3, Tahun 2012
Abstrak
Pendidikan karakter di sekolah adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah,
semua stakeholders harus dilibatkan, termasuk komponen
pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran dengan mengembangkan materi pembelajaran
yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap
mata pelajaran, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari sehingga pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta
didik
sehari-hari
di
masyarakat.
Dalam
pengembangan nilai dan karakter peserta didik, maka guru
harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual,
emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta
memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang
dikembangkan. Disisi lain guru mesti mempunyai karakter
disiplin dan kesadaran profesional karena mereka bertugas
unutk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama
dalam pembelajaran.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Guru, Sekolah
A. Pendahuluan
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan
kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan.
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang
berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus
dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala
tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh
29
Badariah, Integrasi
30
Badariah, Integrasi
32
33
Badariah, Integrasi
14. Cinta Damai; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter
adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus
berlandaskan nilai-nilai tersebut.
E. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Dalam pendidikan karakter di lembaga pendidikan, semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan lembaga pendidikan,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan lembaga pendidikan.
Lufri dan Festiyed (2011) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter ini tidak dijadikan kurikulum yang baku, melainkan
dibiasakan melalui proses pembelajaran. Selain itu mengenai
sarana-prasarana, pendidikan karakter tidak memiliki saranaprasarana yang istimewa, karena yang diperlukan adalah proses
penyadaran dan pembiasaan. Misalnya, dengan mengintegrasikan
dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada
setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
34
Badariah, Integrasi
Badariah, Integrasi
serta
kompetensi
apa
yang
mereka
diperlukan
untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan
tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek
perjalanan.
2). Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
3). Guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin
merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena
guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap
kegiatan belajar mengajar.
4). Guru harus melaksanakan penilaian. Penilaian yang
dilakukan harus mencakup selurus proses kegiatan belajar
mengajar.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi,
dan ditindak lanjuti dengan KTSP. Tanpa latihan seorang peserta
didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi
dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang
dikembangkan sesuai dengan materi standar. Pelatihan yang
dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar
dan materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan
individual peserta didik, dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus
banyak tahu meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak
setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
Pelaksanaan fungsi guru sebagai pelatih tidak harus
mengalahkan fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu,
tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara
didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha
menemukan sendiri apa yang diketahui (Sudrajat, 2010).
G. Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anakanak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga
membentuk mereka menjadi pelaku bagi perubahan dalam hidupnya
sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan
dalam tatanan sosial kemasyara katan menjadi lebih, adil, baik dan
manusiawi.
38
39
Badariah, Integrasi
Abstrak
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur
konkrit yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Mutu pendidikan merupakan dampak dari
keprofesionalan pendidik. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
keguruan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh oleh
mahasiswa calon guru agar menjadi tenaga pendidik yang
profesional. Untuk meningkatkan keefektifan PPL keguruan maka
perlu dilaksanakan
pelatihan keterampilan mahasiswa dalam
mengembangkan media pembelajaran biologi untuk meningkatkan
keterampilan mengajar mahasiswa sebelum melaksanakan PPL.
Mata kuliah media pembelajaran biologi menuntut mahasiswa
terampil dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran
biologi untuk SMP/MTs dan SMA/MAN.
Proses pembelajaran di tadris biologi IAIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi untuk mata kuliah media pembelajaran biologi tidak
hanya melalui pertemuan di kelas, tetapi juga melakukan praktik
dalam mengembangkan media pembelajaran biologi oleh
mahasiswa. Namun pembelajaran selama ini yang diberikan hanya
berupa teori saja tanpa praktik mengembangkan media pembelajaran
biologi oleh mahasiswa.
Berdasarkan permasalahan di atas maka dibuatlah suatu
pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi
oleh mahasiswa. Pelatihan memberikan materi keterampilan dalam
mengembangkan media pembelajaran biologi berupa teori dan
praktik langsung oleh mahasiswa. Diharapkan dengan adanya
pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi
mahasiswa dalam melaksanakan PPL dapat terampil dalam
mengembangkan media pembelajaran biologi dalam proses
pembelajaran di sekolah-sekolah tempat mahasiswa tersebut PPL.
Kata Kunci :
40