Anda di halaman 1dari 27

Manifestasi Klinis1,2,4

Hal yang sangat krusial dalam melakukan pemeriksaan fisik terhadap penderita varikokel
adalah menilai volume dan konsistensi dari testis. Walaupun pengukuran konsistensi testis sangat
subjektif, pengukuran volume testis dapat dilakukan secara akurat dengan menggunakan Prader
atau Orchidometer. Dalam praktek standar, volume testis kiri dibandingkan dengan testis kanan.
Behre dan Nashan (1991) memperlihatkan bahwa pengukuran volume testis dengan
menggunakan ultrasound memberikan sedikit keuntungan dan biaya yang cukup besar
dibandingkan dengan pengukuran dengan menggunakan orchidometer.

Prader orchidometer untuk mengukur volume testis. (Mc- Clure RD: Endocrine investigation and therapy.
Urol Clin North Am 1987; 14:471.)

Ablasi Varikokel: Pertimbangan Pengobatan1


Beberapa studi telah tersedia untuk mempelajari efek toksik dari varikokel terhadap
analisis semen pada remaja. Paduch dan Niedzielski (1996) membandingkan 36 anak laki-laki
tanpa varicocele dan 38 anak laki-laki dengan varicocele dan secara statistic ditemukan
perbedaan yang signifikan dalam motilitas, viabilitas, dan jumlah total sperma diantara kedua

kelompok tersebut, hal tersebut mengindikasikan tidak ada dampak berbahaya pada parameter
semen remaja. Karena analisis semen pada anak laki-laki remaja umumnya tidak dilakukan
berdasarkan pertimbangan psikologis dan etis. dan karena akibat kurangnya penerimaan yang
luas dari tes rangsangan hormone, pengukuran volume testis menjadi hal yang pokok untuk
melakukan penilaian terhadap indikasi operasi.
Penentuan volume mungkin dibantu oleh penggunaan Prader Orchidometer atau disk
orchidometer, sebagaimana diuraikan oleh Nagu dan Takahira (1979). Walau pengukuran
volume dapat dilakukan dengan orchidometer, dapat pula secara manual dengan tangan
pemeriksa yang sudah berpengalaman. Pada orang dewasa dan remaja, ukuran testis kira-kira
sama antara kiri dan kanan, dengan perbedaan kurang dari 2 ml atau 20% (Kass, 1990).
Apabila perbedaan ukuran tersebut melebihi nilai diatas, maka merupakan indikasi untuk
melakukan ablasi.
Pertumbuhan testis ipsilateral setelah ablasi varikokel telah diobservasi oleh beberapa
peneliti. Kass dan Belman (1987) melakukan penelitian terhadap 20 anak remaja dengan
varikokel grade II atau III dan rata-rata penurunan volume testis sebesar 70%. Dalam interval
3,3 tahun setelah ablasi, peningkatan volume testis yang signifikan (50%-104%; rata-rata, 91%)
ditemukan pada 16 dari 20 pasien. Sementara pada 4 pasien yang lain peningkatan volume
testis tidak signifikan. Gershbein dkk (1999) secara retrospektif mempelajari 42 orang pasien
(umur rata-rata, 14. 7 tahun) dengan palpable varicoceles selama paling tidak 6 bulan setelah
ligation (follow-up rata-rata, 22. 6 bulan). Pada saat preoperative, 54,8% mempunyai testis
ipsilateral yang kecil. Postoperatif, 38% testis kiri hipertrofi (volume testis paling tidak 10% lebih
besar daripada testis kontralateral). Walaupun secara statistik tidak signifikan, hypertrophy
ditemukan pada anak laki-laki lebih muda dan dengan varicoceles yang lebih kecil.

Gambar insisi pada inguinal saat operasi repair varikokel.

Preoperatif4
Prosedur pembedahan pada varikokel dilakukan secara outpatient dengan anestesi,
baik umum, regional, maupun local. Anestesi umum biasanya lebih membuat pasien merasa
nyaman.

Intraoperatif4
Tiga prosedur pembedahan yang umum dipakai untuk mereparasi varikokel, yaitu
pendekatan inguinal, retroperitoneal, dan infrainguinal atau infragroin. Dengan 3 pendekatan
tersebut, vena diikat secara permanen untuk mencegah aliran darah yang abnormal.

