Anda di halaman 1dari 1

C.

Pengaruhnya pada reproduksiProduksi ternak sapi potong sangat berhubungan dengan performansnya,seperti bobot badan,
ukuran tubuh, komposisi tubuh, dan kondisi ternak.Reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa
pubertas dandiatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan.Reproduktivitas ternak yang tinggi
merupakan kunci keberhasilan produksiternak, terutama mengenai jumlah anak yang dapat dilahirkan selama hidupinduk.
Empat hal yang menjadi kendala reproduksi sapi potong, yaitu lama bunting yang panjang, panjangnya interval dari lahir
hingga estrus pertama,tingkat konsepsi yang rendah dan kematian anak sampai umur sapih yang tinggiPerforma reproduksi
sapi PO akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor genetik (bangsa), makanan dan lingkungan
(Iskandar,2011), selain itu factor kesehatan juga berpengaruh pada produktivits (Rasyiddkk, 2009). Pola pengelolaan yang
baik pada sapi dara selama fase pertumbuhanakan memberikan pertambahan bobot badan maksimal sehingga masa pubertas
10dan dewasa tubuh akan dicapai lebih cepat. Namun, pertimbangannya bahwa sapidara yang akan memasuki masa
reproduksi membutuhkan bobot badan dankondisi tubuh yang optimal. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama
akanmenyebabkan kekurusan dan diikuti tidak aktifnya fungsi ovarium, sebaliknyaakan mengalami gangguan reproduksi
yaitu kegagalan kebuntingan dan kemajiran bila bobot badan meningkat drastis. Pemberian pakan yang tidak memadai
akan berpengaruh pada
conception rate
yang rendah. Apabila kebutuhan pakantambahan tidak terpenuhi dengan baik, maka akan terjadi defisiensi mineral
dan berdampak pada reproduksi. Kegagalan reproduksi dapat disebabkan karenakurang gizi, defisiensi mineral, teknik
inseminasi dan faktor internal ternak itusendiri (Rasyid dkk, 2009).Pemberian pakan yang kurang dari peternak rakyat,
biasanya hanya diberi berupa rumput lapang dan juga rumput kering di saat musim kemarau, dimana kandungan gizi kedua
bahan pakan tersebut seperti protein dan mineralrendah, tentu kebutuhan hidup pokok sapi PO tidak terpenuhi
akibatnya proses produksi dan reproduksi terganggu, seperti pencapaian umur pubertasmenjadi lama (panjang). Rumput
kering yang jelek selalu memberikan defisiensi protein dan biasanya berhubungan dengan rendahnya kadar mineral di
dalam pakan terutama P (Posfor) dan Co (cobalt). Apabila sapi mengalamidefisiensi Co dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan, pubertasterlambat dan kegagalan estrus pada sapi betina. Sedangkan defisiensi P dapatmenyebabkan pubertas
terlambat pada sapi dara dan pada induk terjadinyakegagalan estrus (Iskandar, 2011).
11Sapi persilangan memiliki kebutuhan pakan yang lebih tinggi dibandingdengan sapi lokal, misalnya Simpo (SimmentalPO). Performa reproduksi sapiSimpo akan menurun jika cara pemeliharaannya sama dengan pemeliharaan sapiPO. Jika
nutrisi tidak terpenuhi, maka sapi
crossbreed
akan lebih seringmengalami gangguan reproduksi yang diawali dengan
silent heat-anestrus
, karena bobot tubuh mereka tidak optimal untuk mencapai kemampuannya dalam berovulasi atau beraktivitas luteal.
Kurangnya pakan penguat yang mengandung banyak mineral dan energi secara garis besar dapat berdampak negatif
pada performa reproduksi baik sapi PO maupun Simpo (Rasyid dkk, 2009).Salah satu nutrisi yag terkandung dalam pakan
tambahan konsentratadalah karbohidrat, bentuk paling sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau
aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atauketosa). Rendahnya kadar glukosa dalam serum pada sapi, selain
dapatmenghambat sintesis atau pelepasan
gonadothropin releasing hormone
(GnRH) juga menghambat pelepasan
follicle stimulating hormone
(FSH) dan
luteinizing hormone
(LH), menyebabkan terhambatnya perkembangan folikel, ovum,estrogen,dan progesteron. Glukosa adalah salah satu substrat
metabolisme palingutama yang diperlukan untuk fungsi yang sesuai dengan proses reproduktif padasapi. Rendahnya kadar
serum glukosa selain dapat menyebabkantingginyakonsentrasi
non esterified fatty acids
(NEFA) yang mempunyai efek toksik terhadap folikel, oosit,embrio, dan fetus. Kekurangan nutrisi juga berdampak
padakematian ovum, embrio, dan fetus karena tidak cukupnya hormon steroid ovarium(Arthur
,
2001).

Anda mungkin juga menyukai