Berawal dari kegemaran chatting dan online game, aku menghabiskan banyak waktu browsing internet di lab Logam-ITB. Kemudian aku menjadi lebih sering membuka-buka website universitas di luar negeri (http://univ.cc). Aku mencari-cari peluang beasiswa yang tidak harus melibatkan birokrasi di Indonesia dan beasiswa yang sebenarnya menambah beban utang bangsaku. Di tahun terakhir masa kuliahku banyak sudah profesor yang aku hubungi. Banyak pula jawaban negatif yang aku terima sampai suatu saat sebuah tanggapan positif datang dari universitas di belahan Amerika Utara. Universite Laval, Quebec, Canada (http://www.ulaval.ca). Sang profesor bersedia menerimaku sebagai calon mahasiswa doktoratnya setelah dia melihat resumeku yang cocok untuk risetnya. Disinilah ternyata kuncinya, sebuah resume atau CV yang menjelaskan pengalaman riset, publikasi, minat khusus dan dukungan referensi yang kuat dari tiga dosenku yang lulusan Eropa dan Amerika. Pendaftaran Sang profesor kemudian mempersilahkanku untuk mendaftar ke universitasnya. Proses pendaftaran yang tidak mensyaratkan hal yang sulit (http://www.reg.ulaval.ca/admis sion/PrepDemande2Eng.html) dapat dilalui dengan cepat. Sang profesor pun menjamin beasiswanya yang mencakup uang sekolah dan biaya hidup. Semua akan diberikan setelah aku menandatangani kontrak disana. Tidak ada uang tiket pesawat untuk jenis beasiswa partikelir seperti ini. www.ulaval.ca Dokumen keimigrasian Setelah menunggu dua bulan, surat penerimaan dari universitas (acceptance letter) dan surat jaminan beasiswa dari sang profesor aku terima. Kemudian mengirim aplikasi ijin belajar khusus (certificate dacceptation du Quebec (CAQ) pour etudes) langsung ke imigrasi Quebec di Montreal (http://www.immigration-quebec.gouv.qc.ca/). Sambil menunggu aku membuat paspor dan booking tiket pesawat. Sebulan kemudian CAQ didapat, lalu melamar visa dan study permit ke kantor kedutaan besar Kanada di Jakarta (http://geo.international.gc.ca/asia/jakarta/menu-en.asp). Disana aku diwawancarai yang sebenarnya hanya ngobrol-ngobrol saja dan dilanjutkan medical check-up di dokter yang ditentukan. Dua minggu kemudian visa selesai. Selama itu aku banyak dibantu oleh
konselor Canadian Education Center (http://www.studycanada.ca/indonesia/index.htm).
Hampir satu tahun kuhabiskan dalam proses panjang ini. Untuk mendapat bekal keberangkatan, aku membantu mengerjakan proyek dosenku di Kilang Balongan. Kemudian atas kebaikan PT. Indofood Sukses Makmur, biaya tiket pesawat yang sempat membuatku kalang kabut, akhirnya dapat terpenuhi. Perjalanan Lalu, di akhir bulan januari 2004, dimulailah sebuah perjalanan setengah keliling bumi menuju tempat yang berbeda 12 jam dengan kotaku. Ini adalah pengalaman pertama, sendirian dan tanpa ada yang dikenal selain sang professor tadi. JakartaTaiwan Vancouver ditempuh selama 20 jam. Tiba di Vancouver kemudian antri masuk portentry bandara untuk Chateau Frontenac, simbol kota Quebec pemeriksaan dokumen imigrasi dan selanjutnya diberikan study permit. Kemudian aku mencari tiket pesawat untuk terbang lagi menuju Montreal. Lima jam kemudian perjalanan dilanjutkan melintasi daratan Kanada dari barat ke timur selama 5 jam. Melihat daratan putih yang asing dari jendela pesawat membuatku bertanya dalam hati, aku ada dimana dan mau kemana, padahal kemarin aku masih berada ditengah keluarga dan kawan-kawanku. Dari Montreal perjalanan dilanjutkan ke kota Quebec (www.bonjourquebec.com) dengan bis dan tiba 3 jam kemudian dengan disambut hujan salju dan suhu 30 derajat dibawah nol. Bienvenue Qubec! La ville de neige! (selamat datang di Quebec, si kota salju) ucapan sang profesor ketika menjemputku di terminal. Itulah saat pertama kalinya dua orang yang saling percaya hanya melalui e-mail bertemu dan bersalaman. Lembaran baru Setelah mendaftar ulang di universitas dan mengurus formalitas lainnya seperti membuka rekening bank, membuat kartu Social Insurance Number, dll. dimulailah
kehidupan baruku sebagai mahasiswa asing. Mahasiswa Indonesia satu-satunya di
universitas ini sekaligus ternyata menjadi orang Indonesia ketiga di kota ini. Sekarang setelah tiga tahun berselang hanya bertambah seorang mahasiswa Indonesia di universitas ini. Dia tak lain adalah istriku yang kini telah mempersembahkan bayi Indonesia pertama yang lahir di kota ini. Setelah 6 bulan tiba disini, istriku mendapat beasiswa untuk program master dengan cara mendatangi langsung beberapa profesor yang sedang mencari mahasiswa. Mudah-mudahan makin banyak saja orang Indonesia yang meraih kesempatan sekolah seperti ini. Quand on veut on peut, lamun keyeng tangtu pareng. Ucapan terimakasih Terimakasih kepada Pak Ade Kusmana (CEC), Pak Bambang Widyanto (Indocor-ITB), Ibu Eva Riyanti Hutapea (Indofood), Ade Endah (Manly Indah Wisata), Danni Darmadi, Akbar Ramdhani, Iwan Sukirna dan tentu saja kedua orang tuaku. Rincian biaya pokok Pendaftaran ke universitas = $30 Aplikasi CAQ = $100 Aplikasi visa + study permit = $125 Medical check-up = $150 Tiket Jakarta-Vancouver; Eva Airways = $600 Tiket Vancouver-Montral; Westjet = $300 Tiket Montral-Qubec = $50 Cadangan bulan pertama = $500 Total dana yang disiapkan CAN $2000 Hendra Hermawan hendra.hermawan@gmail.com