Postoperatif4
Instruksi post-op
-

Biasanya dilakukan dengan layanan one day care (ODC), pasien dapat kembali
beraktifitas secara normal dalam waktu 2 hari

Pasien boleh mandi setelah 48 jam setelah operasi

Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang cair terlebih dahulu, setelah itu
boleh dengan makanan yang padat

Berikan obat antinyeri, setelah 2 hari pasien dapat menggunakan obat dengan tanpa
resep dokter seperti asetaminofen dan ibuprofen

Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 1 minggu.

Komplikasi postoperatif yang memerlukan pengobatan segera


-

Jika luka menjadi terinfeksi (biasanya 3-5 hari setelah operasi). Adanya luka dapat
menyebabkan terjadinya proses inflamasi (tumor, calor, dolor, rubor, function laesa), dan
dapat membuat pasien menjadi demam

Hematoma. Diskolorisasi yang ekstrim dapat terjadi di sekitar tempat insisi pada
abdomen yang berasal dari perdarahan dibawah kulit, dapat menimbulkna luka yang
menonjol.

Follow-up
-

Pasien melakukan control ke dokter sekitar 7-10 hari

Jadwalkan untuk menilai luka dan bekas varikokel kira-kira 8 minggu setelah operasi

Jadwalkan analisis semen dan konsultasi 4 bulan setelah operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical
management. In: Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 9th ed. Philadelphia, Pa:
Saunders Elsevier; 2007:chap 67.

Tanagho EA, McAninch JW. Smith general urology. 2008. McGraw Hill-Companies. Ed
17. Chap 44 hal 14, 690-691, 704.

Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Pria. Dalam Price SA, Wison LM.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005.

White WM. Department of Surgery, Division of Urology, University of Tennessee


Graduate School of Medicine, University of Tennessee Medical Center. Updated july
2009. Diakses tgl 15 februari 2010.

www.medlineplus.com. Updated 220909. Linda J. Vorvick, MD, Medical Director,


MEDEX Northwest Division of Physician Assistant Studies, University of Washington,
School of Medicine; Louis S. Liou, MD, PhD, Assistant Professor of Urology, Department
of Surgery, Boston University School of Medicine. Also reviewed by David Zieve, MD,
MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc.

www.varicoceles.com. 2001. Diakses tgl 15 februari 2010

Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta. Sagung Seto.2008.

Netters Atlas Anatomy.

Diagnosa dan Pemeriksaan Fisik


Pasien datang ke dokter biasanya dengan keluhan belum mempunyai anak setelah
beberapa tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang
terasa nyeri. Sedangkan gejala klinis varikokel pada remaja biasanya asimptomatik. Varikokel
pada remaja sering ditemukan pada pemeriksaan fisik atau pemeriksaan medis sebelum masuk
sekolah tertentu, kompetisi olahraga, atau sengaja datang berobat ke dokter karena teraba massa
yang tidak nyeri pada skrotumnya. Sering massa pada skrotum yang tidak diketahui asalnya
didiagnosis sebagai varikokel, hernia inguinalis, communicating hidrokel, hernia omental,
hidrokel of the cord. Spermatokel, dan hidrokel skrotum merupakan diagnosis banding untuk
massa pada skrotum yang tidak nyeri pada remaja.

Anamnesis
Pada pemeriksaan dasar kelainan di dalam skrotum terlebih dahulu harus dijawab tiga
pertanyaan:
a. Apakah kelainan jelas terbatas di sebelah atas. Kelainan yang tidak terbatas di sebelah
proksimal biasanya merupakan hernia inguinalis, sedangkan bila kelainan terbatas di sebelah
atas, pasti terdapat suatu kelainan di dalam struktur skrotum.
b. Apakah kelainan bersifat kistik atau padat. Kista kecil kadang tidak menunjukkan fluktuasi,
sedangkan tumor padat yang lunak sekali dapat memberi kesan adanya fluktuasi. Yang
menentukan ialah pemeriksaan transiluminasi karena cairan jernih selalu bersifat tembus cahaya.

