Strok
Strok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Stroke
a. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang mengacu kepada
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri di otak (Price & Wilson,
2006). Doengoes (2000) mengungkapkan bahwa stroke merupakan penyakit
serebrovaskuler yang menunjukan beberapa kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh beberapa keadaan
patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh pembuluh darah otak,
yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi parsial atau total yang
bersifat sementara atau permanen. Kemudian menurut WHO, stroke
didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak lokal maupun luas yang terjadi
secara mendadak dan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, dapat
menyebabkan penderitanya meninggal karena gangguan pendarahan otak.
Gangguan fungsi otak ini dapat mengakibatkan kematian, kelumpuhan,
gangguan bicara, menurunnya kesadaran dan lain-lain.
16
b. Jenis
Penyakit stroke dapat di diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisis neurologis. Diagnosis ini sangat penting dalam menentukan atau untuk
membedakan jenis stroke yang diderita seseorang. CT-Scan merupakan
pemeriksaan baku emas untuk membedakan jenis stroke apakah perdarahan
atau infark (Mansjoer, 2000).
a. Stroke non hemoragi atau stroke iskemik
Stroke
iskemik
yaitu
tersumbatnya
pembuluh
darah
yang
17
18
c. Faktor Risiko
Menurut Notoatmodjo (2005), faktor risiko adalah faktor-faktor atau
keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau
status kesehatan tertentu. Penggolongan faktor risiko penyakit stroke
berdasarkan dapat tidaknya risiko tersebut dicegah atau ditanggulangi ada
dua, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga
4. Ras
b. Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes Melitus
4. Penyakit Kardiovaskular
5. Kolesterol Tinggi
6. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral
7. Kontrasepsi oral
8. Obesitas
9. Konsumsi Alkohol
10. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
19
d. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Ada
beberapa manifestasi klinis dari penyakit stroke, yaitu:
1. Kehilangan motorik antara lain hemiplegia dan hemiparesis.
2. Kehilangan komunikasi antara lain disatria (kesulitan berbicara), disfasia
atau
afasia
(bicara
defektif
atau
kehilangan
bicara),
apraksia
20
f. Pencegahan
Penyakit stroke sebenarnya dapat dicegah dengan mengendalikan
faktor risiko stroke. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
stroke adalah tidak merokok dan minum alkohol, pola makan yang sehat dan
seimbang serta berobat untuk mengobati penyakit seperti hipertensi, diabetes
dan penyakit jantung.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Pengertian Tanda-Tanda Vital
Menurut Perry & Potter (2005) pengukuran yang paling sering dilakukan
oleh praktisi kesehatan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah frekuensi
pernapasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan,
ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural, dan
endokrin tubuh, karena sangat penting maka disebut dengan tanda vital. Faktor
seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan
perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal.
Pengukuran tanda vital memberi data untuk menentukan status kesehatan
klien yang lazim (data dasar), seperti respon terhadap stress fisik dan psikologis,
terapi medis dan keperawatan, perubahan tanda vital, dan menandakan
perubahan fungsi fisiologis. Perubahan pada tanda vital dapat juga menandakan
kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis. Tanda vital
merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
21
22
akan meningkat enam belas kali lipat dan tekanan darah akan naik.
Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan,
maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahan radius
pembuluh darah (Ethel, 2004).
3) Pengaturan Tekanan Darah
Pengaturan saraf pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur
tekanan darah. Pusat kardioakselerator dan kardioinhibitor mengatur
curah jantung. Pusat vasomotorik tonus vasomotorik merupakan stimulasi
tingkat rendah yang terus menerus pada serabut otot polos dinding
pembuluh. Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut meliputi:
a) Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai sebagai suatu vasokonstriktor atau
vasodilator, bergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh
darah organ.
b) Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari
kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokonstriktor.
c) Angiostensin adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya
termasuk salah satu vasokonstriktor kuat.
d) Prostaglandin adalah agen seperti hormon yang diproduksi secara lokal
dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor (Ethel,
2004).
