Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

BAHASA INDONESIA
Di
S
U
S
U
N
Oleh :

TS

GURUKU TERSAYANG (CERPEN)


Pagiku cerahku matahari bersinar
Kugendong tas merahku dipundak
Pagi menjelang, mataharipun sudah berani menampakkan diri untuk menjalankan tugasnya
menerangi sang bumi yang bulat ini. Akupun sudah siap dengan seragam sekolahku dan
dihiasi tas merah dipundakku.
" Ma, pa, aku berangkat dulu." Ucapku pada kedua orang tuaku sambil mencium tangan
mereka.
" Hati-hati di jalannya, nak."
" Iya ma..." Akupun langsung berangkat menuju sekolahku dengan menggunakan jasa
angkot. Sekitar 30 menit aku sampai di depan gerbang sekolah, akupun langsung masuk
menyusuri koridor sekolah supaya sampai di kelasku.
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
" Selamat pagi semua..." Ucapku pada teman-temanku ketika berpapasan di koridor sekolah.
Tak jauh dari sini terlihat diambang pintu kelas guruku sedang berdiri menantikan kedatangan
kami.
" Selamat pagi, bu!!" Ucap kami serempak ketika sudah sampai di depan kelas kami.
" Selamat pagi juga anak-anak, mari masuk kelas! Sebentar lagi bel berbunyi." Kamipun
menurutinya untuk masuk kelas.
Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku
"Teeeet... Teeeet..." Belpun berbunyi.
"Anak-anak mari kita mulai pelajarannya, sekarang kita belajar bahasa indonesia dimana
sekarang kita akan belajar menulis puisi. Nanti di jam terakhir pelajaran diharapkan tiap
orang ke depan untuk membacakan puisi yang dibuatnya"
Karena atas apa yang diajarkannya kamipun bisa menulis puisi dan membacanya di depan
kelas.
Nyatanya diriku kadang buatmu marah
Namun segala maaf kau berikan
" Ani, ayo kamu ke depan bacakan puisi buatanmu." Ucap guruku, tapi aku tetap diam di
tempat walaupun dia menyuruhku untuk ke depan, karena tadi aku sudah membacakannya,
malas kalau harus membacakannya lagi.
"Ayo ani, kamu kenapa?" Tanya guruku sambil berjalan mendekat menghampiriku.
"Tapi bu, tadi kan aku sudah membacakan puisinya. Masa harus ngulang sekali lagi."
"Pokoknya ibu minta sekali lagi!"
"Yang lain aja bu, kenapa harus aku?"
"Teeeet... Teeet..." Belpun berbunyi.
"Ya udah, berhubung sudah bel untuk kali ini ibu cukupkan dan untuk ani untuk kali ini tidak
usah ke depan." Ucapnya dan berlalu dari hadapanku. Aku jadi merasa bersalah karena tak

mau menuruti apa yang diperintahnya, akupun langsung berjalan untuk menyusulnya.
"Maaf bu." Ucapku

CERPEN SEORANG PROFESOR


Profesor Carter berjalan kaki mengunjungi rumah seorang
temannya yang terletak di ujung jalan. Setelah makan malam
dan bermain catur, dia berpamitan hendak pulang. Tapi tibatiba hujan turun dengan derasnya dan angin bertiup sangat
kencang.
"Jangan pulang dulu, hujan sangat deras dan udara sangat
dingin juga. Menginap saja di sini!," cegah temannya. Sang
Profesor segera menyetujui tawaran tersebut. Maka temannya
itu masuk ke dalam rumah dan menyuruh istrinya untuk
menyiapkan tempat tidur.
Ketika dia keluar lagi ke ruang tamu, ternyata Profesor itu
sudah tidak ada. Dia dan istrinya mencari-cari ke segala sudut
rumah, tetapi tidak menemukan Profesor.
Tiba-tiba terdengar orang membuka pintu dan masuk ke dalam
rumah.
"Profesor Carter! Darimana saja engkau?" seru temannya.
"Ya? aku pulang sebentar ke rumah untuk mengambil baju
tidurku," jawab Profesor.

Peribahasa Indonesia sudah sering digunakan oleh masyarakat.


Keanekaragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa di negara Indonesia berpengaruh pada
perbendaharaan kalimat, yaitu Peribahasa Indonesia. Berikut ini saya akan memberikan
beberapa Peribahasa Indonesia beserta arti atau maknanya.
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang.
Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah.
Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.
Membagi sama adil, memotong sama panjang.
Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.
Air beriak tanda tak dalam.
Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.
Air tenang menghanyutkan.
Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan
dalam pikirannya.
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.
Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil
yang baik.
Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.
Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.
Tong kosong nyaring bunyinya.
Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.
Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang.
Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara
seolah-olah tahu banyak hal.
Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan.
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat.
Bagaikan burung di dalam sangkar.
Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.

Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga.


Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.
Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.
Seiya sekata dalam semua keadaan.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.
Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.
Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.
Jauh di mata dekat di hati
Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.

