Anda di halaman 1dari 4

Anemia merupakan penyakit darah atau tepatnya kondisi di mana tubuh kekurangan darah.

Anemia sering menyerang wanita namun juga terjadi pada laki-laki dan anak-anak. Selain itu,
anemia juga dikaitkan dengan beberapa penyakit serius.

Bagaimana Anemia Bisa Terjadi?


Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki sel darah merah yang cukup kuat dan sehat untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh. Pada kondisi ini, sel darah merah tidak cukup
mengandung hemoglobin, yakni protein yang memberikan warna merah pada darah, atau bisa
juga disebut dengan protein pembawa oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Anemia dan gejala jantung

Orang yang mengalami anemia cenderung kekurangan oksigen dalam darah mereka. Hal ini
mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa oksigen yang cukup untuk
organ-organ di tubuh. Gejala-gejala yang berhubungan dengan jantung dan anemia adalah
aritmia (detak jantung tidak normal), sesak napas, dan nyeri dada.
Anemia pada anak

Sekitar satu dari tujuh anak diketahui mengembangkan anemia pada umur dua tahun.
Kebanyakan dari mereka yang terkena anemia diketahui akibat kekurangan asupan zat besi.
Mereka yang kekurangan zat besi dan mengalami anemia cenderung mengonsumsi makananmakanan yang tidak sehat. Jika tidak diatasi, anemia bisa mempengaruhi perkembangan
otak anak secara permanen.
Anemia pada remaja

Jika anak remaja anda sering merasa lelah, mungkin dia sedang terkena anemia. Para remaja
berisiko mengalami anemia karena mereka sedang dalam proses pertumbuhan yang begitu
signifikan. Gadis remaja juga lebih rentan terhadap anemia karena periode menstruasi
mereka.
Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah gangguan langka di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel
darah yang cukup untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Anemia aplastik mempengaruhi hanya
sekitar tiga dalam satu juta orang. Hal ini dapat disebabkan oleh radiasi tingkat tinggi,
paparan bahan kimia tertentu, virus, atau gangguan autoimun di mana tubuh menyerang
sumsum tulang. Sekitar satu dari lima kasus diwariskan pendahulunya. Dalam kasus yang
parah, seseorang memerlukan transfusi darah atau bahkan transplantasi sumsum tulang.
Anemia sel sabit

Anemia sel sabit adalah kelainan bawaan di mana tubuh menghasilkan bentuk hemoglobin
yang tidak normal. Hal ini menyebabkan sel darah merah berubah dari bulat menjadi bentuk
sabit dan membuatnya terjebak bersama-sama. Hal ini membuat sel darah merah kesulitan
untuk melewati pembuluh darah, menyebabkan rasa sakit dan kerusakan jaringan tubuh. Selsel darah merah juga mati lebih cepat daripada sel-sel darah merah normal.

Gejala Anemia

Jika Anda sering merasa lelah meskipun anda telah tidur dengan cukup atau anda tidak
memiliki energi untuk beraktivitas, anda mungkin sedang mengalami anemia. Hal ini dapat
menjadi masalah terhadap memori atau suasana hati anda. Gejala anemia ditandai mulai dari
yang ringan hingga yang mengancam nyawa, beberapa diantaranya adalah lemas,
pusing, kulit pucat, sakit kepala, tangan dan kaki terasa dingin atau mati rasa, dan suhu
tubuh rendah.

Faktor risiko anemia


Wanita dan orang dengan penyakit kronis memiliki risiko terbesar untuk mengalami anemia.
Ketika wanita kehilangan darah saat periode menstruasi yang berat, mereka mungkin
mengalami anemia. Kehamilan juga bisa memungkinkan perubahan volume darah seorang
wanita yang pada akhirnya dapat menyebabkan anemia. Penyakit kronis seperti penyakit
ginjal dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat sel darah merah. Kekurangan
asupan zat besi, folat, atau vitamin B12 juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terkena anemia. Selain itu, ada beberapa jenis anemia yang disebabkan karena faktor
keturunan.

Penyebab anemia
1. Kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi sering dikaitkan dengan anemia. Zat besi yang terkandung pada tumbuhtumbuhan dan suplemen tidak diserap dengan baik layaknya pada daging merah. Gangguan
pencernaan seperti sindrom Crohn (Crohns disease), penyakit celiac, atau proses bypass
lambung dapat menghambat penyerapan zat besi. Ada beberapa makanan yang dapat
menghambat penyerapan zat besi ketika makanan-makanan ini dikonsumsi bersamaan
dengan makanan yang mengandung zat besi. Makanan-makanan tersebut adalah produk susu,
makanan berkalsium, suplemen kalsium, antasida, kopi, dan teh.
2. Kekurangan vitamin

Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat untuk membuat sel darah merah. Kekurangan
asupan kedua vitamin ini bisa menyebabkan anemia. Gangguan autoimun atau masalah
pencernaan juga dapat mencegah tubuh dalam menyerap vitamin B12. Makanan hewani dan
sereal merupakan sumber yang baik dari vitamin B12. Folat (vitamin B9) bisa ditemukan
pada sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang kering, kacang polong, dan lain
sebagainya.

