Anda di halaman 1dari 7

4 Syarat Disebut Ikhlas dalam Belajar

Apa saja syarat disebut ikhlas dalam


belajar? Karena banyak yang belajar
namun jarang memperoleh hasil? Banyak
yang duduk di majelis namun tidak
membuahkan ilmu yang bermanfaat pada
dirinya, akhlaknya masih buruk, juga
interaksi dengan sesamanya jelek.
Apa saja syarat disebut ikhlas dalam
belajar? Karena banyak yang belajar
namun jarang memperoleh hasil? Banyak
yang duduk di majelis namun tidak
membuahkan ilmu yang bermanfaat pada
dirinya, akhlaknya masih buruk, juga
interaksi dengan sesamanya jelek.
Para ulama selalu mewanti-wanti agar
kita selalu ikhlas dalam beramal termasuk
dalam belajar. Ilmu semakin mudah diraih
jika disertai dengan ikhlas. Ilmu semakin
jauh dari kita jika yang diharapkan adalah
pujian manusia dan ridho selain Allah.

Sesungguhnya ikhlas dalam beramal


adalah syarat diterimanya amal dan cara
mudah mencapai tujuan.
Allah Taala berfirman,




Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS. Al
Bayyinah: 5).
Dari Umar bin Al Khottob,
Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,


Setiap amalan tergantung pada niatnya
dan setiap orang akan mendapatkan

yang ia niatkan. (HR. Bukhari no. 54 dan


Muslim no. 1907).
Abu Bakr Al Marudzi berkata, Aku
pernah mendengar seseorang bertanya
pada Abu Abdillah -yaitu Imam Ahmad
bin Hambal- mengenai jujur dan ikhlas.
Beliau pun menjawab,

Dengan ikhlas semakin mulia (tinggi)
suatu kaum).
Guru kami, Syaikh Sholih bin Abdullah
bin Hamd Al Ushoimi semoga Allah
senantiasa menjaga dan memberkahi
umur beliau berkata bahwa ikhlas dalam
belajar agama (ilmu diin) jika diniatkan:
1- Untuk menghilangkan kebodohan dari
diri sendiri.
2- Untuk menghilangkan kebodohan dari
orang lain.
3- Menghidupkan dan menjaga ilmu.

4- Mengamalkan ilmu yang telah


dipelajari.
Contoh dari ulama masa silam (ulama
salaf), mereka selalu khawatir luput dari
sifat ikhlas ketika belajar. Mereka sudah
berusaha mewujudkan ikhlas tersebut
dalam hati mereka. Namun untuk
mengklaim, telah ikhlas, itu amatlah sulit.
Sehingga dalam rangka wara (kehatihatian), mereka tidak menyebut diri
mereka ikhlas.
Hisyam Ad Dastawaiy rahimahullah berkata,
:

Sungguh aku tidak mampu berkata: aku


telah pergi mencari hadits pada satu hari
untuk mencari wajah Allah.
Imam Ahmad ditanya, Apakah engkau
telah menuntut ilmu karena Allah? Jawab
beliau,

, !
Karena Allah! Itu perkara besar (agung),
namun aku berkeinginan kuat untuk terus
meraihnya.
Oleh karenanya, siapa yang luput dari
ikhlas, maka ia telah luput dari ilmu dan
kebaikan yang banyak. Sehingga ikhlas
inilah yang mesti diperhatikan dalam
setiap perkara yang nampak ataupun
yang samar, yang tersembunyi atau yang
terlihat.
Karena itu, kita harus terus berusaha
memperbaiki niat. Sufyan Ats Tsauriy
berkata,

Aku tidaklah pernah mengobati sesuatu
yang lebih berat daripada memperbaiki
niatku. Karena niatku dapat terus
berbolak-balik.

Sulaiman Al Hasyimiy berkata,


Terkadang ketika aku mengucapkan satu
hadits saja, aku membutuhkan niat.
Setelah aku beralih pada hadits yang lain,
berubah lagi niatku. Jadi, memang betul
menyampaikan satu hadits saja butuh
niat ikhlas karena Allah.
Semoga Allah beri kita hidayah untuk
terus ikhlas dalam belajar dan
beramal. Hanya Allah yang memberi
taufik dan hidayah.

Referensi:
Tazhimul Ilmi pada point kedua, karya
-guru kami- Syaikh Sholih bin Abdullah
bin Hamd Al Ushoimiy

@ Pesantren Darush Sholihin, PanggangGunungkidul, 2 Jumadal Ula 1434 H

Anda mungkin juga menyukai