SINOPSIS
The Bass Handbook of Leadership: Theory, Research, and Managerial
Applications karangan Bass & Bass pada chapter 17 ini khusus membahas tentang
tipe kepemimpinan otoriter dan demokratis. Pembahasan tersebut merupakan
salah satu dari beberapa tipe kepemimpinan yang palig sering dibicarakan karena
tipe kepemimpinan otoriter adalah tipe yang diangap paling tua, sedangkan
demokratis adalah tipe kepemimpinan yang berfokus pada aspirasi anggota.
A. Dua Pendekatan yang Berlawanan
Sikap pemimpin dan manager bervariasi dalam menyikapi tentang adanya
jenis kepemimpinan yang bertolak belakang yaitu kepemimpinan otoriter yang
bersifat ekstrim dan kepemimpinan yang bersifat demokratis. Sweeney, Fiechtner
dan Samores (1975) melakukan penelitian dan menemukan faktor-faktor dari
fokus kepemimpinan adalah: (1) Preferensi peran otoriter, (2) Tekanan peran
otoriter, (3) Preferensi peran egaliter, (4) Tekanan peran egaliter, (5) Manager
yang seimbang, (6) Orang yang berorientasi pada manager, (7) Asumsi kesamaan
dari dua hal yang berlawanan, (8) Menyinggung kesenangan orang lain, (9) Nilainilai yang mendukung, (10) teloransi orang, dan (11) toleransi organisasi.
B. Kelompok Kepemimpinan Otoriter
Kelompok otoriter meliputi sikap sewenang-wenang, suka mengatur,
berorientasi pada kekuatan atau kekuasaan, suka memaksa, suka memberi
hukuman dan memiliki cara berpikir yang tertutup. Dipandang negatif oleh
banyak ilmuwan sosial karena pemimpin dengan sifat ini memiliki kecenderungan
menguasai seluruh tanggung jawab dalam kegiatan pembuatan keputusan dan
mengatur setiap tindakan pegawainya. Pemimpin dengan karakter seperti ini
mengharuskan para pegawainya untuk taat, setia dan mengikui segala aturan yang
ada. Pemimpin dengan karakter otoriter ini sepanjang sejarah banyak dipuji
sebagai jenis kepemimpinan yang mampu menangani segala masalah yang ada
paksaan
dan
melakukan
hukuman
yang
semena-mena,
secara
bersama-sama.
Pemimpin dengan
tipe
ini akan
mengumpulkan berbagai informasi dari pegawai baik berupa saran, opini serta
kritik dalam kegiatan pengambilan keputusan yang akan diberitahukan kepada
para pegawai. Pemimpin dengan tipe demokratis biasanya tergantung dengan
kemampuan pegawai mereka sebaik kemampuan mereka dalam mengetahui
kemampuan, kebutuhan, dan ketertarikan para pegawai. Pemimpin bertipe
demokratis percaya bahwa pegawai perlu mendapatkan motivasi untuk melakukan
sesuatu dengan baik, mencari kebebasan serta kesempatan untuk membuktikan
kemampuan mereka. Pemimpin-pemimpin seperti ini menggeser peran pembuatan
keputusan kepada level yang lebih rendah dalam organisasi yaitu melibatkan para
pegawai, memberikan stimulasi untuk meningkatkan keberanian pegawai
sehingga dapat ikut memberikan opini tentang bagaimana baiknya sebuah
pekerjaan dilakukan, membuka kritik dari pegawai, menyikapi kesalahan pegawai
sebagai sebuah kesempatan untuk belajar, merayakan keberhasilan pegawai
sebagai keberhasilan bersama serta mendukung ide pegawai untuk mendapatkan
posisi yang lebih tinggi. Namun kadang kepemimpinan jenis ini sering mengalami
permasalahan yang agak kacau karena melibatkan banyak pihak. Stanton (1960)
mengungkapkan bawa dari segi kepemimpinan yang memikirkan pegawai serta
hubungan antara pegawai dengan manajer, kepemimpinan dengan tipe demokratis
ini memiliki skor yang tinggi dibandingkan dengan tipe kepemimpinan lain,
namun dilihat dari segi kemampuan pemimpin dalam membuat struktur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Otoriter
Dalam chapter 17 yang memiliki tema kepemimpinan otoriter versus
kepemimpinan
demokratis
ini
tentu
dapat
terlihat
bahwa
kedua
tipe
kepemimpinan ini saling bertolak belakang atau berkontradiksi, agar lebih jelanya
maka akan diperkaya dengan beberapa definisi. Menurut Sudarwan Danim kata
otokratik diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk
pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau rasa aku yang keberterimaannya
pada khalayak bersifat dipaksakan (Danim, 2004: 75). Kepemimpinan otokratik
disebut juga kepemimpinan otoriter.
Mifta Thoha mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang
didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Jadi kepemimpinan
otokratik adalah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan
sikapnya yang menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan
memiliki idealisme tinggi (Thoha, 2010: 49). Kepemimpinan otoriter disebut juga
kepemimpinan direktif atau diktator. Pemimpin memberikan instruksi kepada
bawahan, menjelaskan apa yang harus dikerjakan, selanjutnya karyawan
menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya
kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa kepemimpinan otoriter ini
adalah tipe yang paling tua, tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan organisasi
pada jaman dahulu tentu tidak terbuka seperti saat ini. Anggota organisasi
mungkin banyak yang hanya dari kalangan buruh yang mayoritas adalah berlatar
pendidikan rendah. Dalam kondisi seperti itu memang tipe kepemimpian yang
paling tepat adalah gaya otoriter, yakni seluruh kekuasaan, instruksi, dan hukuman
seluruhnya hanya berasal dari pimpinan karena dianggap bahwa ide dari anggota
tidak bisa membuat organisasi lebih maju.