Diagnosa Anemia
Sebuah tes darah lengkap akan memeriksa level sel derah merah, sel darah putih, trombosit,
dan hemoglobin yang ada dalam tubuh anda. Tes ini juga akan memeriksa faktor-faktor lain
seperti ukuran rata-rata, variabilitas ukuran, volume, dan konsentrasi hemoglobin sel darah
merah. Jika anda kekurangan anemia akibat kekurangan zat besi, maka sel darah merah anda
terlihat lebih kecil dari ukuran normal. Dokter mungkin akan bertanya tentang gejala-gejala
yang anda alami, obat-obatan yang anda konsumsi, dan riwayat keluarga anda.
Jika tubuh anda memproduksi terlalu sedikit atau terlalu banyak sel darah, atau strukturnya
terlihat tidak normal, anda mungkin perlu melakukan tes sumsum tulang. Sumsum tulang,

jaringan spons dalam tulang mengandung sel induk yang berubah menjadi sel-sel darah.
Dokter akan mengambil sedikit sampel dari sumsum tulang melalui jarum suntik.

Mengobati Anemia
1. Suplemen zat besi

Suplemen zat besi sering dibutuhkan untuk mengatasi anemia yang disebabkan karena
kekurangan mineral tersebut. Suplemen zat besi baik dikonsumsi bersamaan dengan makanan
atau minuman yang mengandung vitamin C seperti jus jeruk. Namun jangan konsumsi
suplemen zat besi bersamaan dengan kopi, teh, atau makanan/minuman berkalsium karena
dapat menghambat penyerapan zat besi. Beberapa orang mungkin perlu mengimbanginya
juga dengan mengonsumsi suplemen vitamin B12 dan asam folat.
Zat besi dan kehamilan
Sekitar setengah dari wanita hamil mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Wanita
hamil harus mendapatkan sekitar 27 miligram zat besi setiap hari yang berasal dari makanan
mereka. Vitamin yang umum dikonsumsi sebelum kelahiran biasanya juga mengandung zat
besi.
Kelebihan zat besi
Walaupun zat besi dapat mengatasi anemia, namun kelebihan zat besi bisa menyebabkan
masalah serius. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat kelebihan zat besi adalah terkait
dengan masalah hati, jantung, dan pankreas. Kadar zat besi yang berlebihan dapat dikurangi
melalui proses pengambilan darah (flebotomi) atau dengan bantuan obat-obatan.
2. Obat-obatan

Anemia bisa diatasi dengan pemberian kortikosteroid (salah satu jenis hormon) atau obatobatan lainnya yang bisa menekan permasalahan sistem imun. Selain itu, jika anemia terjadi
terkait dengan sumsum tulang, maka akan diobati dengan pemberian eritropoietin, hormon
yang memiliki peran terhadap proses hematopoiesis, berguna dalam membentuk sumsum
tulang pada proses hematopoiesis.
3. Transfusi darah

Jika anda memiliki anemia yang berat, anda mungkin memerlukan transfusi darah yang
cocok dengan jenis anda. Ketika sel darah merah yang diproduksi tidak bekerja dengan baik,
anemia dapat diobati atau disembuhkan dengan transplantasi. Dalam kasus ini, sumsum
tulang dari seorang pendonor dapat menggantikan sumsum tulang yang rusak sehingga tubuh
dapat mulai memproduksi sel-sel darah yang sehat.

Mencegah anemia
Anda dapat mencegah beberapa jenis anemia dengan mengonsumsi makanan yang sehat.
Makanan yang mengandung zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati, ikan, tahu,
kacang-kacangan, lentil, sayuran hijau, dan buah kering baik dikonsumsi untuk mencegah
anemia. Selain itu, konsumsi juga makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam folat
seperti telur, produk susu, bayam, dan pisang. Makanan dan minuman ber-vitamin C juga
baik dikonsumsi untuk membantu tubuh dalam menyerap zat besi.

Itulah beberapa informasi mengenai anemia. Untuk memastikan lebih lanjut apakah anda
mengalami anemia atau tidak, konsultasikan dengan dokter. Semoga artikel ini bermanfaat.
Sumber: artikelkesehatan.com

Anda mungkin juga menyukai