23
4) Cara Mengukur
Tekanan darah arteri sistolik dan diastolik diukur secara tidak
langsung
melalui
metode
auskultasi
dengan
menggunakan
SISTOLIK (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
DIASTOLIK (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
24
c. Frekuensi Pernapasan/Respirasi
1) Pengertian
Menurut Perry & Potter (2005) pernapasan adalah mekanisme
tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfer dengan darah serta
darah dengan sel, dimana batas normalnya sekitar 12-20 penarikan napas
per menit.
2) Siklus Respirasi
Satu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali
ekshalasi. Jumlah udara yang keluar atau masuk paru-paru dalam satu
siklus respirasi disebut volume tidal. Saat siklus dimulai, tekanan atmosfer
dan intrapulmonar sama besar, tidak ada pertukaran udara. Inhalasi dimulai
dengan penurunan tekanan intrapleural yang diakibatkan ekspansi rongga
dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai, tekanan intrapleural
dan intrapulmonar naik dengan cepat, mendorong udara keluar dari paruparu (Martini, 2001).
3) Proses Respirasi
Proses kimiawi respirasi pada tubuh manusia:
a) Transport Oksigen
In lungs
Hb
O2
HbO2
In Tissues
Hemoglobin
Oxygen
Oxyhemoglobin
25
Hb
HbO2
In Lungs
Hemoglobin
Carbaminohemoglobin
Carbon Dioxide
In Tissues
CO2
H2O
H2CO3
In Lungs
Carbon Dioxide
Water
Carbonic Acid
In Tissues
H2CO3
H+
In Lungs
Carbonic Acid
Hydrogen Ion
HCO3Bicarbonate Ion
(Stanley, 2006)
Pernapasan (Kali/Menit)
21-30
20-26
26
12-14 tahun
Dewasa
Lanjut Usia
b) Inflasi Refleks
18-22
12-20
12-20
27
d) Suhu Tubuh
Peningkatan suhu tubuh, seperti terjadi selama latihan berat atau
demam, meningkatkan laju pernapasan. Sebaliknya, penurunan suhu tubuh
menurunkan laju pernapasan.
e) Bahan Kimia
Faktor-faktor kimia yang paling penting yang mempengaruhi
respirasi adalah konsentrasi CO2, ion hydrogen (H+), dan O2 dalam darah.
Reseptor sensorik yang sensitif terhadap faktor-faktor ini disebut
kemoreseptor, dan kandungan zat diatas terdapat di pusat pernapasan,
badan karotis, dan tubuh aorta (Stanley, 2006).
5) Fungsi Pernapasan
Menurut Martini (2001) fungsi sistem respirasi adalah
1) Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem
aliran darah.
2) Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.
3) Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur,
dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi
sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.
4) Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan
bentuk komunikasi lainnya.
28
6) Mekanisme Respirasi
Secara umum respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan
respirasi internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan
karbon dioksida) antara cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar.
Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan respirasi
sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon
dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi selular,
terjadinya di mitokondria.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam respirasi eksternal:
a) Ventilasi pulmoner atau bernapas adalah perpindahan udara secara fisik
keluar masuk paru-paru. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga
keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer memiliki peranan
penting dalam ventilasi pulmoner.
b) Difusi gas, melewati membran respiratori antara ruangan alveolar dan
kapiler alveolar serta melewati kapiler alveolar dan kapiler jaringan.
c) Transportasi oksigen dan karbon dioksida: antara kapiler alveolar dan
kapiler jaringan (Martini, 2001).
d. Denyut Nadi
1) Pengertian
Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6-9 meter
per detik, sekitar 15 kali lebih cepat dari darah. Denyut dapat dirasakan di
titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan kulit dan dibantali
29
dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri radial
pada pergelangan tangan (Ethel, 2004).
