Anda di halaman 1dari 146

PEDOMAN PELAYANAN MATERNAL DAN BAYI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi

indikator kualitas

kesehatan

yang

masyarakat disuatu

negara, ternyata masih tergolong tinggi di Indonesia yaitu AKI :


307/100.000 KH ( SDKI 2002/2003) dan AKj3 : 35/1000 KH (SDKI
2002/2003). Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-2009 AKI :
226/100.000 KH dan AKB : 26/1000 KH. Pemerintah telah bertekad
untuk menurunkan AKI pada tahun 2010 menjadi 125/100.000 KH
dan AKB menjadi 25/1000 KH. Untuk mencapai target tersebut
diperlukan suatu strategi yang handal dan peran sena seluruh lapisan
masyarakat. Penyebab utama kematian Ibu di Indonesia adalah
perdarahan (30 %), eklampsia ( 25% ) infeksi ( 12% ) dan
abortus( 5%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah
BBLR (29%), asfiksia (27%) dan Infeksi (20%).
Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI
dan AKB di Indonesia, seperti Safe Motherhood, Program Rumah
Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Making Pregnancy safer dll. Pelayanan
kesehatan

ibu

dan

bayi

merupakan

pelayanan

yang

berkesinambungan dan sating terkait. Kesehatan bayi ditentukan


sejak bayi dalam kandungan. Disi lain kesehatan ibu dapat
berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka upaya penurunan AKI dan
AKB merupakan keg iatan yang saling terkait. Oleh karena itu
program Rumah Sakit Sayang Bayi tidak dapat dipisahkan
dengan Program Rumah Sakit Sayang Ibu, menjadi satu program
yaitu Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB).
Program RSSIB telah dicanangkan sejak tahun 2001, sebagai bagian
dari
program Safe Motherhood. Dari laporan Dinkes 33 propinsi pada
tahun

2006

didapatkan

data

bahwa

hanya

149

RS

yang

melaksanakan program RSSIB (11,53% dari 1292 RS). Dad jumlah


tersebut 30% belum optimal pelaksanaannya. Oleh karena itu perlu
dilakukan

revitalisasi

program

RSSIB,

salah

satunya

dengan

merevisi pedoman pelaksanaannya. Adanya perkembangan Ilmu


Pengetahuan dan tekhnologi khususnya dibidang kesehatan juga
mendasari mengapa pedoman ini perlu direvisi, diantaranya masalah
HIV, Kode Pemasaran PASI, Inisiasi Menyusu Dini dan Perawatan
MetodeKanguru(PMK).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya AKI


dan AKB adalah proses rujukan yang masih belum mantap,
antara lain karena rujukan yang terlambat dan ketidaksiapan
fasilitas

kesehatan

(Puskesmas)

dan

Kabupaten/Kota)

terutama

ditingkat

rujukan

ditingkat

rujukan

sekunder

untuk

melakukan

Pelayanan

primer
(IRS

Obstetrik

Neonatus Emergensi Komprehensif (PONEK). Keadaan ini antara


lain disebabkan kurang jelasnya tugas dan wewenang masingmasing pihak yang terkait diberbagai tingkat pelayanan, serta
tidak meratanya kemampuan tekhnis untuk melakukan fungsi
kedaruratan obstetric dan neonatal. Padahal kalau ditinjau
dari

segi

penyediaan

fasilitas

kesehatan,

Indonesia

sebenarnya telah mengalami peningkatan, misalnya cakupan


pelayanan kesehatan umum telah mencakup rata-rata sekitar
70%. Akan tetapi cakupan pelayanan yang berkualitas bagi Ibu
hamil, begitu juga cakupan pertolongan persalinan yang aman
masih belum mencapai 50%.
Data diatas didukung oleh penemuan bahwa sebagian besar
(80%)

kematian

Ibu

terjadi di RS rujukan

(Alisyahbana 1990, Unicef 1991),

demikian

Kematian

pula

Angka

Bayi.

Penelitian

terbaru

menyebutkan bahwa pemberian ASI yang terlambat juga dapat


meningkatkan resiko kematian bayi, Bila mengawali ASI lebih
dari 60 menit dalam 24 jam pertama maka akan meningkatkan
resiko kematian bayi 1,5 kali (Edmont et al, pediatrics 2006).
Perilaku menyusui di Indonesia sudah mulai membaik. Hal ini
terlihat dari angka cakupanASI eksklusif di Indonesia naik dari
18,1 % pada tahun 2005 menjadi 21,2% pada tahun 2006
(Susenas

2005-2006).

Diharapkan

bahwa

dengan

diterapkannya program RSSIB maka upaya penurunan AKI dan


AKB khususnya Angka Kematian Perinatal dapat dipercepat
melalui kesiapan rumah sakit terutama RS Kabupaten/Kota.

B. Tujuan pedoman
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara
terpadu dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan

dan

mengembangkan

standar

pelayanan

perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna


b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan
fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan
kegawatdaruratan (PONEK 24 jam).
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan
kesehatan lainnya.
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina
teknis dalam pelayanan inisiasi menyusu dini, rawat gabung
dan pemberian ASI eksklusif.
f.

Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode


Kanguru (PMK) pada BBLR.

g. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi program dan


kegiatan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan meliputi 10 (sepuluh) langkah
1.

perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.


Manajemen mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi
termasuk inisiasi menyusu dini, pemberian ASI ekslusif dan
indikasi yang tepat pemberian susu formula serta perawatan

2.

metode kanguru untuk BBLR


Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk edukasi dan
konseling kesehatan maternal dan neonatal serta konseling

3.

pemberian ASI
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta serta
penanganan pada bayi baru lahir dengan inisiasi menyusu dini
dan kontak kulit ibu bayi

4.

Menyelanggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergenci


komphrehensif (PONEK) selama 24 jam sesuai standar minimal

5.

berdasar tipe RS
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat
gabung, membantu ibu menyusui yang benar dengan cara
mengajarkan cara posisi dan pelekatan yang benar. Mengajarkan
ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusu
langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol

6.

serta pelayanan neonatus sakit


Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina
jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan

7.

lain
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh

8.

kembang
Menyelenggarakan pelayanan kesehatatan keluarga berencana
termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak

9.

diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.


Menyelenggarakan audit medik di RS dan audit maternal

10.

perinatal kabupaten cirebon


Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti

pemberian ASI eksklusif dan PMK.


D. Pelaksanaan Kegiatan
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan atas 10 (sepuluh) langkah
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna meliputi
1.
Langkah I (pertama)
2.
Langkah II (kedua)
3.
Langkah III (ketiga)
4.
Langkah IV (keempat)
5.
Langkah V (kelima)
6.
Langkah VI (keenam)
7.
Langkah VII (ketujuh)
8.
Langkah VIII (kedelapan)
9.
Langkah IX (kesembilan)
10.
Langkah X (kesepuluh)
E. Batasan Operasional
1. Peri sakit
Adalah ruangan bayi post lahir spontan/seksio sesaria dengan
keadaan umum bayi kurang baik yang memerlukan perawatan
yang khusus.
2. NICU
Adalah ruangan bayi post lahir spontan/seksio sesaria dengan
keadaan umum bayi kurang baik yang memiliki masalah khusus
pada respirasi,nutrisi,dan memiliki kondisi tidak stabil yang
memerlukan bantuan ventilasi mekanik.

3. Poli klinik
Adalah ruang pelayanan pasien lactase dan penyuluhan
4. Instalasi Gawat Darurat (PONEK)
Adalah ruangan Gawat Darurat yang berhubungan dengan
pelayanan Maternal dan Neonatal secara komperehensif.
5. Instalasi IBS
Adalah ruangan tindakan persalinan secara operatif
6. VK atau Kamar Bersalin
Adalah ruangan tindakan persalinan secara spontan atau manual
PENGERTIAN

1.

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian Ibu akibat


dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per
100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.

2.

Angka Kematian Bayi

(AKB) adalah Banyaknya kematian bayi

dibawah umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun

3.

Pelayanan

antenatal

(Antenatal

care)

adalah

Pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional kepada ibu


selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
4.

antenatal.
RS Pelayanan Obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) adalah ruman sakit yang selama

24

jam

memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung


terhadap ibu hamIL iibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir
balk

yang

datang

sendiri

atau

atas

rujukan

kadertmasyarakat, bid an didesa, Puskesmas dan Puskesmas


5.

PONED.
ASI Eksklusif

adalah pemberian hanya air susu ibu saja

tanpa makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir


6.

sampai berusia 6 bulan.


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah segera menaruh bayi didada
ibunya,kontak kulit dengan kulit ( skin to skin contact) segera
setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu

7.

sendiri.
Angka Menyusui Eksklusif adalah proporsi bayi dibawah

8.

bulan yang menyusui secara eksklusif


Audit Maternal Perinatal (AMP)
adalah

suatu

keg

6
iatan

untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan


perinatal dengan maksud mencegah kematian dan kesakitan
dimasa yang akan datang.

9.

Perawatan Metode kanguru (PMK) adalah kontak kulit diantara


ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi
dengan pemberian ASI eksklusif. Metode ini digunakan untuk

10.

bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)


BeratBayiLahirRendah(BBLR) adalah bayi

yang

lahirdengan

berat badan kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat
11.

lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.


Kelompok Pendukung ASI
(KP ASI) adalah kelompok binaan
RS untuk ibu hamil dan ibu baru melahirkan dimana ihu bisa
berkumpul bersama-sama untuk saling memberi informasi
dan saling membantu seputar masalah hamil dan menyusui.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
2. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
159b/Menkeser/II/1998 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333/menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
4. Undang undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen

BAB II
STANDAR FASILITAS DAN KETENAGAAN
A.

KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


KRITERIA MEDIS

1.

Dokter

ahli

kebidanan

dan

kandungan
2. Dokter ahli Anak
3. Dokter ahli Anestesi
4. Dokter ahli lain
5. Dokter Umum
1. Bidan

KEPERAWATAN

2. perawat
3. peata anaestesi
Konsetor Menyusui

Tenaga Khusus
Tenaga

1. Penata radiologi

Kesehatan lainnya

2. Ahli gizi
3. Analis Laboratorium

B. FASILITAS DAN SARANA


N
O

FASILITAS
SARANA

RUANGAN

ALAT

&

POLIKLINIK

UGD

KAMAR
OPERASI

KAMAR
BERSALIN

RUANG
NIFAS

RUANG LAINNYA

poliklinik,kebi
danan,kama
r
periksa
perinatologi
poliklinik anak
dan tumbuh
kembang

Terdapat
ruang
tindakan
kegawat
daruratan
obstetric
dan
neonatal

Jumlah
kamar
operasi
minimal
2

Kamar
bersalin
minimal 4
buah
tempat
tidur
ungtuk
partus
normal dan
patologis

Mempunyai
ruang rawat
gabung,isola
si dan ruang
penyuluhan
ASI,konseling
perawatan
bayi

Mempunyai
ruang
utilisasi
perinatologi,R,TP
A,R,lactase,R,se
nam
hamil,
klinik lactasi

1. kebidanan
dopler,usg,c
tg,alkes,lam
pu
semi,kulkas
breast
camet,steto
scope,

Instrumen
t tindakan
2
set(partus
set,
average
set,vacum
extrasi,

1. forsep
1.
2. vacuum 2.
3. resusitasi
bayi
3.
4. resusitasi 4.
5.
ibu
5. tranfusi set6.
6. disposable

gv set
breast
feeding
kemeling kit
baby set
infuse pump
katheter

tensimeter

2.
3. poli anak
timbangan,
meteran
,stethoscop
e,
kulkas,katet
er

OBAT
1. +it K1 in)
2. Adrenalin
3. Napal
4. Sulfat
atropin
e
5. Heparin
6. Ca
glukona
s 10%
7. Closeti
arrtik

Lumina
l

Damon
inj

Diazep
am inj
8. Antibiotika
broad
spectru
m

Ampicil
in

Genta
miin
9. Caftan

Nacl
0,9%

RL

NACL
3%

KV 3%

Bionic

Dendro
s 5%

Dextro
se 10%

Lanrta
n 1:4

Lerute
n kaen

vena
secti)

syringe
7. catheter
8. termometer
suhu

Usg,
resusitasi
ibu dan
bayi,lamp
u
sitirol,inku
bator,tran
fusi
set,disposi
ble WIMP,
infuse
pump

+
-

10.

11.

12.
13.

14.

15.

16.

17.
18.
19.
20.

4B
Lawton
kaen
3B
Plasma
estoan
der
Tates/sal
esmeta
(eniromi
sinnetras
idim )
Anti
septic
Alcohol
70%
Alcohol
ql
Eseiadi
n
Dimmik
Anti
hiperten
si
Vaksin
(bcg,hep
atitis,poli
o,dpr,TT
&
CAMPAK
)
Uteroton
ika
(metherg
in,oksito
sin,prost
agandin)
Koagular
isla
(orancen
emid
acirton)
ATS
20.000 si
Kortiko
steroid
Token
O2
t-

+
+
-

+
-

+
-

+
-

+
+

G. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga perawat ruangan
Pengaturan jaga perawat diatur oleh peraturan rumah sakit yang dikonfersi
oleh kepala ruangan masing-masing dengan system 3 shift yaitu :
Shift pagi jam 07.00 - 14.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Shift sore jam 14.00 21.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Shift malam jam 21.00 07.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Perawat pelaksana

Pengaturan jadwal dinas perawat NICU dan Peri sakit dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) Nicu dan Peri sakit dan
disetujui oleh kepala perawatan.

Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan setiap tanggal 25
bulan sebelumnya dan direalisasikan ke perawat pelaksana rawat inap
setiap satu bulan.

Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari


tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan cuti pada
buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).

Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan memiliki
tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien

Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, dan cuti.

Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu Karu rawat inap : 2 jam sebelum
dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu rawat inap, diharapkan perawat yang bersangkutan
sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu Nicu/Peri Sakit akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur .

Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu
Nicu/Peri sakit akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur.
Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawatrawat inap sesuai SPO bidang
keperawatan.

3. Pengaturan jaga dokter tetap ruanagan


Pengaturan jadwal dokter tetap ruangan

menjadi tanggung jawab

kasie.pelayanan medis dan disetujui oleh kepala Bidang Pelayanan


Medis.
Jadwal dokter tetap Nicu/Peri Sakit dibuat untuk jangka waktu 1
bulan serta sudah diedarkan ke ruangan terkait dan dokter jaga
yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter tetap Nicu/Peri Sakit karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka
:
Untuk

yang

terencana,

dokter

yang

bersangkutan

harus

menginformasikan ke Kasie Yanmed paling lambat 3 hari


sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga pengganti.
Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke kasie yanmed dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter
jaga pengganti tidak didapatkan, maka Kasie Yanmed wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh
dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter
jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan
maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter tetap sesuai SOP
terlampir).

4. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen


Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Kepala Bidang Pelayanan medis.
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang
bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
Untuk

yang

terencana,

dokter

yang

bersangkutan

harus

menginformasikan ke kasie Pelayanan Medis paling lambat 1


hari

sebelum

tanggal

jaga,

serta

dokter

tersebut

wajib

menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.


Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan Kasie Pelayanan Medis dan di harapkan
dokter

tersebut

sudah

menunjuk

dokter

jaga

konsulen

pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan,


maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga
konsulen pengganti. (Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter
konsulen sesuai SOP terlampir).
H. Pelatihan
1.
PONEK Neonatal
2.

Pelatihan Resusitasi Neonatus

3.

Program pengendalian infeksi

4.

Program keselamatan dan kesehatan kerja.

5.

Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.

6.

Pelayanan prima.

STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
Ruangan PERISTI terdiri dari integrasi pelayanan 6 (enam) instalasi
meliputi ;
1. Ruangan NICU
2. Ruangan Peri Sakit
3. Ruang poli Klinik
4. Ruang IGD
5. Ruang IBS
6. Ruang VK
B. Standar fasilitas
1. Standar alat yang ada di ruangan NICU meliputi :
Inkubator
Bed site monitor
C-pap
Pulse oxymetri
Oksigen central
Incubator mobile
Infant warmer
Infuse pump
Syringe pump
Blue liht therapy
Suction central
Lampu sorot

Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan


emergency : laringoskop, ambu bag, adrenalin, SA,ETT dengan
berbagai ukuran,dll
Standar Infus
Bed side table
2. Standar alat di ruang Peri Sakit meliputi :
Incubator
Infuse pump
Oksigen central
Suction central
Blue light therapy
Infant warmer
Standar infuse
Puls oxymetri
3. Poli Klinik

4. Instalasi Gawat Darurat

5. Instalasi Bedah Sentral

6. Ruang bersalin/VK

C. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan


1. Pemeliharaan fasilitas perawatan dan non medis
Setiap hari asper melakukan ceklit peralatan medis yang ada.
Alat yang habis dipakai perawat langsung di cuci dan

disterilkan kembali
Alat seperti urinal atau pispot di cuci setiap hari di dinas pagi.
Asper melakukan kebersihan/bongkar besar sesuai instruksi

karu.
2. Perbaikan alat
Bila ditemukan alat yang rusak maka asper melaporkan ke
Karu dengan membuat /mengisi form kerusakan alat yang di

tanda tangani oleh karu


Form kerusakan yang sudah diisi lengkap diserahkan ke

teknisi RS yang akan ditindaklanjuti .


Bila alat dapat di betulkan saat itu maka hari itu juga teknisi
menyerahkan kembali ke ruangan dengan serah terima yang

ditandatangani oleh asper.


Bila alat tidak bisa diperbaiki maka asper membuat form
permintaan barang baru untuk diajukan ke bagian logistik
yang ditanda tangani oleh karu

Bila alat sudah ada maka akan dilakukan serah terima ke

ruangan dengan ditanda tngani oleh asper/karu.


3. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat dilakukan dalam setahun 2X yaitu bulan juni

dan desember
Semua alat medis dilakukan kalibrasi
Berkoordinasi dengan bagian logistik dalam melakukan
kalibrasi.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan perinatal resiko tinggi meliputi :
Pelayanan umum
1. Pasien masuk
2. Sistem komunikasi dan edukasi
3. Penapisan pasien peristi (Penapisan kehamilan RESTI dan komplikasi
kehamilan,Penapisan resiko persalinan,Penapisan imunisasi ,Penapisan
KB)
4. Pemberian informed consent (tindakan kegawat daruratan,DNR,persalinan
dengan tindakan operasi,imunisasi dan tranfusi)
5. Visitasi dokter spesialis

6. Pendelegasian tindakan medis (KB,imunisasi,dilatasi(pemasangan


laminaria))
7. Pelayanan pre dan post operasi
8. Rujukan (intra,inter,ambulance)
9. Penebusan resep
10.
Pasien meninggal
11.
AMP
12.
Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan
13.
Pelayanan penunjang, laboratorium dan radiologi
14.
Pelayanan keluarga berencana dan imunisasi
15.
Larangan promosi susu formula dan indikasi medis pemberian susu
16.

formula
Tata tertib kunjungan ibu ke bayi Pendokumentasian perkembangan

17.

kesehatan ibu dan bayi dalam buku KIA


Home visite sebagai upaya follow up hasil pelayanan

Pelayanan khusus
A. Pelayanan maternal
1. Kegawatdaruratan maternal
2. Pelayanan antenatal care
3. Persalinan bersih dan aman
4. Perawatan nifas dan rawat gabung
5. Pencegahan infeksi nosokomial
6. Management lactasi
7. Tindakan medis dan operasi caesar
8. Hygiene purperium
9. Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan
10.Pelayanan penunjang, laboratorium dan radiologi
11.Pelayanan keluarga berencana dan imunisasi
12.Perdarahan pasca persalinan
13.Pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal, intranatal dan post
natal
B. Pelayanan Neonatal
1. Kegawat daruratan neonatal
2. Perawatan bayi baru lahir
3. Perawatan PMK untuk bayi BBLR
4. Perawatan

bayi

baru

lahir

asfiksia,hypoglikemi,kejang,trauma kelahiran,hyperbilirubin

dengan

5. Rawat gabung
6. Asi ekslusif dan IMD

I.
1.

PELAYANAN UMUM
TATALAKSANA PASIEN MASUK
a. Penanggung jawab
Dokter spesialis anak
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan
Dokter umum (PONEK)
Tenaga keperawatan (PONEK)
admission
b. Kriteria pasien masuk PERISTI
Pasien masuk PERISTI berasal dari Instalasi Gawat Darurat,Instalasi
Bedah Sentral,Instalasi Rawat Jalan dan ruang bersalin yang
sebelumnya telah dilakukan koordinasi antar instalasi tersebut.
Level II A (peri sakit)
Bayi premature <32 minggu
Bayi dari ibu dengan Diabetes
Bayi yang lahir dengan kehamilan resiko tinggi atau lahir dengan

komplikasi
Gawat nafas yang tidak memerlukan Ventilasi bantuan
Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) < 1,5 kg
Hyperbilrubin yang perlu therapy sinar
Sepsis neonatorum
hypotermi
Level IIB (NICU)
Bayi dengan kondisi lebih buruk dari level II
Bayi dengan gawat nafas yang memerlukan bantuan Ventilasi
mekanik
Bayi yang memerlukan monitoring ketat
Bayi dengan Sepsis Awitan Lambat
Bayi yang memerlukan nutrisi parenteral total melalui akses
vena central

c. Prosedur
1. Admission

mendokumentasikan

identitas

pasien

dan

menerbitkan satu nomor rekam medis


2. Pasang gelang identitas pasien
3. Lakukan assesmen medis dan keperawatan serta kriteria pasien
4. Persiapkan segala sarana prasarana untuk kepentingan rujukan
dan perawatan pasien sesuai kebutuhannya.

5. Berikan edukasi dan informasi rutin kepada keluarga tentang


perkembangan pasien
6. Catat segala tindakan serta data pasien dalam dokumen rekam
medis
2.

TATA LAKSANA SISTEM KONUNIKASI


a. Penanggung Jawab
Dokter
Tenaga keperawatan
Tenaga gizi
b. Alat dan kelengkapan
Pesawat telepon
Formulir perkembangan pasien
c. Prosedur
1. Lengkapi semua data pasien yang mencakup identitas pasien
dan keluarga, Rencana atau instruksi yang harus dilakukan,
terapi dan tindakan yang telah dilakukan, hal-hal spesifik tentang
kondisi pasien
2. Pilihlah tempat, waktu, alat komunikasi serta cara penyampaian
yang benar sehingga komunikasi baik dan efektif
3. Lakukan kegiatan komunikasi dan konsultasi dengan metode
SBAR

3. TATA LAKSANA PENERIMAAN PASIEN PERISTI


a. Petugas penanggung jawab
Dokter spesialis
Dokter umum
Tenaga keperawatan
b. Alat dan kelengkapan

Dokumen rekam medis


c. Prosedur
1. Pastikan fasilitas rujukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien serta komunikasi telah dilakukan dengan instalasi yang
dituju.
2. Komunikasikan dengan instalasi yang ditujuPerawat ruangan
Nicu/Peri Sakit menerima pasien dari IGD/Poli diruangan pasien
dengan serah terima meliputi identitas pasien dan keadaan
umum pasien dengan membawa serta surat persetujuan masuk
Nicu dan Peri Sakit.
3. Perawat IGD/Poli serah terima di ruang perawat meliputi tindakan
yang telah dilakukan dan rencana tindakan.

4. Perawat menghubungi dokter tetap untuk menginformasikan


tentang pasien baru.
5. Status rekam medic di rapihkan dan disusun sesuai dengan
urutan
6. Dokter jaga tetap melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien dan keluarga pasien
7. Dokter tetap mengkonsulkan ke dokter spesialis yang di tuju dan
menuliskan advice sesuai dengan intruksi dokter spesialis.
8. Perawat melaksanakan advice dokter spesialis sesuai dengan
intruksi dan mencatat di rekam medic IV.
4. TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORMED CONSENT
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan medis/non medis
dilakukan informed consent oleh dokter spesialis dan dokter tetap.
b. Selama pasien di rawat minimal 1 X mendapatkan informed consent
dari dr.spesialis mengenai perkembangan penyakit.
c. Selama pasien dirawat keluarga berhak mendapatkan

inform

consent tentang kondisi dan perkembangan pasien setiap hari oleh


dr.jaga tetap.
5. TATA LAKSANA VISITASI DOKTER SPESIALIS
a. Semua pasien selama dirawat divisite setiap hari oleh dr. spesialis
dan dr. tetap.
b. Bila dokter berhalangan hadir dokter memberitahu ke bagian
yanmed untuk prosedur cuti.
c. Setelah melakukan anamnesa

dan

pemeriksaan

fisik,

Dokter

spesialis atau dokter umum tetap memutuskan untuk melakukan


tindakan medis terhadap pasien.
d. Dokter spesialis atau dokter umum tetap memberikan informasi
kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan medis
atas indikasi penyakit pasien.
e. Setelah pihak keluarga atau pasien setuju, dengan berbagai
pertimbangan dokter mendelegasikan tindakan tersebut kepada
f.

perawat terampil / terlatih/ mahir


Adapun tindakan medis yang boleh dilakukan oleh perawat dibawah
pengawasan dokter spesialis atau dokter umum tetap antara lain
pemasangan

DC,

NGT,

pemeriksaan Doopler, CTG

ETT,

Infus,

Nebulizer,

Ganti

Verban,

g. Selama perawat melakukan tindakan medis, dokter spesialis atau


dokter umum tetap mengawasi dan mengarahkan tindakan tersebut
hingga selesai.
h. Setelah selesai

Dokter

spesialis

atau

dokter

umum

tetap

menuliskan tindakan tersebut dalam rekam medis VII dilengkapi


dengan tanggal,waktu dilakukannya tindakan serta di berikan paraf.
6.

TATA LAKSANA PELAYANAN PRE DAN POST OPERASI


a. Dokter operator melakukan pemeriksaan dan merencanakan akan
dilakukan tindakan operasi.
b. Dokter operator atau dokter umum tetap memberikan penjelasan
kepada pasien dan atau keluarga pasien tentang kondisi pasien dan
rencana akan dilakukannya tindakan operasi
c. Bila pasien dan atau keluarga pasien setuju terhadap rencana
tindakan operasi, dokter operator atau dokter umum tetap meminta
keluarga

pasien

yang

bersangkutan

untuk

menyatakan

persetujuannya dengan mengisi Formulir Persetujuan Tindakan


Operasi dan Pembiusan (F.IRM.049) dan menyelesaikan prosedur
administrasi

terlebih

dahulu

ke

bagian

administrasi.

Bila

pasien/keluarga pasien menolak untuk dilakukan operasi, maka


keluarga pasien mengisi formulir Surat Penolakan (F.IRM.048).
d. Perawat ruangan mengisi formulir Permintaan Pemakaian Kamar
Operasi (F.IBS.001) yang ditandatangani oleh kepala shift, perawat
ruangan menyerahkan formulir tersebut kepada perawat IBS yang
bertugas
e. Bila tindakan operasi yang akan dilakukan bersifat cito, permintaan
pemakaian kamar operasi dapat diajukan per telepon kemudian
disusulkan

dengan

permintaan

tertulis

dengan

menggunakan

formulir Permintaan Pemakaian Kamar Operasi (F.IBS.003).


f.

Perawat ruangan menyiapkan pasien pra operasi sesuai dengan


instruksi dokter operator atau jenis operasinya

Instruksi dokter antara lain :


a. menyiapkan darah bila diperlukan
b. melakukan klisma untuk pasien dengan hisprung/invaginasi

c. memberikan terapi premedikasi bila ada instruksi dari dokter


anastesi sebelum masuk ke kamar operasi
d. memastikan infus terpasang baik dan lancar
e. memasang DC sebelum operasi bila diperlukan.
g. Perawat mempersiapkan pasien yang bersangkutan dipandu oleh
lembar Check list Persiapan Operasi (F.IBS.001)
h. Perawat ruangan mengantarkan pasien pra operasi ke ruang IBS
paling lambat jam sebelum operasi dilakukan dengan membawa
kelengkapan pasien meliputi status pasien, hasil pemeriksaan
penunjang, obat obatan dan darah bila ada.
i.

Setelah pasien diserahterimakan kepada perawat IBS, perawat


ruangan kembali ke ruang perawatan semula.

KEGIATAN PASCA OPERASI :


1. Setelah mendapat informasi dari kamar IBS bahwa operasi telah
selesai, perawat ruangan menjemput pasien pasca operasi di kamar
IBS
2.

Melakukan serah terima pasien dari perawat IBS kepada perawat


ruangan meliputi :
a.

Kelengkapan

rekam

medis,laporan

operasi,laporan

anestesi,dan instruksi post operasi


b.

Membacakan semua instruksi dokter Operator dan dokter


Anestesi secara detail

c.

Memberi arahan yang jelas tentang perawatan post operasi


seperti : cairan infus,Drain dan perawatan luka dll.

3. Perawat ruangan membawa kembali pasien ke ruang perawatan


semula dengan didampingi oleh perawat anaestesi.
4. Setelah pasien berada di ruang perawatan, perawat ruangan
melakukan perawatan pasca bedah sesuai dengan instruksi yang
diberikan
5. Bila terdapat instruksi pra dan atau pasca bedah yang tidak jelas,
perawat ruangan harus menanyakan kepada dokter umum tetap
atau dokter operator yang bersangkutan.
6. Perawat ruangan hanya melakukan tindakan perawatan
bedah sesuai dengan instruksi yang diberikan

pasca

7. TATA LAKSANA RUJUK KE RS LAIN


a. Pasien telah diperiksa oleh dokter spesialis yang merawat dan
dokter umum tetap di unit pelayanan rawat inap
b. Pasien atau keluarga yang berkompeten ( Orang tua, suami, istri,
saudara kandung ) mendapatkan penjelasan dari dokter pemeriksa
mengenai diagnosa, rencana pengobatan atau tindakan yang akan
dilakukan
c. Dokter spesialis yang merawat dan dokter umum tetap membuat
surat pernyataan informed consent untuk dirujuk ke Rumah Sakit
lain yang disetujui dan ditandatangani oleh pihak keluarga pasien
(F.IRM.047)
d. Dokter spesialis yang merawat atau dokter umum tetap membuat
resume medis di surat rujukan

atas pelayanan medis yang telah

diberikan selama pasien di rawat di RS Mitra Plumbon


e. Bila pasien /keluarga menghendaki menggunakan ambulance
dan perawat atau dokter pengantar dari RS Mitra Plumbon,maka
perawat ruangan segera berkoordinasi dengan bagian umum dan
mencari tenaga yang akan mengantar sesuai kebutuhan.
f. Perawat melakukan kontak dengan Rumah Sakit yang dituju tentang
rencana akan merujuk pasien dan menginformasikan keadaan
umum pasien, diagnosa, serta permintaan ruangan sesuai dengan
penyakit atau sesuai permintaan keluarga.
g. Perawat meretur obat yang masih sisa ke farmasi setelah itu
pasien dipulangkan sesuai prosedur pasien pulang.
h. Setelah semua persyaratan administrasi selesai,

pasien

membawa surat ijin pulang dari kasir keuangan dan diserahkan


kepada perawat ruangan NICU/Peri sakit dan satpam,pasien diantar
dengan ambulance ke Rumah Sakit yang dituju.
8. TATA LAKSANA PENEBUSAN RESEP
a. Perawat menerima resep dari dokter.
b. Bila pasien memilih kelas perawatan

eksekutif,

suite

dan

kontraktor, obat di ambilkan oleh perawat.


c. Bila pasien mengambil kelas perawatan diluar point 2,perawat
menyerahkan resep kepada keluarga pasien
d. Bila dalam keadaan darurat , obat-obat kedaruratan dapat di ambil
terlebih dahulu di depo farmasi, dan resep dapat segera menyusul.

e. Perawat menyerahkan resep kepada petugas depo farmasi.


f. Petugas depo farmasi memasukkan data resep dan harga ke dalam
billing system.
g. Perawat menerima obat dan / alkes dari petugas depo farmasi
kemudian petugas farmasi memberikan nota rangkap 3 kepada
perawat

untuk

kemuadian

nota

dimintakan

tanda

dikembalikan

lagi

tangan
ke

keluarga

depo

pasien.

farmasi.dengan

menandatangi Nota Pembelian Obat yang berangkap 3. Lembar ke1 disimpan oleh unit Farmasi, lembar ke-2 diserahkan ke perawat
dan lembar ke-3 diserahkan ke Administasi Keuangan.
h. Perawat menyampaikan obat atau alkes serta lembar ke-2 Nota
Pembelian Obat kepada pelanggan.
9.

TATA LAKSANA PASIEN MENINGGAL


a. Dokter spesialis atau dokter umum tetap yang terakhir sekali
memeriksa

tanda-tanda

vital

berdasarkan

pemeriksaan

detak

jantung yang sudah tidak terdengar, pupil midriasis maximal,


refleks cornea negatif, henti nafas, pemeriksaan EKG flat dan
menyatakan pasien sudah meninggal, jam dan tanggal kematian di
catat direkam medis VII
b. Surat kematian ditandatangani oleh dokter spesialis yang merawat
atau dokter umum tetap yang menyatakan meninggal dunia
c. Keluarga di beritahu oleh dokter spesialis yang merawat atau dokter
umum tetap tentang penyebab kematiannya dan usaha usaha
yang sudah dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien
d. Perawat

dengan

tenang

menunjukan

rasa

empati

dan

menenangkan keluarga pasien yang ditinggalkan


e. Perawat ruangan dibantu oleh asper melepaskan semua alat bantu
perawatan yang melekat pada jenazah, membersihkan tubuh
jenazah sebaik mungkin,dan selanjutnya menutup jenazah dengan
kain / laken jenazah yang bersih
f.

Semua dokumen pasien seperti :

Hasil Rontgen, CT Scan,

Laboratorium, EKG, USG, ECHO diserahkan pada keluarga


g. Tanyakan pada keluarga akan di bawa pulang dengan menggunakan
ambulance

atau

pribadi,bila

akan

menggunakan

ambulance,

perawat memberitahukan bagian administrasi (pswt 1097) bahwa


pasien tersebut telah meninggal dunia dan akan menggunakan
ambulance serta memberitahu tindakan terakhir yang dilakukan
dan obat emergency apa saja yang digunakan dari ruangan
h. Keluarga membereskan administrasi
mampu memnyelesaikan

biaya perawatan, jika belum

saat itu, keluarga diberi waktu dengan

membuat perjanjian tertulis


i.

Jika tidak ada keluarga, yang menunggu maka petugas khusus RS


Mitra Plumbon (Administrasi atau satpam) menghubungi keluarga
agar datang ke rumah sakit

j.

Perawat ruangan menghubungi petugas sekuriti untuk memberitahu


bahwa akan ada jenazah dari ruang tersebut.

k. Beritahukan pada keluarga dimana jenazah ditempatkan


l. Jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk di bawa pulang
dengan diketahui oleh petugas sekuriti.
II.

PELAYANAN KHUSUS
Pelayanan maternal
1. Pelayanan antenatal care termasuk pencegahan kehamilan resiko
tinggi.
a. Petugas penanggungjawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
2. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam
buku KIA
a. Petugas penanggungjawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
3. Pelayanan obstetri dan neonatologi emergency komprehensif (PONEK)
a. Petugas penanggung jawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
4. Seleksi dan perawatan resiko tinggi
a. XXXX
b. XXXX
5. Pelayanan postnatal

a. XXXX
b. XXXX
6. Persalinan aman dan penanggulangan persalinan resiko tinggi
a. XXXX
b. XXXX
7. Perawatan nifas dan rawat gabung
a. XXXX
b. XXXX
8. Pencegahan infeksi nosokomial
a. XXX
b. XXX
9. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien.
a. XXX
b. XXX
10.Imunisasi dan keluarga berencana
a. XXX
b. XXX
11.Audit maternal perinatal dan evaluasi tindakan persalinan operatif
yang meliputi jumlah operasi, hasil operasi, indikasi operasi, tingkat
infeksi pasca operasi dan kematian.
a. XXX
b. XXX
12.XXX
B. Pelayanan Neonatal
1. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam
buku KIA
a. XXX
b. XXX
2. Perawatan bayi baru lahir
a. XXX
b. XXX
3. Penanganan neonatus resiko tinggi
a. XXX

b. XXX
4. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien.
a. XXX
b. XXX
5. Imunisasi dan keluarga berencan
a. XXX
b. XXX
6. Pengupayaan inisiasi dini dan pemberian ASI eksklusif pada bayi baru
lahir
a. XXX
b. XXX
7. Pengaturan pelayanan dokter, tenaga keperawatan serta tenaga
penunjang lainnya, termasuk laboratorium dan radiologi
a. XXX
b. XXX
8. Pelayanan rujukan di dalam maupun ke luar rumah sakit
a. XXX
b. XXX
9. Promosi/ penyuluhan kesehatan
a. XXX
b. XXX
10.Home visite sebagai upaya follow up hasil pelayanan
a. XXX
b. XXX
11.XXX

BAB VI
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Dalam rangka upaya peningkatan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Mitra Plumbon yang lebih efektif dan efisien maka diperlukan adanya
keseragaman konsep dasar upaya penigkatan keselamatan pasien.
A. KESELAMATAN PASIEN RS MITRA PLUMBON
1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap

pasien

masyarakat
Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

dan

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


Terdapat enam sasaran keselamatan pasien RS, yaitu :
Sasaran I
: Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (highalert)
Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
4. Standar Keselamatan Pasien RS
Program keselamatan pasien di rumah sakit Mitra Plumbon sesuai
dengan 7 standar keselamatan pasien yang mengacu pada Hospital
Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organization, Illinois, USA, tahun 2002, yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien tersebut, meliputi :
Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang

rencana

dan

hasil

pelayanan

termasuk

kemungkinan

terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.


Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan

keluarganya

tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.


Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien.
Rumah sakit mendesign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisa secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan


pasien.

Standar

V.

Peran

kepemimpinan

dalam

meningkatkan

keselamatan pasien
- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
-

Sakit.
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan

atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.


Pimpinan mendorong dan menumbuhkan

komunikasi

dan

koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan


-

keputusan tentang keselamatan pasien.


Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit

serta meningkatkan keselamatan pasien.


Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Standar VI. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien


Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
Rumah
sakit
menyelenggarakan

pendidikan

dan

pelatihan

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf


serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Standar

VII.

Komunikasi

merupakan

kunci

bagi

staf

untuk

mencapai keselamatan pasien


Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.

Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

5. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS


Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
adalah sebagai berikut :
1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
2. Pimpin dan Dukung Staf Anda
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di seluruh jajaran RS Mitra Plumbon.
3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
5. Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Belajar

dan Berbagi

Pengalaman

Tentang

Keselamatan

Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan
Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
6. Peran unit kerja
Unit kerja mengupayakan beberapa kegiatan untuk mengendalikan

keselamatan pasien, meliputi :


Perhatikan Nama Obat, rupa dan ucapan mirip
Pastikan identifikasi pasien

Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien


Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Kendalikan cairan elektrolit pekat
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Hindari salah kateter dan salah sambung slang
Gunakan alat injeksi sekali pakai
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan
infeksi nosokomial.

B. SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RS MITRA


PLUMBON
1. Definisi Insiden Keselamatan Pasien
Insiden Keselamatan Pasien/Patient Safety Incidentadalah setiap
kejadian yang tidak disengaja atau tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cidera (Near miss), kejadian sentinel, maupun keadaan

yang dapat

mengakibatkan atau berpotensi menimbulkan cedera pada pasien.


Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu kejadian yang
tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
disebabkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena:
faktor keberuntungan, misal pasien menerima suatu obat kontra

indikasi tetapi tidak Tim bul reaksi obat, atau


pencegahan, misal suatu obat dengan lethal dose akan diberikan
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan, atau
peringanan, misal suatu obat dengan lethal dose telah diberikan
kepada pasien namun segera diketahui lalu diberikan antidote-nya.
Kejadian

Sentinel/Sentinel

Event

adalah

suatu

KTD

yang

mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk

kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Kesalahan Medis/Medical Error adalah kesalahan yang terjadi
dalam

proses

asuhan

mengakibatkan

medis

cedera

pada

yang

mengakibatkan

pasien.

Kesalahan

atau

berpotensi

termasuk

gagal

melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang


salah untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai akibat melaksanakan suatu
tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
Analisis Akar Masalah/Root Cause Analysisadalah suatu proses
investigasi terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk
KTD, serta untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak
terulang kembali.
Manajemen Risiko/Risk Management, dalam hubungannya dengan
operasional rumah sakit, manajemen risiko dikaitkan dengan aktivitas
perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau
berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera
atau malpraktik medis. Manajemen risiko dimaksudkan agar pelayanan
kesehatan yang diberikan aman (health care safer) dan hasil pelayanan
memuaskan (good outcome).
2.

Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien RS


a.

Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di RS Mitra Plumbon, wajib


segera

ditindak

lanjuti

(dicegah/ditangani)

untuk

mengurangi

dampak/akibat yang tidak diharapkan.


b.

Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan


mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada
Atasan langsung (paling lambat 2 x 24 jam); jangan menunda laporan.

c.

Setelah selesai mengisi pelaporan, segera serahkan kepada


atasan langsung pelapor (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan
manajemen: supevisor/kepala bagian/instalasi/ departemen/unit, ketua
komite medis/ketua SMF)

d.

Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading


risiko terhadap insiden yang dilaporkan.

e.

Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa


yang akan dilakukan sebagai berikut:
Grade biru

: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu


maksimal 1 minggu.

Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu


maksimal 2 minggu.
Grade Kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh
Tim KPRS
RS Mitra Plumbon, waktu maksimal 45 hari.
Grade merah

: Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA

oleh Tim KPRS


RS Mitra Plumbon, waktu maksimal 45 hari.
f.

Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil


investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KPRS RS Mitra Plumbon.

g.

Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan menganilisis kembali hasil


investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan
investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.

h.

Untuk grade kuning/merah, Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan


melakukan analisis akar masalah/Root Cause Analysis (RCA).

i.

Setelah melakukan RCA, Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan


membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta pembelajaran
berupa: petunjuk/safety alert untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.

j.

Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada


direksi.

k.

Rekomendasi untuk Perbaikan & Pembelajaran diberikan umpan


balik kepada unit kerja terkait.

l.

Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya


masing-masing.

m.

Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Tim KPRS RS Mitra Plumbon

BAB VIII
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
A.

BATASAN

PENGERTIAN

INFEKSI

NOSOKOMIAL

DAN

KEWASPADAAN UNIVERSAL
1. BATASAN PENGERTIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien ketika pasien
tersebut dirawat di RSU. Mitra Plumbon dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapat tanda
tanda klinik dari infeksi tersebut
2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam
masa inkubasi dari infeksi tersebut
3. Tanda tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan
4. Tidak termasuk infeksi nosokomial pada kasus keracunan yang tidak
disebabkan oleh produk bakteri.
2. KEWASPADAAN UNIVERSAL
Pedoman kewaspadaan universal didasarkan pada cara transmisi penyakit
yaitu transmisi lewat udara (Airborne Precautions Transmission), lewat
percikan (Droplet Precautions Transmission), lewat kontak (Contact
Precautions Transmission) dan secara prinsip dengan menganggap bahwa
darah, secret, semua cairan tubuh, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir penderita merupakan sumber infeksi silang.
Dengan demikian kepada seluruh petugas RSU. Mitra Plumbon ditekankan
untuk menerapkan prinsip-prinsip kewaspadaan universal meliputi :
mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, memakai alat
pelindung diri ketika menghadapi adanya resiko terkena sumber
infeksi

atau

adanya

resiko

dari

petugas

kepada

pasien,

pemakaian antiseptic, melakukan dekontaminasi alat dan barang

yang terkontaminasi, melakukan sterilisasi alat dan barang yang


memerlukan keadaan steril.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang dapat mencegah dan mengendalikan
terjadinya infeksi nosokomial di RSU. Mitra Plumbon
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya seluruh kegiatan pengendalian infeksi nosokomial
b. Terciptanya budaya pengendalian infeksi
C.

SASARAN

Manajerial di RSU. Mitra Plumbon


Seluruh karyawan di RSU. Mitra Plumbon
Pasien yang dirawat di RSU. Mitra Plumbon
Pengunjung atau keluarga pasien di RSU. Mitra Plumbon

D.
Struktur Organisasi
Panitia PPI-RS dipimpin oleh seorang

dokter

yang

mempunyai

pengalaman

pengendalian infeksi. Dibantu oleh sekertaris PPI-RS dan anggota PPI-RS.


Anggota PPI-RS sebagai pelaksana, penghubung dan mensosialisasikan
informasi

program PPI-RS

yang merupakan wakil-wakil dari pihak yang

berperan langsung dalam pelayanan yaitu terdiri dari perwakilan;


Staf Medik
Staf Keperawatan
Farmasi
Laboratorium
Gizi
Logistik dan PPSRS
Rumah Tangga (laundry dan cleaning servis)

Anggota Panitia PPI-RS diketuai oleh dokter spesialis penyakit dalam sebagai
ICP (INFECTION CONTROL PREVENTION), dan anggotanya ada perawat yang
ditunjuk sebagai IPCN ( INFECTION PREVENTION CONTROL NURSE) di RSU.
Mitra Plumbon, dengan kebijakan sebagai berikut :
1 IPCN untuk setiap 150 TT

E.

KEGIATAN POKOK

A. Kegiatan sterilisasi
B. Penggunaan desinfektan
C. Pengendalian pelayanan pasien penyakit menular
D. Hand Hygiene
E. Pengelolaan linen
F. Pengelolaan kebersihan lingkungan rumah sakit
G. Pemeriksaan baku mutu air
H. Pemeliharaan mesin pendingin
I. Pemantauan dan Evaluasi Kejadian Infeksi Nosokomial (Infeksi luka
J.

operasi, phlebitis, dekubitus, pneumonia, infeksi saluran kencing)


Orientasi dan pengembangan staf

F.

KETENTUAN DALAM KEGIATAN POKOK


A. KEGIATAN STERILISASI
1.

Pengertian
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada

benda mati dengan uap air panas tinggi (autoclav).


Tujuan
Menyediakan alat-alat medis yang steril
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Mitra Plumbon
3.
Penyiapan Alat Instrumen dan Linen yang akan di
2.

sterilkan.
Dekontaminasi

alat, pencucian, setting, pengepakan, labeling,

dikelola oleh petugas ruangan perawatan masing-masing, Untuk


dekontaminasi linen di lakukan di ruangan laundry.
Penempelan label tanggal sterilisasi, waktu kadaluarsa dan indicator
4.

mekanik dilakukan petugas sterilisasi ( petugas CSSD )


Sterilisasi Ruangan

1. Mempersiapkan ruangan yang akan disterilkan ( bersih,


jendela dan pintu ditutup, pastikan tidak ada pasien).
2. Biarkan UV menyala selama 6 12 jam. Untuk kondisi
darurat lakukan sterilisasi ruangan dengan cara fast ( 2 jam
).
5.

Penyimpanan Alat Instrumen Steril


Seluruh alat instrumen steril harus disimpan di ruangan dengan
tekanan positip sehingga paket atau wadah akan terlindungi dari
debu, kotoran, kelembaban, hewan, dan serangga. Jagalah area
penyimpanan agar tetap bersih, kering serta bebas debu.

Kontrolah suhu dan kelembaban ( suhu sekitar 22 0C

dan kelembaban relatif <75% ) bila memungkinkan.


Paket dan wadah dengan instrumen steril harus
disimpan dengan jarak 20-25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-

langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.


Jangan gunakan kardus untuk tempat penyimpanan.
Kardus

mengeluarkan

debu

dan

dapat

menjadi

tempat

bersembunyinya serangga.

Bubuhkan tanggal dan rotasikan suplai tersebut (first


in / first out), proses ini berfungsi sebagai peringatan, tetapi tidak

6.

menjamin sterilitas paket-paket tersebut.


Distribusikan
instrumen

steril

penyimpanan.
Mekanisme Monitoring Mutu Sterilisasi
Monitoring
mutu
sterilisasi
dilakukan
secara

dari

tempat

berkala

dan

berkesinambungan selama 6 bulan sekali dengan tujuan agar


terkontrolnya fungsi mutu alat sterilisasi dapat berjalan dengan baik,
menghasilkan hasil sterilan yang sesuai dengan standar dan dapat
mencegah infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas rumah
sakit.
7.

Sasaran Monitoring
1. Alat alat mesin sterilisasi
2. Peralatan atau bahan yang sudah disterilkan
8.
Metode monitoring
1. Secara visual
Dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang. Bila
terdapat kerusakan pada pembungkus atau kemasan maka

barang tersebut tidak dapat digunakan lagi, harus dikemas dan


disteril ulang.
untuk monitoring

test

Bowie

Dick

dilakukan

sekali

dalam

seminggu dan monitoring bisa secara insidential bila dianggap


perlu, adapun yang dimonitornya adalah :
a.
Ikatan kemasan
Non steril apabila ikatan lepas serta kemasan terbuka.
b.
Kelembaban kemasan
Non steril apabila kemasan masih lembab.
c.
Perubahan warna tape auto clave
Proses sterilisasi tercapai apabila tape berubah warnanya
d.

menjadi hitam.
Perubahan kertas Bowie dick
Proses sterilisasi dapat tercapai apabila pada kertas Bowie
Dick terdapat stuktur garis-garis yang beraturan berwarna

hitam.
2. Secara mikrobiologi
Dengan cara dilakukan pemeriksaan sampel barang atau bahan
yang sudah disterilkan di laboratorium kesling. Bila tidak ada
mikroorganisme artinya steril.
Monitoring ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Juni dan
9.

Desember serta bisa dilakukan secara insidential bila diperlukan.


Evaluasi Dan Pelaporan Monitoring
Setiap proses sterilisasi selesai petugas steril memeriksa hasil dari
indicator mekanik, kalau tidak mengalami perubahan warna maka
autoclave harus diperbaiki (kalibrasi).
Setiap proses sterilisasi petugas steril mengamati indicator mekanik
pada autoclave (suhu, waktu, dan tekanan), bila tidak sesuai
ketentuan autoclave harus diperbaiki (kalibrasi).

B. PENGGUNAAN DESINFEKTAN
Desinfektan merupakan zat yang dapat membunuh bentukbentuk vegetatif kuman , menurut aktifitas germicidalnya zat
desinfektan di klasifikasikan menjadi:
a. Klasifikasi Desinfektan :
1. Disinfektan Tingkat Rendah
Desinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua
bakteri vegetatif ( bukan spora atau tubercule bacilli ),
beberapa jamur, dan virus lipohilic.
Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon
klasifikasi

alat

barang

yang

digunakan

noncritikal

yaitu

untuk
yang

digunakan
2.

hanya

untuk

menyentuh

kulit

luar

saja

diantaranya : stetoskop, permukan meja, tempat tidur dll.


Desinfektan Tingkat Menengah
Desinfektan tingkat menengah menghancurkan hampir semua
bakteri vegetatif ( bukan spora ), tubercule bacilli, jamur,
virus- virus hydrophilic dan lipophilic.
Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon digunakan untuk
klasifikasi

alat / barang yang

semicritikal

yaitu yang

menyentuh membran mukosa kecuali dental .


3. Desinfektan Tingkat Tinggi

Desinfektan tingkat tinggi menghancurkan semua bakteri


vegetatif, beberapa spora, tubercule bacilli, jamur, virus- virus
hydrophilic dan lipophilic, jika digunakan dalam waktu yang
lebih lama dapat menghancurkan semua spora bakteri dan

dapat dianggap sabagai sterilan.


Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon digunakan untuk
klasifikasi alat / barang yang critikal yaitu yang mencapai
steriletissue

atau

system

pembulu

darah

diantaranya

instrumen operasi.
Adapun jenis desinfektan yang tersedia dan digunakan di RSU.
Mitra Plumbon
b. Jenis desinfektan
Jenis kandungan desinfektan yang digunakan di rumah sakit
Mitra Plumbon
Chlorhexidine

Gluconate

(hibicet,

savlon,

minoscrub, onescrub)
Desinfektan yang digunakan untuk perendaman alat
berbahan karet
Propanol dan Chlorhexidine gluconate solution 20%
Digunakan untuk mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan keperawatan pada pasien untuk perendaman alat
berbahan karet
Povidon Iodine 10 %, (Biosepton)
Digunakan untuk desinfeksi pada perawatan luka.
Formalydehide 8% ( formalin )
Digunakan untuk mengawetkan jaringan. Klorin 0,1%
dan 0,5%

Digunakan

sebagai

dekontominasi

peralatan

bedah,

sarung tangan dan linen, lantai


Lysol 2%
Digunakan untuk dekontaminasi cairan infeksius, linen,
alat dan membersihkan kamar mandi.
Alkohol 70%
Digunakan untuk jaringan kulit dan cuci tangan
Troclosene Sodium 50% (Presept Tablet)
Digunakan untuk pembersihan barang inventaris yang
terkontaminasi dengan pasien, perendaman alat dan
pencucian linen infeksius.
H2O2 (Hydrogenii Peroxidum 50%)
Digunakan untuk antiseptik cuci luka dan membersihkan
telinga.
Didecyldimethyl
aminopropyl)-N(Hexakuart)
Digunakan untuk

ammonium

chloride,

N-(3-

dodecylpropan-1,3-diamine
pembersihan

lantai

pada

ruangan

intensif
Glutaraldeyde Solution (Cidex)
Digunakan untuk perendaman alat ventilator
Ethanol, Propanol (Softaman)
Digunakan untuk cuci tangan
c. Klasifikasi yang menggunakan desinfektan :
Area khusus seperti : Ruang perawatan, ruang intensif
dan isolasi, ruang operasi/tindakan
Linen yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
d. Mekanisme pembersihan
Ruangan
Ruangan perawatan
:
Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas
cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas
cleaning service dan assisten perawat melakukan general
cleaning, meliputi ruangan, inventaris dan alat medis
menggunakan desinfekan
Ruang intensif dan isolasi
:
Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas
cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas
cleaning service dan assisten perawat melakukan general

cleaning, meliputi ruangan, inventaris ruangan dan alat


medis menggunakan desinfekan. Khusus bed bekas pakai
pasien

dilakukan

pencucian

di

tempat

pencucian

menggunakan air mengalir, dan pembersihan akhir


dengan mengelap menggunakan desinfektan
Kamar operasi
:
Pembersihan ruangan inventaris dan alat
dilakukan

oleh

assisten

perawat

kamar

medis
operasi

menggunakan desinfektan setiap setelah ada tindakan


operasi. Untuk kebersihan luar kamar operasi dilakukan
oleh petugas cleaning service.
Linen infeksius dilakukan penanganan di bagian Laundry
e. Pemeriksaan swab
Pemeriksaan swab di ruangan khusus dilakukan setiap 6 bulan
sekali meliputi :
Inventaris (bed, monitor), lantai, AC, alat medis, linen

C. PENGENDALIAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR


1.