c. Pertanyaan menyangkut letak dan struktur anatomin kelainan yang harus diperiksa secara
palpasi. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang mengandung funikulus
spermatikus, epididimis, dan testis. Karena untuk spermatogenesis testis membutuhkan suhu
yang lebih rendah dibandingkan suhu tubuh kulit skrotum tipis sekali tanpa jaringan lemak di
subkutis, yaitu lapisan isolasi suhu. Keadaan ini memungkinkan palpasi ketiga struktur di dalam
skrotum secara teliti. Anulus inguinalis selalu dapat diraba di dinding perut bagian bawah.
Funikulus spermatikus dapat ditentukan karena keluar dari annulus inguinalis eksternus .
Sebaiknya pemeriksaan funikulus bilareral sekaligus untuk membandingkan kiri dengan kanan .
Di dalam funikulus dapat diraba vas deferens karena sebagian besar dindingnya terdiri atas
otot. Prosesus vaginalis di dalam funikulus pada anak mungkin teraba seperti lapisan sutra,
yang mungkin menjadi tanda diagnostik untuk hernia inguinalis pada anak . Struktur lain di
dalam funikulus adalah pembuluh arteri dan vena serta otot kremaster yang sukar diraba
sendiri, kecuali bila didapatkan bendungan pleksus pampiniformis yang merupakan varikokel.
Pemeriksaan Fisik5
Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi berdiri
tegak untuk melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi
kebiruan dari dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus
dipalpasi, dengan valsava manuever ataupun tanpa valsava. Varikokel yang dapat diraba dapat
dideskripsikan sebagai bag of worms, walaupun pada beberapa kasus didapatkan adanya
asimetri atau penebalan dinding vena.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk membandingkan


dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi berdiri, tapi tidak menghilang
dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan pengukuran testis dengan menggunakan
orchidometer (untuk konsistensi dan ukuran) dapat juga memberi gambaran kepada pemeriksa
ke patologi intragonad. Apabila disproporsi panjang testis atau volum ditemukan, indeks
kecurigaan terhadap varikokel akan meningkat.
Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun
terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan
auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat
mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit
diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.
Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis
kiri dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis
dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis
teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel -sel germinal.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli
seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen pada

varikokel menujukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meningkatnya jumlah
sperma muda (immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).
Klasifikasi varikokel5
Grade
Grade I
Grade II
Grade III
Grade

Temuan dari pemeriksaan fisik


Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari kulit
skrotum
Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum

Gambar
2.Orchidometer

Gambar 3 Varikokel grade III

Pemeriksaan Penunjang
Beberapa teknik yang dapat digunakan sebagai pencitraan varikokel: 6
-

Angiografi/venografi
USG
MRI
CT Scan
Nuclear Imaging

a. Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan refluks
darah vena abnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis .
Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya
hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari
vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik.
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan
kontras medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan
kanul menuju vena testikular kanan.

Gambar 4.left testicular venogram


b. Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel termasuk:
-

Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya berdekatan

dengan testis.
Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis
inguinalis biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter meningkat

sekitar 1 mm.
Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa pembesaran

pembuluh darah dengan diameter 8 mm.


Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral, anterior, posterior,

atau inferior dari testis)


USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi channel
vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya.

USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade I),

intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)


Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang
jelas pada testis. Gambarannya berbentuk oval dan biasanya terletak di sekitar
mediastinum testis.

Dengan menggunakan diameter sebagai kriteria dilatasi vena, Hamm dkk menemukan
bahwa USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan akurasi 92.7%.
Positif palsu/negatif
Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika
meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa . Varikokel
intratestikular dapat memberi gambaran seperti ektasis tubular.

Gambar 5.
Upper image:Longitudinal sonogram through the pampiniform plexus of the left testis.
The image shows several anechoic tubes
.Lower image: The application of color Doppler imaging in the same patient shows
bidirectional flow within the anechoic tubes.

Penatalaksanaan
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan
operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah
menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk
mendapatkan suatu terapi.
Algoritma Penanganan Varikokel

