Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
140710110004
Syaiful Yazan
140710110006
Yohana Casturina
140710110023
Dosen :
Geothermal
1. Pengertian Geothermal
Secara harfiah, geothermal (yang dalam bahasa Indonesia panas bumi) berasal dari kata geo
yang berarti bumi dan thermal yang berarti panas. Sehingga dapat diartikan sebagai panas yang
terkandung secara alamiah di dalam bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) panas
bumi adalah sumber energi, seperti air panas, uap panas, serta gas-gas lain yang terdapat di dalam
perut bumi, sedangkan Leibowitz (1978) mendefinisikan energi panas bumi sebagai sejumlah
panas yang berasal dari bumi dan berada cukup dekat dengan permukaan bumi sehingga dapat
digunakan secara ekonomi.
yang meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan dan temperatur
tinggi disekitarnya. Sedangkan bagian luar dari inti bumi (outer core) berbentuk liquid. Akhirnya,
lapisan terdalam dari inti bumi (inner core) berwujud padat.
Jauh dibawah permukaan bumi terdapat panas yang sangat tinggi sehingga semua batuan
dan
benda
berubah
menjadi
cair.Batuan
cair
yang
bersuhu
tinggi
tersebut
sebagai perut bumi. Kemudian putih telur itulah lapisan-lapisan bumi, dan kulitnya itu merupakan
kulit bumi. Di bawah kulit bumi, yaitu lapisan atas merupakan batu-batuan dan lumpur panas yang
disebut magma. Magma yang keluar ke permukaan bumi melalui gunung disebut dengan lava.
Setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan cair tersebut naik sekitar
300C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batu-batuan maupun lumpur akan makin tinggi.
Bila suhu di permukaan bumi adalah 270C maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai
sekitar 300C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur bisa mencapai 57-600
C. Bila kita ukur pada kedalaman 2 kilometer suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 1200 C atau
lebih. Lebih panas dari air rebusan yang baru mendidih. Bahkan bila lumpur ini menyembur keluar
pun masih tetap panas.
Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batu-batuan panas di mana suhu
bisa mencapai 1480 C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan
udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi karena ada celah atau terjadi retakan di
kulit bumi, maka timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring. Air panas alam (hot
spring) ini biasa dimanfaatkan sebagai kolam air panas, dan banyak pula yang sekaligus menjadi
tempat wisata.
Kadang-kadang air panas alami tersebut keluar sebagai geyser. Di Amerika sekitar 10.000
tahun yang lalu suku Indian mengguna-kan air panas alam (hot spring) untuk memasak, di mana
daerah sekitar mata air tersebut adalah daerah bebas (netral). Beberapa sumber air panas dan
geyser malah dikeramatkan suku Indian pada masa lalu seperti California Hot Springs dan Geyser
di daerah wisata Napa, Cali-fornia. Saat ini panas alam bahkan digunakan sebagai pemanas
ruangan di kala musim dingin seperti yang terdapat di San Bernardino, Cali-fornia Selatan. Hal
yang sama juga dapat kita temui di Islandia (country of Iceland) dimana gedung-gedung dan kolam
renang dipanaskan dengan air panas alam (hot spring) yang kadang kala disebut dengan
geothermal hot water.
Selain sebagai pemanas, panas bumi ternyata dapat juga mengha-silkan tenaga listrik. Di atas
telah di-sebutkan bahwa air panas alam ter-sebut bila bercampur dengan udara karena terjadi
fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan steam
inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi
(geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi ener-gi listrik tentu diperlukan pembangkit (power
plants).
Pembangkit (power plants) untuk pembang-kit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada
suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 F (50 s/d 2500 C). Banding-kan dengan
pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 10220 F atau 5500 C. Inilah salah
satu keunggulan pembangkit listrik geothermal. Keuntungan lainnya ialah bersih dan aman,
bahkan geothermal adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara.