Pasien resiko tinggi menularkan infeksi meliputi;

pasien yang di duga atau telah tegak diagnosa


penyakit menular

2.

pasien dengan infeksi airborne

pasien dengan terapi imunosupressed

pasien dengan tirah baring lama

Pasien dengan kondisi seperti diatas harus ditangani secara


khusus seperti perawatan di

ruang isolasi, petugas dengan APD yang

menihilkan kontaminasi, tidak disatukan perawatan pasien resiko tinggi


menularkan dan tertular, aktifitas fisik tertentu untuk pasien dengan tirah
baring lama
3.

Pemakaian antibiotika mempertimbangkan diagnosa infeksi dan


berat ringannya infeksi, daya tahan tubuh pasien, kemungkinan adanya
perubahan faal biologi terhadap kelainan hati dan ginjal serta faktor
predisposisi.

4.

Pemakaian

antibiotika

berdasarkan

epidemioligi

(kuman

penyebab paling sering) atau kepastian identifikasi kuman penyebab


dengan

pemeriksaan

mikrobiologi

yang

dapat

dikerjakan

serta

mempertimbangkan sensitifitas dan resistensi kuman penyebab terhadap


antibiotika yang ada.
5.

Pemilihan antibiotika mempertimbangkan sifat farmakokinetik


dan farmakodinamik serta spectrumnya.

6.

Pada

kasus

yang

memerlukan

antibiotika

profilaksis

dan

antibiotika sebagai terapi maka hendaknya harus disesuaikan dengan


keadaaan

infeksi

terberat,

sementara

menunggu

pemeriksaan

bakteriologi.

D. HAND HYGIENE
I.

Langkah langkah cuci tangan

yang efektif
1.
dengan telapak tangan. Letakkan

Menggosok telapak tangan


sabun cuci tangan secukupnya

pada telapak tangan kiri dengan posisi tangan kanan di atas telapak
tangan kiri
2.
3.

Menggosok

punggung

tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaiknya


Dengan menghadapkan
telapak tangan kiri ke telapak tangan kanan (membersihkan sela-sela
jari)

4.

(dengan

mengepalkan

tangan) menggosokkan punggung jari jari kiri ke telapak tangan


kanan dan sebaliknya

5.

Membersihkan

ibu

jari

tangan kanan dengan menggosokkan telapak tangan kiri (dengan


arah memutar) dan sebaliknya
6.

Membersihkan ujung ujung


jari tangan kanan dengan menggosokkannya ke telapak tangan kiri

(kearah depan dan belakang) dan sebaliknya


II.
Waktu Untuk Mencuci Tangan
Segera setelah tiba di rumah sakit
Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya
Bila tangan kotor
Sebelum masuk dan tinggalkan ruang pasien
Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang terkontaminasi
cairan tubuh
Diantara kontak pasien satu dengan pasien lain
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
Segera setelah menggunakan sarung tangan
Sebelum dan setelah menyiapkan makanan dan mengkonsumsi makanan
Segera setelah membersihkan sekresi hidung
Setelah ke kamar mandi
E. PENGELOLAAN LINEN
1. Pengelolaan pelayanan linen meliputi perencanaan, pengadaan,
pengumpulan

dan

pemilahan,

pencucian,

penyimpanan

serta

distribusi.
2. Linen infeksius dan non infeksius ditempatkan pada tempat berbeda.
3. Alur distribusi linen bersih dan kotor terpisah.
4. Standar quality linen adalah utuh, bersih tanpa noda, harum, rapih
dan licin, kering tidak lembab serta bebas kuman bagi linen steril.
F. PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1) Pengelolaan Sampah Medis / Infeksius
a. Sampah infeksius dimasukan kedalam tempat sampah yang
berlabel sampah infeksius ,
Penanganan sampah infeksius pada sumbernya, pada tahap
awal dilakukan oleh perawat / unit penghasil sampah infeksius
dengan cara memisahkan :
Sampah infeksius sampah yang mengandung darah dan
cairan tubuh seperti : seperti jaringan tubuh, darah, urine,
daging,
plabot.

perban,

plester,

masker,

sarung

tangan,

bekas

b. Untuk sampah spuit / jarum suntik dimasukkan ke dalam


kardus kuning berlabel bio hazard
2) Pengelolaan non infeksius
Terdiri atas :
a. Sampah non infeksius adalah sampah domestic atau sampah
yang tidak mengandung darah dan cairan tubuh seperti : sisa
makanan, kertas, dedaunan dll
Sampah flabotte adalah sampah flabotte yang sudah digunakan
Sampah vial/ampul adalah sampah vial / ampul yang sudah digunakan
3) Pengelolaan Limbah Cair
d.
Semua limbah cair yang dihasilkan
e.

rumah sakit masuk ke IPAL


PPSRS

bertanggung

jawab

dalam

Pemeliharaaan dan perbaikan IPAL di RSU. Mitra Plumbon


dan kelancaran aliran air limbah dari KM/WC
G.

PEMERIKSAAN BAKU MUTU AIR

Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan minimal 2 kali

dalam setahun.
Pengambilan
sample

pada

titik-titik

tertentu

untuk

pemeriksaan mikrobiologi seperti : laboratorium, ruang bayi,

ruang perawat, kamar operasi, ruangan intensif, instalasi gizi


Parameter fisika kimia, diambil pada 2 titik yaitu titik sumber
air masuk RS dan titik terjauh yaitu titik sumber air utara dan
sumber air selatan

H.

PEMELIHARAAN MESIN PENDINGIN

Pemeliharaan rutin dilakukan oleh petugas PPSRS atau dilakukan oleh


pihak luar untuk melakukan perawatan sesuai ikatan kontrak service
yang telah ada yaitu, 3 (tiga) bulanan untuk unit kerja non khusus
dan 1 (satu) bulanan untuk unit khusus (kamar operasi, kamar
tindakan, Ruang HD, Ruang Isolasi, ruang Perawatan bayi,
Ruang intensive care, laboratorium, instalasi gizi, ruang racik

obat)
Pemeriksaan bakteri dan jamur pada mesin pendingin dilakukan enam
bulan sekali di unit khusus

I.

PEMANTAUAN DAN EVALUASI KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL


Surveilans adalah pengamatan yang sistematis, aktif dan terus menerus
terhadap timbulnya serta penyebaran penyakit pada suatu populasi dan
menganalisa

berbagai

variable

yang

mempengaruhi

timbulnya

penyebaran penyakit tersebut. Pelaksanaan surveilans atas indikator :


Phlebitis, ILO, ISK Nosokomial, Pneumonia, Dekubitus di ruang
perawatan pasien (rawat inap, intensive care).
Jika ada kejadian inveksi IPCN melakukan investigasi dan melaporkan
kejadian tesebut ke Ketua PPI-RS untuk ditindaklanjuti dan membuat
rekomendasi temuan tersebut kepada bagian terkait
J.

ORIENTASI DAN PENGEMBANGAN STAF

Orientasi dilaksanakan bagi karyawan baru, yang diagendakan oleh


bagian

HRD,

dengan

memaparkan

materi

pengendalian

infeksi

nosokomial, dan dilakukan pre test dan post tes terkait materi tersebut.
Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara internal dan eksternal
bagi staff PPI-RS maupun bagi karyawan/ti.

BAB X
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi efektif adalah:
1. Memfasilitasi terciptanya

pencapaian tujuan kedua pihak (Pemberi

informasi dan yang menerima informasi


2. Terdapat komunikasi dan transfer komunikasi informasi yang efektif antar
profesi kesehatan, sehingga dapat tercapai proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif

3. komunikasi efektif, komunikasi yang baik antara perawat dan dokter


dengan

menggunakan

Situation

Background

Assesment

dan

Recommendation (SBAR ).
B.

Definisi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran
atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994;
Koontz & Weihrich, 1988).
2. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud

oleh

pengirim

pesan,

pesan

ditindaklanjuti

dengan

sebuah

perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).

3. Unsur komunikasi
3.1.Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
3.2. Isi pesan
3.3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan)
3.4. Penerima / komunikan
Pemberi/komunikator yang baik adalah
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut :
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan

tertutup

dan

kapan

memakai

pertanyaan

terbuka),

menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.


2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di
balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya,
gerak tubuh).

4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh)


agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru
mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
4. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan
promosi).
4.1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
4.1.1 Jam pelayanan
4.1.2 pelayanan yang tersedia
4.1.3 Cara mendapatkan pelayanan
4.1.4 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan
ketika

kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan

rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service,
Admission, dan Website.
4.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):
4.2.1. Edukasi tentang obat
4.2.2. Edukasi tentang penyakit
4.2.3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
4.2.3.

Edukasi

tentang

apa

yang

harus

meningkatkan

dilakukan

pasien

untuk

kualitas hidupnya pasca dari

rumah sakit
4.2.4. Edukasi tentang Gizi
Akses

untuk

information

mendapatkan
dan

nantinya

edukasi
akan

ini

bisa

menjadi

melalui

sebuah

medical

unit

PKRS

(penyuluhan kesehatan Rumah Sakit).


5.

Komunikasi yang efektif.

Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
5.1. prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu
dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima
pesan.

2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh


penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
Komunikat
Isi
Dituli
Dibacaka
Komunika
or
pesan
s
n
n
6. Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
Prosesnya:
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari
RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan
marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.Setelah melalui
tahap asesmen pasien, di temukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau
saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
medical information.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima
edukasi yang diberikan:

dan memahami

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,


kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:
menanyakan kembali eduksi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?
2.

Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,


pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?.

3.

Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via
telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang


disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk
mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa pasiendan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar
7. Metode SBAR
SBAR adalah standarisasi cara komunikasi yang digunakan untuk tujuan
keselamatan pasien. Karena ini dapat membantu individu dalam melakukan
komunikasi sesuai dengan harapan efektif dan tepat.
SBAR terdiri dari : - Situation, Background, Assesment, Recommendation
I

Introduction

Salam
Individu

Situation

yang

terlibat

dalam

handoff

memperkenalkan diri, peran dan tugas profesi


Kondisi terkini Komplain,
diagnosis,
rencan
yang

terjadi

perawatan dan keinginan serta

Background

pada pasien
Informasi

kebutuhan pasien
Tanda-tanda vital, status mental,

penting

daftar obat dan hasil lab

mengenai
kondisi
A

Assesment

terkini
Hasil

Penilaian

pengkajian

provider

kondisi
R

Rekomendation

Read back

pasien
situasi

saat

ini

oleh

pasien

terkini
Apa yang perlu

Mengidentifikasi hasil lab yang

dilakukan

tertunda

untuk

dilakukan selama beberapa jam

mengatasi

berikutnya dan rekomendasi lain

dan

apa

yang

perlu

masalah pasien untuk perawatan


Proses identifikasi akhir pada akhir percakapan
dengan mengulang instruksi yang dicatat saat akan
mengakhiri percakapan

TATA LAKSANA KOMUNIKASI


I.

Pemberian informasi langsung kepada pasien


Hal yang perlu diperhatikan saat proses pemberian informasi
1. Materi informasi yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan)

b.

Kondisi saat ini dengan berbagai kemungkinan diagnosis


c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, termasuk manfaat, risiko serta kemungkinan efek
samping/komplikasi
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan
untuk menegakkan diagnosis

e.

Diagnosis, jenis atau tipe

f.

Pilihan tindakan medis

g.

Prognosis

h.

Dukungan (Support)

2. Siapa yang diberi informasi


a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk pasien
c. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk

pasien:

dokter/petugas

sebanyak
lain

meras

yang
perlu

pasien
untuk

kehendaki,

disampaikan

yang
dengan

memperhatikan kesiapan mental pasien.


b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
5. Di mana Tempat Menyampaikan
a. Di ruang praktik dokter
b. Di bangsal, ruang tempat pasien dirawat
c. Di ruang perawat
d. Di ruang lain yang pantas atas persetujuan bersama
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung,
tidak melalui telfon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang
dikirim melalui fax
b. Persiapan meliputi:

Materi yang akan disampaikan

Ruangan yang nyaman, privasi tidak terganggu oleh lalu lalang


orang

Waktu yang cukup

Mengetahui orang yang akan hadir

c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien dan keluarga pasien tentang


hal yang akan dibicarakan
d. Tanyakan kepada pasien sejauh mana informasi yang ingin
didapatkan dan amati kesiapan dalam penerimaan informasi

II.

Pemberian Informasi antar profesi melalui media komunikasi


Proses pemberian informasi dapat pula terjadi antar profesi, dapat berupa
instruksi atau sekedar pemberitahuan, dan dapat dilakukan secara
langsung maupun melalui media komunikasi
1. Pemberian informasi (konsultasi) secara langsung
Yang harus diperhatikan adalah:
a. Pastikan etika pemberian informasi dilakukan dengan benar
b. Pastikan informasi yang diberikan kepada dokter benar
c. instruksi yang diberikan dokter harus tercatat dalam dokumen
rekam medis
d. Jika terdapat ketidakjelasan, hendaknya ditanyakan kembali dan
ditulis ulang
2. Pemberian informasi (konsultasi) melalui telfon/media komunikasi lain
a. Pastikan

etika

pemberian

informas

dilakukan

dengan

benar

(*greeting)
b. Pastikan informasi yang diberikan kepada dokter benar
c. Jika melalui media audio (telfon dll) Lakukan pengejaan huruf jika
terdapat hal-hal yang meragukan
d. Jika melalui media cetak, pastikan tulisan dapat dibaca dengan baik
dan benar
e. Lakukan metode SBAR dalam memberikan informasi melalui telfon
III.

Pendokumentasian hasil informasi/perintah antar profesi


a. Setiap proses pemberian informasi dilakukan pendokumentasian
secara tertulis
b. Pendokumentasian dilengkapi dengan waktu dan petugas yang
memberikan informasi/memberiakan instruksi/melakukan pencatatan
dokumen

BAB VII
PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang konsep dasar upaya penigkatan mutu pelayanan.
B. MUTU PELAYANAN RS UMUM MITRA PLUMBON
7. Pengertian MUTU
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Arti Strategic
Segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
b. Mutu menurut ISO ( ISO 9000 : 2000 )
Derajat yang dicapai oleh karateristik yang inheren dalam memenuhi
persyaratan yaitu :
1. Mutu

mencakup

usaha

memenuhi

atau

melebihi

harapan

pelanggan
2. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan

3. Mutu merupakan kondisi yang berubah


8. Definisi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra
Plumbon

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar


pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon

secara wajar, efisien dan efektif serta

diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum
dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.

3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu


Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a.

Konsumen

b.

Pembayar/perusahaan/asuransi

c.

Manajemen RS Umum Mitra Plumbon

d.

Karyawan RS Umum Mitra Plumbon

e.

Masyarakat

f.

Pemerintah

g.

Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya

terhadap

mutu.

Karena

dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output

itu

mutu

adalah

multi

Pengukuran

mutu

pelayanan

kesehatan

dapat

diukur

dengan

menggunakan 3 variabel, yaitu


1). Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan,

teknologi,

organisasi,

informasi,

dan

lain-lain.

Pelayanan

kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu


pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2). Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan
interaksi

profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen

(pasien/masyarakat).

Proses ini merupakan variabel penilaian mutu

yang penting.
3). Output,

ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan

yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan


dari konsumen tersebut.
B. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSU MITRA PLUMBON
1. Definisi Upaya

Peningkatan Mutu Pelayanan RS

Umum Mitra

Plumbon
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif
yang menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan
berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap
pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga
pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon

berdaya

guna dan berhasil guna.


2.

Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RS Umum Mitra

Plumbon
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon secara efektif
dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Khusus: Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Mitra Plumbon melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.

b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan


standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan
terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan

teknologi

tepat

guna,

hasil

penelitian

dan

pengembangan pelayanan kesehatan.


3. Indikator mutu
Indikator mutu Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon meliputi indikator klinik,
indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan
pada efektifitas (effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety)
dan kelayakan (appropriateness). Indikator yang dipilih :
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan
proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan Rumah Sakit lain, baik di
dalam maupun luar negeri.
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Mitra
Plumbon maka disusunlah strategi sebagai berikut :
a) Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan
prinsip mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon sehingga
dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masingmasing unit kerjanya.
b) Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia
di RS Umum Mitra Plumbon , serta upaya meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
c) Menciptakan budaya mutu di. Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
termasuk di dalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit Umum Mitra
Plumbon dengan pendekatan PDCA cycle.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang
berkesinambungan.

Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah

identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting


dari seluruh proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan
selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul
apabila :

Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat


penyimpangan

Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.

Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.


Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa

dilakukan tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas,


setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada
yang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang
telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah
sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.
6.

Kegiatan dalam pengendalian Mutu Rumah Sakit


1

Pengendalian atas dokumen meliputi :


1. Penerbitan dan persetujuan dokumen.
2. Perubahan dokumen.
3. Distibusi dokumen.
4. Penomoran/ pengkodean dokumen.

2. Pengendalian catatan mutu meliputi kegiatan :


1. Identifikasi
2. Penyimpanan
3. Perlindungan
4. Penarikan
5. Lama simpan
6. Pemusnahan

3. Pemastian

implementasi

manajemen

mutu

dilaksanakan

sesuai

persyaratan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan dalam


bentuk kegiatan audit.
4. Untuk memastikan rapat tinjauan manajemen dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan untuk meninjau keefektifan pelaksanaan Sistem
Manajemen Mutu.
5. Setiap pemasalahan yang terjadi harus dilakukan upaya penyelesaian
dan pencegahannya serta didokumentasikan.
6. Penyelenggaraan kegiatan komunikasi meliputi :
1. Penanganan Informasi (internal)
2. Pelaksanaan Rapat (internal)
3. Komunikasi dengan pelanggan
4. Komunikasi dengan Rekanan
5. Komunikasi dengan Instansi Pemerintah
6. Komunikasi keadaan darurat
7. Mekanisme perencanaan kerja, sasaran dan indikator mutu Rumah Sakit
meliputi :
1. Rencana Strategis lima tahunan
2. Rencana Kerja tahunan organisasi dan unit kerja
8. Survey kepuasan pelanggan adalah suatu kegiatan pengukuran untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan eksternal terhadap pelayanan
yang telah diberikan.

