Anda di halaman 1dari 4

Suksesi dan Regenerasi Hutan

by Yusran Kapludin. 2010


Hutan adalah suatu kelompok pohon-pohonan yang cukup luas dan cukup rapat, sehingga dapat
menciptakan iklim mikro (micro-climate) sendiri. Sedangkan menurut Soerianegara dan
Indrawan (2005) hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan
mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan.
Hutan hujan tropika merupakan jenis wilayah yang paling subur. Hutan jenis ini terdapat di
sekitar wilayah tropika atau dekat wilayah tropika di bumi ini yang menerima curah hujan
berlimpah sekitar 2000-4000 mm setahunnya. Suhunya tinggi (rata-rata sekitar 25-26 oC) dan
dengan kelembaban rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan tersebut adalah pohon tinggi
dengan tinggi maksimum rata-rata 30 meter (Ewusie, 1980).
Hutan hujan merupakan suatu komunitas yang sangat kompleks dengan ciri yang utama adalah
pepohonan dengan berbagai ukuran. Kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda
dengan keadaan di luarnya; cahaya kurang dan kelembaban yang lebih tinggi dengan suhu yang
rendah (Whitmore, 1998). Selanjutnya menurut Richard (1966) dinyatakan bahwa ciri hutan
hujan tropika yang mencolok yaitu penutupnya mayoritas terdiri dari tanaman berkayu berbentuk
pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan beberapa jenis epifit yang berkayu (woody).
Tumbuhan bawah terdiri dari tumbuhan berkayu, semai (seedling) dan pancang (sapling),
belukar (shurb) dan pemanjat-pemanjat muda. Tumbuhan herba yang terdapat ialah beberapa
epifit sebagai bagian dari tumbuhan bawah dalam proporsi yang relatif kecil.
Ewusie (1980) menyatakan bahwa suksesi merupakan hasil dari tumbuhan itu sendiri, dalam arti
bahwa tumbuhan yang berada dalam daerah tersebut pada suatu waktu tertentu mengubah
lingkungannya yang terdiri dari tanah, tumbuhan dan iklim mikro yang berada di atasnya
sedemikian rupa sehingga membuatnya lebih cocok untuk spesies yang lain daripada bagi
tumbuhan itu sendiri.

Suksesi adalah perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan , yang


terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah
tercapainya keadaan seimbang (homeostatis). Regenerasi hutan adalah merupakan salah satu
contoh

suksesi, yaitu

dan struktur

ekosistem

serangkaian
dengan

perubahan yang dapat diprediksi

berjalannya

waktu bila

dari

komposisi

dibiarkan berjalan semestinya,

yang pada akhirnya akan menghasilkan ekosistem yang final dan stabil yang disebut sebagai
ekosistem klimaks.

Dalam pelaksanaan pena naman program rehabiltiasi hutan rawa gambut

pada lahan hutan terdegradasi dan hutan sekunder sebaiknya dilakukan melalui pendekatan
berdasarkan

aspek

suksesi.

Pendekatan ini dilakukan

untuk

memastikan bahwa

areal hutan rawa gambut terdegradasi tersebut dapat pulih mendekati kondisi klimaks ,
dan tidak mengarah pada pola monokultur.
Ahli

Ekologi menganggap regenerasi hutan

merupakan salah

satu contoh suksesi, yaitu

serangkaian perubahan yang dapat di prediksi dari komposisi dan struktur ekosistem dengan
berjalannya waktu bila dibiarkan berjalan semestinya, pada akhirnya akan menghasilkan
ekosistem yang final dan stabil yang disebut se bagai ekosistem klimaks. Ekosistem
klimaks sangat tergantung dari type tanah dan kondisi iklim.
Faktor yang mengganggu / membatasi terjadinya regenerasi hutan adalah kekurangan sumber
biji, yang bisa disebabkan karena Kekurangan pembantu penyebaran biji -bijian, Pemangsa
biji, Kondisi tanah dan iklim micro yang tidak cocok untuk perkecambahan dan tahap
awal pertumbuhan anakan, Didominasi oleh tanaman herba pengganggu, adanya kebakaran,
biji dimakan oleh hewan(hama penyakit).
Brown & Lugo (1990)
Hutan-hutan sekunder terbentuk sebagai suatu konsekensi dari dampak manusia terhadap
kawasan-kawasan hutan Hutan-hutan yang terbentuk sebagai suatu konsekensi dari pengaruh
manusia, biasanya setelah adanya kegiatan pertanian di areal-areal hutan yang ditebang-habis,
tidak termasuk disini. Dalam konteks ini, hutan-hutan sekunder merupakan suatu komponen
penting dari perladangan berpindah.