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit
hubungannya dengan tekanan rata-rata. Pada syok, denyut melemah
(thread). Denyut kuat apabila isi sekuncup besar, misalnya selama kerja
fisik atau setelah pemberian histamin. Apabila tekanan denyut tinggi,
gelombang denyut mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan
didengar oleh individu yang bersangkutan (Ganong, 2002).
2) Macam-Macam Denyut Nadi
Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai suatu gelombang yang
terdiri dari bagian yang meningkat, bagian yang menurun, dan puncaknya.
Dengan cara palpasi dapat menafsirkan gelombang tersebut, yaitu:
a) Pulsus Anakrot: Gelombang nadi yang lemah mempunyai puncak
yang tumpul dan rendah yang terdapat pada stenosis aorta.
b) Pulsus Seler: Denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi, yaitu
denyutan yang meningkat tinggi dan menurun secara cepat sekali.
c) Pulsus Paradoksus: Denyut nadi yang menjadi semakin lemah selama
inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi
untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi semacam itu
menunjukkan adanya perikarditis konstritiva dan efusi perikardium.
30
31
Dewasa
Lanjut Usia
Atlet yang terkondisi baik
b) Irama Nadi
60-100
60-100
50-100
32
3. Spiritualitas
a. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas merujuk kepada bagian dari keberadaan manusia untuk
mencari hidup yang berarti melalui hubungan intra, inter dan transpersonal
33
34
c. Spiritual Well-Being
Spiritual yang sehat atau spiritual well-being dimanifestasikan oleh
perasaan hidup, penuh tujuan dan terpenuhi (Ellison dalam Kim, 2000). Pilch
dalam Kim (2000) menambahkan bahwa spiritual yang sehat adalah sebuah
jalan kehidupan, sebuah gaya hidup yang diperlihatkan, hidup sebagai tujuan
dan menyenangkan serta menemukan penyokong hidup dari luar, mempunyai
banyak pilihan untuk dipilih secara bebas pada kesempatan yang baik, dan
menanamkan kedalam hati nilai spiritual atau keyakinan agama yang spesifik.
Karakteristik yang mengindikasikan spiritual well-being (Kozier et al, 2004)
antara lain: perasaan damai dalam hati, mengasihi sesama, menghormati
hidup, bersyukur, apresiasi antara kesatuan dan keanekaragaman, humor,
kebijaksanaan, kemurahan hati, kemampuan untuk lebih penting dari diri,
kemampuan untuk mencintai tanpa syarat.
d. Distress Spiritual
Distress spiritual merujuk pada perubahan dari spiritual well-being
atau sistem kepercayaan yang menyediakan kekuatan, harapan, dan hidup
yang berarti. Faktor yang berhubungan dengan spiritual distress meliputi
masalah psikologis, faktor terkait pengobatan, faktor situasional (Kozier et al,
2004). Masalah psikologis antara lain: penyakit terminal, nyeri, kehilangan
fungsi bagian tubuh, keguguran atau lahir mati. Faktor yang terkait
pengobatan mencakup rekomendasi transfusi darah, aborsi, pembedahan,
pembatasan diet, amputasi, isolasi. Faktor situasional mencakup kematian atau
35
36
Untuk pasien yang sakit kritis juga diperlukan terapi spiritual atau
nasehat agar mendapatkan keikhlasan, kesabaran, dan ketenangan dalam
menghadapi cobaan sakit. Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh
satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik godspot (titik tuhan atau titik
spiritual manusia) dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana
dia berasal, alasan mengapa manusia diciptakan, tugas-tugas yang harus
dilakukan manusia didunia, beberapa hal yang pantas dilakukan didunia, halhal yang tak pantas dilakukan didunia, mengembalikan manusia ke kesucian,
mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi
selembar kertas putih.
f. Cara Pemberian Terapi Spiritual
Dalam memberikan terapi spiritual menggunakan disiplin ilmu
bimbingan dan konseling Islam. Terapi spiritual diklasifikasikan menjadi 2:
1. Terapi Spiritual secara langsung
Metode yang digunakan yaitu nasehat, dialog, demonstratif,
katarsis dengan media berupa profil diri, tutur kata, dan materi bimbingan
berupa dzikir, doa, dan akhlak.