Semut dan Belalang

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah
bekerja

keras

sepanjang

musim

panas

untuk

mengumpulkan

makanan,

mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama


musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di
tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu
memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah
mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini?
Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang
Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim
panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah
lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu
menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Cerita Dongeng Binatang : Fabel Kisah Semut Dan Gajah


Dahulu kala di sebuah hutan sangat rimba. Hiduplah bermacam-macam binatang, dari yang
paling kecil seperti Semut dan binatang yang paling besar seperti Gajah.
Gajah sangat angkuh, ia mengakui dirinya paling kuat. Gajah binatang yang di segani di
hutan tersebut karena berhasil mengalahkan Harimau si raja hutan. Gajah dengan mudah
mengalahkan Harimau, dengan belalainya yang panjang, Harimau diangkat timggi-tinggi dan
di banting ke tanah. Karena dapat mengalahkan Harimau, Gajah mengaku sebagai pengusa
hutan rimba yang baru.
Gajah sangat sombong. Karena badannya yang sangat besar, ia berpikir dapat mengalahkan
semua binatang. Ia menyepelekan hewan-hewan yang berada di hutan. Karena kesombongan
itu, ia tidak di senangi oleh hewan-hewan lainnya.
Pada suatu hari, Gajah mengadakan suatu sayembara, siapapun yang dapat mengalahkannya,
ia berhak menggantikannya sebagai Raja hutan.
Sayembara itu di sambut sangat antusias dari berbagai binatang. Terutama binatang buas yang
suka memangsa binatang kecil yang tidak berdaya.
Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang yang
besar seperti. Harimau, Badak, Landak, dan Beruang. Namun, pada saat mereka melihat
Gajah, mereka merasa takut untuk melawannya. Semua binatang tidak ada yang berani
berhadapan dengan binatang raksasa itu.

Cerita Dongeng Binatang Fabel Semut Dan Gajah


Melihat tidak ada seekor pun yang dapat mengalahkannya. Kesombongannya pun sangat
meningkat. Gajah pun menakut-nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya yang
panjang di depan semua hewan. Ia merasa paling kuat dan di takuti semua hewan.
Ketika Gajah menunjukan kesombongannya. Tiba-tiba turunlah seekor Semut dari batang
pohon.
Aku ingin mengikuti sayembara ini! Bolehkan aku ikut? Tanya Semut dengan ramah.
Hei kau hewan kecil! Kau bukan lawanku. Kau aka melawanku yang sebesar ini? Tubuhmu
saja tidak ada sebesar ujung ekorku.! Jawabnya sambil tertawa.
Mendengar ucapan Gajah, Semut pun merasa kesal. Namun, ia tetap rendah hati.

Baiklah Gajah, sekarang kau boleh smbong di hadapanku. Namun, kau belum pernah
merasakan gigitanku bukan? jawabnya.
Gajah pun mulai marah mendengar yang di ucapkap Semut. Ia langsung masuk kedalam
arena pertarungan.
Majulah hei kau Semut! kata sang Gajah.
Dengan gagah berani Semut maju ke dalam arena. Pertempuran terjadi sangat tidak
seimbang. Semut di injak-injak Gajah dengan sangat mudah. Namun, Semut yang cerdik dan
berani itu mencari kesempatan. Tanpa Gajah sadari, Semut berhasil naik ke atas punggung
Gajah yang besar itu. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh si kecil Semut. Semut hatu
kelemahan Gajah terletak pada telinga yang besar dan lebar itu. Perlahan-lahan ia masuk ke
lubang telinga Gajah. Semut mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai merasa
kesakitan. Tubuhnya yang sangat besar itu berguling-guling di atas tanah karena menahan
kesakitannya. Gajah berusaha mengeluarkan Semut itu dari telinganya. Namun, usahanya
sia-sia.
Ampun Semut! Aku mengaku bersalah. Teriak Gajah. Heban besar itu mulai menyerah.
Mendengar teriakan Gajah, ia merasa sangat kasihan. Semut keluar dari lubang telinga.
Mangkannya hidup tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu besar. Namun, ada lagi yang
lebih besar. Sekarang kamu kuat. Namun, ada yang lebih kuat dari kamu. Kekuatan tenaga
tidak selalu dapat menolong. Namun, kecerdikan otak selalu di atas segalanya. Ujarnya.
Gajah hanya terdiam. Ia merasa sangat malu, hewan-hewan lain hanya menyaksikan
kekalahan Gajah dan tertawa dan bersorak-sorak. Salah satu binatang yang turut menonton
pertarungan member komentar.
Mangkannya jangan suka meremehkan hewan lainnya. Semut, memang binatang yang
sangat kecil. Namun, Semut adalah pahlawan yang dapat mengalahkan kesombongan dan
keangkuhan.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang : Fabel Semut Dan Gajah adalah sehebat-hebatnya
kita pasti ada orang lain yang memiliki keahlian yang lebih tinggi. Kelebihan yang kita miliki
jangan membuat kita sombong dan lupa diri. Justru harus rendah hati dan bersyukur.

Anda mungkin juga menyukai