Ringkasan Edit
Ringkasan Edit
b.
Bila tidak terdapat tanda gagal jantung dan Hb sebelum tranfusi di atas 5 g/dl,
diberikan 10 ml/kgBB per satu kali pemberian selama 2 jam. Umumnya jarak
antara dua seri tranfusi darah 2-3 bl. Bila terdapat tanda gagal jantung, pernah
ada kelainan jantung, atau Hb< 5 d/dl, dosis satu kali pemberian tidak boleh
terhadap reaksi hidroksi radikal bebas. Hidroksi radikal menginduksi peroksidasi lipid pada
organ-organ selular seperti mitokondria, lisosom, dan membran sarkoplasma. Pada individu
yang normal, pengikatan besi di plasma oleh transferin mencegah aktivitas katalisasi di atas.
Namun pada pasien yang memiliki jumlah besi yang sangat tinggi, transferin menjadi
tersaturasi penuh dan akan terjadi fraksi ikatan besi non transferin. Ikatan besi non transferin
ini akan mempercepat pembentukan hidroksi radikal bebas, dan memfasilitasi pengambilan
besi oleh jaringan. Kelebihan deposit besi dalam jaringan tubuh akan menyebabkan berbagai
kerusakan yang signifikan.7,8,9
KOMPLIKASI
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang
berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lainlain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis).
Hemosiderosis akibat tranfusi yang berulang-ulang. Pencegahan untuk ini adalah dengan
chelating agents.1,5
Hepatitis pasca tranfusi bisa dijumpai, apalagi bila darah tranfusi atau komponennya
tidak diperiksa dahulu terhadap adanya HbsAg. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada
hemosiderosis, karena peningkatan deposissimelanin (dikatalisasi oleh deposisi besi yang
meningkat. Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan. Pembesaran limpa
dapat mengakibatkan hipersplenisme dan dapat menyebabkan trombositopenia dan
perdarahan.1,5
PROGNOSIS
Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai
usia dekade ke 3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian
chelating agents untuk mengurangi hemosiderosis (harganyapun mahal, pada umumnya tidak
terjangkau oleh penduduk negara berkembang). Apabila di kemudian hari transplantasi
sumsum tulang dapat diterapkan maka prognosis akan menjadi baik, karena diperoleh
penyembuhan.5
PENCEGAHAN
Pencegahan thalassemia terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah bayi lahir
dengan thalassemia mayor. Ada 2 pendekatan target dalampencegahanthalassemiayaitu secara
retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif dilakukan dengan cara melakukan
penelusuran terhadap anggota keluarga dengan riwayat keluarga menderita thalassemia
mayor. Sementara pendekatan prospektif dilakukan dengan melakukan skrining untuk
mengidentifikasi karier thalassemia pada populasi tertentu. Secara garis besar bentuk
pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi tentang penyakit thalassemia pada masyarakat,
skrining (carrier testing), konseling genetika pranikah, dan diagnosis pranatal.10,11
a. Edukasi
Salah satu edukasi yang diberikan kepada orang tua ialah edukasi tentang melarang
atau menghindari pernikahan dari kerabat dekat (contoh, sepupu, paman, bibi, dsb). Hal ini
dikarenakan dengan adanya kekerabatan akan meningkatkan resiko mutasi gen yang
menyebabkan terjadinya thalassemia serta deteksi atau skiring mengenai gen carrier penyakit
thalassemia.12
b. Skrining Karier
Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik dokter keluarga, klinik keluarga berencana,
klinik antenatal, saat pranikah, atau pada saat bayi baru lahir. Pada daerah dengan risiko
tinggi dapat dilakukan program skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.13
Pendekatan genetik klasik dalam mendeteksi karier berdasarkan penelusuran silsilah
keluarga dianggap kurang efektif dibanding dengan skrining populasi. Bila ada individu yang
teridentifikasi sebagai karier, maka skrining pada anggota keluarga yang lain dapat dilakukan.
Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi perkawinan antar
kerabat dekat.13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kosasih EN. Sindrom Thalasemia dalam : H.M. Sjaifoellah Noer, Ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : EGC, 2002. h 417-425.
2.
3.
4.
5.
Robbins, Kumar. Thalassemia. dalam : Jonatan Oswari, Erlan, Irawati Setiawan, Ed.
Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC, 2005.h. 75-79
6.
Cappellini MD, Cohen A, Porter J et al. Guidelines for the management of transfusion
dependent thalassaemia (TDT). Cyprus:Thalassaemia International Federation, 2014: 218
7.
Nancy F, Gary M. Iron chelating therapy and the treatment of thalassemia. Blood. Vol.89
No.3(February 1),2003:739-761
8.
9.
10. Weatherall, DJ. The Thalassemias. Williams Hematology. 6th edition. Mc-Graw Hill,
November 2000.
11. Lanni F, Gani RA, Widuri, Rochdiyat W, Verawaty B, Sukmawati, dkk. -thalassemia
and hemoglobin-E traits in Yogyakarta population. Dipresentasikan pada 11th
International Conference on Thalassaemia and Haemoglobinophaties & 13rd
International TIF Conference for Thalassaemia patients and parents. Singapore; 8-11
Oktober 2008.
12. TIF. Prevention of thalassaemias and other haemoglobin disorders Volume 1 Second
edition. Thalassaemia International Federation Publisher. 2013
13. WHO. Guidelines for the control of haemoglobin disorder. Geneva 1994.