Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dikatakan bahwa salah satu tujuan dari
pembangunan jangka panjang bidang kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera
termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pembanguanan keluarga
sejahtra diarhkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna menigkatkan
kesejahteraan keluarga dan membina ketabahan keluarga agar mapu mnedukung kegiatan
pembangunan.
Program keluarga berencana merupakan bagian program pembagunan nasional di Indonesia
yang sudah dimulai sejak awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujauan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluraga bahaia dan sejahtera dengan taraf
pengaturan kelahiran dan juga pengendalian laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak
melampaui kemampuan produksi hasil pembangunan.
Penduduk Indonesia pada tahun 1993 berjumlah 1.891 juta orang dan pada tahun 1998
diperkirakan sebanyak 204, 4 juta orang. Laju pertumbuhan penduduk tahun 1993 adalah 1,66%
dan diperkirakan pada tahun 1998 menurun menjadi 1,51% (BKKBN 1993) .Jumlah penduduk
yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan tantangan yang berat bagi
keberhasilan pembangunan kesehtan. Untuk itu perlu ditumbuhkembangkan ksedaran
masyarakat akan pentingnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yang dilandasi oleh rasa
tanggung jawab, kesukarnelaan, nilai-nilai agama dan nila-nilai luhur budaya, bangsa.
Anak merupakan gerenari penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan cita-cita
pendahuluannya untuk itu lah anak harus mendapatkan perawatan yang baik hingga nantinya ia
dapat tumbuh berkembang dengan optimal sehingga bias berguna bagi bangsa dan Negara.
Namun kenyataan yang ada seringkali tidak seperti yang diharapkan banyak sekali balita
terlantar yang dikarenakan oleh berbagai factor seperti dibuang oleh orang tuannya, merupakan
anak yang lahir dari pasangan yang belum menikah, tidak terawatt karena terdapat beberapa
kendala dll. Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka masalah ini dapat mengancam masa depan
bangsa ini. Anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan perawatan sebagai mana seharusnya
1
tersebut akan rentang menjadi anak-anak yang memiliki disfungsi sosial atau bahkan tidak
memiliki masa depanjika tidak segera ditangani dengan baik. Anak- anak tersebut harus harus
mendapatkan penanganan sehingga dapat tumbuh berkembang seperti layaknya anak normal
yang diasu oleh orang tua mereka sendiri.
Umumnya insan manusia merindukan umur panjang,sekalipun ada beberapa orang yang
putus asa lalu menghabisis nyawanya sendiri dengan bunuh diri. Dinegara kita ada satu lagu
yang biasanya dinyayinkan pada saat merayakan ulang tahun seseorang. Lagu itu berjudul
”Panjang Umurnya”. Seorang yang memberi ucapan selamat kepada orang yang berulang tahun
selslu diikuti oleh kalimat : ”SEMOGA PANJANG UMUR”.
Panjang umur yang dicapai manusia berbeda – beda dari satu individu keinduvidu lain, dari
satu ras keras lain, dan dari satu era keera lain berikutnya. Peningkatan teknologi pangan,
penemuaan obat-obatan dan pelayanan kesehatan serta perogram danitasi lingkungan yang
semakin baik saat ini telah mampu meningkatkan masa hidup manusia dibebebrapa negara maju
hingga mencapai 80 tahun.
Catatan sejarah memberitahukan pada kita bahwa panjang usia rata-rata manusia naik turuun
selama peradaban manusia di bumi. Kerangka yang digali dari kuburan-kuburan yunani dan
romawi menunjukkan bahwa seorang bayi lahir mempunyai usia harapan rata-rata 18 tahun.
Berarti dalam masa pemerintahan caesar,jarang sekali orang hidup mencapai usia dewasa. Pada
zaman pertengahan terus ke awal abad 19, umur manusia berlipat ganda manusia mencapai 35
tahun. Dalam setiap dekade abad ini usia rata-rata setiap manusia menunjukan angka yang
semakin menanjak. Misalnya pada 1910 tercatat 47 tahun sebagai usia rata – rata. 40 tahun
kemudian atau pada 1950 melonjak menjadi 65 tahun. Pada 1971 di catat lebih tinggi lagi yakni
71 tahun. Para sarjana meramalkan pada tahun 2000 usia manusia akan mencapai rata – rata 85
tahun.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Kesehjateraan ibu?
b. Bagaimana Kesehjateraan Anak?
c. Bagaimana Kesehjateraan Pada Mnula?