BAB XXX
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
I. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Rumah S aki t merup akan sal ah satu tempat kerja, yang wajib
melaksanakan Program K3 yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien,
pengunjung, maupun bagi masyarakat di Iingkungan sekitar Rumah Sakit.
Pelayanan K3 harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai
saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak
Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja.
A. Pengertian

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan


jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya
ditempat kerja, promosi kesehatan,pengobatan dan rehabilitasi.

Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang balk
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja

agar

dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja


kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja
akan menurun karena pengaruh kondisi Iemah dan lesu.

Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung
oleh pekerja dalam melaksana kan tugasnya. Contoh; pekerja yang
bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll.

Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja.


Contoh; seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan
kerjanya adalah ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses
pekerjaannya di instalasi radiologi

B. Bahaya Bahaya potensial (potential Hazards) di Rumah Sakit


Bahaya bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh Faktor
biologis ( Virus, bakteri, jamur,dll), faktor ergonomi (cara kerja yang salah),
faktor

psikososial

(kerja

shift,

hubungan

sesama

pekerja/atasan)

dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.


Penyakit akibat kerja (PAK) umumnya berkaitan denagan faktor biologi
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anastesi
pada hati), faktor ergonomi (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien
salah), faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi,
radiasi pada sistim produksi sel darah), faktor psikologis (ketegangan di kamar
bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa dll).
Sumber bahaya yang ada dirumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat resiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan
tejadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.

b.

Penilaian faktor risiko


Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan

melakukan

penilaian

bahaya

potensial

yang

menimbulkan

risiko

kesehatan dan keselamatan


c.

Pengendalian faktor risiko


Dilaksanakan

menghilangkan

melalui
bahaya,

tingkatan

menggantikan

pengendalian
sumber

risiko

risiko

yakni
dengan

sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada


(engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

Bahaya bahaya potensial di rumah sakit berdasarkan lokasi dan


pekerjaan diantaranya:
N
o
1

Bahaya
Potensial
FISIK :

IPS-RS, laundri, dapur,


Bising

CSSD, gedung gensetboiler, IPAL


ruang mesin-mesin dan

Getaran

Debu

Panas

Radiasi

Pekerja yang paling

Lokasi

berisiko

Karyawan yang bekerja di


lokasi tsb

perlatan yang

perawat, cleaning service

menghasilkan getaran

dll

(ruang gigi dll)


genset, bengkel kerja,

Petugas sanitasi, teknisi

laboratorium gigi, gudang

gigi, petugas IPS dan

rekam medis, incinerator

rekam medis
pekerja dapur, pekerja

CSSD, dapur, laundri,


incinerator, boiler

laundry,petugas sanitasi
dan IP-RS
Ahli radiologi, radioterapist

X-Ray, OK yang

dan radiografer, ahli

menggunakan c-arm,

fisioterapi dan petugas

ruang fisioterapi, unit gigi

roentgen gigi.

KIMIA :
disinfektan

Semua area

Petugas kebersihan,

Farmasi, tempat

perawat
Pekerja farmasi, perawat,

Cytotoxics

pembuangan limbah,

petugas pengumpul

Ethylene oxide
Formaldehyde

bangsal
Kamar operasi
Laboratorium, kamar

sampah
Dokter,perawat
Petugas kamar mayat,

Bahaya

Potensial

Lokasi
mayat, gudang farmasi

Methyl :
Methacrylate,

Ruang pemeriksaan gigi

Hg (amalgam)
Solvents

Laboratorium, bengkel
kerja, semua area di RS

Gas-gas

Ruang operasi gigi, OK,

anaestesi

ruang pemulihan (RR)

Pekerja yang paling


berisiko
petugas laboratorium dan
farmasi
Petugas/dokter gigi, dokter
bedah, perawat
Teknisi, petugas
laboratorium, petugas
pembersih
Dokter gigi, perawat,
dokter bedah,
dokter/perawat anaestesi

BIOLOGIK :
AIDS, Hepatitis

IGD, kamar Operasi, ruang

B dan Non A-

pemeriksaan gigi,

Non B

laboratorium, laundry

Cytomegaloviru

Ruang kebidanan, ruang

anak

Rubella

Ruang ibu dan anak

Dokter , dokter gigi,


perawat, petugas
laboratorium, petugas
sanitasi dan laundry
Perawat, dokter yang
bekerja di bagian Ibu dan
anak
Dokter dan perawat
Perawat, petugas

Tuberculosis

Bangsal, laboratorium,

laboratorium, fisioterapis

ruang isolasi

ERGONOMIK
Pekerjaan yang

Area pasien dan tempat

dilakukan

penyimpanan barang

secara manual
Postur yang

(gudang)

salah dalam
melakukan
pekerjaan

Semua area

Petugas yang menangani


pasien dan barang

Semua karyawan

Bahaya

Potensial

Pekerjaan yang
berulang

Lokasi

Pekerja yang paling


berisiko
Dokter gigi, petugas
pembersih, fisioterapis,

Semua area

sopir, operator komputer,


yang berhubungan dengan
pekerjaan juru tulis

PSIKOSOSIAL
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,

Semua area

Semua karyawan

ancaman
secara fisik

C. Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setiap ruamh sakit
seperti tercantum pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan
Peraturan Mentri Tenaga kerja & transmigrasi RI No. 03/men/1989 tentang
pelayanan kesehatan kerja meliputi :
Pemeriksaan kesehatan
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus

Memberikan pengobatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang


mengalami Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Segala ketentuan kesehatan kerja di rumah sakit mitra sakit plumbon
ditetapkan oleh Keputusan direktur No. 4913/B/RS.MP/II/2011 tentang

Ketentuan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Akibat Kerja, dan Penyakit Akibat


kerja di Rumah Sakit Mitra Plumbon.
D. Keselamatan Kerja
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana dan peralatan kerja. Upaya pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan meliputi :
1. Penetapan tempat beresiko dan Penggunaaan Alat Pelindung Diri
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat
mengetahui tempat tempat berbahaya dilingkungan rumah sakit maka
diberikan tanda tanda atau petunjuk yang ditempatkan di tempat yang
telah ditentukan. Tempat yang dianggap beresiko diantaranya :
a. Instalasi Radiologi
b. Instalasi Labolatorium
c. Instalasi Farmasi
d. Kamar Operasi
e. Genset
f.

Kamar isolasi penyakit menular

g. Tempat dengan ketinggian lebih dari 1 Meter


Selain penetapan tempat beresiko salah satu pemberian rasa aman
kepada pekerja, juda diberlakukan kewajiban untuk menggunakan alat
pelindung diri dalam melakukan setiap kegiatan yang beresiko tinggi
menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.
Penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri ini
ditetapkan

oleh

keputusan

direktur

no.

4914/B/RS.MP/II/2011

tentang

penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri di rumah


sakit mitra plumbon (lampiran 3)
2. Pegawasan

Keselamatan/Keamanan

sarana,

prasarana

dan

peralatan kesehatan
Pengawasan ini bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik
dan

non

medik

sebagaimana

mestinya

sehingga

tidak

merugikan

pengguanaan alat tersebut.


Pengawasan atau pemantauan kelayakan alat medik dan non medik
dengan cara :

a. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan


kesehatan
b. Melakukan pengujian kalibrasi alat
c. Pemeliharaan alat dilakukan secara berkala
Kegiatan pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau
prasarana dan kalibrasi
A. Pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana
a. Program pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau
prasarana masing masing unit yang dilakukan oleh setiap unit
pengguna/IPSRS/Pihak Ekstern
b. Adanya pelaporan pelaksanaan pemeliharaan dan/atau perawatan
Sarana dan/atau prasarana kepada Ka. Sub. Bag. Logistik
B. Kalibrasi
a. Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada
atau sesuai dengan kebutuhan yang ada.
b. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk.
c. Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikuti
prosedur Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistik mendata
alat ukur & monitor yang harus dilakukan kalibrasi alat ukur &
monitor dan mengajukannya ke Ka. Bag. Perencanaan &
Pengembangan untuk dilanjutkan ke Wadir ADM Umum &
Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur &
monitor

untuk

disetujui.

Bagian

Logistik

menjadwalkan

pelaksanaan kalibrasi dan mengundang pihak luar yg ditunjuk


d. Pada saat kalibrasi berlangsung Koordinator / Ka. Unit / Bidang
unit pengguna dan petugas PSRS mendampingi pihak luar
yang melakukan kalibrasi
e. Setiap Ka. Unit / Bidang bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa alat tersebut telah dikalibrasi dengan memeriksa tanda
status hasil kalibrasi (bila ada)
f.

Bagian

Logistik

mencatat

waktu

dan

hasil

pelaksanaan

kalibrasi dari alat tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor
sesuai dengan Laporan Hasil Kalibrasi yang ada.

g. Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label
yang sesuai dan/atau dipisahkan.
3. Fasilitas Perlengkapan Keamanan Pasien
Dirumah Sakit Mitra Plumbon dalam merealisasaikan penyelenggaraan
program K3 yang bertujuan membuat rasa aman terhadap pasein, pekerja,
pengunjung di lingkungan rumah sakit maka di lengkapi oleh perlengkapan
diantaranya :
a. Pegangan pada tepi tangga
b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan dilengkapi dengan bel
pangil
c. Pintu dapat dibuka dari luar
d. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi
e. Sumber listrik mempunyai pengaman
f.

Pemasok oksigen cukup pada tempat tempat penting

g. Tersedia emergency suction pada keadaan gawat darurat


h. Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan dan peralatan medik yang vital

II. PENYEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan kerja rumah sakit meliputi

semua ruangan dan

area

sekellilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat


kerja yang dikelola secara komersial, mempunyai resiko bahaya kesehatan,
untuk itu diperlukan panduan untuk memenuhi persyaratan kesehatan

lingkungan sesuai dengan Kemenkes RI No. 261/Menkes/SK/II/1998 tentang


persyaratan kesehatan lingkungan kerja.
A.

Pengertian
Penyehatan

lingkungan

rumah

sakit

adalah

segala

upaya

untuk

menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya


terhadap manusia.
B.

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Mitra Plumbon


a. Penyehatan Air

1.

Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 40 liter/ orang/hari


2. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai
Permenkes No 416 tahun 1990 tentang pengawasan dan
persyaratan Kualitas air
b. Penyehatan Udara Ruangan
Suhu

: 18 28 C

Kelembaban : 40 60 %
c. Limbah
1. Limbah padat / sampah

Setiap limbah padat dari setiap ruangan satuan kerja dipisahkan


sesuai

dengan

jenis

limbahnya

(domestik,

medis/klinik,

Radiaktif) dan dimasukkan kedalam bak/tong sampah

yang

telah dilapisi kantong plastik yang telah disediakan untuk


masing-masing jenis sampah yang akan dibedakan.

Kantong plastik merah untuk limbah medik/infeksius

Tong sampah kuning untuk limbah domestik/umum

Pengangkutan

limbah

padat

dari

masing-masing

ruang

dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk dari masing-masing


ruang, dengan menggunakan alat pengangkut/gerobak sampah,
melalui jalur yang telah ditentukan.

Limbah padat domestik dimasukkan ke tempat penampungan


sementara

container

yang

selanjutnya

dibuang

ketempat

pembuangan akhir oleh DPU.

Bak limbah padat dilakukan pemeliharaan kebersihan secara

periodik dan atau sesuai kondisi dan keperluannya.

Pengelolaan limbah padat bekerja sama dengan pihak ke 3 yaitu


perusahaan limbah Jasa Medivest

2. Limbah Cair

Setiap

ruang/satuan

kerja

yang

menghasilkan

limbah

cair

(dilengkapi dengan fasilitas sistem pembuangan limbah cair


(perpipaan khusus).

Limbah cair diolah di sentral pengolahan limbah cair sebelum


dibuang ke lingkungan

Pemeriksaan kualitas dilalrukan setiap bulan ke laboratorium


Referensi dengan parameter sesuai Kep.Me.LH No. 58 tahun 1995
Untuk keperluan terbatas intern pemeriksaan kualitas dilakukan
oleh IPSRS .

d. Pencahayaan di ruangan
Intensitas cahaya diruangna kerja minimal 100 Lux
e. Kebisingan Ruangan
Tingkat kebisingan diruangna kerja maksimal 85 dBA
f. Getaran
Tingkat getaran tidak mengganggu
g. Vektor penyakit
1. Serangga penular penyakit

Indeks Lalat

: Maksimal 8 ekor/ fly grill (100 cm x

100 cm)/dalam pengukuran 30 menit

Indeks kecoa : Maksimal 2 ekor/ plate (20 x 20 cm)


dalam pengukuran 24 jam

Indeks Nyamuk : Countainer indeks <= 5%

2. Tikus
Setiap ruangan rumah sakit harus bebas tikus
h. Ruangan dan Bangunan
1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan

2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin dan bersih.
3. Langit langit kuat, bersih dan atap kuat dan tidak bocor.
i. Penyehatan Makanan dan Minuman

Untuk bahan makanan dan minuman siap saji


Pengadaan makanan maupun bahan makanan perlu memperhatikan
hal-hal berikut ini, yaitu:
1. Bahan makan dan makanan jadi dari lnstalasi Gizi harus
diperiksa secara fisik, dari dilakukan pemeriksaan kualitas
secara periodik 6 bulan sekali dengan jumlah sampel dari
parameter sesuai keperluan
2.

Pemeriksaan kualitas dilakukan oleh Kesehantan lingkungan


Dinas Kesehatan Kabupaten dengan koordinator Instalasi Gizi
Rumah Sakit

Penyimpanan
1. Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara
kebersihannya, terlindung dari bahan kimia berbahaya, debu,
serangga dan tikus.
2. Bahan makanan dari makanan basil olahan disimpan pada tempat
yang terpisah.
3. Suhu tempat penyimpanan makanan disesuaikan dengan sifat
makanan dan penyajiannya.

Tempat pengolahan
1. Tempat pengolahan dari peralatannya dipelihara kebersihannya
dan atau dibersihkan / didesinfeksi, selanjutnya dikeringkan
dengan metode yang dianggap efektif dan efisien.
2. Asap dari kegiatan dapur dibuang keluar baik dengan peralatan
konvensional maupun mekanis.
3. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 Lux.

Penjamah Makanan

1. Selama bekerja harus menggunakan perlengkapan pelindung


pengolahan makanan (celemek, penutup rambut).
2. Selama bekerja tidak dibenarkan merokok, makan dan memakai
perhiasan serta selalu menjaga/ memelihara kebersihan pribadi
( personal hygiene ).
3. Selama melakukan pengolahan makanan tidak boleh kontak
langsung dengan tubuh ( menggunakan

alat pembantu sarung

tangan plastik, penjepit makan dll)


4. Penjamah

makanan

tidak

menderita

atau

menjadi

sumber

penularan penyakit.
5. Penjamah makanan harus sehat, diperiksa kesehatannya secara
berkala minimal 2 kali dalam setahun.

Penyajian Makanan
1. Penyajian makamm dari dapur pusat ke konsumen neng&unakan
kereta dorong khusus untuk menghindarkan
terjadinyapencemaran.
2. Transportasi makanan siap hidang diusahakan melalui jalur
tertentu sehingga dapat terhindar teIjadinya pencemaran.
3. Makanan yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
4. Kereta dorong pcngangkut makanan harus selalu dijaga
kebersihannya secara periodik dari atau menurut kebutuhan

j. Penyehatan Tempat Pencucian


1. Tempat Pencucian dan Peralatan Penunjang Medis.
Setiap ruangan pelayanan medis dan Penunjang medis yang karena
sifat kegiatannya harus dilengkapi dengan fasilitas pencucian untuk
mencuci peralatan. Fasilitas pencucian harus dilengkapi dengan
sarana pemeliharaan kebersihan Binatu
2. Lokasi Binatu diupayakan yang mudah dijangkau oleh Unit Kegiatan
yang memerlukan serta tidak berdekatan dengan ruang Rawat
Inap.

3. Konstruksi lantai dari beton atau plesteran yang kuat & tidak licin
dengan kemiringan lantai 2- 3 % kearah saluran pembuangan
limbah cairan
4. Harus disediakan fasilitas pembuangan limbah cair sistem tertutup
dan menjamin kelancaran aliran limbah cair ke sistem jaringan
limbah cair terdekat
5. Disediakan sistem penyediaan air bersih & air panas sesuai dengan
keperluannya.
6. Dilengkapi

ruangan-ruangan

yang

terpisah

sesuai

dengan

peruntukannya
a) Ruangan Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Cuci
d) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Kebersihan
7. Disediakan kamar mandi & WC dan tempat cuci tangan untuk
petugas dengan jumlah sesuai keperluan.
8. Pengaturan tata letak ruang harus diperhatikan sehingga dapat
mencegah / menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi
silang.
9. Ruangan harus selalu terjaga kebersihannya.
10.Bak-bak penampungan air dibersihkan minimal seminggu sekali
untuk mencegah perindukan serangga vektor penyakit.
11.Tingkat pencahayaan diruang pencucian minimal 200 Lux
12.Secara

periodik

atau

menurut

keperluannya

ruangan

dapat

dilakukan sterilisasi dengan metode yang dianggap efektif dan


efisien.
k. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
1.

Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap pegawai RS,


pengunjung RS dan masyarakat sekitar RS.

2.

Materi Penyuluhan disesuaikan dengan keperluan khususnya yang


terkait dengan masalah kesehatan lingkungan.

3.

Materi penyuluhan disiapkan oleh lnstalasi Sanitasi Lingkungan &


Pelaksanaannya dikoordinir oleh pengembangan SDM

4.

Metode penyuluhan dapat dipilih sesuai dengan keperluan dengan


metode yang dianggap efektif dan efisien.

III. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


Limbah

medis

berbahaya

yang

berupa

limbah

kimiawi,limbah

farmasi,logam berat,limbah genotoksik dan wadah bertekanan masih banyak


yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan
limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepoada SDM
Rumah

Sakit,pasien,pengunjung/pengantar

pasien

ataupun

masyarakat

disekitar lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan


tubuh

pasien,jarum

suntik,darah,perban,biakan

kultur,bahan

atau

perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya


yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkunagn
yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko
kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat keberadaan Rumah Sakit antara
lain : penyakit menular ( hepatitis,diare,campak,AIDS,influenza), bahaya radiasi
(kanker,kelainan organ genetik) dan resiko bahaya kimia.
A. Kategori B3
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak
langsung materi bahan yang dilaluinya. Misalnya sinar x,sinar alfa,sinar
beta, sinar gamma dll.
2. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa
disertai pengimbangan kehilangan panas.Sehingga kecepatan
reaksi,peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan
dapat
apabila

menimbulkan
terkena

peledakan.

panas,gesekan

Bahan
atau

mudah

meledak

bantingan

dapat

menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar
Bahan

yang

mudah

membebaskan

panas

dengan

cepat

disertai dengan pengimbangan kehilanagn panas,sehingga


tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala rendah
21C.