Apabila dikaji mendalam mengenai gaya kepemimpinan otoriter ini
ternyata akan menemukan alasan yang tepat bahwa gaya kepemimpinan ini
memang layak digunakan dalam kondisi dimana hasil lebih utama daripada
proses. Untuk mencapai tujuan organisasi secara cepat tentu dibutuhkan upaya
yang terpadu dari seluruh anggota organisasi, maka aturan-aturan yang mengikat
sehingga cenderung menekan adalah salah satu upaya agar anggota tersebut
bekerja mengikuti pemimpin.
Berdasarkan teori motivasi dari Douglas McGregor yang membagi 2 sifat
manusia yakni tipe X dan Y, maka gaya kepemimpinan otoriter sangat tepat untuk
memimpin anggota organisasi yang bertipe X. Orang yang bertipe tersebut
disebutkan adalah orang-orang yang tidak akan bekerja tanpa perintah atau malas.
Terkait dengan kondisi tersebut tentu pemimpin harus mencari cara agar para
anggotanya tetap bisa bekerja dengan sistem yang telah ditentukan maka caranya
adalah dengan aturan dan tekanan yang kuat ditambah hukuman sebagai motivasi
orang yang bertipe X tersebut.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) pemimpin otokratik memiliki ciriciri antara lain:
1; Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin.
2; Bawahan, oleh pemimpin hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka
penawar saja.
5; Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap bawahan dan kalaupun
kepercayaan diberikan, didalam dirinya penuh ketidak percayaan.
6; Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
7; Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
B. Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan
8
Demokratis
Semua policies merupakan bahan
pembahasan kelompok dan keputusan
kelompok yang dirangsang dan
dibantu
oleh pemimpin.
Teknik-teknik dan langkan-langkah
Perspektif aktivitas dicapai selama
aktivitas ditentukan oleh pejabat satu
diskusi
berlangsung.
Dilukiskan
persatu, hingga langkah-langkan
langkah-langkah umum ke arah tujuan
mendatang senantiasa tidak pasti.
kelompok dan apabila diperlukan
nasihat teknis, maka pemimpin
menyarankan dua atau lebih banyak
prosedurprosedur
alternatif yang dapatdipilih.
Pemimpin biasanya mendikte tugas
Para anggota bebas untuk bekerja
pekerjaan khusus dan teman sekerja setiapdengan siapa yang mereka kehendaki
anggota
dan pembagian tugas
terserah pada kelompok.
Dominator cenderung bersikap
Pemimpin bersifat objektif dalam
pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaanpujian dan kritiknya dan ia berusaha
setiap anggota; ia tidak turut sertauntuk menjadi anggota kelompok
dalampartisipasi kelompok secara aktifsecara mental, tanpa terlampau
kecuali
apabila
ia
memberikanbanyak melakukan pekerjaan
demonstrasi.
tersebut.
C. Pandangan Terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter dan Demokratis
Gaya kepemimpina otoriter maupun demokratis tidak ada yang benar-benar
baik dan tidak ada yang benar-benar buruk. Dalam beberapa penelitian
menyebutkan bahwa apabila gaya kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi
yang tepat maka hasilnya akan tetap bisa berjalan efektif dan efisien bagi
kepentingan lembaga. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang dapat
menyesuaikan kondisi organisi dan anggotanya dengan tipe kepemimpinan yang
digunakan.
Kemampuan
memimpin
10
bukan
hanya
dilihat
dari
gaya
Kepemimpinan
demokratis
baik
diterapkan
karena
dapat
11
12
13
BAB III
KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan otoriter adalah pemimpin yang menentukan segalagalanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Pemimpin
mengatur dan mendikte anggota. Anggota hanya sebagai pelaksana perintah
pemimpin. Kedudukan pemimpin seolah-oleh terpisah dari yang dipimpin karena
pimpinan berhubungan dengan anggota pada saat memberikan intruksi atau
perintah saja.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah ketika ada kerja sama antar
pemimpin dan anggotanya. Semua kegiatan kelompok dijalankan atas keputusan
bersama. Semua perencanaan dan langkah-langkah pekerjaan ditentukan secara
musyawarah. Pemimpin menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan sebagai
orang yang dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan
pemimpin. Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan
keikutsertaan yang maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan
dalam menentukan tujuan kelompok. Berusaha membagi tanggungjawab dengan
anggotanya.
Gaya otoriter biasanya digunakan dalam unit produksi dan orientasinya
hasil dalam jangka pendek. Otoriter bagus dijalankan ketika dalam waktu genting,
ketika alur kerja perlu dirubah secara cepat, dan jika menginginkan tingkat
produksi yang tinggi. Gaya demokratis biasanya memberikan kepuasan secara
umun terhadap anggota dan dapat berlangsung dalam jangka waktu lama.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bass, B.M. & Bass, R. (2008). The bass handbook of leadership: theory, research,
and managerial applications. New York: Free Press
Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok.
Bengkulu: PT RINEKA CIPTA.
Miftah Thoha. (2010). Kepemimpinan dan manajemen. Devisi Buku Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Winardi. (2000). Manajer dan manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.
15