Gambar 6 Algoritma untuk penatalaksanaan varikokel


Analisis Sperma :
1. Oligospermia

: volume ejakulat < 1 cc

2. Hiperspermia

: volume ejakulat > 4 cc

3. Aspermia

: volume ejakulat 0 cc

4. Normozoospermia

: jumlah hitungan sperma > 20 jt/cc

5. Hiperzoospermia

: spermatozoa > 250 juta/cc

6. Oligozoospermia

: spermatozoa 5- 20 jt/cc

7. Oligozoospermia ekstrim : spermatozoa < 5 jt/cc


8. Kriptozoospermia

: Hanya ditemukan beberapa spermatozoa saja

9. Teratozoospermia

: Morfologi spermatozoa yg normal< 30 %

10. Astenozoospermia

: motilitas spermatozoa < 50 %

Indikasi Tindakan Operasi


Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas,
penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi.
Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus dioperasi
dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi-dependen fungsi
testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan
dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan
nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera.
Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil
peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria
golongan usia ini. R emaja dengan varikokel grade I II tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan
tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang menghilang pada sisi
varikokel, maka disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.
Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel klinis, ada
beberapa alternatif untuk varikokelektomi. Saat ini terdapat teknik nonbedah termasuk
percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi. Teknik retrogard perkutaneus dengan
menggunakan kanul vena femoralis dan memasang balon/coil pada vena spermatika interna.
Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada arteritestikular dan limfatik dikarenakan
sulitnya menuju vena spermatika interna. Radiographic occlusion juga memiliki komplikasi
seperti migrasi embolisasi materi menuju ke vena renalis yang mengakibatkan rusaknya ginjal
dan emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri, dan reaksi alergi dari pemberian kontras.

Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari
vena pampiniformis skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa
yang tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik retrograd, dapat
memberikan risiko trauma pada arteri testikular.
Teknik Operasi7
Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik . Teknik
yang paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit
skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal,
laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.
1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)
Teknik retroperitoneal (Palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena spermatika
interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena renalis kiri . Pada bagian
ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang terlihat. Sebagai tambahan, arteri testikular belum
bercabang dan seringkali berpisah dari vena spermatika interna. Kekurangan dari teknik ini
yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena sulitnya mencari lokasi pembuluh
retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post operasi. Sebagai tambahan, angka
kekambuhan tinggi karena arteri testikular terlindungi oleh plexus periarterial (vena comitantes),
dimana akan terjadi dilatasi seiring berjalannya waktu dan akan menimbulkan kekambuhan.
Paralel inguinal atau retroperitoneal kolateral bermula dari testis dan bersama dengan vena
spermatika interna ke arah atas ligasi (cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapat
menyebabkan kekambuhan. Ligasi dari arteri testikular disarankan pada anak-anak untuk
meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri testikular tidak
direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.

Gambar 7 Modified Palomo retroperitoneal approach for varicocelectomy

Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi.


-

Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilikus ke SIAS sepanjang 7-10 cm tergantung besar

tubuh pasien.
Aponeurosis M. External oblique diinsisi secara oblique.
M. Internal oblique terpisah 1 cm ke arah lateral dari M.

Transversus abdominis diinsisi.


Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
Pembuluh spermatic terlihat berdekatan dengan peritoneum, sangatlah penting menjaganya

tetap berdekatan dengan peritoneum.


Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M. Psoas posterior.
Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengindentifikasi vena spermatika, dan < 10%

R ectus abdominis dan M.

kasus arteri spermatika mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur spermatik dan mudah
-

dikenali.
Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus dengan vena tunggal dan
tidak ada kolateral, arteri dapat dikenali dan hanya akan dijaga apabila tidak bersamaan
dengan vena kecil yang menyatu dengan arteri. Pada kasus dengan vena multipel, kolateral
akan teridentifikasi dan seluruh pembuluh darah dari ureter menuju dinding abdomen
terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum terinspeksi pada jarak 7-8 cm dan
diligasi dengan pemisahan/pemotongan, kemudian dijahit permanen.

Setelah hemostasis dipastikan, M. Oblique internal, M. Transversus abdominis, dan M.

External oblique ditutup lapis demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap.
Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)


-

Insisi dibuat 2 cm diatas simfisis pubis.


Fasia M. External oblique secara hati-hati disingkirkan untuk mencegah trauma N.

ilioinguinal yang terletak dibawahnya.


Pemasangan Penrose drain pada saluran sperma.
Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.
Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan benang yang

nonabsorbable.
Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique ditutup dengan
benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.

Gambar 8 Teknik Inguinal

3. TeknikLaparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan dan
kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik ini, untuk
memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu melakukan ligasi

beberapa vena spermatika interna apabila vena comitantes bergabung dengan arteri testikular.
Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada usus, pembuluh darah
intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini lebih serius dibandingkan
dengan varikokelektomi open.

Indikasi dilakukan operasi:


-

Infertilitas dengan produksi semen yang jelek


Ukuran testis mengecil
Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar

Komplikasi
-

Perdarahan
Infeksi
Atrofi testis atau hilangnya testis

Kegagalan mengkoreksi varikokel


Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya palpasi varix setelah 6 bulan
postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia)

4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)


Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk melakukan
ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk memudahkan pengelihatan,
dan dengan menggunakanbantuan mikroskop pembesaran 6x hingga 25x, periarterial yang
kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diligasi, serta ekstraspermatik dan vena
gubernacular sewaktu testis diangkat. Fasia intraspermatika dan ekstraspermatika secara hatihati dibuka untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular dapat dengan mudah diidentifikasi
dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali dan disingkirkan, sehingga
menurunkan komplikasi hidrokel.

Komplikasi
-

Hidrokel
Rekurens; dikarenakan ligasi inkomplit
Iskemia testis dan atrofi; karena trauma dari arteri testikular

5. Teknik embolisasi8
-

Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedasi dan local anestesi.
Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem vena, dapat lewat vena femoralis kanan atau

vena jugularis kanan.


Kateter dimasukan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena kebanyakan

varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras venogram.


Dilakukan ISV venogram sebagai peta untuk mengembolisasi vena.
Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis inguinalis internal.
Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atauplatinum spring-like

embolization coils.
Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi sakroiliaka.
Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.
Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV terblok,
kemudian kateter dapat dikeluarkan.

Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai
hemostasis. Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi
selama beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini
mencapai 95%.

gambar 9. Embolisasi

gambar 10. Venogram pasca embolisasi

Evaluasi Pascaoperasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa
indikator antara lain:
-

Bertambahnya volume testis


Perbaikan hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan)
Pasangan menjadi hamil
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pascabedah vasoligasi tinggi dari Palomo

didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen, dan
50% pasangan menjadi hamil.
Prognosis

Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: bonam

Kesimpulan
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21 41% pria yang mandul menderita varikokel.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah
kanan (varikokel sebelah kiri 70-93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang
daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus. Indikasi dari
dilakukannya operasi varikokel adalah varikokel yang simptomatis dan dengan komplikasi.
Beberapa tindakan operasi diantaranya adalah ligasi tinggi vena spermatika interna secara
Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi, varikokelektomi cara Ivanissevich,
atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena spermatika interna
( embolisasi ).
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis
semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.

Anonim. Varikokel. Diunduh dari: Http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/varikokel


Juri. Urologi Varikokel. Diunduh dari: http://www.urologi.or.id/pdf/JURI22003_6.pdf
Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. EGC. 2005
Anonim.
Buku
Saku
Urologi.
Diunduh
dari:

http://jowo.jw.lt/books/Kesehatan/Buku_saku_urologi_txt.txt
5. Kandell, Fouad R. Male Reproductive Dysfunction, Pathophysiology and Treatment .CRC
Press. 2007
6. Anonim. Varicocele Imaging.Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/382288imaging
7. Graham Sam D, Keane Thomas E. Glenns Urologic Surgery. Lippincott Williams &
Wilkins. 2009
8. Anonim.

Non-Surgical

Varicocele.

Diunduh

dari:

http://www.varicoceles.com/nonsurgical_varicocele_2006.pdf

TAR PUSTAKA
Cooper, S Christopher et all. 2006. Varicocele. In : Poherty, M Gerard. Current Diagnosis and
Treatment Surgery 13rd edition. Mc-Graw Hill Companies. New York. USA. Hal 961963.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta
Graham, Sam D, Keane Thomas E. 2009. Varicocele. In : Glenns Urologic Surgery. Lippincott
Williams and Wilkins. Hal 397-401.
Khan, N Ali. 2011. Varicocele Imaging. In www.emedicine.medscape.com/article/382288.
Updated : May 25, 2011.
Mayor, George S et all. 2000. Varicocele in Urologic Surgery. Diagnosis, Technique and
Postoperative Treatment. Georg Theme Publisher. Stuttgart. Germany. Hal 443-446.

Purnomo, Basuki B. 2012. Varikokel. In : Dasardasar Urologi. Edisi 3. EGC, Jakarta:


Schneck FX, Bellinger MF. 2007. Varicocele:Abnormalities of the testes and scrotum and their
surgical management. In: Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 9th edition.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. Chap. 67 hal. 3793-3798.
Sjamsuhidajat, dkk. 2005. Varikokel. In : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta. Hal: 775
Smith, J Steven, Robert I. White. 2005. Nonsurgical Treatment of Varicocele. Northwestern
University Medical School. USA.
Tanagho EA, McAninch JW. 2008. Varicocele. In : Smith General Urology. McGraw HillCompanies. Ed 17. Chap 44 hal 14, 690-691, 704.

Anda mungkin juga menyukai