Anda di halaman 1dari 10

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol.

I, Edisi 1, Desember 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CTL UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
BILANGAN PECAHAN
Desti Nurul Wulan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Yahya Sudarya dan Sufyani Prabawanto1


Abstrak: Penerapan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Bilangan Pecahan. Penelitian ini bertujuan melihat perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar
siswa pada materi bilangan pecahan setelah menggunakan pendekatan kontekstual. CTL membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa. Metode yang dipakai yaitu PTK
dengan subjek penelitian 23 orang siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Lembang. Hasil
penelitian memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan setiap siklusnya dari
43.5%, 60.9% hingga menjadi 86.9% siswa dapat menuntaskan KKM. Menggunakan pendekatan
CTL memudahkan siswa untuk memahami materi bilangan pecahan sehingga hasil belajar siswa
meningkat.
Kata Kunci : CTL, hasil belajar, bilangan pecahan
Abstract: Application of CTL Approach To Improving Student Learning Outcomes In Matter
Fractions. This research aims to see the planning, implementation, and students learning outcome
on simple matter fraction after using CTL. CTL helps teachers relate what is taught to the real
situation of students. The method is using PTK with 23 students of 4 th grades in SDN Inpres
Cikahuripan research subject. The result showed a significant increase of student learning result on
each cycle, from 43.5%, 60.9%, until 86.9% of student able to solve the KKM. Using CTL ease
students to understand fraction material so the study outcome increase.
Keywords: CTL, learning outcomes, fractions

PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan yang
sangat penting bagi pengembangan siswa
agar kelak menjadi sumber daya manusia
yang
berkualitas
yang
mampu
mengantarkan Indonesia ke posisi
terkemuka, paling tidak sejajar dengan
Negara-negara berkembang lainnya.
Pendidikan
sebagai
usaha
sadar
diarahkan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar dapat diwujudkan
dalam bentuk kemampuan, keterampilan,
sikap dan kepribadian yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.
Tujuan
pendidikan
nasional
diantaranya
adalah
mendorong
berkembangnya kreativitas peserta didik,
1

yang sejalan dengan perkembangan


aspek-aspek yang lain seperti keimanan
dan
ketakwaan,
kecerdasan,
keterampilan, dan lain-lain, sehingga
tercipta keseimbangan dan keselarasan.
Pembelajaran yang sesuai KTSP adalah
pembelajaran yang menjadikan peserta
didik sebagai tokoh utama dalam semua
mata pelajaran, salah satuanya mata
pelajaran Matematika.
Mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk
membekali
peserta
didik
dengan
kemampuan bepikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama (Permen No. 22

Penulis Penanggung Jawab

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, TPS, Hasil belajar, Mata diklat
PBR

Desti Nurul Wulan. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan

Tahun 2006). Kompetensi tersebut


diperlukan agar peserta didik dapat
memliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(KTSP 2006;109)
Bilangan pecahan merupakan salah
satu materi yang termasuk ke dalam
aspek bilangan. Materi bilangan pecahan
dibelajarkan dari kelas III sampai kelas
VI dengan sub pokok materi yang
bervariasi mulai dari mengenal pecahan
sederhana
di
kelas
III
sampai
memecahkan masalah perbandingan dan
skala di kelas VI.
Masalah yang muncul dalam
pembelajaran bilangan pecahan di kelas
IV A SDN Inpres Cikahuripan
Kecamatan
Lembang
Kabupaten
Bandung Barat ialah kecenderungan
siswa yang berasumsi bahwa materi
bilangan pecahan itu sulit dan siswa
hanya terpaku pada hafalan rumus-rumus,
siswa tidak mampu mengerjakan soal
penjumlahan bilangan pecahan yang
berbeda dari contoh yang diberikan guru,
pembelajaran tidak kontekstual sehingga
anak kesulitan dalam membayangkan
materi
yang
disampaikan
dan
pembelajaran masih konvensional belum
student-centered guru yang lebih
mendominasi sehingga skor siswa pada
materi penjumlahan bilangan pecahan
rendah dan kurang dari KKM yang
ditetapkan sekolah.
Dari
banyaknya
pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran matematika, guru harus
memilih pendekatan pembelajaran yang
mampu menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif. Dari berbagai strategi
tersebut,
ada
satu
pendekatan
pembelajaran
yang
disebut
CTL
(Contextual Teaching And Learning) atau
disebut juga pembelajaran kontekstual.
Pendekatan
CTL
merupakan
pendekatan pembelajaran yang dimulai
dengan
mengambil,
menirukan,

menceritakan, berdialog, berdiskusi pada


kenyataan dunia nyata kehidupan seharihari. Elaine B. Jhonson (Rusman, 2012:
187)
mengemukakan
bahwa
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah
system yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna. Pendekatan kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran matematika
yang
menekankan
pada
konteks
pembelajaran dan lebih dekat dengan
kehidupan siswa. Hal ini dimaksudkan
agar kemampuan berfikir matematis
siswa dapat berkembang secara optimal
pada saat proses belajar mengajar.
Pendekatan
kontekstual
adalah
pendekatan yang dapat membantu siswa
mencapai tujuannya, dengan pendekatan
ini guru bertugas mengaitkan antara
materi yang akan diajarkan dengan situasi
dunia nyata serta mendorong peserta
didik
membuat
hubungan
antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penenerapannya dalam kehidupan mereka
(Suprijono, 2011 ; 79-80 ).
Adapun rumusan masalahnya ialah
sebagai
berikut:
(1)
Bagaimana
perencanaan
pembelajaran
dengan
menerapkan pendekatan CTL pada materi
bilangan pecahan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa? (2) Bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menerapkan pendekatan CTL pada materi
bilangan pecahan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa? (3) Seberapa besar
peningkatan hasil belajar siswa setelah
memperoleh pembelajaran matematika
dengan menerapkan pendekatan CTL?.
Tujuan utama pada penelitian ini
ialah agar siswa kelas IV A SDN Inpres
Cikahuripan Lembang dapat memahami
operasi
hitung
bilangan
pecahan
seluruhnya terutama pada operasi hitung
penjumlahan bilangan pecahan sehingga
hasil belajar yang masih dikatakan
kurang dapat meningkat dan dapat
dikatakan cukup baik. Sementara untuk
manfaat penelitian secara khusus
dipersembahkan untuk sekolah yakni

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

memberikan sedikit sumbangan positif


terhadap kemajuan sekolah akan salah
satu cara meningkatkan hasil belajar
siswa sebagai upaya perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran dengan
diterapkannya pembelajaran dengan
pendekatan CTL khususnya dalam
pembelajaran matematika.
METODE
Metode yang dipakai pada penelitian
ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan subjek penelitian 23
orang siswa kelas IV A SDN Inpres
Cikahuripan
Lembang,
Kabupaten
Bandung Barat. Prosedur penelitian
menggunakan daur siklus menurut
Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup
empat
komponen,
yaitu:
rencana
(planning), tindakan (Action), observasi
(observation), dan refleksi (reflection).
Kegiatan
penelitian
dilaksanakan
sebanyak tiga siklus yang dilakukan
selama tiga minggu berturut-turut yaitu
siklus I pada tanggal 13 Mei 2013,
kemudian siklus II pada tanggal 20 Mei
2013 dan siklus terakhir pada tanggal 27
Mei 2013. Instrumen penelitian yang
digunakan
adalah
instrumen
pembelajaran
dan
instrumen
pengumpulan
data.
Instrumen
pembelajaran terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Setiap
siklusnya instrumen pembelajaran ini
tidaklah sama disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan juga sesuai
dengan perbaikan-perbaikan berdasarkan
hasil analisis dan refleksi di akhir
pembelajaran.
Instrumen pengumpulan data terdiri
dari instrumen tes dan non tes. Instrumen
tes yang digunakan berupa tes siklus
sementara instrumen non tes berupa
lembar observasi. Tes setiap siklus ada
delapan butir tes, dalam setiap tes siklus
disesuaikan dengan indikator-indikator
yang
telah
ditentukan.
Sebelum
digunakan, instrument tes tersebut diuji

terlebih dahulu. Uji tersebut meliputi uji


validitas, reliabilitas, daya pembeda serta
indeks kesukaran agar instrument
tersebut memang layak untuk digunakan
dan mengukur apa yang ingin diukur.
Instrumen-instrumen tersebut kemudian
akan diolah lalu dideskripsikan dalam
pembahasan. Teknik pengolahan data
pada penelitian ini dengan cara
menghitung rata-rata kelas, ketuntasan
belajar siswa, gain serta gain yang
dinormalisasikan. Proses penghitungan
data tersebut menggunakan program MS.
Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumusan masalah yang pertama
ialah
bagaimana
perencanaan
pembelajaran
dengan
menerapkan
pendekatan CTL pada materi bilangan
pecahan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa?
Penelitian yang peneliti lakukan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
karena permasalahan terjadi ketika
peneliti sedang aktif mengajar pada
kegiatan PLP. Peneliti menemukan
masalah pada proses pembelajaran
terutama pada hasil belajar sehingga
peneliti memutuskan untuk mencari
solusi dari masalah tersebut dengan
tujuan
memperbaiki
kekurangankekurangan yang ada. Hal ini sejalan
dengan
pendapat
Ebbutt
dalam
Wiriaatmadja,
R.
(2010:12)
mengemukakan:
Penelitian tindakan adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan
oleh sekelompok guru dengan
melakukan
tindakan-tindakan
dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil
dari tindakan-tindakan tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti
merencanakan untuk melakukan daur
siklus sebanyak tiga kali. Peneliti
mempersiapkan perencanaan dimulai dari
pencarian permasalahan pembelajaran

Desti Nurul Wulan. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan

yang terjadi di lapangan dengan cara


mengobservasi proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. RPP dan LKS yang
dibuat mengalami beberapa perubahan
pada prosesnya. Setiap perubahan
berdasarkan pada hasil refleksi pada
siklus sebelumnya. RPP dan LKS yang
dibuat
mencakup
seluruh
aspek
pembelajaran dengan pendekatan CTL.
RPP dan LKS yang dibuat menitik
beratkan pada pengaitan materi dengan
situasi nyata kehidupan siswa. Sesuai
dengan pengertian pendekatan CTL yang
dikemukakan Suprijono (2011: 79-80)
bahwa :
Pendekatan Contextual Teaching
and Learning merupakan konsep
yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan
mendorong
peserta
didik
membuat
hubungan
antara
pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam
kehidupan
mereka
sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Instrumen pembelajaran disusun
sesusai dengan komponen yang ada
dalam CTL Satori Djaman (2009: 24)
menyebutkan
bahwa
pendekatan
kontekstual memiliki tujuh komponen
utama, yaitu (1) Konstruktivisme
(Contructivism);
(2)
Menemukan
(Inquiry); (3) Bertanya (Questioning); (4)
Masyarakat
Belajar
(Learning
Community); (5) Pemodelan (Modelling);
(6) Refleksi (Reflection); (7) Penilaian
Sebenarnya (Aunthentic Assessment).
RPP dan LKS yang disusun harus
memuat komponen-komponen yang telah
disebutkan. Instrumen selanjutnya adalah
instrumen penelitian yaitu instrumen
pengumpulan data seperti tes siklus.
Setelah
sebelumnya
peneliti
menentukan
indikator-indikator
pembelajaran berdasarkan kompetensi
dasar dari semua siklus. Dari indikatorindikator tersebut peneliti membuat dua
soal yang mewakili satu indikator, lebih