4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi,mengakibatkan reaksi keluar panas
(eksotermis).
5. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan
yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan kulit atau
mulut.
6. Korosif
Bahan

yang

kulit,menyebakan

dapat

menyebabkan

iritasi

proses pengkaratan pada lempeng

pada
baja

dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan


temperatur uji 55C mempunyai pH sama atau kurang dari 2
(asam),dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel luar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan
selaput lendir.
9. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembantukan dan
pertumbuhan embrio.
10.

Mutagenik

Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom


yang berarti dapat merubah genetika.

11.

B.

Arus listrik

Faktor

yang

mendukung

timbulnya

situasi

berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh daya racun
1. Cara

B3

masuk

kedalam

tubuh

yaitu

melalui

saluran

pernafasan,saluran pencernaan,dan penyerapan melui kulit.


Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang melalui
saluran pernafasan karena tanpa disadari B3 akan masuk
kedalam

tubuh

bersama

udara

yang

dihirup

yang

diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8 jam kerja dan sulit


dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
2. Konsentrasi dan lama paparannya
3. Efek kombinasi bahan kimia,yaitu paparan bermacam-macam
B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,menyulitkan
tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan.
4. Kerentanan calon korban paparan B3 karena masing-masing
individu

mempunyai

daya

tahan

yang

berbeda

terhadap

pengaruh bahan kimia.


C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal
ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur,
dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil
identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan
lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS.
2. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah

atau

tindakan

yang

diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus mempredksi resiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi
yang dilakukan meliputi:
Pengendalian operasional,

seperti

eliminasi,

substitusi,

ventilasi,

penggunaan alat perlindungan diri dan menjaga higiene perorangan.

Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label,


penyediaan MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang,

pemantauan rutin dan pendidikan atau pelatihan.


Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang

aman.
Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah barang.

4.

Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya, antara


lain:
Upayakan substitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya

dengan yang kurang berbahaya


Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit
mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan
bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan

sesuai dengan kebutuhan sehingga resiko dalam penyimpanan kecil


Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang
bahan

berbahaya

yang

menyangkut

sifat

berbahaya,

cara

penanganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan


sisa atau bocoran/tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan
dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur

atau produsen bahan berbahaya yang bersngkutan.


Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan
kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau
secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas

yang ditetapkan
Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti

prosedur kerja yang aman


Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau

tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan


Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai dengan
prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda

peringatan yang sesuai dan jelas


Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-

bahan berbahaya
Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman, bersih dan terpelihara dengan baik

Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara


memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang

D. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun


Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan,

menangani

tumpahan,

menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara
penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
1.
Penanganan untuk personil
Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau

disimpan
Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
Letakkan bahan sesuai ketentuan
Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai

dengan petunjuk
Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan

penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran


Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang
menimbulkan bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka melalui
formulir yang telah disediakan dan alur yang ditetapkan

2.

Penanganan berdasarkan lokasi


Daerah-daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan
tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di
Rumah Sakit harus ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan
menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam
denah

Rumah

Sakit

dan

disebarluaskan/disosialisasikan

seluruh penghuni Rumah Sakit.


3.

Penanganan administratif

kepada

Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3


harus diberi tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi
tersebut tersedia SOP untuk menangani B3, antara lain:
Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
Cara penanganan B3, dll

BAB XXX
PENANGGULANGAN BENCANA
A. DEFINISI
Panduan Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit (P3BRS) merupakan suatu system dari system perencanaan penanganan
bencana secara nasional. Perencanaan perlu memperhatikan efektifitas
dan efisiensi (organisasi, anggaran, SDM) berdasarkan pada pengalaman
dari institusi lain yang pernah mengalami bencana
Dalam keadaan bencana, Rumah Sakit harus tetap menjalankan
tugas dan fungsinya untuk menangani pasien Rumah Sakit dan korban
bencana, kecuali Rumah Sakit mengalami kelumpuhan struktur dan
fungsinya. Dalam pelaksanaannya Rumah Sakit harus memperhatikan
aspek medikolegal.
P3B-RS disesuaikan dengan kemampuan/kapasitas Rumah Sakit
dengan membuat prioritas berdasarkan risiko ancaman bencana yang
dihadapi dan kondisi daerah setempat.
a. Bencana disebut juga musibah massal adalah suatu keadaan dimana
terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat
oleh manusia yang dalam waktu relative singkat terdapat korban
dalam jumlah banyak, yang tidak dapat ditanggulangi oleh hanya satu
unit kerja/bagian tertentu, sehingga harus mendapat pertolongan
segera. Bencana yang dimaksud diatas bisa berasal dari dalam/luar
bangunan Rumah Sakit Mitra.
b. Berbagai Bencana
Berbagai bencana yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit :

Bencana Internal : kebakaran, ledakan.

Bencana External Minor : bencana yang melibatkan korban


dalam jumlah kecil.

Bencana External Mayor : bencana yang melibatkan korban


dalam jumlah besar.

Bencana

yang

mengancam

baik

rumah

sakit

maupun

lingkungannya : kebakaran yang besar atau dekat, banjir,


ancaman bom.

Bencana di lingkungan lain.

PERNYATAAN TINGKAT-TINGKAT KEADAAN :


Pernyataan tingkatan keadaan darurat dikeluarkan oleh direktur Rumah Sakit
Mitra Plumbon
TINGKAT KEADAAN DARURAT
1. KEADAAN DARURAT III (RAWAN/kode sandi warna HIJAU)
Dari keadaan normal (aman), akan dinyatakan dalam keadaan darurat III
apabila disinyalir adanya:
- Gejala Sosial yang mungkin dapat menimbulkan kerawanan/bencana
- Gejala alam yang mungkin dapat berubah menjadi bencana
- Gejala

lain

yang

dapat

membahayakan,

mengancam

keselamatan

dan

keamanan instalasi (kebakaran).


2. KEADAAN DARURAT II (GAWAT/kode sandi warna KUNING)
Keadaan Darurat II adalah merupakan peralihan keadaan darurat III yang
kodisinya menunjukkan perkembangan yang lebih rawan, dengan tanda-tanda
sebagai berikut :
Terjadinya kerusuhan atau huru-hara ditempat-tempat lain yang bersifat explosif
dan dapat meluas.
Terjadi aksi teror ditempat-tempat lain, dan adanya ancaman-ancaman yang
ditujukan kepada instalasi.
Gejala alam dan atau gejala lainnya yang menunjukkan tanda-tanda lebih
meningkat. (banjir, kebakaran, ledakan, pencemaran,dll)
3. KEADAAN DARURAT I (BAHAYA/kode sandi warna MERAH)

Keadaan darurat I adalah suatu kondisi dimana bahaya langsung sudah


harus ditanggulangi (terjadi huru-hara, bencana alam, kebakaran, dan bahaya
lain di dalam instalasi).

KOMANDAN RS

KOMANDAN BENCANA I
Gambar 1. Struktur Organisasi

STRUKTUR OGANISASI PENANGANAN


BENCANA
KOMANDAN
BENCANA II
RS. MITRA PLUMBON
KETUA
MANAJEMEN SUPPORT

KEUANGAN

KETUA
MEDICAL SUPPORT

TIM PRA-HOSPITAL

MOBILISASI
DANA
ANGGARAN

TIM AMBULANCE
TIM MEDIS
TIM PENUNJANG

SDM
SDM RS
RELAWAN

TIM INTRA HOSPITAL

LOGISTIK dan OPERASIONAL

TIM PENANGANAN EMERGENCY

PENGADAAN
TIM KAMAR
OPERASI

GIZI

TIM ICU

KEAMANAN-LALU-LINTAS

TIM RUANG RAWAT

PERENCANAAN

TIM RAWAT JALAN

DATA, INFORMASI DAN DOKUMENTASI

TIM
FORENSIK

SANITASI-KEBERSIHAN
GEDUNG, ALAT DAN PEMELIHARAAN

MEDIS DAN PENUNJANG


LABORATORIUM

FARMASI DAN ALKES


CSSD

KAMAR
JENAZAH

TIM
EVAKUASI

DONASI
REKAM MEDIK

RADIOLOGI
SURVEILANCE
KONSELING
KEPERAWATAN
INFORMASI MOBILISASI PASIEN

B. RUANGAN DAN AREA BERKUMPUL TERBUKA


Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana
internal bagi pasien, petugas dan pengunjung/ keluarga pasien, serta tempat
untuk melaksanakan triage korban.
AREA BERKUMPUL TERBUKA (TITIK AMAN BERKUMPUL)
WILAYAH SEKITAR RS
AREA BARAT LAUT
AREA TIMUR LAUT
AREA TIMUR

AREA TERBUKA
Depan Poliklinik, Dekat ATM
Depan IGD
Lobby Timur

Alur Pelaporan Bencana


Ketua Tim
Medical Support

Dokter Umum
Jaga
Supervisor

Teknisi

Security

Alur Evakuasi Bencana

Dokter
Umum Jaga

Security

Supervisor

Ketua Tim
Medical Support

Teknisi

Ka
Ruangan /
Ka Shift

UPAYA PREVENTIF
Agar terhindar dari bencana yang tidak diinaginkan, maka beberapa hal yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.1

bekerja sesuai prosedur

Setiap petugas yang bekerja harus memperhatikan rambu-rambu tanda


bahaya yang ada perlakuan barang yang menjadi objek kegiatan sesuai
dengan prosedur yang ada agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan
dirinya atau orang lain seperti terjadi kebakaran yang berasal dari gas,
bahan-bahan kimia atau bahan yang mudah meledak atau terbakar
begitu pula penangganan makanan harus dilakukan sesuai prosedur
untuk mencegah terjadinya keracunan makanan yang brasal dari dapur
RS. Mitra Plumbon.
1.2

Pelatihan

Pelatihan merupakn sarana yang sangat baik dalam upaya


penanggulangan bencana kegiatan pelatihan harus selalu diadakan
setahun sekali dan meliputi seluruh karyawan yang bekerja di RS. Mitra
Plumbon.
a. Pelatihan kebakaran
Seluruh karyawan di RS. Mitra Plumbon harus bersedia dan aktif
mengikuti pelatihan kebakaran yang bekerja sama dengan Dinas

Kebakaran dengan adanya pelatihan ini diharapkan siap


mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran yang besar agar
tidak timbul kerugian atau korban yang lebih besar.
b. Pelatihan evakuasi
Pelatihan evakuasi juga harus dilakukan sekali seperti pelatihan
kebakaran, dalam pelatihan ini para karyawan baik medis maupun non
medis akan diberikan pengetahuan dan praktek mengenai tehniktehnik evakuasi dan prosedur evakuasi yang harus dilakukan

C. MACAM-MACAM BENCANA
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Mira Plumbon adalah :
kebakaran, gempa bumu, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat berbahaya,
kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai
berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka
bakar, trauma, sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal.
Langkah langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area
berkumpul)
2. Hubungi petugas pos Jaga I
3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
1. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2. Bila bangunan betingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift.
3. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
4. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik
dll

5. Tetap tenang dan jangan panik.


6. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik
kita harus tahu:
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore
atau malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi
bencana.
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah :
trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan:

Di dalam ruangan : Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di


tempat aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman
terdekat. Tetaplah di dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan
yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien yang
tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal

Di luar gedung
Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika
anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka

tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya


dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan
menggunakan interphone jika tersedia.
3. ANCAMAN BOM
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman
bom ada dua jenis :
1. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan
secara detail tentang ancaman bom yang disampaikan.
2. Ancaman bom spesifik : pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya
bom, jenis bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.

Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh
tim penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom :
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam (ext.1005) bahwa :

Ada ancaman bom

Tempat / ruangan yang menerima ancaman

Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.

Ancaman bom tertulis :

1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.


2. Laporkan kepada kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja
dan kepada ketua tim saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon :
1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon.
2. Beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman
bom.
Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom :
1. Jangan

menyentuh

atau

memperlakukan

apapun

terhadap

benda

tersebut.
2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang
mencurigakan.
3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera.
4. Buka pintu dan jendela segera.
5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
4. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang
bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang
terjadi adalah : keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :
1. Keamanan adalah yang utama.

2. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran


3. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin
di lokasi kejadian
4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana
rumah sakit.
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat
pelatihan tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda
tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi
tumpahan atau kebocaran zat-zat berbahaya.
6. Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban

D. UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA YANG SUDAH TERJADI


Bencana yang terjadi didalam RS. Mitra Plumbon dapat menjadi 2 hal, yaitu :
1. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi :
Penanggulangan korban yang terjadi di dalam Rumah Sakit tetap melalui
proses triase dengan system penanganan korban yang kadang dari luar RS.
Mitra Plumbon.
2. Bencana yang memerlukan evakuasi :
Apabila bencana yang terjadi di dalam dapat menyebabkan kerusakan
bangunan serta mengancam keselamatan orang yang berada di RS. Mitra
Plumbon, maka harus segera dilakukan evakuasi.

2.2.1 Evakuasi.
Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi kejadian ke
tempat lain yang aman atau untuk mendapat pertolongan medis yang
lebih baik atau lebih lengkap.
Korban dapat merupakan pasien RS. Mitra Plumbon, tetapi dapat pula
merupakan karyawan yang bekerja di RS. Mitra Plumbon.
Alasan evakuasi :
1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya
mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang
memerlukanya.
Pelaksanaan dari penanganan bencana internal :
1. Pasien harus segera dipindahkan dari tempat yang aman.
2. Keputusan seberapa luas rencana dilaksanakan sebelum, selama,
dan sesudah evakuasi jika memungkinkan
2.2.2 Anggota Tim Evakuasi
a). Petugas perawat jaga di semua ruang perawatan
b). Staf SDM / Kepegawaian dibantu oleh semua staf administrasi
(diluar jam kerja semua staf administrasi yang tugas jaga).

2.2.3 Prosedur Evakuasi pada Penanganan Bencana


a)

Perawat jaga ruangan mendengar pemberitahuan adanya

bencana dan perintah evakuasi dari pimpinan siaga.


b)

Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua

pasien atau staf rumah sakit harus segera dipindahkan ke tempat


lain yang aman di rumah sakit, atau di keluarkan dari rumah sakit.
c)

Pemindahan pertama dilakukan ke tempat yang aman dalam

lantai yang sama, lalu jika area tersebut dia anggap tidak lagi
aman, dilakukan pemindahan ke lantai bawahnya atau dikeluarkan
dari gedung.
d)

Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan

pasien dan staf yang lebih dekat dengan area yang berbahaya
terlebih dahulu.

e)

Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan

pintu yang menghubungkan dengan area yang terbakar selalu


tertutup rapat sewaktu pindah dari satu bagian ke bagian yang
lain.
f)Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung saat terjadinya
bencana gempa.
2.2.4 Tindak Lanjut
Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah
terkumpul di tempat yang aman, Ketua Penanggulangan bencana
mengatur pengiriman pasien dan korban ke Rumah Sakit terdekat atau
ke Rumah Sakit rujukan seperti Rumah Sakit Gunung Djati dan Rumah
Sakit Ciremai.

E. PENANGANAN SETELAH KEADAAN DARURAT


Tujuan penanganan setelah terjadinya keadaan darurat adalah untuk
evakuasi, inventarisasi sampai sejauh mana akibat yang ditimbulkan setelah
kebakaran atau bencana lainnya terjadi. Maka Komandan Bencana dan team
yang terdiri dari fungsi-fungsi terkait guna mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
Melokalisir/mengamankan bangunan atau gedung yang terbakar.
Penyelidikan terhadap sebab-sebab terjadinya kebakaran untuk menentukan
usaha-usaha agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Menghitung kerugian yang diderita. Hal ini untuk kepentingan asuransi
Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha pembenahan dan rehabilitasi
gedung/bangunan.

Mengambil langkah-langkah dalam usaha memberikan pelayanan perawatan


pasien
F. SYARAT-SYARAT KETERAMPILAN DAN TUGAS TIM PENANGANAN
BENCANA
Karena kegiatan anggota Pedarat dalam keadaan darurat itu bersangkutan
langsung dengan jiwa manusia dan harta benda yang berharga, maka mereka
minimal harus memiliki syarat kesehatan yang baik dan keterampilan tertentu
yang dapat diandalkan. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas harus
mendapatkan pelatihan dan pendidikan. Balakar yang cukup. Pelatihan minimal
harus dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali. Ketrampilan dan tugas dipahami
masing-masing anggota balakar itu adalah seperti dibawah ini :
KELOMPOK PEMADAM KEBAKARAN
Tugas utama adalah memadamkan api, termasuk api walaupun kecil yang
diduga akan menjadi besar. Karena itu mempunyai ketrampilan :
1. Mengenali jenis dan sumber api, agar dengan cepat dapat memilih bahan
atau alat pemadam api yang cepat.
2. Mengenali jenis-jenis bahan pemadam untuk jenis api yang cocok.
3. Mengenali jenis dan dapat menggunakan alat pemadam kebakaran, dari
yang ringan sampai yang berat.
4. Pernah dilatih memadamkan api dari yang kecil sampai yang besar.
Karena mereka selalu berada dibarisan terdepan, harus berbadan kuat, dan
keberanian yang tinggi.
KELOMPOK EVAKUASI
Tugas utamanya adalah memimpin dan membantu para penghuni
meninggalkan ruang menuju ketempat yang aman melalui jalan dan tangga
yang disediakan untuk evakuasi.
Dalam kelompok pencari dan penyelamat mempunyai anggota yang
menjadi pelacak jalan, meyakinkan bahwa jalan didepan aman dan tidak ada
jebakan bahaya ataupun jebakan pintu tertutup.
Tugas lainya adalah:
1. Menyelamatkan benda-benda dan berkas berharga

2. Mencari penghuni atau siapa saja pada waktu terjadi kebakaran terutama
di ruang-ruanng tertutup dan memberi tahu agar segera menyelamatkan
diri.
3. Membantu dan menyelamatkan orang-orang yang tidak dapat berjalan
sendiri (pasien) keluar dari daerah berbahaya.
4. Menyelamatkan orang-orang (korban) yang terjebak dalam daerah dan
tidak dapat mencari jalan keluar.
Agar pelaksaan dalam pencarian dan penyelamatan, anggota regu harus
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan sebagai berikut :
1. Mengenali secara baik ruang-ruang, lorong dan pintu-pintu dilantainya.
2. Mengenali penghuni yang berada dilantainya.
3. Tahu prosedur-prosedur evakuasi, antara lain :

Melarang penghuni berjalan melawan arah evakuasi

Bagi wanita yang bersepatu hak tinggi untuk dilepas.