Catterson (1994)
Suatu bentuk hutan dalam proses suksesi yang mengkolonisasi areal-areal yang sebelumnya
rusak akibat sebab-sebab alami atau manusia, dan yang suksesinya tidak dipengaruhi oleh
vegetasi asli disekitarnya karena luasnya areal yang rusak. Bentuk- bentuk formasi vegetasi
berikut ini dapat terbentuk: lahan kosong / padang-padang rumput buatan / areal areal bekastebangan baru / areal-areal bekas tebangan yang lebih tua.
Corlett (1994)
Ciri-ciri utama dari hutan-hutan sekunder adalah terjadinya interupsi dari penutupan hutan yang
kontinyu, ketergantungan dari luar dalam pembentukan hutan kembali, dan kenyataan bahwa
ciri-ciri ini dapat dikenali pada struktur dan/atau komposisi vegetasi hutan. Pendefinisian hutanhutan sekunder seperti biasanya adalah suatu masalah bagaimana menarik garis batas didalam
suatu selang/skala.
Parlemen Jerman (1990)
Hutan-hutan sekunder mencakup semua tahapan suksesi yang terjadi pada areal-areal yang
kosong akibat sebab-sebab alami atau kegiatan manusia.
FAO (1993)
Setelah adanya perubahan dari bentuk pemanfaatan lahan yang terkait dengan pengurangan
penutupan pohon dibawah 10% (penggundulan hutan), hutan sekunder akan terbentuk apabila
areal tersebut ditinggalkan tanpa gangguan.
Finegan (1992)
didefinisikan sebagai vegetasi berkayu yang berkembang/tumbuh diatas lahan yang ditinggalkan
sebelumnya setelah vegetasi aslinya dirusak akibat kegiatan manusia.
Greigh-Smith (1952)
Pertumbuhan kembali setelah tebang-habis.
Huss (1996)
Setelah hutan-hutan alam atau sisa-sisa hutan alam terdegradasi akibat kegiatan tebang pilih atau
pembalakan kayu yang tak terkontrol, hutan-hutan sekunder berkembang dari benih pohon-

pohon pionir, coppice dari sisa-sisa (tunggul) pohon, atau melalui regenerasi jenis-jenis pohon
klimaks, selama proses tersebut tidak diganggu. Karena itu hutan- hutan yang terdegradasi dan
hutan-hutan sekunder tidak dapat dibedakan secara jelas. Hutan- hutan sekunder seringkali
membentuk mosaik mosaik kecil dari komunitas hutan serta fase-fase degradasi dan regenerasi
yang sulit dipilah-pilah.
Kaffka (1990)
Hutan-hutan bekas tebangan yang kemudian dibiarkan tanpa gangguan-gangguan dapat
berkembang menjadi hutan sekunder.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN HUTAN SEKUNDER
1. Faktor Ekologi
Sebagaimana halnya pada seluruh hutan lainnya, karakteristik-karakteristik dan perkembangan
hutan-hutan sekunder juga tergantung pada kondisi-kondisi spesifik pertumbuhannya. Kondisikondisi spesifik tersebut mencakup tidak hanya perkembangan dari pertumbuhan riap dan
volume tegakan saja, melainkan juga struktur dan komposisi tegakan.
2. Kondisi-kondisi tapak
3. Sumberdaya permudaan/regenerasi
4. Pengaruh Manusia
Suksesi yang terjadi sebagai akibat interfensi manusia secara langsung meliputi:
a. Pemanfaatan Kayu
b. Tebang Pilih
c. Tebang Habis
d. Kebakaran

Anda mungkin juga menyukai