3. Terjadinya Sistem Panas Bumi
Pada dasarnya sistim panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi
pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu
sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi
dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan
air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh
Hazuardi (1992) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia(Gambar 2.3). Tumbukan yang
terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting
bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng IndiaAustralia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman
sekitar 100 km (Herdiannita, 2006) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses
magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa
atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada
kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair
dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang
lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan
terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan
menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan
sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
Kondisi Hidrologi
Pada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisma/magmatisma masih berjalan,
dimana magma di bawah permukaan berinteraksi dengan lokasi-lokasi bersiklus basah
atau cukup persediaan air; akan terjadi pendinginan magma dan proses hidrotermal
untuk menciptakan lingkungan fasa uap-air bersuhu/bertekanan tertentu, yang
memberikan peluang terjadinya sistem panas bumi aktif.
Demikian pentingnya peranan air dalam mempertahankan kelangsungan sistem
panas bumi sehingga sangat dipengaruhi oleh siklus hidrologi, yang diyakini dapat
terjaga keseimbangannya apabila pasokan dari lingkungan tidak terhenti. Keberadaan
sumber-sumber air lainnya seperti air tanah, air connate, air laut/danau, es atau air
hujan akan sangat dibutuhkan sebagai pemasok kembali (recharge) air yang hilang
mengingat kandungan air dalam magma (juvenile) tidak mencukupi jumlah yang
dibutuhkan dalam mempertahankan proses interaksi air magma.
Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh bentang
alam lingkungan dimana terjadiya, dan berperan terutama dalam membentuk
manifestasi-manifestasi permukaan yang dapat memberikan petunjuk tentang
keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan. Pada daerah berelief (topografi)
rendah, manifestasi-manifestasi panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air
panas dengan pH mendekati netral, pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap
mengandung H2S yang berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam; menandakan
bahwa sumber fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan.
Sementara pada daerah dengan topografi tingi (vulkanik andesitik) dimana
kenampakan manifestasi berupa fumarol atau solfatara, menggambarkan bahwa
sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam; yang memerlukan waktu dan
jarak panjang untuk mencapai permukaan.
tersebut berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air
panas yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik didihnya
(boiling point).Untuk mengukur temperature dapat digunakan bimetallic strip type
thermometer.
Besarnya temperatur di permukaan sangat tergantung dari laju aliran uap
(steamflux). Saptadji Miryani Nenny(1992) mengelompokkan steaming ground
berdasarkan pada besarnya laju aliran panas seperti diperlihatkan pada Tabel 2-1.
Tabel 1. Steaming Ground (Saptadji Miryani Nenny,1992)
manifestasi permukaan dari suatu sistim panas bumi yang didominasi air. Mata air
panas yang bersifat netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim
dominasi air,umumnya jenuh dengan silika.
Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di sekitar mata
Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat mata air panas
yang bersifat netral yang merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistim panas
bumi dominasi uap.
4) Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur ke udara secara
intermitten (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air sangat beraneka
ragam, yaitu dari kurang satu meter hingga ratusan meter hingga ratusan meter.
Selang penyeburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari beberapa
hari.Lamanya air menyembur kepermukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari
beberapa detik hingga beberapa jam.
5) Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Kubangan Lumpur panas (Mud Pools) umumnya mengandung noncondensable gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam
keadaan cair karena kondensasi uap panas. Sedangkan letupan-letupan yang terjadi
adalah karena pancaran CO2.
Dirichlet = 270
2 2
= (, )[ 2 + 2 ]
2 2
= (, )[ 2 + 2 ]
k
k
k
k
k
k
+1
Ui+1,j
Ui,j
+ Ui1,j
Uj+1.i
+ Ui,j
+ Uj1,i
,
,
= k(x, y) [
+
]
x 2
y 2
= =
+1
,
= . k(x, y) [
+1
,
,
=
.k(x,y)
z2
k
k
k
Ui+1,j
Ui,j
+ Ui1,j
z 2
k
k
k
Uj+1.i
+ Ui,j
+ Uj1,i
z 2
k
k
k
k
k
k
Ui,j
+ Ui1,j
+ Uj+1.i
+ Ui,j
+ Uj1,i
[Ui+1,j
]
Maka,
+1
,
=
. k(x, y) k
k
k
k
k
k
+ Ui1,j
+ Uj+1.i
+ Ui,j
+ Uj1,i
[Ui+1,j Ui,j
] + ,
2
z
=0
,+1
,
=0
,+1
= ,
Dan
=0
+1,
,
=0
+1,
= +
%waktu peluruhan
n = 270;
dt = T/n;
l =10;
dx = L/l;
%untuk sumbu x
m = 10;
dy = W/m;
%untuk sumbu y
u = zeros(l+1,m+1,n+1);
u(1,:,:) = bcLeft;
u(l+1,:,:) = bcRight;
u(:,1,:) = bcBottom;
u(:,m+1,:) = bcTop;
Lx = K*dt/dx^2;
Ly = K*dt/dy^2;
for k=1:n+1
surf(x,y,u(:,:,k));
axis([0 1 0 1 0 100]);
view([-35,70]);
shading interp;
Frames(k) = getframe;
end
function u0 = u0(x,y)
u0 = 0.0;
Gambar 1. simulasi 1
%diskritisasi matriks
u=0:du:199;
v=0:dv:199;
Lu=length(u);
%panjang x = u
Lv=length(v);
%panjang y = v
a=zeros(Lu,Lv);
an=zeros(Lu,Lv);
a(1:200,1:60)=270;
a(1:60,60:200)=10;
a=a';
imagesc(a)
set(gca,'ydir','normal')
%timestep
for tt=1:100;
for ii=2:Lv-1;
for jj=2:Lu-1;
if jj>=75
k=5;
else if jj<=25
k=4;
k=3;
else
end
end
a(jj,ii)=a(jj,ii)+k*(dt/du^2)*(a(jj+1,ii)+a(jj1,ii)+a(jj,ii+1)+a(jj,ii-1)-4*a(jj,ii));
%skema eksplisit
end
an=a;
end
%diskritisasi matriks
u=0:du:199;
v=0:dv:199;
Lu=length(u);
%panjang x = u
Lv=length(v);
%panjang y = v
a=zeros(Lu,Lv);
an=zeros(Lu,Lv);
a(1:200,1:60)=270;
a(1:60,60:200)=10;
a=a';
imagesc(a)
set(gca,'ydir','normal')
%timestep
for tt=1:100;
for ii=2:Lv-1;
for jj=2:Lu-1;
if jj>=100
k=5;
else if jj>=75
k=4;
end
end
end
end
a(jj,ii)=a(jj,ii)+k*(dt/du^2)*(a(jj+1,ii)+a(jj1,ii)+a(jj,ii+1)+a(jj,ii-1)-4*a(jj,ii));
%skema eksplisit
end
an=a;
end
Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur dengan cara ini
dilakukan melalui studi banding umur relatif mineral-mineral ubahan tertentu hasil proses
hidrotermal terhadap umur batuan r eservoir.
b.
Analogi pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem fosil panas bumi,
terutama yang berkaitan dengan cebakan bijih hidrotermal. Dilakukan melalui studi tentang peran
bukaan struktur dalam proses hidrotermal dan pembentukan cebakan mineral, serta perbedaan
Estimasi terhadap potensi panas bumi dilakukan dalam rangka penentuan kualitasnya,
sehingga dapat diketahui pemanfaatannya baik sebagai sumber energi listrik maupun pemakaian
langsung dalam kaitannya dengan upaya optimalisasi produksi energi panas bumi. Secara garis
besar metoda estimasi dilakukan melalui perhitungan volumetrik dan simulasi numerik.