2. Terapi Spiritual secara tidak langsung
Metode yang digunakan ceramah, percikan hikmah, terapi musik,
doa, istighozah, dengan media berupa audio, audiovisual, cetak,
sedangkan materi yang diberikan berupa doa, fikih, dan akhlak (STAIN,
2004).
37
Sifat dari terapi spiritual adalah preventif dan edukatif. Program terapi
spiritual komprehensif meliputi terapi pada pasien kondisi biasa (melahirkan,
pre dan post operatif, pasien yang sakit biasa), pasien kondisi koma, pasien
gawat darurat, dan pasien sakaratul maut.
Terapi spiritual dalam bentuk massal dilakukan disebuah ruangan
tertentu, pembicara (ustadz atau rohaniawan) yang sudah menguasai
komunikasi terapeutik memberikan pencerahan tentang hakekat mengapa
manusia diciptakan, mengenalkan tujuan manusia diciptakan, pencerahanpencerahan ini bertujuan mengurangi manusia terhadap keinginan dan
memprioritaskan kebutuhan, meskipun kebutuhan bagi setiap orang itu
berbeda tetapi minimal dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia maka
terapi ini akan membantu manusia kembali ke kesadaran awal.
Terapi spiritual juga bisa dilakukan dalam bentuk bimbingan individu,
terapi dilakukan oleh satu ustadz atau rohaniawan dengan satu pasien, ustadz
atau rohaniawan membacakan sesuatu yang harus ditirukan oleh klien
kemudian ustadz atau rohaniawan meminta klien membaca bacaan tertentu
sebanyak beberapa kali, selain itu membimbing klien dalam proses ibadah,
meski mengalami gangguan kesehatan beberapa klien masih memiliki satu
kesadaran terkait dengan spiritualitas.
Terapi spiritual diberikan kepada orang yang sedang sakit dan
menjalani perawatan baik di rumah ataupun di rumah sakit. Terapi spiritual
38
39
B. Kerangka Teori
Faktor Risiko Penyakit Stroke
Manifestasi Klinis
Penyakit
Stroke
Kehilangan
risiko
yang
dapat
Kolesterol
(Hemiplegia
Kontrasepsi
Diabetes,
Oral,
Penyalahgunaan
dan
Hemiparesis), Kehilangan
Motorik
Komunikasi
(Disatria,
Disfasia,
Apraksia),
Gangguan
Persepsi,
Kerusakan
Fungsi
Kognitif
Merokok,
dan
Psikologik,
Obat,
Efek
Disfungsi
Kandung Kemih
Konsumsi Alkohol.
Komplikasi Stroke
Hipoksia
Serebral,
Embolisme
Serebral
Penatalaksanaan
Biologi
Psikologi
Sosial
Spiritual
Terapi Spiritual
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori
40
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka dirumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Terapi Spiritual
Variabel Pengganggu
Variabel Pengganggu
1. Keterampilan Terapis
2. Ketersediaan Alat
a. Usia
3. Potensi Pendengaran
b. Penyakit Penyerta
c. Aktivitas Fisik
d. Mobilitas Klien
e. Jenis Kelamin
f. Medikasi (Obat-obatan)
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
41
D. Hipotesis
Menurut (Saryono, 2011) hipotesis adalah prediksi dari hasil penelitian.
Hipotesis ada dua, yaitu hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja
(Ha). Hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho) dalam penelitian ini adalah: Tidak
ada pengaruh terapi spiritual terhadap tanda-tanda vital pada pasien stroke non
hemoragi di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.