Jangan panik dan jangan lari.

4. Mengenali secara baik semua jalan evakuasi menuju tempat berkumpul, di


dalam gedung, terutama disekitar tempat kerja.
5. Bersikap tenang dan berwibawa, agar yang dipandu tidak mudah panik.
KELOMPOK PENGAMANAN
Tugas kelompok pengaman adalah mengamankan daerah kebakaran dari
kemungkinan tindakan kejahatan oleh seseorang, misalnya mencuri barangbarang yang sedamg diselamatkan, mencopet penghuni yang sedang panik, dan
sebagainya. Dan juga memberikan peluang agar petugas lain dapat bekerja
tidak terganggu oleh pengungsi atau penonton dari luar.
KELOMPOK PENYELAMAT
Tugas utama kelompok penyelamat adalah menyelamatkan dokumen /
harta benda RS. Mitra Plumbon yang sangat penting. Hal-hal yang harus
diperhatikan oleh petugas penyelamat adalah :
Seleksi dokumen-dokumen yamng perlu pentinng untuk diselamatkan,
dokumen tidak penting tidak perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam
pelaksanaan penyelamatan.

Membawa dokumen dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas kemampuan


(tidak boleh melebihi batas kemampuan)
G. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABAKARAN
Latihan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu
setiap anggota regu penanggulangan kebakaran harus melaksanakan/mengikuti
latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun
yang bersifat praktek. Mereka harus diberi petunjuk dalam cara penggunaan
dari setiap peralatan pemadam kebakaran dan peralatan penyelamat yang
bersedia, serta cara kerja instalasi pemadam kebakaran yang terpasang di
tempat kerjanya. Program latihan harus disesuaikan dengan tujuan regu
tertentu. Program itu harus meliputi pemadaman kebakaran dengan alat
pemadam api ringan, penggunaan selang hos, ventilasi bangunan, operasi
pembongkaran, dan operasi penyelamatan.
Tujuan latihan adalah sebagai kesiap siagaan di dalam menghadapi
kebakaran agar mampu bekerja secara efektif dan efisien.
Latihan praktek adalah latihan yang bersifat praktek harus diberikan
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan/kecakapan anggota dalam
melaksanakan tugas yang diharapkan. Latihan harus dilaksanakan/dilakukan
kadangkala seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya (simulasi) untuk
mengetahui prosedur yang khusus dalam keadaan yang demikian. Dan pada
peralatan akhir praktek pemadaman harus disiapkan kembali sehingga bisa
digunakan dengan cepat dan tepat sewaktu terjadi kebakaran.
Pengendalian latihan adalah latihan praktek harus dilaksanakan di
bawah pengawasan serta pengendalian Kepala Pemadaman Inti.
Mengoperasikan peralatan
Di dalam latihan sejauh mungkin harus mengoperasikan peralatan dan
instalasi pemadam kebakaran misalnya alat pemadam api ringan harus benarbenar disemprotkan, apabila mempunyai alat pelindung pernapasan harus
dipakai dan air harus dialirkan kedalam selang hos dan sebagainya.
Kurikulum latihan, kurikulum latihan sedapat mungkin harus meliputi :
-

Sebab musabab kebakaran

Pokok dasar pengetahuan pemadaman

Pengetahuan tentang alat pemadam api

Tehnik pemadaman kebakaran

Tehnik pengamanan area kebakaran

Tehnik penyelamatan jiwa yang terancam dalam kebakaran

Pertolongan pertama bagi korban kebakaran

Pratikum/demonstrasi

Meningkatkan program latihan


Program latihan harus selalu ditingkatkan sesuai dengan persoalan yang
ditimbulkan oleh sumber bahaya kebakaran yang baru terdapat dalam tempat
kerja dan jenis alat pemadaman api baru serta methode baru untuk
pemberantasan.
Jadwal latihan. Harus diadakan jadwal latihan bagi anggota pengendalian
keadaan darurat. Dan pelajaran latihan sekurang-kurangnya diadakan satu kali
dalam 1 (satu) tahun.

H. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN , SARANA PENYELEMATAN


DIRI DAN SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
Secara manual :
Dengan menggunakan Break Glass yang dipasang pada dinding koridor
setiap lantai dan di tempat-tempat tertentu di lingkungan Rumah Sakit.
Secara otomatis :
Heat Detector (Deteksi panas)
Dipasang pada plafon disetiap ruangan yang bekerja secara otomatis
apabila mendapat rangsangan panas pada titik panas 68 0 C.
Smoke Detector (Deteksi asap)
Dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang bekerja secara
otomatis apabila mendapat rangsangan asap.
Control Panel
Bangunan RS. Mitra Plumbon terbagi menjadi 3 bagian yaitu Wing timur, Wing
tengah, dan Wing barat panel control. Alarm yang ada di RS. Mitra Plumbon
penempatannya di bagian atas gedung.

ALAT PEMADAM KEBAKARAN


1. Jenis Hydrant

Hydrant gedung
Hydrant gedung minimal ada untuk setiap lantai gedung.

Sprinkler
Sprinkler dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang
bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan panas kurang
lebih 680 C.

2. Jenis Pemadam Api Ringan (APAR)


Untuk Pemadam Api Ringan, sebaiknya setiap 7M2 didapatkan 1 APAR.
Untuk Rumah Sakit Mitra Plumbon sebaiknya disediakan 86 tabung APAR.
JALUR EVAKUASI (Terlampir)
TANGGA DARURAT
Di lingkungan RS. Mitra Plumbon terdapat yang menghubungan semua
lantai baik sebelah kiri gedung maupun di kanan gedung.
LIFT KEBAKARAN.
Digedung RS. Mitra Plumbon terdapat 5 buah lift yang terbagi menjadi 2
1. 3 (tiga) Lift Barang
2. 2 (dua) Lift Khusus Pasien

OBAT HIGH ALERT

PENGERTIAN

Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) adalah obat-obat yang
secara khusus terdaftar di RSU. Mitra Plumbon dalam kategori obat mempunyai
resiko tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi
kesalahan (Medication error) dalam penanganan dan penggunaannya. High Alert
dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Obat Look a like Sound a like
Look a like atau NORUM (Nama obat-Rupa obat mirip) merupakan
golongan obat yang dapat meningkatkan resiko kesalahan pengobatan.
Kesalahan ini dapat terjadi ketika seseorang/petugas farmasi membaca
resep, ketika petugas farmasi mengambil obat atas permintaan resep,
atau ketika petugas farmasi menerima permintaan secara lisan petugas
tidak mendengar perintah sebagaimana yang dimaksud dan atau
kesalahan terjadi pada saat penginputan barang ke komputer
2. Obat dengan konsentrat tinggi
Obat dengan konsentrat tinggi adalah elektrolit dengan konsentrasi tinggi
yang beresiko tinggi jika terjadi kesalahan.

DAFTAR OBAT DENGAN KONSENTRASI TINGGI


NO

NAMA

KELAS

BENTUK

OBAT

TERAPI

Heparin Na

Anti

SEDIAAN
Obat
Vial 5000

koagulan
Kalium

Klorida (KCl)
Kalium

balance
Electrolite

Glukonat

balance

ADA
Inviclot

Ui/5mL

Elektrolit Konsentrat
Electrolite
Flash

SEDIAAN YG

Otsu-KCl 7,46 Vial


25 mL (Otsuka)

Ampul

(Ca.
4

glukonas)
Natrium

Electrolite

Flash

Meylon vial 8,4%

Bicarbonat
Natrium

balance
Electrolite

Infus

25 mL (Otsuka)
NaCl infus 3% 500

Klorida
Magnesium

balance
Electrolite

Flash

mL (Otsuka)
MgSO4 20% 25

Sulfat

balance

mL (Otsuka)
MgSO4 40% 25
mL (Otsuka)

Cara
menyikapinya
- Obat dan
elektrolit

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Untuk penggunaan : Ranap (I, II,III, IV, V) IGD, IBS, ICU, ICCU, HCU, PICU, NICU
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Pemberian
1

ANTIARITMIA
Lidocain

Atropine Sulfate

Awal

Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

pulseless,

microdrip (60

mL

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or

untuk

ventricular

meningkatkan

fibrillation
Bradycardia

akurasi dosis
Intravena (I. V)

Atropine

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1 mL

and Mobitz
type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
INOTROPIK
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions

Stok

Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
Dopamine

inhaler)
Bradycardia,

Intravena (I. V)

Dobutamin

hypotension
Congestive

Intravena

hearth

(disarankan

failure

menggunakan
infuse pump)

VASODILATOR
Nitroglycerin

Hypertensio

Tablet

n, acle

(sublingual)

hearth

Spray : 0,4

failure,

mg/actuation

angina pain,

Intravena (I. V)

Angina
pectoris,
Acute
myocardial
infraction
ANTI
PERDARAHAN
Asam

Anti

tranexamat

perdarahan

Intravena (I. V)

Asam
Tranexamat
Ampul 50
mg/mL 5 mL
Kalnex Ampul
50 mg/mL 5
mL

Menadion HCl

Anti
perdarahan

Intravena (I. V)

Vitamin K
ampul 10

mg/mL 1 mL
LAIN-LAIN
Aminophylin

Gangguan

Inhalasi/Nebuli

Aminofilin

pernafasan

zer

Ampul 24
mg/mL 10 mL
Phaminov
ampul 24

Diazepam

Dexamethasone

Antikonvulsa

1-8 mL

mg/mL 10 mL
Valisanbe

Intravena

ampul 5

Kortikosteroi
d

diphenhydramine

Dextrose

Antagonis

Intramuscular
(i. M) atau
Intravena (I. V)
Intravena (I. V)

mg/mL 2 mL
Dexamethaso
n ampul 5
mg/mL
Diphenhydram

histamine H

ine Ampul 10

antihipoglike

mg/mL
D40% 25 mL

Intravena (i. V)

mi

(Otsuka)
D10% 500mL
(Otsuka)
D5% 500mL

Sodium Klorida

Electrolite

(NaCl)

balance

Intravena (I. V)

(Otsuka)
NaCl 0,9% 500
mL(Otsuka,
OGB)
NaCl 3 %

Ringer Laktat

Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3 B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 1 B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

ASERING

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

balance

Ca. Gluconas

Electrolite

Intravena (I. V)

Natrium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

Meylon

bicarbonate
Kalium klorida

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KCl

Magnesium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

MgSO4

Sulfat
Gentamicin

balance
Antibiotic

Intravena (I. V)

Gentamicin

Agent

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN 1 DAN 2
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to

adrenergic
inhaler)
1

LAIN-LAIN
Diazepam

Antikonvulsa

1-8 mL

Valisanbe

Intravena

ampul 5

mg/mL 2
2

Dextrose

Antihipoglik
emi

Intravena (i. V)

mL
D40% 25
mL (Otsuka)
)

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN 3 DAN 4
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic

inhaler)
1

LAIN-LAIN
Diazepam

Antikonvulsa

1-8 mL

Valisanbe

Intravena

ampul 5
mg/mL 2
mL

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN PERI SAKIT
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic

inhaler)
1

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Klorida

balance

Intravena (I. V)

NaCl 0,9%

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

KA EN 3 B

Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3B

Dextrose

balance
Antihipoglik

Intravena (i. V)

D10%

emi

500mL
(Otsuka)

Sodium

Electrolite

Klorid,

balance

glucose

Intravena (I. V)

N5

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN NICU
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
2

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic

inhaler)
1

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Klorida

balance

Intravena (I. V)

NaCl 0,9%

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

NS 3%
(Otsuka)

KA EN 3 B

Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3B

KA EN 1B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 1 B

Dextrose

balance
antihipoglike

Intravena (i. V)

D10%

mi

500mL
(Otsuka)
1
D5% 500mL
(Otsuka)
1
D40%
100mL

Sodium

Electrolite

Klorid,

balance

glucose
Ringer

Electrolite

Laktat

balance

Ca.

Electrolite

Gluconas
Aminophylin

Intravena (I. V)

Intravena (I. V)

(Otsuka)
N5

RL 500mL

(OGB,
Intravena (I. V)

Otsuka)
Ca

balance
Gangguan

Inhalasi/Nebuliz

Gluconas
Aminofilin

pernafasan

er

Ampul 24
mg/mL 10
mL

Phaminov
ampul 24
mg/mL 10
9

Gentamicin

Antibiotic

Intravena (I. V)

mL
Gentamicin

10

Natrium

Agent
Electrolite

Intravena (I. V)

Meylon

11

bicarbonate
Kalium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KCl

12

klorida
Magnesium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

MgSO4

Sulfat

balance

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN PICU
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

10

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
2

Lidocain

block
Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

pulseless,

microdrip (60

mL

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or

untuk

ventricular

meningkatkan

fibrillation

akurasi dosis

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

INOTROPI
1

K
Epinephrine

pulseless
electrical
activity,
bradycardia

10

Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Klorida

balance

Intravena (I. V)

NaCl 0,9%

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

2
3
4

KA EN 3 B

Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3B

KA EN 1B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 1 B

Dextrose

balance
Antihipoglik

Intravena (i. V)

D5% 500mL

emi

(Otsuka)

Ringer

Electrolite

Intravena (I. V)

RL 500mL

Laktat

balance

Diazepam

Antikonvulsa

1-8 mL

Otsuka)
Valisanbe

Intravena

ampul 5

(OGB,
2

mg/mL 2
7

ASERING

Electrolite
balance

Intravena (I. V)

mL
Asering 500
mL

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN 5
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to

adrenergic
inhaler)
1

LAIN-LAIN
Diazepam

Antikonvulsa

1-8 mL

Valisanbe

Intravena

ampul 5

mg/mL 2
2

Dextrose

Antihipoglik
emi

Intravena (i. V)

mL
D50%
100mL
(Otsuka)

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. PERAWATAN ICU
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

20

Pemberian
ANTIARIT
1

MIA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1

K
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic

20

Lidocain

inhaler)
Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

pulseless,

microdrip (60

mL

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or

untuk

ventricular

meningkatkan

fibrillation

akurasi dosis

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Intravena (I. V)

Klorida

balance

NaCl 0,9%

10

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

Dextrose

antihipoglike

Intravena (i. V)

mi

D5% 500mL
(Otsuka)

Ringer

Electrolite

Laktat

balance

(OGB,

Gangguan

Inhalasi/Nebuliz

Otsuka)
Aminofilin

pernafasan

er

Ampul 24

Aminophylin

Intravena (I. V)

RL 500mL

10

mg/mL 10
mL
Phaminov
ampul 24
mg/mL 10
5
6

Intravena (I. V)

mL
Asering 500

balance
Antikonvulsa

1-8 mL

mL
Valisanbe

Intravena

ampul 5

ASERING

Electrolite

Diazepam

mg/mL 2
7

Mannitol

Electrolite
balance

Intravena (I. V)

mL
mannitol

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


TROLI ICU
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

20

Pemberian
ANTIARITM
1

IA
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type II
and thirddegree block
1

INOTROPIK
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

10

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to adrenergic
2

Lidocain

inhaler)
Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

pulseless,

microdrip (60

mL

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or ventricular

untuk

fibrillation

meningkatkan

Norephinepr

Peripheral

akurasi dosis
Intravena (I.V)

Vascon

ine

vasocontictor

dengan

1mg/mL

(-

diencerkan

adrenergic

dalam injeksi

action)

dextrose 5%

Inotropic

(D5%) atau

stimulator of

dalam

the heart

Dextrose

Dilator of

dengan

coronary

Natrium klorida

arteries (-

5%

adrenergic
4

Dopamine

action)
Acute

Intravena (I.V)

Dopac

hypertension

dengan

40mg/mL

, shock deu

diencerkan

to

dalam NacL

myocardial

0,9%, atau

infarction,

dextrose 5%

trauma,

dengan NaCl

endotoxic

0,9% atau D5%

septicemia,

dengan NaCl

renal failure,

0,45% atau

chronic

D5% dalam RL,

cardiac

atau RL

decompensa
tion as in
congestive

Dobutamin

heart failure
Congestive

Intravena

hearth failure

(disarankan

Dominic

menggunakan
infuse pump)
1

LAIN-LAIN
Midazolam

Sleep

Intramuscular

Hipnoz

inducing

(I.M)

15mg/3mL

agent

Intravena (I.V)

premedicatio
n,
maintenance
of
2

Sodium

anaesthesia
Electrolite

Klorida

balance

Intravena (I. V)

NaCl 0,9%

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

Dextrose

antihipoglike

Intravena (i. V)

mi

D5% 500mL

(Otsuka)
D40%

(Otsuka)

Ringer

Electrolite

Intravena (I. V)

RL 500mL

Laktat

balance

Aminophylin

Gangguan

Inhalasi/Nebuli

Otsuka)
Aminofilin

pernafasan

zer

Ampul 24

(OGB,

mg/mL 10
mL
Phaminov

ampul 24
mg/mL 10
7

ASERING

Electrolite

Intravena (I. V)

mL
Asering 500

Ca.