lengkapnya dapat dilihat dalam kisi-kisi


soal pada lampiran.
Untuk mendapatkan soal-soal tes
yang berkualitas baik peneliti terlebih
dahulu mengujicobakan kelayakan dan
juga kesesuaian tes tersebut. Uji coba
instrumen tersebut meliputi validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran juga daya
pembeda sehingga dapat memudahkan
peneliti menentukan soal-soal tes mana
yang baik dan relevan dengan tujuan
penelitian yang dilakukan.
Hal ini
sejalan dengan pendapat Arikunto
(2009:57) sebuah tes yang dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur
harus memenuhi persyaratan tes yaitu
memiliki
validitas,
reliabilitas,
objektivitas,
praktikabilitas,
dan
ekonomis.
Dari hasil ujicoba instrumen terpilih
delapan butir soal yang memiliki
validitas, reliabilitas, indeks kesukaran
dan daya pembeda yang memiliki kriteria
cukup baik dan representative unuk
mengukur hasil belajar siswa. Instrumen
pengumpul data selanjutnya adalah
lembar observasi, lembar observasi
memuat seluruh kegiatan guru dan siswa
yang digambarkan dengan poin-poin
yang mewakili kegiatan sesuai dengan
komponen CTL. Instrument tes yang
digunakan adalah dengan tes uraian.
Secara rinci indikator tersebut adalah :
a) Menyatakan
penjumlahan
bilangan
pecahan
yang
berpenyebut sama dan tidak
sama dalam bentuk gambar dan
sebaliknya.
b) Mengaitkan
penjumlahan
bilangan
pecahan
yang
berpenyebut sama dan tidak
sama.
c) Menghitung hasil penjumlahan
pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama.
d) Mengerjakan
soal
cerita
mengenai penjumlahan bilang
pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama.

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

Selanjutnya
untuk
rancangan
pembelajaran pada siklus II dibuat
dengan mengacu pada hasil refleksi
kegiatan pada siklus I. Materi di siklus II
ini dibatasi hanya pada penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut tidak
sama. Perubahan disesuaikan dengan
hasil refleksi atau solusi yang telah
dikonsultasikan bersama observer agar
menjadi lebih baik serta pada langkahlangkah pembelajaran yang kurang
ataupun tidak terlaksana dengan baik
pada siklus I. Pada siklus III, rancangan
juga dibuat berdasarkan rancangan pada
siklus sebelumnya yaitu siklus II. Materi
di siklus 3 ini dibatasi hanya pada
penjumlahan
bilangan
pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama.
Perubahan disesuaikan dengan hasil
refleksi atau solusi yang telah
dikonsultasikan bersama observer agar
menjadi lebih baik serta pada langkahlangkah pembelajaran yang kurang
ataupun tidak terlaksana dengan baik
pada siklus II. Pada siklus II dan III
tingkat kesukaran tes dibuat semakin
tinggi agar terlihat peningkatan hasil
belajar bukan dikarenakan soal tes yang
semakin
mudah,
tetapi
proses
pembelajaran yang berhasil.
Perubahan-perubahan
yang
dilakukan, berpengaruh baik pada hasil
belajar siswa. Refleksi merupakan bagian
yang sangat penting dari PTK yaitu untuk
memahami terhadap proses dan hasil
yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Dengan adanya refleksi,
peneliti menjadi terarahkan untuk
memperbaiki kesalahan atau kekurangan
yang
terjadi
pada
pembelajaran
sebelumnya. Hal ini juga memperlihatkan
kelemahan-kelemahan siswa pada proses
pembelajaran terutama pada hasil belajar,
sehingga peneliti dapat memberikan
tindak lanjut untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan tersebut.
Rumusan masalah yang kedua ialah
bagaimana pelaksanaan pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan CTL


pada materi bilangan pecahan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa?
Peneliti dalam proses pembelajaran
pada dasarnya sudah melaksanakan
pembelajaran mengikuti langkah-langkah
yang sesuai dengan perencanaan.
Perencanaan yang dibuat sesuai dengan
rencana penelitian. Pada pelaksanaan,
peneliti melaksanakan pembelajarn sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran
CTL yang dikembangkan dari tujuh
komponen CTL tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Rusman (2012: 199200) pada intinya pengembangan setiap
komponen CTL dalam pembelajaran
dapat dilakukan sebagai berikut :
(1) Mengembangkan pemikiran
siswa
untuk
belajar
lebih
bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan dan keterampilan
baru yang dimiliknya; (2)
Melaksanakan sejauh mungkin
kegiatan inquiry untuk semua
topic
yang
diajarkan;
(3)
Mengembangkan sikap ingin tahu
siswa melalui pertanyaan; (4)
Menciptakan masyarakat belajar,
seperti belajar dalam kelompok;
(5) Menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran melalui
media dll; (6) Membiasakan siswa
untuk melakukan refleksi dari
setiap kegiatan; (7) Melakukan
penilaian secara objektif, yang
sebenarnya.
Dengan
memperhatikan
karakteristik-karakteristik
pendekatan
CTL sebagai berikut:
(1) Kerjasama; (2) Saling
menunjang; (3) Menyenangkan
dan tidak membosankan; (4)
Belajar dengan bergairah; (5)
Pembelajaran terintegrasi; (6)
Menggunakan berbagai sumber;
(7) Siswa aktif; (8) Sharing
dengan teman; (9) Siswa kritis

Desti Nurul Wulan. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan

dan guru kreatif; (10) Dinding


kelas dan lorong-lorong penuh
dengan hasil karya siswa (11)
Laporan kepada orangtua bukan
hanya rapor, tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil praktikum,
karangan siswa, dan lain-lain.
(Depdiknas, 2005:20)
Ketika proses pembelajaran dengan
pendekatan CTL ini siswa cukup aktif
sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan cukup baik, karena siswa terlihat
sangat tertarik dengan media yang
disediakan. Keantusiasan ini terlihat
sepanjang siklus I sampai siklus III.
Dengan keantusiasan tersebut siswa
menjadi lebih mudah menghubungkan
situasi nyata dengan materi yang
diajarkan
dengan
dilakukannya
bimbingan oleh peneliti. Sehingga dalam
mengerjakan soal siswa terlihat lebih
mengerti dan paham. Permasalahan yang
terjadi sebelumnya ialah dimana siswa
kesulitan
melakukan
penjumlahan
bilangan pecahan. Hal ini disebabkan
karena kurang memanfaatkan media
konkret yang disasjikan dalam kelas,
sehingga
siswa
tidak
dapat
membayangkan bahwa pecahan itu
seperti apa dan bagaimana. Dengan
pendekatan CTL, siswa dapat dengan
mudah menghubungkan pengetahuan
yang dimiliki dengan situasi nyata
kehidupannya.
Karena
dengan
pendekatan CTL guru dapat menyajikan
situasi dunia nyata ke dalam kelas,
misalnya dengan membawa model atau
media yang dapat digunakan siswa
sehingga mengkongkretkan sesuatu yang
abstrak bagi siswa.
Dalam pelaksanaannya masih banyak
kekurangan yang terjadi pada proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pada setiap siklusnya, refleksi yang
dilakukan pada siklus sebelumnya
diterapkan pada siklus selanjutnya
sehingga
pada
pelaksanaannya
mengalami beberapa perubahan sesuai
refleksi siklus. Refleksi merupakan