2
1.3 Tujuan Penulisan
a. Unutk mengetahui Kesehjateraan ibu.
b. Untuk mengetahui Kesehjateraan anak.
c. Untuk mengetahui kesehjateraan manula.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesejahteraan Ibu


Perjuangan Kartini dalam mendorong kemajuan perempuan sungguh luar biasa sekaligus
memberi hikmah ketika beliau meninggal pasca melahirkan. Di Indonesia AKI (angka Kematian
Ibu) masih tinggi.
2.1.1 Pengertian Ibu
Kesejahteraan setiap ahli keluarga adalah cermin kepada kesejahteraan Ibu. Para
Ibu adalah nukleus yang berperanan sebagai penjamin kesejahteraan keluarga, masyarakat
dan negara. Ibu adalah tunggak kesejahteraan hakiki dalam sesebuah negara. Bahkan Ibu
adalah penyelamat umat manusia.

Oleh kerana itu, Ibu sebagai contoh tauladan (role model) kepada anak-anak, pewaris masa
depan negara, adalah pendahuluan kepada pembinaan keluarga, masyarakat dan negara
yang sejahtera.

Kesejahteraan hakiki meliputi aspek-aspek, bukan saja dari sudut fizikal dan
biologi, tetapi amat penting juga aspek spiritual, emosional, intellektual, ekonomi, mental,
astetik, dan memiliki keupayaan yang perlu seperti kemahiran interpersonal, pengurusan
rumahtangga dan aspek-aspek pembangunan insan yang lain serta pengetahuan mengenai
hak asasi dan isu semasa.

Status dan keupayaan Ibu sebagai pendidik, fasilitator, dan ahli psikologi keluarga
akan menentukan tahap kesejahteraan yang boleh dicapai oleh mana-mana negara dalam
menjamin kesejahteraan dan masa depan negara. Kajian telah menunjukkan bahawa
umumnya, Ibu lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak dan bapa mereka.

4
2.1.2 AKI (Angka Kematian Ibu)
Tingginya AKI menunjukkan rendahnya perhatian dan pemahaman mengenai status
sosial perempuan di Indonesia. Penyebab tingginya AKI di Indonesia bukan semata-mata kerena
kemiskinan, tetapi juga karena posisi sosial perempuan yang masih mengalami subordinasi di
masyarakat. Yayasan Kesehatan Perempuan mencatat faktor lain yang ikut menyumbang
terhadap tingginya AKI adalah karena beratnya beban kerja domestik selain karena upaya
penghentian kehamilan oleh ibu hamil itu sendiri atau oleh pihak lain yang tidak memiliki
kompetensi. Beratnya beban kerja perempuan, menurut catatan Yayasan Kesehatan Perempuan,
ikut menyumbang pada tingginya angka AKI. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII juga mencatat
turunnya angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi 307
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, seperti ditunjukkan oleh Survei Demografi dan
Kependudukan (2002-2003), tetapi angka tersebut tetaplah jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan negara tetangga di ASEAN

2.1.3 Ketimpangan Relasi Gender

Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa ketidaksetaraan jender berakibat pada


kehidupan manusia dan kualitas kehidupan tersebut. Bukti dari negara-negara di berbagai
belahan dunia menunjukkan bahwa masyarakat dengan ketimpangan jender yang besar serta
menetap harus membayar situasi ketidaksetaraan itu dengan meluasnya kemiskinan, lebih
banyak keadaan gizi kurang, lebih banyak orang menderita kesakitan, dan berbagai macam
keadaan kurang lainnya. Ketidaksetaraan relasi jender tersebut akan mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia dan pembangunan karena besarnya peran ibu dalam melahirkan kehidupan
dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh ibu terhadap kehidupan seorang anak
telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki
usia sekolah. Ibu yang memiliki cukup pengetahuan mengenai gizi dan memiliki cukup posisi
tawar di dalam rumah tangganya akan mampu menentukan alokasi penggunaan pendapatan
rumah tangga.

Salah satu faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan Ibu adalah pendidikan
seorang ibu. Meskipun hampir semua orangtua menginginkan anak-anaknya tumbuh sehat, tetapi

5
mereka sering tidak menyadari akibat dari apa yang mereka lakukan terhadap kesejahteraan
anak-anaknya. Salah satu contoh sederhana adalah perilaku memberi bayi minum susu formula,
sementara ibu tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai manfaat ASI dan higiene akan
menyebabkan bayi menderita diare akibat botol susu yang tidak bersih.

Survei Demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank Dunia, 2001)


memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi.
Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka
kematian bayi secara signifikan dibandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar.
Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan
menengah tingkat pertama.

Perbedaan paling nyata adalah bahwa bila perempuan memiliki kontrol relatif lebih besar
terhadap sumber daya keluarga, maka umumnya sumber daya itu akan lebih banyak dialokasikan
untuk kesejahteraan rumah tangga, terutama untuk kesejahteraan anak-anaknya. Kontrol yang
lebih besar terhadap sumber daya keluarga menurut kajian di atas juga menunjukkan pada pola
pembelanjaan dan hasil dari pembelanjaan itu yang memperkuat kesejahteraan dan status sosial
perempuan di dalam rumah tangga

2.2 Kesehjateraan Anak


2.2.1 Pengertian Anak
Pengertian anak mengacu
pada Pasal 1 UU No.3 Tahun
1997 tentang pengadilan anak
yang meneyebutkan bahwa anak
adalah orang yang anak telah
mnencapai umur 8 tahun tetapi
belum mencapai umur 18 tahun
dan belum pernah kawin. Dalam
pembukaan UUD 1945 dijelaskan
bahwa salah satu tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan bangsa,

6
agar dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, bertabggung jwab, maju dan
mandiri sesusai dengan tatanan kehidupan masyarakat yang berdasarkan pancasila dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut, diperlukan suatu p[enyelenggaraan
pendidikan yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Anak
merupakan dambaan bagi setiap orang tua dan anak adalah bagian dari generasi sebagai
salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa.

Hanya membatasi masalah pengertian anak dengan mengacu pasal satu UU no. 3
Tahun 1997 tentang pengadilan anak yang menyebutkan bahwa anak adalah orang yang
telah mencapai umur 8 tahun tetatpi beluim mencapai umur 18 tahun dan belum pernah
kawin. Dengan adanya perkembangan dunia ke arah moderenisasi dan dengan adanya
tuntutan keadaan ekonomi maka tidak menyebabkan sedikitnya orang tua turut dalam
semua gerak kemajuan masyarakat dan mencari hingga kerap kali meningglakan rumah
tangga dengan sesringnya meningglakan rumah tangga akibanya anak-anak kurang
mendapatkan asuhan, bimbingan, pangawasan dan juga kasih saying yang justru mereka
masih butuhkan. Anak yang kurang mendapatkan perhatian kasih sayang dan orang tuanya
akan merasa tidak aman, tidak bahagia dan banyak dipenuhi konflik batin serta mengalami
kekecewaan yang terus-menerus sehingga menjadi agersif. Kemarahan, kekcewaan, serat
dendam akan dilampiaskannya ke dalam bentuk perbuatan fisik, seperti lari dari rumah,
membolos, membuat keributan bahkan melakukan tindakan yang dapat diklasifikasikan
sebagai tindak pidanan yang tercantum dal buku II KUHP yang akhirnya dapat memaksa
anank-anank itu untuk berhadapan dengan para penegak hokum. Anak yang telah
melakukan tindak pidana berdasrkan putusan dari pengadilan untuk dapat dididk dan di
tempatkan di lembaga pemasyarakatan anak, atau atas permintaan dari orang tuanya atau
walinya yaang telah memperoleh penetapan dari pengadilan unutk dapat dididik di
lembaga pemasyarakatan anak agar mendapatkan pembinaan dna bimbingan, pendidikan
serta keterampilan. Agar nantinya dapat diharapkan anak itu dapat menjadi manusia yang
seutunhya, menyadari kesalahannya dan tidak akan mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat. UU No. 12 Tahun 1995 tentang
pemasyrakatan dan UU No.3 Tahun 1997 tentyang pengadilan anak.
7
2.2.2 Nilai Anak dalam Keluarga
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai bahwa niali tertentu bagi orang tua. Anak
yang diibaratkan sebagai titipan tuhan bagi orang tua memiliki nilai tertntu serta menurut
dipenuhinya melihat beberapan konsekuensi ats kehadirannya. Latar belakng sosial,
kesehatan, adat intiadat atau kebudayaamn suatu kelompok sosial serta pengahsilan atau mata
pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak. Anak
memiliki niali universal namun nilai anak tersebut sangat dipegaruhu oleh faktor sosial
kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah
merupakan tanggapan dalam memaha,i adanay anak, yang berwujud suatu pendapat untuk
memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya
terbuka dalam sitiuasi yang datanagnya dari luar. Pandangan orang tua mengenai anak dan
jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan bagi keberhasilan program KB.
Dari tahap pertama proyek VOC adalah memperkembangkan sistem HOFF MAN dan
HOFF MAN dalam suatu kerangka kera yang lebih luas yang memasukan dimensi nitro
anak, termasuk manfaat dan beban ekonomi, biaya alternatif, dan manfaat baban psikologi
atau emosional dan beban sosial. Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban
ekonomi bisanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak
mulai dapaty menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak
dan mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua anak-anak dapat
memberikan bantuan ekonomi, mungkin bekerja di sawah milik orang tua. Cadwell (1979)
mengatakan hal ini dengan cara lain yaitu di negara maju, kekayaan mengalir dari orang tua
sedangkan di negara berkembang sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika
anak merupakan sumber utama Jaminana ekonomi maka masyarakat tersebut akan
mengalami fertilitas yang tinggi. Masri Sing Mimbun (1974) melakukan penelitian pada
penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukan pada anak yang dianggap ideal empat dan lima
orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak
merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar
daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik. Sementara itu Arnold dan Vaucett
(1975) sebagaimana dikutip oleh Jamaluddin Ancok (1985) konsep anak memiliki dimensi :

8
a. Manfaat Positif Umum (manfaat)
1. Manfaat emosionalAnak membawa kegembiraan dan kebahagian kedalam hidup
orang tuanya. Anak adalah sasran cinta kasih, dan sahabat orang tuanya.
2. Manfaat Ekonomi dan Ketenagaan
Anak dapat mebantu ekonomi orang tuanya denga bekerja di sawah atau di
perusahan lain keluarga lainnya. Atau dengan menyumbangkan upah yang mereka
dapat di tempat lain. Mereka dapat mengerjakan banyak tugas di rumah (sehingga
ibu mereka dapat melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang.
3. Memperkaya dan mengembangkan diri sendiri.
Memprkaya memelihara anak adalah suatu pengalaman belajar bagi orang tua.
Anak membuat orang tua lebih matang, lebih bertanggung jawab. Tanpa anak,
Orang yang telah menikah tidak selalu dap tditerima sebagai orang dewasa dan
anggota masyarakat sepenuhnya.
4. Mengenali anak.
Orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan dari mengawasi anak-anak
mereka tumbuh dan mengajari mereka hal-hal baru, mereka bangga kalau bisa
memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
5. Kerukunan dan kelanjutan keluarga.
Anak bisa membantu memeprkuat ikatan perkawinan antara suami istri dan
mengisi kebutuhan suatu perkawinan. Mereka meneruskan garis keluarga, nama
keluarga, dan tardisi keluarga.

b. Nilai Negatif Umum (biaya)


1. Biaya emosional.
Orang trua sangat menghawatirkan anak-anaknya terutama tentang perilaku anak-
anaknya, keamanan dan kesehatan mereka. Dengan adanya anak-anak, rumah
akan ramai dan kurang rapih. Kadang-kadang anak-anak itu menjengkelkan.
2. Biaya ekonomi .
Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak-anak
cukup besar .
9
3. Keterbatasan dan biaya alternatif.
Setelah mempunyai anak kebebasan orang tua berkurang.
4. Kebutuhan fisik.
Begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak.
Orang tua mungkin lebih lelah
5. Pengorbanan kehidupan pribadi suami istri.
6. Waktu ubtuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua
berdebat tentang pengasuhan anak.

c. Nilai keluarga besar


1. Hubungan sanak saudara.
Anak membutuhklan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dalam
kesepian).
2. Pilihan jenis kelamin
Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seoran anak laki-laki atau
anak perempuan, atau kombinasi tertentu.
3. Kelangsungan hidup anak
Orang tua mebutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberpa anak aakan
hidup terus sampai dewasa dan membntu mereka pada masa tua.

2.2.3 Teori Kesehjateraan anak


Dalam membahas usaha kesejahteraan anak, terdapat beberapa teori yang dapat
digunakan unutk membahas yang meliputi :
a. PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial)
Merupakan bahsan utama dalam kerangka teri kali ini. Anak jalanan, anak terlantar, dan
semua anak yang terdapat dalam panti asuhan anak tersebut merupakan mereka yang
mendirita PMKS Atau penyandang masalah kesehjateraan sosial. PMKS ini juga di atur
dalam poin Of Defarture dan juga kebijakan PMKS di DKI jakarta.
b. Center Based

10
Merupakan suatu model penaggulangan yang terdapat dalam teori kesehjateraan sosial.
Dalam Center Based, panti asuhan adalah proyeksi utama dalam menangani masalah
anak yang menjadi PMKS seperti halnya anak jalanan, dan lainnya.
c. Child Oriented
Merupakan pelayanan yang berdasasrkaan pada kebutuhan dari anak. Pelayanan yang
diberiakan harus sesuai dengan apa yang diberikan oleh anak sehingga pelayanan yang
diberikan menjadi optimal.
d. Subtitute, Development, dan Support Tipe
Usaha kesehjateraan anak yang ada harus memiliki tiga fungsi utama yaitu ; Subtitute,
yaitu sebagai subtitusi atau pengganti peran orang tua, dapat mengembangkan
kemampuan serta potensi yang ada dalam diri anak, dan juga memiliki fungsi sebagai
pendukung.
e. Undang – undang tentang kesehjateraan anak
1. Konversi internasional 20 november 1989 tentang hak-hak atas anak diratifiksikan
dengan keputusan R.I No. 36 Thn. 1990
2. UU No.4 Thn. 1979 tentang kesehjateraan anak.
3. Peraturan pemerintah No. 2 Thn. 1988 tentang usah kesehjateraan sosial bagi anak
yang mengalami masalah.
4. Pemutusan mentri sosial R.I No. 16/ HUK/ 1997, tentang pembinaan kesehjateraan
sosial bagi anak yang mengalami masalah.
5. Keputusan mentri sosial R.I No. 44/ HUK/1197, tentang pembinanaan sosial bagi
anak melalui poengangkatan anak
6. Peraturan mentri sosial R.I No. 13 Thn. 1981 tentang organisasi yang
menyelenggarakan usah penyantunan anak terlantar.
7. Deklarasi indonesia di PBB, tentang kelngsungan hidup, Perlindungan dan
pengembangan anak 30 september 1980.

2.3 Kesejahteraan Manula


2.3.1 Pengertian Manula/ Lanjut usia
Merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut
11
badan koordinasi kelurga berencana nasinal ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu ;
Aspek bilogi, Aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis pendududk
lanjut usia adalah penduduk yang menglami proses penuaan secara terus menrus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangah penyakit yang
dapat menyebabkan kematioan hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan
fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lnjut usia lebih dipandang
sebagai beban daripada sebagi sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa
tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipresepsikan secara negatif sebagai beban kelurga dan
masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara barat, penduduk lanjut usia menduduki serata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat
dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, deng terhadap pengaruh pengambilan
keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di indonesia
penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang hjarus dihormati oleh warga
muda. Menurut Bernice Neugarten (1968), Jame C. Calhou (1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini
adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan
manisiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Disamping itu unutk mendefinisikan lanjut usi dapat ditinjau dari pendekatan kronologis.
Menurut Suparjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur
dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling muda digunakan
adalah usia kronologis, Karena batasan usia ini muda untuk diimplementasikan, karena informasi
tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu : Usia pertengahan
(midle age) 45-59 tahun, lanjut usia (el derly) 60-74 tahun, Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan
usia sangat tua (pery old) di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dlam Aryo (2002)
mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah seorang yang
berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah unutk
keperluan pokok bagi kehidupannya sehari –hari. Saparina (1983) berpendapat bahwa pada usia
55-65 tahun merupakakn kelompok umur yang mencapai tahap prayenisium pada tahap ini akan
12
mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh / kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan
lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 4 Thn. 1965 serta pemberian bantuan
penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang
berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undag-undang tersebut menyatakan bahwa
lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas namun demikian masih terdapat perbedaan
dalam menetapkan berdasarkan usia seseorang untuk dikelompokkan kedalam penduduk lanjut
usia.

2.3.2 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan
akan makanan bergizi seimbang, menurut pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang
sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebuthan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga merak mempunyai banyak teman
yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memeberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat memilih.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam kosusara (1991) yang menyatakan
bahwa kebutuhan manusia meliputi ; (1).kebutuhan fisik (fisiologikal needs) adal hkebutuhan
fisik atau biologis seperti pangan sandang, papan, sex, dsb, (2). Kebutuhan ketentraman (Safety
Needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan, baik ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah
seperti kebutuhan jaminan akan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya. (3). Kebutuhan
sosial (Social needs) adalah kebutuhan unutk bermasyarkat dan berkomunikasi dengan manusia
lain melalui pangyuban, organisasi profesi, kesenian, olahraga, kesamaan hobi, dsb. (4).
Kebutuhan harga diri (Estemm needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan
keberadaannya dan (5). Kebutuhan aktualisasi diri (Shell actialization needs) adalah kebutuhan
unutk mengungkapakan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasra pengalamnannya
masing-masing, bersemangat unutk hidup, dan berperan di dalamnya.

13
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kesehjateraan Manula
a. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Faktor
kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan
penyakit. Faktor kesehatan psikis memiliki; (1). Kesehatan fisik, (2). Kesehatan Psikis

b. Faktor Ekonomi
Pada
umumnya pada lanjut usia
adalah pensiunan atau
mereka yang kurang
produktif lagi. Secara
umum keadan lanjut usia
dapt digolongkan menjadi
tiga yaitu (1).Golongan
mantap, (2).Kurang mantap
dan, (3).Rawan,
(Trimarjono, 1997).
Golongan mantap adalah
para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan akan jabatan
baik. Tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang
berhasil mencapai kedudukan yang tinggi tetapi sempat mengadakan investasi pada anak-
anaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak
akakn dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak
mampu memebri bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purnatugas datang
akan mendatangakan kecemasan karena terancam kesehjateraan pemenuhan ekonomi
dapat ditinjau dari pendapatan lanjut usia dan kesempatan kerja.

c. Faktor Hubungan Sosial

14
Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara lanjut usia dengan
keluarga, teman sebaya atau usia lebih muda, dan masyarakat. Dalam hubungan ini di
kaji berbagai bentuk kegiatan yang didikuti lanjut usia dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibu adalah nukleus yang berperanan sebagai penjamin kesejahteraan keluarga,
masyarakat dan negara. Ibu sebagai contoh tauladan (role model) kepada anak-anak, pewaris
masa depan negara, adalah pendahuluan kepada pembinaan keluarga, masyarakat dan negara
yang sejahtera. Tingginya AKI adalah karena beratnya beban kerja domestik selain karena upaya
penghentian kehamilan oleh ibu hamil itu sendiri atau oleh pihak lain yang tidak memiliki
kompetensi. Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa ketidaksetaraan jender berakibat pada
kehidupan manusia dan kualitas kehidupan tersebut. Bukti dari negara-negara di berbagai
belahan dunia menunjukkan bahwa masyarakat dengan ketimpangan jender yang besar serta
menetap harus membayar situasi ketidaksetaraan itu dengan meluasnya kemiskinan, lebih
banyak keadaan gizi kurang, lebih banyak orang menderita kesakitan, dan berbagai macam
keadaan kurang lainnya.
Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mnencapai umur 8 tahun tetapi
belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.
Lanjut usia (manula) adalah penduduk yang menglami proses penuaan secara terus
menrus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangah penyakit yang dapat menyebabkan kematioan hal ini disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

15

Anda mungkin juga menyukai