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

mL
Ca

Gluconas
Natrium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

Gluconas
Meylon

10

bicarbonate
Kalium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KCl

11

klorida
Magnesium

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

MgSO4

Sulfat

balance

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. UDG Non Bedah
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARITMI
1

A
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
1

INOTROPIK
Epinephrine

Ventricular

Intramuscular

Epinephrine

fibrillation,

(I. M)

0,1%

asystole,

Intravena (I. V)

20

pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to adrenergic
2

Lidocain

inhaler)
Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

20

pulseless,

microdrip (60

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or

untuk

ventricular

meningkatkan

fibrillation

akurasi dosis

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Intravena (I. V)

Klorida

balance

mL

NaCl 0,9%

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

Dextrose

antihipoglike

Intravena (i. V)

mi

D5%

500mL
(Otsuka)
2
D40%

Ringer Laktat

Electrolite

Intravena (I. V)

balance
4

Aminophylin

RL 500mL

(OGB,

Gangguan

Inhalasi/Nebuli

Otsuka)
Aminofilin

pernafasan

zer

Ampul 24

mg/mL 10
mL

5
6

ASERING

Electrolite

Diazepam

balance
Antikonvulsa
n

Intravena (I. V)

Asering 500

Suppositoria

mL
Stesolid sup

5 mg
Stesolid sup
10 mg

KA EN 3 B

Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3B

KA EN 1 B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 1 B

KA EN 3A

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3A

Salbutamol

balance
Gangguan

Inhalasi/Nebuli

Ventolin 2,5

Ranitidine

pernafasan
Hipersekresi

zer
Intramuscular

mg
Ranitidine

patologis,

(I.M)

25mg/mL

ulkus dua

Intravena (I.V)

10
11

belas jari,
tukak
lambung,
tukak usus
12

13

Ondansetron

Metamizol

12 jari
Penanggulan

Intramuscular

Ondansetro

gan mual

(I.M)

n 1mL

dan muntah
Analgesic

Intravena (I.V)
Intramuscular

Novalgin

(I.M)

500mg/mL
Sotatic

Ketorolac

ATS

sodium
14

Metoclopram

Mencegah

Intravena (I.V)
Intramuscular

ide

mual dan

(I.M)

muntah

Intravena (I.V)

pasca
operasi,
pengobatan
simtomatik
jangka
pendek nyeri
15

Ketorolac

lambung
Analgesic

Intramuscular

non narkotik

(I.M)
Intravena (I.V)

16

Anti Tetanus

Serum

DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY


R. UDG BEDAH
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
No

Obat

Indikasi

Rute

Sediaan

Stok Awal

Atropine

Pemberian
ANTIARITMI
1

A
Atropine

Bradycardia

Sulfate

asystole,

Ampul 0,5

first-degree

mg/mL 1

and Mobitz

mL

Intravena (I. V)

type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
2

INOTROPIK
Lidocain

Ventricular

Intravena (I. V)

Lidocain

tachycardia,

dengan

Ampul 2% 2

pulseless,

microdrip (60

mL

ventricular

gtt/mL) atau

tachycardia

infus pump

or

untuk

ventricular

meningkatkan

fibrillation

akurasi dosis

LAIN-LAIN
Sodium

Electrolite

Intravena (I. V)

Klorida

balance

NaCl 0,9%

20

500

(NaCl)

mL(Otsuka,
OGB)

Dextrose

antihipoglike
mi

Intravena (i. V)

D5%
500mL
(Otsuka)

2
D40%

Ringer Laktat

Electrolite

Intravena (I. V)

balance

RL 500mL

(OGB,

ASERING

Electrolite

Intravena (I. V)

Otsuka)
Asering 500

KA EN 3 B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

mL
KA EN 3B

KA EN 1 B

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 1 B

KA EN 3A

balance
Electrolite

Intravena (I. V)

KA EN 3A

11

Ranitidine

balance
Hipersekresi

Intramuscular

Ranitidine

patologis,

(I.M)

25mg/mL

ulkus dua

Intravena (I.V)

belas jari,
tukak
lambung,
tukak usus
13

Metamizol

12 jari
Analgesic

sodium
14

Intramuscular

Novalgin

(I.M)

500mg/mL
Sotatic

Metoclopram

Mencegah

Intravena (I.V)
Intramuscular

ide

mual dan

(I.M)

muntah

Intravena (I.V)

pasca
operasi,
pengobatan
simtomatik
jangka
pendek nyeri
lambung

15

Ketorolac

Analgesic

Intramuscular

non narkotik

(I.M)
Intravena (I.V)

Ketorolac

DAFTAR OBAT LASA (Look a like Sound a like)


RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Look a

Sound a

Cara

Like

Like

Menyi
kapi

N Na

Na

Na

Na

o ma

ma

ma

ma

Ob

Ob

Ob

Ob

at
Rhi

at
Rhi

at
Gel

at
Gel

no

nof

ofu

afus

ta

ed

sin

al

si

Jun

Syr

Ba

pe

ior

rm

Syr
Mu

int
Muc

KA

KA

co

ope

EN

EN

pe

ct

3B

4B

ct

30

15

mg/

mg

5ml

/5

syp

aa
n
se
ca
ra
ve
rb

ml

al,

sy

ha

p
Vo

Vec

Ami

Co

me

trin

nof

maf

ta

usi

usin

sy

syp

Hep

He

ar

Cla

Cla

par
Far

Nok

at

ne

nek

biv

oba

te

ksi

si

ent

sy

fort

en

tu,
mi

Am

syp
Am

Bio

ny
a
un
tu
k
ob

rt

Vios

oxs

oxs

sthi

tin

an

an F

syr
Du

syr
Dop

Far

Lasi

va

ami

six

x Inj

dil

ne

inj

sa
ln
ya
ha
ny
a

an

da

inj
Ke

Myc

Irva

Div

na

oz

sk

ask

cor

cr

t cr
Rat

Trov

Irva

Div

aa

ivo

ensi

sk

ask

s2

10

10

inj
Cef

ml
Ceft

Trol

Troli

er

ota

riax

ip

ge

xi

one

m
Cef

Cefi

Trio

Tuto

az

zox

fusi

fusi

nd

ol
Atr

Eph

n
Os

n
Osfi

ari

opi

inef

fit

rin

la
m
ke
ad

nc

DH
A

y.
Hi

pe
rm
int

inj
Cef

Tric

aa

rat

efin

n
le

am
Hy

Hyp

po

oba

at

ba

tel

200

ep

10

on

0
Flu

Flux

xu

um

0,6

ke
cu
ali

0,4
Tro

be
Trov

ve

ensi

nsi

s4

s2

ml

ml
Fla

Fla

mi

mic

cor

ort

40

10

mg

mg
Tra

Tra

ma

mal

for

100

50

mg

pe

na
rbe
na
r
pe
nti
ng
,
ad

rm

mg
Far

Fars

int

biv

ix

aa

ent
Mik

Mik

asi

asin

500

n
vi
a
tel

25

ep

0
Tax

Tax

on

egr

egr

ya

am

am

ng

0,5

1g

ak
an

g
Sa

San

dit

nti

tibi

an

bi

plus

da

50

ta

0
Ba

Pu

qui

mpi

nor

tor

ng
an
-

i.
La

Fla

Fla

ku

ma

mar

ka

50

25

mg

te

mg
Tri

kn
Triof

ofu

usin

sin

100

50

0
Glu

Velo

tiv

qui

en

inf
Oct

inf
Oct

alb

albi

int

in

aa

20

25

n,

di

10

100

ba

ml

ca

ik
pe
ng
ul
an
ga
n
pe
rm

ka

ml
Pla

Plas

sb

bu

la

um

min

gi

in

25

pe

20

rm

100

int

10

ml

aa

nn

ml
Fos

Fos

mi

mici

cin

1g
Hu

2g
Hu

mu

mul

lin

in R

ya
-

.
Ti
da
k
m
en

N
Me

yi
Syn

the

toci

rgi

non

n
Pic

Picy

yn

75

150

mg
Bu

mg
Buv

va

ane

ra

ne

st

al

st

epi

ph

spi

dur

ab

nal
Pir

al
Pira

et,

ac

cet

ak

eta

am

ka

3g

1g
Sa

San

ns

suli

uli

nR

nN
Am

Ami

ino

nofl

te

flui

uid

rpi

100

sa

50

0m

ml

l
Me

Met

trix

rix

ha

1m

2m

ru

g, 3

mg,

en

m
pa
n
ob
at
la
sa
se
ca

let

di
te
m
pa

h.
Re
se

Irv

mg
Irva

ye

ask

sk

15

300

mg

mg
Cel

Cel

ebr

ebr

ex

ex

10

200

mg

mg
Trol

Troli

ya

ip

ng

10

300

di

0m

mg

pe

rt
ak
an
se
m
ua
el
e
m
en

rlu

g
Thi

Thi

ka

me

mel

n,

lon

on

mi

sa

mg
For

mg
Freg

ln

res
Ba

o
Ban

na

na

ado

do

200

ob

10

mg

at,

ya

ke

mg
Bet

ku
Bet

at

as

aser

an

erc

c8

do

24

mg

sis

mg
Kal

Kal

ne

nex

500

,
at
au

25

mg

be

0m

nt

g
Kal

Kalt

tro

rofe

fen

50

100

mg
Buf

mg
Buf

ect

ect

syr

bu

Ket

syr
Tria

at

oro

mci

lac

nolo

tab

ne

Me

tab
Mel

loxi

oxic

da

ca

am

ob

15

at

7,5

mg

te

mg

uk
se
di
aa
-

n.
M
e

str
at
eg
i
pa

rt
en
tu
ya
ng
pe
ny
eb
ab
er
or
ny
a
di
ke

ta
hu
i,
mi
sa
ln
ya
pa
da
ob
at
ya
ng
ke
ku
at
an
ny
a
be
da
be
da
,
at
au
pa
da
ob
at
ya
ng
ke
m
as

an
ny
a
mi
rip
mi
rip
-

.
Se
w
ak
tu
pe
ny
er
ah
an
,
tu
nj
uk
ka
n
ob
at
sa
m
bil
di
be
rik
an
inf
or
m

as
i ,
su
pa
ya
pa
si
en
m
en
ge
ta
hu
i
w
uj
ud
ob
at
ny
a
un
tu
k
m
er
ev
ie
w
in
di
ka
si
ny
a.

UNIT KERJA

: PERISTI

RUANG LINGKUP

: Efektifitas dan keamanan dari asuhan


keperawatan dari pasien rawat inap yang
mendapatkan infus

NAMA INDIKATOR

: Angka Infeksi Jarum Infus (Tromboflebitis)

DASAR PEMIKIRAN

: Tromboflebitis yang terjadi akan berdampak pada


kesehatan

pasien dengan menimbulkan

karakteristik berupa nyeri, rasa tidak enak, panas,


pembengkakan lokal dan kemerahan pada atau
sekitar insersi jarum infus dan berakibat mengurangi
mobilitas ekstremitas serta meningkatkan biaya
perawatan keadaan ini juga menunjukkan kualitas
asuhan keperawatan.
DEFINISI INDIKATOR

KRITERIA

Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR

: Semua pasien yang mendapatkan infus


:
: Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah lokasi infus yang mengalami infeksi


PENYEBUT (Denominator) : Jumlah seluruh lokasi jarum infus

STANDARD

: 0%

KETERANGAN

UNIT KERJA

: PERISTI

RUANG LINGKUP

: Efektifitas dan keamanan dari asuhan


keperawatan dari pasien rawat inap yang
dipasang Kateter

NAMA INDIKATOR

: Angka Infeksi Saluran Kemih Nosokomial

DASAR PEMIKIRAN

: Infeksi Saluran Kemih merupakan jenis infeksi


nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40%
dari seluruh infeksi pada rumah sakit setiap
tahunnya (Burke And Zavasky 1999). Dan 10% dari
pasien rawat inap menggunakan kateter (Asher,
Oliver dan Fry). Terjadinya ISK Nosokomial
menunjukkan kualitas dari asuhan keperawatan.

DEFINISI INDIKATOR

: Infeksi Saluran Kemih Nosokomial didefinisikan


sebagai suatu keadaan dengan gejala/keluhan
spesifik seperti

Demam > 38, Disuri,

Nikuri,

Nyeri Suprapubis, atau tanpa keluhan

tersebut

dengan hasil biakan urin porsi tengah

105

kuman per ml urine dengan jenis kuman

tidak

lebih dari 2 species.

KRITERIA

Inklusi

: Semua pasien yang mendapatkan pemasangan

kateter
Eksklusi
TIPE INDIKATOR

:
: Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien yang mengalami ISK Nosokomial


PENYEBUT (Denominator): Jumlah seluruh pasien yang terpasang kateter

STANDARD

UNIT KERJA

: PERISTI

RUANG LINGKUP

: Efektifitas Asuhan Keperawatan

NAMA INDIKATOR

: Angka Kejadian Dekubitus

DASAR PEMIKIRAN

: Terjadinya Dekubitus menunjukkan Asuhan


Keperawatan yang tidak baik.

DEFINISI INDIKATOR

: Suatu daerah yang jaringan cutaneousnya mengalami


kerusakan diakibatkan oleh tekanan yang terus
menerus pada pasien non ambulatory yang tidak
dilakukan alih posisi

KRITERIA

Inklusi

: Luka lecet pada bagian bawah pasien tirah baring.

Eksklusi

Luka lecet yang terjadi diluar area tekanan pada


pasien tirah baring.

TIPE INDIKATOR

: Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Kasus Dekubitus


PENYEBUT (Denominator): Jumlah Pasien yang Non Ambulatory

STANDARD

: 0%

KETERANGAN

UNIT KERJA

: PERISTI

RUANG LINGKUP

: Keamanan dan efektifitas pasien rawat inap

NAMA INDIKATOR

: Angka Perawatan Ulang

DASAR PEMIKIRAN

: Pasien rawat inap yang dikelola dengan baik tidak


akan memerlukan perawatan ulang yang tidak
direncanakan.

DEFINISI INDIKATOR

: Jumlah pasien rawat inap ulang dengan penyakit


sama dalam kurun waktu kurang dari tujuh hari
setelah pasien pulang dari rumah sakit

KRITERIA
Inklusi

:
: Semua pasien dengan penyakit akut yang
mengalami rawat ulang dengan masalah kesehatan
yang sama

Eksklusi

: Pasien pulang paksa, rawat ulang yang


direncanakan

TIPE INDIKATOR

dan kehamilan aterm.

: Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien rawat ulang dalam periode

tertentu

PENYEBUT (Denominator): Jumlah pasien rawat inap dalam periode yang


sama
STANDARD

: 0%

KETERANGAN

UNIT KERJA

: Perawatan

RUANG LINGKUP

: Efektifitas Asuhan Keperawatan

NAMA INDIKATOR

: Angka Infeksi Luka Operasi

DASAR PEMIKIRAN

: Terjadinya ILO menunjukkan mutu Asuhan


Keperawatan yang tidak baik.

DEFINISI INDIKATOR

: Adanya infeksi nosokomial pada semua katagori luka


sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di Rumah
sakit dan ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan
(dolor), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah
(pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam.

KRITERIA

:
Inklusi

: Luka operasi terlihat merah dan keras serta keluar

nanah
Eksklusi
TIPE INDIKATOR

: Luka operasi berwarna kemerahan


: Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Banyaknya infeksi luka operasi bersih per bulan


PENYEBUT (Denominator)

: Total operasi bersih bulan tersebut

STANDARD

: 0%

KETERANGAN

UNIT KERJA

: KAMAR BERSALIN

RUANG LINGKUP

Efektifitas asuhan kebidanan pada ibu bersalin


dengan partus lama

NAMA INDIKATOR

: Angka infeksi nifas

DASAR PEMIKIRAN

: Infeksi nifas yang terjadi pada ibu bersalin (setelah


hari

ke2)

ketidaknyamanan

yang
pada

menimbulkan
ibu

dengan

dampak
gejala-gejala

demam tinggi, nyeri perut bagian bawah, lochea


berbau, uterus tegang dan subinvolusi atau payudara
bengkak dan berakibat pada angka mortalitas dan
morbiditas ibu, hal tsb dapat menunjukkan kualitas
asuhan kebidanan
DEFINISI INDIKATOR

: Infeksi yang terjadi setelah persalinan ditandai


dengan suhu

lebih dari 38o C terjadi setelah 2 hari

post partum.
KRITERIA
Inklusi

:
: Semua pasien di kamar bersalin dalam keadaan

inpartu
Eksklusi
TIPE INDIKATOR

:
: Rate Based

PEMBILANG ( Numerator) : Jumlah pasien post partum yang mengalami infeksi


nifas
PENYEBUT(Denominator) : Jumlah semua ibu yang bersalin

STANDARD

: 0%

KETERANGAN
UNIT KERJA

: KAMAR BERSALIN

RUANG LINGKUP

Efektifitas asuhan kebidanan pada ibu bersalin


dengan partus lama

NAMA INDIKATOR

: Angka Seksio Sesarea

DASAR PEMIKIRAN

: Seksio Sesaria adalah tindakan bedah obstetri yang


dilakukan pada ibu yang akan melahirkan, baik elektif
maupun akut, tanpa melihat keadaan anak yang
dilahirkan.

DEFINISI INDIKATOR

:. Angka ini menunjukkan mutu di bagian kebidanan

KRITERIA
Inklusi

:
: Semua pasien yang dilakukan seksio sesaria

Eksklusi
TIPE INDIKATOR

:
: Rate Based

PEMBILANG ( Numerator) : Jumlah Persalinan dengan Seksio Sesaria


PENYEBUT(Denominator) : Jumlah Total Persalinan

STANDARD

: 0%

KETERANGAN
UNIT KERJA

: PERINATAL

RUANG LINGKUP

: Efektifitas asuhan PERINATAL pada bayi

NAMA INDIKATOR

: Angka Kematian bayi dengan BB < = 2000 Gr

DASAR PEMIKIRAN

untuk dapat membedakan secara jelas pengaruh


Berat Badan bayi baru lahir pada Angka kematian
bayi dipakai Patokan Berat Badan 2000 gram. Angka
ini menunjukkan presentase banyaknya bayi baru
lahir dengan BB > = 2000 Gr, yang lahir dalam bulan
tersebut.

DEFINISI INDIKATOR

:. Angka ini menunjukkan mutu di bagian Neonatal

KRITERIA

Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR

: Semua bayi yang lahir dengan BB < = 2000 Gr


:
: Rate Based

PEMBILANG ( Numerator) : Banyaknya kematian bayi baru lahir dengan BB < =


2000 Gr/bulan

PENYEBUT(Denominator) :

Jumlah Total bayi dengan BB < = 2000 Gr bulan

tersebut

STANDARD

: 0%

KETERANGAN
BAB IX
PENUTUP
Penerapan pedoman pelayanan PERISTI di RS merupakan langkah awal
dari suatu proses yang panjang menuju pelaksanaaan program
akreditasi RS. Oleh karenya penerapan pedoman tersebut perlu
dukungan manajemen pelayanan keperawatan secara profesional
dengan kesadaran dan pemahanan yang tinggi dari perawat pelaksana
terhadap peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Melalui pelaksanaan pedoman diharapkan dapat diperoleh tingkat
keberhasilan dan mutu pelayanan keperawatan yang sesungguhnya
serta teridentifikasi masalah dan kendala yang memerlukan upaya
pembinaan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai