Anda di halaman 1dari 40

PEMERIKSAAN

OFTALMOLOGI

Dr. Hamzah, SpM


Bagian Ilmu Penyakit Mata
FK Universitas Hasanuddin Makasssar
2003

Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan mata RUTIN :
Anamnesis
Pemeriksaan fisis mata
Penilaian fungsi penglihatan

2. Pemeriksaan Mata KHUSUS :

ANAMNESIS
Tujuan : menelaah riwayat sakit secara
teliti
Dua cara :
Autoanamnesis (langsung pd penderita
kooperatif)
Alloanamnesis (pengantar penderita/bukan
penderita non kooperatif)

Informasi yang dikumpulkan :


1. Umum : Identitas (nama, umur, jenis kelamin,
alamat, jenis pekerjaan)
2. Khusus :
a. keluhan utama : penglihatan kabur,
penglihatan kembar, rasa tidak enak, sakit,
rasa berpasir, ada kotoran, pusing-pusing dll.
b. gambaran klinik lain berhubungan dgn
kel.utama : onset, progresifitas, lamanya,
kekambuhan, adanya air mata, tahi mata,
gangguan gerakan bola mata, riw.trauma, riw.
KM, peny. Sistemik (DM, HT), dll.

PEMERIKSAAN FISIS MATA


1. Inspeksi segmen anterior BM
2. Illuminasi oblik segmen anterior BM
3. Palpasi finger tension
nyeri tekan (uveitis)
massa tumor
adenopati (klj. Preaurikuler)
4. Tekanan Intra Okuler
5. Lapangan Pandang
6. Funduskopi/Oftalmoskopi
7. Visus
8. Refraksi

1. Inspeksi
Tidak perlu alat
Pemeriksa melihat langsung ke mata penderita
(ruangan cukup iluminasi)
Struktur yg dievaluasi :
Palpebra : supersilia, silia, kulit, fisura, plica, kantus,
konjungtiva (palp.dieversi dulu) bandingkan mata
kanan kiri
Segmen anterior BM :
1.konj. Bulbi : injeksio konj., Inj.perikorneal,
hiperemis, kemosis, hemorragik, laserasi, benda
asing, dll.

Sklera : warna, penipisan, penonjolan, intak


(trauma), dll
Kornea : diameter, kurvatur, jernih, intak (trauma),
dll.
Bilik mata depan (BMD) : isi, dalamnya.
Iris : warna, kripte
Pupil : bentuk, letak, warna, pinggir, jumlah
Lensa : kejernihan, posisi lensa (trauma)
Pd Inpeksi juga bisa dievaluasi POSISI & GERAKAN
BM (mekanisme muskuler)

2. Pemeriksaan Iluminasi Oblik


Alat : sinar lampu senter
Tehnik : sorotkan lampu senter dari arah
oblik 450 dari bidang wajah, nasal atau
temporal mata. Hsl > baik pd ruang agak
gelap.
Struktur yg terlihat : lbh detil dr inspeksi
(bisa ditambah dengan loupe + 1.00D
sampai +5.00D)

Iluminasi Oblik
Struktur yg dpt dievaluasi antara lain :
1. Palpebra : sama dgn inspeksi
2. Segmen anterior BM : lebih jelas drpd
inspeksi ;
a. Kornea : sikatriks nebula, benda asing kecil,
blood stain
b. Iris : kripte, sinekia
c. BMD : isi (hifema, hipopion)
d. Pupil : refleks cahaya lgs & tdk lags,
regularitas pinggir pupil
e. Lensa : iris shadow & pseudo iris shadow

Senter : bisa untuk pemeriksaan :


Tes Hirschberg (strabismus)
Tes Light perception (visus = 1/)
Tes Light projection (fungsi retina)

3. Pemeriksaan Palpasi
Alat : tanpa alat kec. jari-jari tangan
Tujuan : untuk menilai :
1. Massa tumor
2. Pembesaran kelenjar (preaurikuler)
3. Nyeri tekan (iridosiklitis/uveitis)
4. Finger tension (TIO palpasi)

Massa Tumor : menilai konsistensi, nyeri


tekan, adanya pulsasi.
Pembesaran kelenjar (preaurikuler) raba
dengan ujung jari 1 cm di depan tragus :
- metastase tumor ganas
- infeksi mata kausa virus

TIO Palpasi : tehnik :


1. Pasien melihat kebawah (mata terbuka, tdk
tunduk)
2. Dua jari telunjuk di palpebra superior 1 cm
dari silia (jari-jari yg lain rapat disekitar mata
cegah mencederai mata bila pemeriksa /
pasien tiba-tiba terdorong)
3. Satu jari telunjuk memfiksasi, jari yang lain
indentasi nyeri ?

Hasil : 5 kemungkinan :
Tn ..TIO normal
Tn 1 TIO rendah
Tn 2 . ..TIO sangat rendah
Tn + 1.TIO tinggi
Tn + 2.TIO sangat tinggi

4. Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler


TIO diketahui dgn 2 cara : langsung (direct) &
tidak langsung (Indirect)
Cara langsung :
Memasukkan canula ke BMD yg dihubungkan
dgn manometer ( pemeriksaan TD via
a.jugularis)
Hanya utk penelitian atau binatang percobaan

Cara tidak langsung :dengan 2 metode


1. Tanpa alat (finger tension)
2. Dengan alat Tonometer : kontak dan
non kontak.
a. Tonometer tipe kontak (menyentuh
kornea pasien)
b. Tonometer tipe non kontak (tidak
menyentuh kornea memberikan
pendataran kornea melalui perantara)

Tonometri
Alat : Tonometer Schiotz
Teknik
1. Pasien baring dalam posisi supinasi
2. Teteskan anstesi topikal ke kornea (R/
Pantocain 0,5%, 2%)
3. Sambil menunggu keadaan anestesi kornea,
lakukan desinfeksi memakai kapas alkohol
70% yang diperas terhadap bagian tonometer
yang akan bersentuhan kornea pasien.

4. Setelah anestesi kornea tercapai, perintahkan


pasien melihat lurus keatas sehingga kornea
posisinya rata. Pakai satu tangan membuka
palpebra. Hindari adanya tekanan ke bola
mata.
5. Satu tangan lainnya memegang Handle
tonometer denga jari tengah dan ibu jari,
kemudian letakkan tonometer vertikal
menyentuh kornea, seluruh cekungan kaki
silinder tonometer rapat kepermukaan
cembung kornea.

6. Gerakkan Handle kebawah hingga berada


antara kaki dan puncak silinder dan baca
banyaknya skala identasi yang ditunjuk oleh
pointer penunjuk tonometer.
7. Handle boleh-boleh saja sampai menyentuh
kaki silinder, tapi begitu dia menyentuh kaki
jangan ditekan lagi dengan tangan kebawah
karena bisa timbul rasa sakit.

Hasil Pemeriksaan
Ditulis dalam bentuk 2 angka
Angka pecahan (tanpa satuan) : sebagai
pembilang adalah skala dan beban sebagai
penyebut.
Angka desimal : dapat diperoleh pada
tabel yang ada pada tonometer dengan
cara menarik garis hayal horisontal.

5. PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG


Tujuan yaitu menentukan batas luar persepsi
penglihatan oleh retina perifer.
Batas luar lapangan pandang normal :
Batas nasal/medial
= 60 0
Batas Temporal
= 90 0
Batas Atas
= 70 0
Batas Bawah
= 50 0

Adanya defek lapangan pandang berkaitan


erat dengan :
a. Diagnosis penyakit
b. Letak lesi pada visual pathway dari retina
sampai dengan korteks visual di lobus ocipital
Teknik Pemeriksaan yang sering dilakukan :
1. Konfrontasi
2. Amsler grid (kisi-kisi Amsler)
3. Perimetri
4. Tangent Screen (Kampimeter)

Uji konfrontasi
Alat : tidak perlu alat
Membandingkan lapang pandang pemeriksa dengan
pasien.(asumsi pemeriksa : normal)
Duduk berhadapan jarak 1 meter, mata kanan pasien
diperiksa (mata kiri ditutup) melihat ke mata kiri
pemeriksa (mata kiri pemeriksa ditutup) dengan
suatu benda kecil (pensil, jari pemeriksa) diletakkan
diantara pemeriksa.
Benda digerakkan ke temporal sampai tidak terlihat
oleh penderita (batas lap.pdg)

Dilakukan hal yang sama untuk arah nasal,


superior, inferior.
Hasil : sama, lebih luas atau lebih sempit
daripada pemeriksa.

Pemeriksaan dengan Amsler Grid

Perimetri

6. FUNDUSKOPI

7. PEMERIKSAAN VISUS
Visus (Visual Acuity): kemampuan mata untuk
melihat obyek secara detil.
Klasifikasi : berdasarkan jarak baca :
1. Visus jauh : jarak min. 20 feet (5 meter)
2. Visus jarak sedang/intermediate
3. Visus dekat : jarak baca (1/3 meter)

Pemeriksaan Visus jauh


Sinonim : visus sentral
Alat :
1. Reading chart (obyek baca)
a. Snellen chart (huruf, nomor)
b. E chart (bentuk huruf E)
c. Allen chart (gambar benda2 yg mudah dikenali)
2. Jarak min 5 meter
3.Iluminasi ruangan cukup

Tehnik pemeriksaan :
1. Pasien disuruh membaca obyek yg
diletakkan setinggi mata, mata ditutup/
diperiksa satu persatu, disuruh melihat
mulai dari obyek yang terbesar.
2. Dicatat baris obyek terkecil yg mampu
dilihat
3. Bila obyek terbesar tidak terlihat, jarak
diperkecil.
4. Bila tak terbaca pada jarak terdekatpun
obyek diganti.

Penggantian obyek baca : berturut-tururt :


1. Counting Finger (CF) ; hitung jari-jari
nilai baca : 60
2. Hand movement/hand motion (HM) ;
gerakan/ lambaian tangan, nilai baca 300
3. Light perception (LP) ; sinar lampu senter,
nilai baca ( bila tak terbaca nilai 0)

Hasil pemeriksaan visus jauh :


- bentuk angka pecahan (5/40, 1/60, 1/300, dll)
- bentuk desimal ( 1,0 ; 0,5 ; 0,1)
Contoh : VOD : 1/60 artinya visus mata kanan
hanya mampu melihat obyek sejauh 1 meter
dimana orang normal melihat dalam 60 meter.

8. PEMERIKSAAN REFRAKSI
Untuk mengetahui kelainan refraksi :
Myopia, Hipermetropia, astigmat
Alat : Snellen Chart & Trial Lenses
Terapi : kacamata, lensa kontak, LASIK

Pemeriksaan Khusus
1. SLITLAMP BIOMIKROSKOP

2. EKSOFTALMOMETER HERTEL

3. USG MATA

Anda mungkin juga menyukai