, anak kecil
itu terlihat bermain bersama anjing kecil yang ada di kuil itu. Anjing itu melambangkan kesetiaan.
Kesetiaan sang anak murid terhadap biksu dan ajarannya. Setelah itu film menggambarkan adegan
dimana anak itu belajar mendayung perahu, bermain ketapel di atas pohon, dan aktivitas lainnya sampai
malam hari.