bagian yang sangat penting dari PTK


yaitu untuk memahami terhadap proses
dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan
yang dilakukan.
Pelaksanaan
tindakan
juga
mengalami beberapa perubahan pada
prosesnya. Setiap perubahan berdasarkan
pada hasil refleksi pada siklus
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini
disesuaikan dengan RPP yang telah
dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan senyata mungkin sesuai
dengan inti dari pendekatan CTL yaitu
hubungan dari setiap konsep pengetahuan
dengan kehidupan sebenarnya. Dalam
pelaksanaannya
guru
menggunakan
media yang sesuai, sumber belajar
ataupun dengan menggunakan ilustrasi
yang memang berhubungan dengan
kehidupan nyata siswa.
Hasil yang didapatkan setelah
tindakan tersebut, cukup baik karena
siswa sudah tidak lagi kesulitan dalam
menjumlahkan
bilangan
pecahan
berpenyebut sama maupun tidak sama.
Dari hasil analisis peneliti setelah proses
pembelajaran menggunakan pendekatan
CTL siswa telah mampu : (1) Memahami
dan menjelaskan konsep penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama. (2) Melakukan manipulasi
berupa membuat contoh-contoh gambar
penjumlahan
bilangan
pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama dengan
menggunakan media kertas bekas. (3)
Menyelesaikan masalah dalam bentuk
soal cerita yang berkaitan dengan
penjumlahan
bilangan
pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama.
Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Depdiknas (2009:118)
yaitu hal terpenting dalam mata pelajaran
matematika yakni mempunyai tujuan
agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a. Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

mengaplikasikan konsep atau


algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam
membuat
generalisasi,
menyusun
bukti,
atau
menjelaskan
gagasan dan
pernyataan mereka.
c. Memecahkan masalah yang
meliputi
kemampuan
memahami
masalah,
merancang model matematika,
menyelesaikan model dan
menafsirkan
solusi
yang
diperoleh.
d. Mengomunikasikan
gagasan
dengan simbol, tabel, diagram
atau
media
lain
untuk
memperjelas keadaan atau
masalah.
e. Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan
minat
dalam
mepelajari
matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Tujuan matematika yang dipaparkan
di atas cukup jelas dimana tujuan tersebut
mengupayakan agar siswa memiliki
keterampilan-keterampilan
khususnya
dalam hal matematika serta dapat
mengimplementasikannya
dalam
kehidupan sehari-hari. Dan hal tersebut
sudah cukup terlihat pada proses
penelitian berlangsung. Ini merupakan
hal positif yang mengindikasikan bahwa
pembelajaran
materi
penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama menggunakan pendekatan
CTL memberikan hasil yang baik pada
proses dan hasil belajar siswa.
Pada setiap pelaksanaan dilakukan
pengamatan agar dapat merefleksikan
setiap kegiatan pembelajaran yang telah

terlaksana. Proses pengamatan dilakukan


pada setiap siklusnya oleh dua orang
observer yaitu guru wali kelas IV dan
teman sejawat. Hasil pengamatan ini
akan dijadikan sebuah refleksi untuk
peneliti melakukan perubahan-perubahan
yang lebih baik setiap siklusnya.
Perubahan-perubahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Adapun setelah melakukan penelitian
menerapkan pendekatan CTL itu sendiri
peneliti
mendapatkan
poin-poin
tambahan
untuk
kekurangan
dan
kelebihan
pendekatan
CTL.
Ada
beberapa keunggulan dan kekurangan
dari penerapan pendekatan CTL dalam
pembelajaran, yaitu sebagai berikut (Irma
Fauziyah: 2012 ):
Keunggulan penerapan pendekatan
CTL :
(1) Real world learning yaitu
pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan masalah yang
disimulasikan dalam pembelajaran.
(2) Mengutamakan pengalaman
dalam kehidupan nyata siswa,
yaitu menghubungkan materi yang
sedang
dipelajari
dengan
pengalaman yang dimiliki siswa.
(3) Proses berfikir tingkat tinggi,
siswa dituntut untuk menggali
pengetahuan secara kreatif untuk
mengumpulkan
informasi
sebanyak mungkin dan mencari
suatu pemecahan suatu masalah.
(4) Student centered yaitu berpusat
pada siswa bukan teacher centered
atau berpusat pada guru. Sehingga
siswa
lebih
mendominasi
pembelajaran lebih banyak terlibat
dalam setiap proses. (5) Siswa
aktif, kritis dan kreatif maksudnya
siswa menggunakan kemampuan
berfikir kritis, terlibat penuh dalam
proses pembelajaran yang efektif.
(6) Realistis, dekat dengan
kehidupan nyata isswa sehingga
pembelajaran lebih nyata dengan
media yang ada di sekitar

Desti Nurul Wulan. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan

lingkungan siswa. (7) Siswa


langsung
melakukan
bukan
menghapal teori. (8) Proses yang
terjadi adalah learning
bukan
teaching karena siswa belajar
memahami
materi
dengan
mengembangkan
pengetahuan
yang dimilikinya dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator saja.
(9) Education yang terjadi bukan
Instruction. Pembelajaran ynag
terjadi merupakan interaksi dua
arah antara siswa dengan guru dan
siswa dengan siswa yang lainnya.
(10) Pembentukan pribadi siswa,
karena pengetahuan yang dimiliki
siswa
merupakan
hasil
pengembangan siswa itu sendiri
dan siswa mampu membangun
pengetahuan
dengan
cara
menemukan arti dan mendapatkan
pengalaman. (11) Siswa dapat
memecahkan masalah sehingga
siswa
mendapatkan
suatu
pengalaman dengan cara terus
menerus dalam usaha untuk
mengaitkan pengetahuan dengan
kenyataan. (12) Siswa menjadi
model, melakukan dan tugas guru
hanya mengarahkan. (13) Hasil
belajar diukur dengan berbagai alat
ukur bukan hanya tes.
Kelemahan penerapan pendekatan
CTL diantaranya
(1)
Guru
harus
memiliki
kemampuan untuk memahami
secara mendalam mengenai konsep
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan CTL.
(2) Guru diharuskan memahami
perbedaan potensi individu setiap
siswa di kelas. (3) Guru harus
selalu menyediakan kelengkapan
pembelajaran
seperti
sarana,

media,
alat
bantu
serta
kelengkapan pembelajaran yang
menunjang aktivitas siswa dalam
belajar. (4) Siswa harus memiliki
inisiatif dan kreatifitas dalam
belajar,
memiliki
wawasan
pengetahuan
yang
memadai
sehingga ada perubahan sikap
dalam menghadapi persoalan. (5)
Siswa harus memiliki tanggung
jawab pribadi yang tinggi dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Poin-poin di atas tersebut memang
terbukti
adanya
pada
penelitian
penerapan pendekatan CTL ini, seperti
pada kelebihan yaitu gambar yang
bersifat konkret, tidak terbatas ruang dan
waktu dan juga menarik perhatian siswa.
Selain itu pada kekurangan terdapat dua
poin yang benar dirasakan oleh peneliti
yaitu gambar yang terlalu kompleks dan
gambar yang kurang maksimal bila
diterapkan dalam kelompok besar.
Rumusan masalah yang ketiga ialah
bagaimana hasil belajar siswa setelah
menggunakan
mendapatkan
pembelajaran
dengan
menerapkan
pendekatan
CTL
pada
materi
penjumlahan bilangan pecahan?
Salah satu tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk melihat seberapa besar
peningkatan hasil bejar siswa setelah
mendapat
pembelajaran
dengan
pendekatan CTL. Berdasarkan data yang
diperoleh pada pembelajaran di siklus 1,
2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa yang ditunjukkan melalui
skor tes siklus mengalami peningkatan
yang siginifikan setelah dilakukan
tindakan dengan penggunaan pendekatan
CTL. Peningkatan hasil belajar dari
setiap siklus tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 1
Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1, 2 dan 3
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Skor Rata2
71.7
78.5
84.8

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

TB
Gain
<g>
Kategori

43.5%
60.9%
86.9%
6.8
6.3
0.24
0.29
Rendah
Rendah

Berdasarkan data pada tabel di atas,


peningkatan
hasil
belajar
siswa
ditunjukkan melalui rata-rata skor
dimulai dari sebelum siklus hingga siklus
3 yang meningkat pada setiap siklusnya.
Pada siklus ke 1 skor rata-rata siswa
hanya 71.7. Skor rata-rata siklus 2
diperoleh sebesar 78.5, hal ini pun
terlihat mengalami peningkatan dari skor
rata-rata siklus 1. Setelah dilakukan
pembelajaran yang lebih baik di siklus ke
3, hasil belajar siswa pun kembali
meningkat signifikan menjadi 84.8. Hal
ini memang dianggap masih kurang
karena hasil belajar yang diharapkan
belum mencapai ketuntasan belajar
100%.
Hasil belajar siswa pun ditunjukkan
dengan ketuntasan belajar siswa atau
siswa yang telah mencapai KKM pada
setiap
pembelajaran.
KKM
pada
pembelajaran matematika di kelas IV
SDN Inpres Cikahuripan adalah 70. Di
siklus 1, siswa yang lulus KKM hanya 10
orang yaitu sekitar 23%, pada siklus ke 2
pun terjadi peningkatan menjadi 14 orang
yaitu sekitar 60.87%. Sedangkan di siklus
3 terjadi peningkatan yang cukup
signifikan, 20 orang siswa telah lulus
KKM yaitu sekitar 86.9%. Tidak halnya
dengan skor gain ternormalisasi di setiap
siklus yang mengalami penurunan. Di
siklus 1 ke 2 gain ternormalisasi
didapatkan sebesar 0.24 dengan kriteria
gain rendah, lalu di siklus 2 ke 3 gain
ternormalisasi menjadi 0,29 dengan
kriteria gain juga rendah.

akan pembelajaran sebelumnya, sehingga


kualitas perencanaan menjadi semakin
baik dari setiap siklusnya. Sejalan dengan
itu, pelaksanaan pun menjadi semakin
terkoordinir dengan baik, sehingga
berpengaruh pada hasil belajar siswa
yang semakin meningkat. Perencanaan
yang disusun adalah hasil refleksi
sebelumnya dari pembelajaran yang
dilakukan,
sehingga
guru
dapat
mengetahui kesalahan-kesalahan yang
terjadi tidak terjadi lagi pada siklus
selanjutnya.
Penggunaan pendekatan CTL pada
pembelajaran penjumlahan bilangan
pecahan berpenyebut sama dan tidak
sama memberikan pengaruh positif pada
pelaksanaan proses pembelajaran. Dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
penjumlahan
bilangan
pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama dengan
menggunakan
pendekatan
CTL
meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil
belajar
siswa
pada
pembelajaran penjumlahan bilangan
pecahan berpenyebut sama dan tidak
sama mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya dilihat dari rata-rata skor tes
dan ketuntasan belajar. Jumlah siswa
dengan skor yang telah tuntas dari KKM
setiap siklusnya mengalami peningkatan,
pada akhir siklus hampir keseluruhan
siswa mencapai skor yang berada di atas
KKM hanya beberapa siswa saja yang
tertinggal.

KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah diungkapkan dapat diambil
simpulan bahwa perencanaan pada
penelitian ini dirancang dengan sumber
dari hasil analisis dan refleksi peneliti

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar


Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Departemen
Pendidikan
Nasional
(Depdiknas). (2006). Bahan 02 :
Pendidikan
dan
Pelatihan

DAFTAR PUSTAKA

Desti Nurul Wulan. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Pecahan

Kurikulum
Tinkat
Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:
BSNP.
Departemen
Pendidikan
Nasional.
(2009). Bahan 02 Pendidikan &
Pelatihan
Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
Djaman, Satori. (2009). Kapita Selekta
Problematika Pendidikan Dasar
(Metodologi).
Prodi
Pendas
Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Fauziah, Irma. (2012). Meningkatkan
Hasil
Belajar
dengan
Menggunakan
Pendekatan
Kontextual Teaching and Learning
(CTL)
pada
Pembelajaran
Matematika
Tentang
Konsep
Pecahan.
Skripsi.
Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tidak diterbitkan.
Rusman.
(2012).
Model-model
Pembelajaran
Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada
Suprijono, Agus. (2011). Cooperative
Learning TEORI DAN APLIKASI
PAIKEM. Yogjakarta : Pustaka
Pelajar
Wiriaatmadja, R. (2010). Metode
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai