BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi
indikator kualitas
kesehatan
yang
masyarakat disuatu
ibu
dan
bayi
merupakan
pelayanan
yang
2006
didapatkan
data
bahwa
hanya
149
RS
yang
revitalisasi
program
RSSIB,
salah
satunya
dengan
kesehatan
(Puskesmas)
dan
Kabupaten/Kota)
terutama
ditingkat
rujukan
ditingkat
rujukan
sekunder
untuk
melakukan
Pelayanan
primer
(IRS
Obstetrik
segi
penyediaan
fasilitas
kesehatan,
Indonesia
kematian
Ibu
terjadi di RS rujukan
demikian
Kematian
pula
Angka
Bayi.
Penelitian
terbaru
2005-2006).
Diharapkan
bahwa
dengan
B. Tujuan pedoman
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara
terpadu dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan
dan
mengembangkan
standar
pelayanan
2.
3.
pemberian ASI
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta serta
penanganan pada bayi baru lahir dengan inisiasi menyusu dini
dan kontak kulit ibu bayi
4.
5.
berdasar tipe RS
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat
gabung, membantu ibu menyusui yang benar dengan cara
mengajarkan cara posisi dan pelekatan yang benar. Mengajarkan
ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusu
langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol
6.
7.
lain
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh
8.
kembang
Menyelenggarakan pelayanan kesehatatan keluarga berencana
termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak
9.
10.
3. Poli klinik
Adalah ruang pelayanan pasien lactase dan penyuluhan
4. Instalasi Gawat Darurat (PONEK)
Adalah ruangan Gawat Darurat yang berhubungan dengan
pelayanan Maternal dan Neonatal secara komperehensif.
5. Instalasi IBS
Adalah ruangan tindakan persalinan secara operatif
6. VK atau Kamar Bersalin
Adalah ruangan tindakan persalinan secara spontan atau manual
PENGERTIAN
1.
2.
dibawah umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun
3.
Pelayanan
antenatal
(Antenatal
care)
adalah
Pelayanan
antenatal.
RS Pelayanan Obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) adalah ruman sakit yang selama
24
jam
yang
datang
sendiri
atau
atas
rujukan
PONED.
ASI Eksklusif
7.
sendiri.
Angka Menyusui Eksklusif adalah proporsi bayi dibawah
8.
suatu
keg
6
iatan
9.
10.
yang
lahirdengan
berat badan kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat
11.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
2. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
159b/Menkeser/II/1998 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333/menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
4. Undang undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
BAB II
STANDAR FASILITAS DAN KETENAGAAN
A.
1.
Dokter
ahli
kebidanan
dan
kandungan
2. Dokter ahli Anak
3. Dokter ahli Anestesi
4. Dokter ahli lain
5. Dokter Umum
1. Bidan
KEPERAWATAN
2. perawat
3. peata anaestesi
Konsetor Menyusui
Tenaga Khusus
Tenaga
1. Penata radiologi
Kesehatan lainnya
2. Ahli gizi
3. Analis Laboratorium
FASILITAS
SARANA
RUANGAN
ALAT
&
POLIKLINIK
UGD
KAMAR
OPERASI
KAMAR
BERSALIN
RUANG
NIFAS
RUANG LAINNYA
poliklinik,kebi
danan,kama
r
periksa
perinatologi
poliklinik anak
dan tumbuh
kembang
Terdapat
ruang
tindakan
kegawat
daruratan
obstetric
dan
neonatal
Jumlah
kamar
operasi
minimal
2
Kamar
bersalin
minimal 4
buah
tempat
tidur
ungtuk
partus
normal dan
patologis
Mempunyai
ruang rawat
gabung,isola
si dan ruang
penyuluhan
ASI,konseling
perawatan
bayi
Mempunyai
ruang
utilisasi
perinatologi,R,TP
A,R,lactase,R,se
nam
hamil,
klinik lactasi
1. kebidanan
dopler,usg,c
tg,alkes,lam
pu
semi,kulkas
breast
camet,steto
scope,
Instrumen
t tindakan
2
set(partus
set,
average
set,vacum
extrasi,
1. forsep
1.
2. vacuum 2.
3. resusitasi
bayi
3.
4. resusitasi 4.
5.
ibu
5. tranfusi set6.
6. disposable
gv set
breast
feeding
kemeling kit
baby set
infuse pump
katheter
tensimeter
2.
3. poli anak
timbangan,
meteran
,stethoscop
e,
kulkas,katet
er
OBAT
1. +it K1 in)
2. Adrenalin
3. Napal
4. Sulfat
atropin
e
5. Heparin
6. Ca
glukona
s 10%
7. Closeti
arrtik
Lumina
l
Damon
inj
Diazep
am inj
8. Antibiotika
broad
spectru
m
Ampicil
in
Genta
miin
9. Caftan
Nacl
0,9%
RL
NACL
3%
KV 3%
Bionic
Dendro
s 5%
Dextro
se 10%
Lanrta
n 1:4
Lerute
n kaen
vena
secti)
syringe
7. catheter
8. termometer
suhu
Usg,
resusitasi
ibu dan
bayi,lamp
u
sitirol,inku
bator,tran
fusi
set,disposi
ble WIMP,
infuse
pump
+
-
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
4B
Lawton
kaen
3B
Plasma
estoan
der
Tates/sal
esmeta
(eniromi
sinnetras
idim )
Anti
septic
Alcohol
70%
Alcohol
ql
Eseiadi
n
Dimmik
Anti
hiperten
si
Vaksin
(bcg,hep
atitis,poli
o,dpr,TT
&
CAMPAK
)
Uteroton
ika
(metherg
in,oksito
sin,prost
agandin)
Koagular
isla
(orancen
emid
acirton)
ATS
20.000 si
Kortiko
steroid
Token
O2
t-
+
+
-
+
-
+
-
+
-
+
+
G. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga perawat ruangan
Pengaturan jaga perawat diatur oleh peraturan rumah sakit yang dikonfersi
oleh kepala ruangan masing-masing dengan system 3 shift yaitu :
Shift pagi jam 07.00 - 14.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Shift sore jam 14.00 21.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Shift malam jam 21.00 07.30
Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana
Perawat pelaksana
Pengaturan jadwal dinas perawat NICU dan Peri sakit dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) Nicu dan Peri sakit dan
disetujui oleh kepala perawatan.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan setiap tanggal 25
bulan sebelumnya dan direalisasikan ke perawat pelaksana rawat inap
setiap satu bulan.
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan memiliki
tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu Karu rawat inap : 2 jam sebelum
dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu rawat inap, diharapkan perawat yang bersangkutan
sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu Nicu/Peri Sakit akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur .
Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu
Nicu/Peri sakit akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur.
Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawatrawat inap sesuai SPO bidang
keperawatan.
yang
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
yang
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
sebelum
tanggal
jaga,
serta
dokter
tersebut
wajib
tersebut
sudah
menunjuk
dokter
jaga
konsulen
3.
4.
5.
6.
Pelayanan prima.
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
Ruangan PERISTI terdiri dari integrasi pelayanan 6 (enam) instalasi
meliputi ;
1. Ruangan NICU
2. Ruangan Peri Sakit
3. Ruang poli Klinik
4. Ruang IGD
5. Ruang IBS
6. Ruang VK
B. Standar fasilitas
1. Standar alat yang ada di ruangan NICU meliputi :
Inkubator
Bed site monitor
C-pap
Pulse oxymetri
Oksigen central
Incubator mobile
Infant warmer
Infuse pump
Syringe pump
Blue liht therapy
Suction central
Lampu sorot
6. Ruang bersalin/VK
disterilkan kembali
Alat seperti urinal atau pispot di cuci setiap hari di dinas pagi.
Asper melakukan kebersihan/bongkar besar sesuai instruksi
karu.
2. Perbaikan alat
Bila ditemukan alat yang rusak maka asper melaporkan ke
Karu dengan membuat /mengisi form kerusakan alat yang di
dan desember
Semua alat medis dilakukan kalibrasi
Berkoordinasi dengan bagian logistik dalam melakukan
kalibrasi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan perinatal resiko tinggi meliputi :
Pelayanan umum
1. Pasien masuk
2. Sistem komunikasi dan edukasi
3. Penapisan pasien peristi (Penapisan kehamilan RESTI dan komplikasi
kehamilan,Penapisan resiko persalinan,Penapisan imunisasi ,Penapisan
KB)
4. Pemberian informed consent (tindakan kegawat daruratan,DNR,persalinan
dengan tindakan operasi,imunisasi dan tranfusi)
5. Visitasi dokter spesialis
formula
Tata tertib kunjungan ibu ke bayi Pendokumentasian perkembangan
17.
Pelayanan khusus
A. Pelayanan maternal
1. Kegawatdaruratan maternal
2. Pelayanan antenatal care
3. Persalinan bersih dan aman
4. Perawatan nifas dan rawat gabung
5. Pencegahan infeksi nosokomial
6. Management lactasi
7. Tindakan medis dan operasi caesar
8. Hygiene purperium
9. Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan
10.Pelayanan penunjang, laboratorium dan radiologi
11.Pelayanan keluarga berencana dan imunisasi
12.Perdarahan pasca persalinan
13.Pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal, intranatal dan post
natal
B. Pelayanan Neonatal
1. Kegawat daruratan neonatal
2. Perawatan bayi baru lahir
3. Perawatan PMK untuk bayi BBLR
4. Perawatan
bayi
baru
lahir
asfiksia,hypoglikemi,kejang,trauma kelahiran,hyperbilirubin
dengan
5. Rawat gabung
6. Asi ekslusif dan IMD
I.
1.
PELAYANAN UMUM
TATALAKSANA PASIEN MASUK
a. Penanggung jawab
Dokter spesialis anak
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan
Dokter umum (PONEK)
Tenaga keperawatan (PONEK)
admission
b. Kriteria pasien masuk PERISTI
Pasien masuk PERISTI berasal dari Instalasi Gawat Darurat,Instalasi
Bedah Sentral,Instalasi Rawat Jalan dan ruang bersalin yang
sebelumnya telah dilakukan koordinasi antar instalasi tersebut.
Level II A (peri sakit)
Bayi premature <32 minggu
Bayi dari ibu dengan Diabetes
Bayi yang lahir dengan kehamilan resiko tinggi atau lahir dengan
komplikasi
Gawat nafas yang tidak memerlukan Ventilasi bantuan
Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) < 1,5 kg
Hyperbilrubin yang perlu therapy sinar
Sepsis neonatorum
hypotermi
Level IIB (NICU)
Bayi dengan kondisi lebih buruk dari level II
Bayi dengan gawat nafas yang memerlukan bantuan Ventilasi
mekanik
Bayi yang memerlukan monitoring ketat
Bayi dengan Sepsis Awitan Lambat
Bayi yang memerlukan nutrisi parenteral total melalui akses
vena central
c. Prosedur
1. Admission
mendokumentasikan
identitas
pasien
dan
inform
dan
pemeriksaan
fisik,
Dokter
DC,
NGT,
ETT,
Infus,
Nebulizer,
Ganti
Verban,
Dokter
spesialis
atau
dokter
umum
tetap
pasien
yang
bersangkutan
untuk
menyatakan
terlebih
dahulu
ke
bagian
administrasi.
Bila
dengan
permintaan
tertulis
dengan
menggunakan
Kelengkapan
rekam
medis,laporan
operasi,laporan
c.
pasca
pasien
eksekutif,
suite
dan
untuk
kemuadian
nota
dimintakan
tanda
dikembalikan
lagi
tangan
ke
keluarga
depo
pasien.
farmasi.dengan
menandatangi Nota Pembelian Obat yang berangkap 3. Lembar ke1 disimpan oleh unit Farmasi, lembar ke-2 diserahkan ke perawat
dan lembar ke-3 diserahkan ke Administasi Keuangan.
h. Perawat menyampaikan obat atau alkes serta lembar ke-2 Nota
Pembelian Obat kepada pelanggan.
9.
tanda-tanda
vital
berdasarkan
pemeriksaan
detak
dengan
tenang
menunjukan
rasa
empati
dan
atau
pribadi,bila
akan
menggunakan
ambulance,
j.
PELAYANAN KHUSUS
Pelayanan maternal
1. Pelayanan antenatal care termasuk pencegahan kehamilan resiko
tinggi.
a. Petugas penanggungjawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
2. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam
buku KIA
a. Petugas penanggungjawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
3. Pelayanan obstetri dan neonatologi emergency komprehensif (PONEK)
a. Petugas penanggung jawab
b. Alat dan kelengkapan
c. Tata laksana
4. Seleksi dan perawatan resiko tinggi
a. XXXX
b. XXXX
5. Pelayanan postnatal
a. XXXX
b. XXXX
6. Persalinan aman dan penanggulangan persalinan resiko tinggi
a. XXXX
b. XXXX
7. Perawatan nifas dan rawat gabung
a. XXXX
b. XXXX
8. Pencegahan infeksi nosokomial
a. XXX
b. XXX
9. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien.
a. XXX
b. XXX
10.Imunisasi dan keluarga berencana
a. XXX
b. XXX
11.Audit maternal perinatal dan evaluasi tindakan persalinan operatif
yang meliputi jumlah operasi, hasil operasi, indikasi operasi, tingkat
infeksi pasca operasi dan kematian.
a. XXX
b. XXX
12.XXX
B. Pelayanan Neonatal
1. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam
buku KIA
a. XXX
b. XXX
2. Perawatan bayi baru lahir
a. XXX
b. XXX
3. Penanganan neonatus resiko tinggi
a. XXX
b. XXX
4. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien.
a. XXX
b. XXX
5. Imunisasi dan keluarga berencan
a. XXX
b. XXX
6. Pengupayaan inisiasi dini dan pemberian ASI eksklusif pada bayi baru
lahir
a. XXX
b. XXX
7. Pengaturan pelayanan dokter, tenaga keperawatan serta tenaga
penunjang lainnya, termasuk laboratorium dan radiologi
a. XXX
b. XXX
8. Pelayanan rujukan di dalam maupun ke luar rumah sakit
a. XXX
b. XXX
9. Promosi/ penyuluhan kesehatan
a. XXX
b. XXX
10.Home visite sebagai upaya follow up hasil pelayanan
a. XXX
b. XXX
11.XXX
BAB VI
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Dalam rangka upaya peningkatan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Mitra Plumbon yang lebih efektif dan efisien maka diperlukan adanya
keseragaman konsep dasar upaya penigkatan keselamatan pasien.
A. KESELAMATAN PASIEN RS MITRA PLUMBON
1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien
masyarakat
Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
dan
rencana
dan
hasil
pelayanan
termasuk
kemungkinan
keluarganya
tentang
Standar
V.
Peran
kepemimpinan
dalam
meningkatkan
keselamatan pasien
- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
-
Sakit.
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan
komunikasi
dan
pendidikan
dan
pelatihan
VII.
Komunikasi
merupakan
kunci
bagi
staf
untuk
dan Berbagi
Pengalaman
Tentang
Keselamatan
Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan
Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
6. Peran unit kerja
Unit kerja mengupayakan beberapa kegiatan untuk mengendalikan
yang dapat
diberikan, atau
peringanan, misal suatu obat dengan lethal dose telah diberikan
kepada pasien namun segera diketahui lalu diberikan antidote-nya.
Kejadian
Sentinel/Sentinel
Event
adalah
suatu
KTD
yang
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Kesalahan Medis/Medical Error adalah kesalahan yang terjadi
dalam
proses
asuhan
mengakibatkan
medis
cedera
pada
yang
mengakibatkan
pasien.
Kesalahan
atau
berpotensi
termasuk
gagal
ditindak
lanjuti
(dicegah/ditangani)
untuk
mengurangi
c.
d.
e.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
BAB VIII
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
A.
BATASAN
PENGERTIAN
INFEKSI
NOSOKOMIAL
DAN
KEWASPADAAN UNIVERSAL
1. BATASAN PENGERTIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien ketika pasien
tersebut dirawat di RSU. Mitra Plumbon dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapat tanda
tanda klinik dari infeksi tersebut
2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam
masa inkubasi dari infeksi tersebut
3. Tanda tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan
4. Tidak termasuk infeksi nosokomial pada kasus keracunan yang tidak
disebabkan oleh produk bakteri.
2. KEWASPADAAN UNIVERSAL
Pedoman kewaspadaan universal didasarkan pada cara transmisi penyakit
yaitu transmisi lewat udara (Airborne Precautions Transmission), lewat
percikan (Droplet Precautions Transmission), lewat kontak (Contact
Precautions Transmission) dan secara prinsip dengan menganggap bahwa
darah, secret, semua cairan tubuh, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir penderita merupakan sumber infeksi silang.
Dengan demikian kepada seluruh petugas RSU. Mitra Plumbon ditekankan
untuk menerapkan prinsip-prinsip kewaspadaan universal meliputi :
mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, memakai alat
pelindung diri ketika menghadapi adanya resiko terkena sumber
infeksi
atau
adanya
resiko
dari
petugas
kepada
pasien,
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang dapat mencegah dan mengendalikan
terjadinya infeksi nosokomial di RSU. Mitra Plumbon
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya seluruh kegiatan pengendalian infeksi nosokomial
b. Terciptanya budaya pengendalian infeksi
C.
SASARAN
D.
Struktur Organisasi
Panitia PPI-RS dipimpin oleh seorang
dokter
yang
mempunyai
pengalaman
program PPI-RS
Anggota Panitia PPI-RS diketuai oleh dokter spesialis penyakit dalam sebagai
ICP (INFECTION CONTROL PREVENTION), dan anggotanya ada perawat yang
ditunjuk sebagai IPCN ( INFECTION PREVENTION CONTROL NURSE) di RSU.
Mitra Plumbon, dengan kebijakan sebagai berikut :
1 IPCN untuk setiap 150 TT
E.
KEGIATAN POKOK
A. Kegiatan sterilisasi
B. Penggunaan desinfektan
C. Pengendalian pelayanan pasien penyakit menular
D. Hand Hygiene
E. Pengelolaan linen
F. Pengelolaan kebersihan lingkungan rumah sakit
G. Pemeriksaan baku mutu air
H. Pemeliharaan mesin pendingin
I. Pemantauan dan Evaluasi Kejadian Infeksi Nosokomial (Infeksi luka
J.
F.
Pengertian
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada
sterilkan.
Dekontaminasi
mengeluarkan
debu
dan
dapat
menjadi
tempat
bersembunyinya serangga.
6.
steril
penyimpanan.
Mekanisme Monitoring Mutu Sterilisasi
Monitoring
mutu
sterilisasi
dilakukan
secara
dari
tempat
berkala
dan
Sasaran Monitoring
1. Alat alat mesin sterilisasi
2. Peralatan atau bahan yang sudah disterilkan
8.
Metode monitoring
1. Secara visual
Dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang. Bila
terdapat kerusakan pada pembungkus atau kemasan maka
test
Bowie
Dick
dilakukan
sekali
dalam
menjadi hitam.
Perubahan kertas Bowie dick
Proses sterilisasi dapat tercapai apabila pada kertas Bowie
Dick terdapat stuktur garis-garis yang beraturan berwarna
hitam.
2. Secara mikrobiologi
Dengan cara dilakukan pemeriksaan sampel barang atau bahan
yang sudah disterilkan di laboratorium kesling. Bila tidak ada
mikroorganisme artinya steril.
Monitoring ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Juni dan
9.
B. PENGGUNAAN DESINFEKTAN
Desinfektan merupakan zat yang dapat membunuh bentukbentuk vegetatif kuman , menurut aktifitas germicidalnya zat
desinfektan di klasifikasikan menjadi:
a. Klasifikasi Desinfektan :
1. Disinfektan Tingkat Rendah
Desinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua
bakteri vegetatif ( bukan spora atau tubercule bacilli ),
beberapa jamur, dan virus lipohilic.
Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon
klasifikasi
alat
barang
yang
digunakan
noncritikal
yaitu
untuk
yang
digunakan
2.
hanya
untuk
menyentuh
kulit
luar
saja
semicritikal
yaitu yang
atau
system
pembulu
darah
diantaranya
instrumen operasi.
Adapun jenis desinfektan yang tersedia dan digunakan di RSU.
Mitra Plumbon
b. Jenis desinfektan
Jenis kandungan desinfektan yang digunakan di rumah sakit
Mitra Plumbon
Chlorhexidine
Gluconate
(hibicet,
savlon,
minoscrub, onescrub)
Desinfektan yang digunakan untuk perendaman alat
berbahan karet
Propanol dan Chlorhexidine gluconate solution 20%
Digunakan untuk mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan keperawatan pada pasien untuk perendaman alat
berbahan karet
Povidon Iodine 10 %, (Biosepton)
Digunakan untuk desinfeksi pada perawatan luka.
Formalydehide 8% ( formalin )
Digunakan untuk mengawetkan jaringan. Klorin 0,1%
dan 0,5%
Digunakan
sebagai
dekontominasi
peralatan
bedah,
ammonium
chloride,
N-(3-
dodecylpropan-1,3-diamine
pembersihan
lantai
pada
ruangan
intensif
Glutaraldeyde Solution (Cidex)
Digunakan untuk perendaman alat ventilator
Ethanol, Propanol (Softaman)
Digunakan untuk cuci tangan
c. Klasifikasi yang menggunakan desinfektan :
Area khusus seperti : Ruang perawatan, ruang intensif
dan isolasi, ruang operasi/tindakan
Linen yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
d. Mekanisme pembersihan
Ruangan
Ruangan perawatan
:
Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas
cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas
cleaning service dan assisten perawat melakukan general
cleaning, meliputi ruangan, inventaris dan alat medis
menggunakan desinfekan
Ruang intensif dan isolasi
:
Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas
cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas
cleaning service dan assisten perawat melakukan general
dilakukan
pencucian
di
tempat
pencucian
oleh
assisten
perawat
kamar
medis
operasi
2.
4.
Pemakaian
antibiotika
berdasarkan
epidemioligi
(kuman
pemeriksaan
mikrobiologi
yang
dapat
dikerjakan
serta
6.
Pada
kasus
yang
memerlukan
antibiotika
profilaksis
dan
infeksi
terberat,
sementara
menunggu
pemeriksaan
bakteriologi.
D. HAND HYGIENE
I.
yang efektif
1.
dengan telapak tangan. Letakkan
pada telapak tangan kiri dengan posisi tangan kanan di atas telapak
tangan kiri
2.
3.
Menggosok
punggung
4.
(dengan
mengepalkan
5.
Membersihkan
ibu
jari
dan
pemilahan,
pencucian,
penyimpanan
serta
distribusi.
2. Linen infeksius dan non infeksius ditempatkan pada tempat berbeda.
3. Alur distribusi linen bersih dan kotor terpisah.
4. Standar quality linen adalah utuh, bersih tanpa noda, harum, rapih
dan licin, kering tidak lembab serta bebas kuman bagi linen steril.
F. PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1) Pengelolaan Sampah Medis / Infeksius
a. Sampah infeksius dimasukan kedalam tempat sampah yang
berlabel sampah infeksius ,
Penanganan sampah infeksius pada sumbernya, pada tahap
awal dilakukan oleh perawat / unit penghasil sampah infeksius
dengan cara memisahkan :
Sampah infeksius sampah yang mengandung darah dan
cairan tubuh seperti : seperti jaringan tubuh, darah, urine,
daging,
plabot.
perban,
plester,
masker,
sarung
tangan,
bekas
bertanggung
jawab
dalam
dalam setahun.
Pengambilan
sample
pada
titik-titik
tertentu
untuk
H.
obat)
Pemeriksaan bakteri dan jamur pada mesin pendingin dilakukan enam
bulan sekali di unit khusus
I.
berbagai
variable
yang
mempengaruhi
timbulnya
HRD,
dengan
memaparkan
materi
pengendalian
infeksi
nosokomial, dan dilakukan pre test dan post tes terkait materi tersebut.
Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara internal dan eksternal
bagi staff PPI-RS maupun bagi karyawan/ti.
BAB X
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi efektif adalah:
1. Memfasilitasi terciptanya
menggunakan
Situation
Background
Assesment
dan
Recommendation (SBAR ).
B.
Definisi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran
atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994;
Koontz & Weihrich, 1988).
2. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud
oleh
pengirim
pesan,
pesan
ditindaklanjuti
dengan
sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
3. Unsur komunikasi
3.1.Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
3.2. Isi pesan
3.3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan)
3.4. Penerima / komunikan
Pemberi/komunikator yang baik adalah
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut :
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan
tertutup
dan
kapan
memakai
pertanyaan
terbuka),
rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service,
Admission, dan Website.
4.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):
4.2.1. Edukasi tentang obat
4.2.2. Edukasi tentang penyakit
4.2.3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
4.2.3.
Edukasi
tentang
apa
yang
harus
meningkatkan
dilakukan
pasien
untuk
rumah sakit
4.2.4. Edukasi tentang Gizi
Akses
untuk
information
mendapatkan
dan
nantinya
edukasi
akan
ini
bisa
menjadi
melalui
sebuah
medical
unit
PKRS
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
5.1. prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu
dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima
pesan.
dan memahami
3.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via
telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Introduction
Salam
Individu
Situation
yang
terlibat
dalam
handoff
terjadi
Background
pada pasien
Informasi
kebutuhan pasien
Tanda-tanda vital, status mental,
penting
mengenai
kondisi
A
Assesment
terkini
Hasil
Penilaian
pengkajian
provider
kondisi
R
Rekomendation
Read back
pasien
situasi
saat
ini
oleh
pasien
terkini
Apa yang perlu
dilakukan
tertunda
untuk
mengatasi
dan
apa
yang
perlu
b.
e.
f.
g.
Prognosis
h.
Dukungan (Support)
pasien:
dokter/petugas
sebanyak
lain
meras
yang
perlu
pasien
untuk
kehendaki,
disampaikan
yang
dengan
II.
etika
pemberian
informas
dilakukan
dengan
benar
(*greeting)
b. Pastikan informasi yang diberikan kepada dokter benar
c. Jika melalui media audio (telfon dll) Lakukan pengejaan huruf jika
terdapat hal-hal yang meragukan
d. Jika melalui media cetak, pastikan tulisan dapat dibaca dengan baik
dan benar
e. Lakukan metode SBAR dalam memberikan informasi melalui telfon
III.
BAB VII
PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang konsep dasar upaya penigkatan mutu pelayanan.
B. MUTU PELAYANAN RS UMUM MITRA PLUMBON
7. Pengertian MUTU
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Arti Strategic
Segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
b. Mutu menurut ISO ( ISO 9000 : 2000 )
Derajat yang dicapai oleh karateristik yang inheren dalam memenuhi
persyaratan yaitu :
1. Mutu
mencakup
usaha
memenuhi
atau
melebihi
harapan
pelanggan
2. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum
dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
Konsumen
b.
Pembayar/perusahaan/asuransi
c.
d.
e.
Masyarakat
f.
Pemerintah
g.
Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya
terhadap
mutu.
Karena
dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
itu
mutu
adalah
multi
Pengukuran
mutu
pelayanan
kesehatan
dapat
diukur
dengan
teknologi,
organisasi,
informasi,
dan
lain-lain.
Pelayanan
(pasien/masyarakat).
yang penting.
3). Output,
Umum Mitra
Plumbon
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif
yang menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan
berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap
pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga
pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
berdaya
Plumbon
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon secara efektif
dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Khusus: Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Mitra Plumbon melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
teknologi
tepat
guna,
hasil
penelitian
dan
3. Pemastian
implementasi
manajemen
mutu
dilaksanakan
sesuai
BAB XXX
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
I. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Rumah S aki t merup akan sal ah satu tempat kerja, yang wajib
melaksanakan Program K3 yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien,
pengunjung, maupun bagi masyarakat di Iingkungan sekitar Rumah Sakit.
Pelayanan K3 harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai
saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak
Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja.
A. Pengertian
Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang balk
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja
agar
dapat
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung
oleh pekerja dalam melaksana kan tugasnya. Contoh; pekerja yang
bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll.
psikososial
(kerja
shift,
hubungan
sesama
pekerja/atasan)
dapat
b.
melakukan
penilaian
bahaya
potensial
yang
menimbulkan
risiko
menghilangkan
melalui
bahaya,
tingkatan
menggantikan
pengendalian
sumber
risiko
risiko
yakni
dengan
Bahaya
Potensial
FISIK :
Getaran
Debu
Panas
Radiasi
Lokasi
berisiko
perlatan yang
menghasilkan getaran
dll
rekam medis
pekerja dapur, pekerja
laundry,petugas sanitasi
dan IP-RS
Ahli radiologi, radioterapist
X-Ray, OK yang
menggunakan c-arm,
roentgen gigi.
KIMIA :
disinfektan
Semua area
Petugas kebersihan,
Farmasi, tempat
perawat
Pekerja farmasi, perawat,
Cytotoxics
pembuangan limbah,
petugas pengumpul
Ethylene oxide
Formaldehyde
bangsal
Kamar operasi
Laboratorium, kamar
sampah
Dokter,perawat
Petugas kamar mayat,
Bahaya
Potensial
Lokasi
mayat, gudang farmasi
Methyl :
Methacrylate,
Hg (amalgam)
Solvents
Laboratorium, bengkel
kerja, semua area di RS
Gas-gas
anaestesi
BIOLOGIK :
AIDS, Hepatitis
B dan Non A-
pemeriksaan gigi,
Non B
laboratorium, laundry
Cytomegaloviru
anak
Rubella
Tuberculosis
Bangsal, laboratorium,
laboratorium, fisioterapis
ruang isolasi
ERGONOMIK
Pekerjaan yang
dilakukan
penyimpanan barang
secara manual
Postur yang
(gudang)
salah dalam
melakukan
pekerjaan
Semua area
Semua karyawan
Bahaya
Potensial
Pekerjaan yang
berulang
Lokasi
Semua area
PSIKOSOSIAL
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
Semua area
Semua karyawan
ancaman
secara fisik
C. Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setiap ruamh sakit
seperti tercantum pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan
Peraturan Mentri Tenaga kerja & transmigrasi RI No. 03/men/1989 tentang
pelayanan kesehatan kerja meliputi :
Pemeriksaan kesehatan
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus
oleh
keputusan
direktur
no.
4914/B/RS.MP/II/2011
tentang
Keselamatan/Keamanan
sarana,
prasarana
dan
peralatan kesehatan
Pengawasan ini bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik
dan
non
medik
sebagaimana
mestinya
sehingga
tidak
merugikan
untuk
disetujui.
Bagian
Logistik
menjadwalkan
Bagian
Logistik
mencatat
waktu
dan
hasil
pelaksanaan
kalibrasi dari alat tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor
sesuai dengan Laporan Hasil Kalibrasi yang ada.
g. Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label
yang sesuai dan/atau dipisahkan.
3. Fasilitas Perlengkapan Keamanan Pasien
Dirumah Sakit Mitra Plumbon dalam merealisasaikan penyelenggaraan
program K3 yang bertujuan membuat rasa aman terhadap pasein, pekerja,
pengunjung di lingkungan rumah sakit maka di lengkapi oleh perlengkapan
diantaranya :
a. Pegangan pada tepi tangga
b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan dilengkapi dengan bel
pangil
c. Pintu dapat dibuka dari luar
d. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi
e. Sumber listrik mempunyai pengaman
f.
area
Pengertian
Penyehatan
lingkungan
rumah
sakit
adalah
segala
upaya
untuk
1.
: 18 28 C
Kelembaban : 40 60 %
c. Limbah
1. Limbah padat / sampah
dengan
jenis
limbahnya
(domestik,
medis/klinik,
yang
Pengangkutan
limbah
padat
dari
masing-masing
ruang
container
yang
selanjutnya
dibuang
ketempat
2. Limbah Cair
Setiap
ruang/satuan
kerja
yang
menghasilkan
limbah
cair
d. Pencahayaan di ruangan
Intensitas cahaya diruangna kerja minimal 100 Lux
e. Kebisingan Ruangan
Tingkat kebisingan diruangna kerja maksimal 85 dBA
f. Getaran
Tingkat getaran tidak mengganggu
g. Vektor penyakit
1. Serangga penular penyakit
Indeks Lalat
2. Tikus
Setiap ruangan rumah sakit harus bebas tikus
h. Ruangan dan Bangunan
1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin dan bersih.
3. Langit langit kuat, bersih dan atap kuat dan tidak bocor.
i. Penyehatan Makanan dan Minuman
Penyimpanan
1. Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara
kebersihannya, terlindung dari bahan kimia berbahaya, debu,
serangga dan tikus.
2. Bahan makanan dari makanan basil olahan disimpan pada tempat
yang terpisah.
3. Suhu tempat penyimpanan makanan disesuaikan dengan sifat
makanan dan penyajiannya.
Tempat pengolahan
1. Tempat pengolahan dari peralatannya dipelihara kebersihannya
dan atau dibersihkan / didesinfeksi, selanjutnya dikeringkan
dengan metode yang dianggap efektif dan efisien.
2. Asap dari kegiatan dapur dibuang keluar baik dengan peralatan
konvensional maupun mekanis.
3. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 Lux.
Penjamah Makanan
makanan
tidak
menderita
atau
menjadi
sumber
penularan penyakit.
5. Penjamah makanan harus sehat, diperiksa kesehatannya secara
berkala minimal 2 kali dalam setahun.
Penyajian Makanan
1. Penyajian makamm dari dapur pusat ke konsumen neng&unakan
kereta dorong khusus untuk menghindarkan
terjadinyapencemaran.
2. Transportasi makanan siap hidang diusahakan melalui jalur
tertentu sehingga dapat terhindar teIjadinya pencemaran.
3. Makanan yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
4. Kereta dorong pcngangkut makanan harus selalu dijaga
kebersihannya secara periodik dari atau menurut kebutuhan
3. Konstruksi lantai dari beton atau plesteran yang kuat & tidak licin
dengan kemiringan lantai 2- 3 % kearah saluran pembuangan
limbah cairan
4. Harus disediakan fasilitas pembuangan limbah cair sistem tertutup
dan menjamin kelancaran aliran limbah cair ke sistem jaringan
limbah cair terdekat
5. Disediakan sistem penyediaan air bersih & air panas sesuai dengan
keperluannya.
6. Dilengkapi
ruangan-ruangan
yang
terpisah
sesuai
dengan
peruntukannya
a) Ruangan Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Cuci
d) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Kebersihan
7. Disediakan kamar mandi & WC dan tempat cuci tangan untuk
petugas dengan jumlah sesuai keperluan.
8. Pengaturan tata letak ruang harus diperhatikan sehingga dapat
mencegah / menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi
silang.
9. Ruangan harus selalu terjaga kebersihannya.
10.Bak-bak penampungan air dibersihkan minimal seminggu sekali
untuk mencegah perindukan serangga vektor penyakit.
11.Tingkat pencahayaan diruang pencucian minimal 200 Lux
12.Secara
periodik
atau
menurut
keperluannya
ruangan
dapat
2.
3.
4.
medis
berbahaya
yang
berupa
limbah
kimiawi,limbah
Sakit,pasien,pengunjung/pengantar
pasien
ataupun
masyarakat
pasien,jarum
suntik,darah,perban,biakan
kultur,bahan
atau
menimbulkan
terkena
peledakan.
panas,gesekan
Bahan
atau
mudah
meledak
bantingan
dapat
menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar
Bahan
yang
mudah
membebaskan
panas
dengan
cepat
4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi,mengakibatkan reaksi keluar panas
(eksotermis).
5. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan
yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan kulit atau
mulut.
6. Korosif
Bahan
yang
kulit,menyebakan
dapat
menyebabkan
iritasi
pada
baja
Mutagenik
11.
B.
Arus listrik
Faktor
yang
mendukung
timbulnya
situasi
berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh daya racun
1. Cara
B3
masuk
kedalam
tubuh
yaitu
melalui
saluran
tubuh
bersama
udara
yang
dihirup
yang
mempunyai
daya
tahan
yang
berbeda
terhadap
atau
tindakan
yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus mempredksi resiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi
yang dilakukan meliputi:
Pengendalian operasional,
seperti
eliminasi,
substitusi,
ventilasi,
aman.
Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah barang.
4.
berbahaya
yang
menyangkut
sifat
berbahaya,
cara
yang ditetapkan
Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
bahan berbahaya
Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman, bersih dan terpelihara dengan baik
menangani
tumpahan,
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara
penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
1.
Penanganan untuk personil
Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau
disimpan
Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
Letakkan bahan sesuai ketentuan
Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai
dengan petunjuk
Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan
2.
Rumah
Sakit
dan
disebarluaskan/disosialisasikan
Penanganan administratif
kepada
BAB XXX
PENANGGULANGAN BENCANA
A. DEFINISI
Panduan Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit (P3BRS) merupakan suatu system dari system perencanaan penanganan
bencana secara nasional. Perencanaan perlu memperhatikan efektifitas
dan efisiensi (organisasi, anggaran, SDM) berdasarkan pada pengalaman
dari institusi lain yang pernah mengalami bencana
Dalam keadaan bencana, Rumah Sakit harus tetap menjalankan
tugas dan fungsinya untuk menangani pasien Rumah Sakit dan korban
bencana, kecuali Rumah Sakit mengalami kelumpuhan struktur dan
fungsinya. Dalam pelaksanaannya Rumah Sakit harus memperhatikan
aspek medikolegal.
P3B-RS disesuaikan dengan kemampuan/kapasitas Rumah Sakit
dengan membuat prioritas berdasarkan risiko ancaman bencana yang
dihadapi dan kondisi daerah setempat.
a. Bencana disebut juga musibah massal adalah suatu keadaan dimana
terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat
oleh manusia yang dalam waktu relative singkat terdapat korban
dalam jumlah banyak, yang tidak dapat ditanggulangi oleh hanya satu
unit kerja/bagian tertentu, sehingga harus mendapat pertolongan
segera. Bencana yang dimaksud diatas bisa berasal dari dalam/luar
bangunan Rumah Sakit Mitra.
b. Berbagai Bencana
Berbagai bencana yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit :
Bencana
yang
mengancam
baik
rumah
sakit
maupun
lain
yang
dapat
membahayakan,
mengancam
keselamatan
dan
KOMANDAN RS
KOMANDAN BENCANA I
Gambar 1. Struktur Organisasi
KEUANGAN
KETUA
MEDICAL SUPPORT
TIM PRA-HOSPITAL
MOBILISASI
DANA
ANGGARAN
TIM AMBULANCE
TIM MEDIS
TIM PENUNJANG
SDM
SDM RS
RELAWAN
PENGADAAN
TIM KAMAR
OPERASI
GIZI
TIM ICU
KEAMANAN-LALU-LINTAS
PERENCANAAN
TIM
FORENSIK
SANITASI-KEBERSIHAN
GEDUNG, ALAT DAN PEMELIHARAAN
KAMAR
JENAZAH
TIM
EVAKUASI
DONASI
REKAM MEDIK
RADIOLOGI
SURVEILANCE
KONSELING
KEPERAWATAN
INFORMASI MOBILISASI PASIEN
AREA TERBUKA
Depan Poliklinik, Dekat ATM
Depan IGD
Lobby Timur
Dokter Umum
Jaga
Supervisor
Teknisi
Security
Dokter
Umum Jaga
Security
Supervisor
Ketua Tim
Medical Support
Teknisi
Ka
Ruangan /
Ka Shift
UPAYA PREVENTIF
Agar terhindar dari bencana yang tidak diinaginkan, maka beberapa hal yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.1
Pelatihan
C. MACAM-MACAM BENCANA
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Mira Plumbon adalah :
kebakaran, gempa bumu, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat berbahaya,
kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai
berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka
bakar, trauma, sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal.
Langkah langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area
berkumpul)
2. Hubungi petugas pos Jaga I
3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
1. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2. Bila bangunan betingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift.
3. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
4. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik
dll
Di luar gedung
Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika
anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh
tim penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom :
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam (ext.1005) bahwa :
menyentuh
atau
memperlakukan
apapun
terhadap
benda
tersebut.
2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang
mencurigakan.
3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera.
4. Buka pintu dan jendela segera.
5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
4. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang
bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang
terjadi adalah : keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :
1. Keamanan adalah yang utama.
2.2.1 Evakuasi.
Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi kejadian ke
tempat lain yang aman atau untuk mendapat pertolongan medis yang
lebih baik atau lebih lengkap.
Korban dapat merupakan pasien RS. Mitra Plumbon, tetapi dapat pula
merupakan karyawan yang bekerja di RS. Mitra Plumbon.
Alasan evakuasi :
1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya
mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang
memerlukanya.
Pelaksanaan dari penanganan bencana internal :
1. Pasien harus segera dipindahkan dari tempat yang aman.
2. Keputusan seberapa luas rencana dilaksanakan sebelum, selama,
dan sesudah evakuasi jika memungkinkan
2.2.2 Anggota Tim Evakuasi
a). Petugas perawat jaga di semua ruang perawatan
b). Staf SDM / Kepegawaian dibantu oleh semua staf administrasi
(diluar jam kerja semua staf administrasi yang tugas jaga).
lantai yang sama, lalu jika area tersebut dia anggap tidak lagi
aman, dilakukan pemindahan ke lantai bawahnya atau dikeluarkan
dari gedung.
d)
pasien dan staf yang lebih dekat dengan area yang berbahaya
terlebih dahulu.
e)
2. Mencari penghuni atau siapa saja pada waktu terjadi kebakaran terutama
di ruang-ruanng tertutup dan memberi tahu agar segera menyelamatkan
diri.
3. Membantu dan menyelamatkan orang-orang yang tidak dapat berjalan
sendiri (pasien) keluar dari daerah berbahaya.
4. Menyelamatkan orang-orang (korban) yang terjebak dalam daerah dan
tidak dapat mencari jalan keluar.
Agar pelaksaan dalam pencarian dan penyelamatan, anggota regu harus
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan sebagai berikut :
1. Mengenali secara baik ruang-ruang, lorong dan pintu-pintu dilantainya.
2. Mengenali penghuni yang berada dilantainya.
3. Tahu prosedur-prosedur evakuasi, antara lain :
Pratikum/demonstrasi
Hydrant gedung
Hydrant gedung minimal ada untuk setiap lantai gedung.
Sprinkler
Sprinkler dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang
bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan panas kurang
lebih 680 C.
PENGERTIAN
Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) adalah obat-obat yang
secara khusus terdaftar di RSU. Mitra Plumbon dalam kategori obat mempunyai
resiko tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi
kesalahan (Medication error) dalam penanganan dan penggunaannya. High Alert
dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Obat Look a like Sound a like
Look a like atau NORUM (Nama obat-Rupa obat mirip) merupakan
golongan obat yang dapat meningkatkan resiko kesalahan pengobatan.
Kesalahan ini dapat terjadi ketika seseorang/petugas farmasi membaca
resep, ketika petugas farmasi mengambil obat atas permintaan resep,
atau ketika petugas farmasi menerima permintaan secara lisan petugas
tidak mendengar perintah sebagaimana yang dimaksud dan atau
kesalahan terjadi pada saat penginputan barang ke komputer
2. Obat dengan konsentrat tinggi
Obat dengan konsentrat tinggi adalah elektrolit dengan konsentrasi tinggi
yang beresiko tinggi jika terjadi kesalahan.
NAMA
KELAS
BENTUK
OBAT
TERAPI
Heparin Na
Anti
SEDIAAN
Obat
Vial 5000
koagulan
Kalium
Klorida (KCl)
Kalium
balance
Electrolite
Glukonat
balance
ADA
Inviclot
Ui/5mL
Elektrolit Konsentrat
Electrolite
Flash
SEDIAAN YG
Ampul
(Ca.
4
glukonas)
Natrium
Electrolite
Flash
Bicarbonat
Natrium
balance
Electrolite
Infus
25 mL (Otsuka)
NaCl infus 3% 500
Klorida
Magnesium
balance
Electrolite
Flash
mL (Otsuka)
MgSO4 20% 25
Sulfat
balance
mL (Otsuka)
MgSO4 40% 25
mL (Otsuka)
Cara
menyikapinya
- Obat dan
elektrolit
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Pemberian
1
ANTIARITMIA
Lidocain
Atropine Sulfate
Awal
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
Bradycardia
akurasi dosis
Intravena (I. V)
Atropine
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1 mL
and Mobitz
type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
INOTROPIK
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Stok
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
Dopamine
inhaler)
Bradycardia,
Intravena (I. V)
Dobutamin
hypotension
Congestive
Intravena
hearth
(disarankan
failure
menggunakan
infuse pump)
VASODILATOR
Nitroglycerin
Hypertensio
Tablet
n, acle
(sublingual)
hearth
Spray : 0,4
failure,
mg/actuation
angina pain,
Intravena (I. V)
Angina
pectoris,
Acute
myocardial
infraction
ANTI
PERDARAHAN
Asam
Anti
tranexamat
perdarahan
Intravena (I. V)
Asam
Tranexamat
Ampul 50
mg/mL 5 mL
Kalnex Ampul
50 mg/mL 5
mL
Menadion HCl
Anti
perdarahan
Intravena (I. V)
Vitamin K
ampul 10
mg/mL 1 mL
LAIN-LAIN
Aminophylin
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24
mg/mL 10 mL
Phaminov
ampul 24
Diazepam
Dexamethasone
Antikonvulsa
1-8 mL
mg/mL 10 mL
Valisanbe
Intravena
ampul 5
Kortikosteroi
d
diphenhydramine
Dextrose
Antagonis
Intramuscular
(i. M) atau
Intravena (I. V)
Intravena (I. V)
mg/mL 2 mL
Dexamethaso
n ampul 5
mg/mL
Diphenhydram
histamine H
ine Ampul 10
antihipoglike
mg/mL
D40% 25 mL
Intravena (i. V)
mi
(Otsuka)
D10% 500mL
(Otsuka)
D5% 500mL
Sodium Klorida
Electrolite
(NaCl)
balance
Intravena (I. V)
(Otsuka)
NaCl 0,9% 500
mL(Otsuka,
OGB)
NaCl 3 %
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3 B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
ASERING
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
balance
Ca. Gluconas
Electrolite
Intravena (I. V)
Natrium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
Meylon
bicarbonate
Kalium klorida
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
Magnesium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
Sulfat
Gentamicin
balance
Antibiotic
Intravena (I. V)
Gentamicin
Agent
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
Intravena
ampul 5
mg/mL 2
2
Dextrose
Antihipoglik
emi
Intravena (i. V)
mL
D40% 25
mL (Otsuka)
)
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
Intravena
ampul 5
mg/mL 2
mL
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
Dextrose
balance
Antihipoglik
Intravena (i. V)
D10%
emi
500mL
(Otsuka)
Sodium
Electrolite
Klorid,
balance
glucose
Intravena (I. V)
N5
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
2
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
NS 3%
(Otsuka)
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
KA EN 1B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
Dextrose
balance
antihipoglike
Intravena (i. V)
D10%
mi
500mL
(Otsuka)
1
D5% 500mL
(Otsuka)
1
D40%
100mL
Sodium
Electrolite
Klorid,
balance
glucose
Ringer
Electrolite
Laktat
balance
Ca.
Electrolite
Gluconas
Aminophylin
Intravena (I. V)
Intravena (I. V)
(Otsuka)
N5
RL 500mL
(OGB,
Intravena (I. V)
Otsuka)
Ca
balance
Gangguan
Inhalasi/Nebuliz
Gluconas
Aminofilin
pernafasan
er
Ampul 24
mg/mL 10
mL
Phaminov
ampul 24
mg/mL 10
9
Gentamicin
Antibiotic
Intravena (I. V)
mL
Gentamicin
10
Natrium
Agent
Electrolite
Intravena (I. V)
Meylon
11
bicarbonate
Kalium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
12
klorida
Magnesium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
Sulfat
balance
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
10
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
2
Lidocain
block
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
INOTROPI
1
K
Epinephrine
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
10
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
2
3
4
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
KA EN 1B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
Dextrose
balance
Antihipoglik
Intravena (i. V)
D5% 500mL
emi
(Otsuka)
Ringer
Electrolite
Intravena (I. V)
RL 500mL
Laktat
balance
Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Otsuka)
Valisanbe
Intravena
ampul 5
(OGB,
2
mg/mL 2
7
ASERING
Electrolite
balance
Intravena (I. V)
mL
Asering 500
mL
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
inhaler)
1
LAIN-LAIN
Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
Intravena
ampul 5
mg/mL 2
2
Dextrose
Antihipoglik
emi
Intravena (i. V)
mL
D50%
100mL
(Otsuka)
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
20
Pemberian
ANTIARIT
1
MIA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventic
ular block,
Mobitz type
II and thirddegree
block
INOTROPI
1
K
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to
adrenergic
20
Lidocain
inhaler)
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
NaCl 0,9%
10
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
D5% 500mL
(Otsuka)
Ringer
Electrolite
Laktat
balance
(OGB,
Gangguan
Inhalasi/Nebuliz
Otsuka)
Aminofilin
pernafasan
er
Ampul 24
Aminophylin
Intravena (I. V)
RL 500mL
10
mg/mL 10
mL
Phaminov
ampul 24
mg/mL 10
5
6
Intravena (I. V)
mL
Asering 500
balance
Antikonvulsa
1-8 mL
mL
Valisanbe
Intravena
ampul 5
ASERING
Electrolite
Diazepam
mg/mL 2
7
Mannitol
Electrolite
balance
Intravena (I. V)
mL
mannitol
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
20
Pemberian
ANTIARITM
1
IA
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type II
and thirddegree block
1
INOTROPIK
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
10
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to adrenergic
2
Lidocain
inhaler)
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or ventricular
untuk
fibrillation
meningkatkan
Norephinepr
Peripheral
akurasi dosis
Intravena (I.V)
Vascon
ine
vasocontictor
dengan
1mg/mL
(-
diencerkan
adrenergic
dalam injeksi
action)
dextrose 5%
Inotropic
(D5%) atau
stimulator of
dalam
the heart
Dextrose
Dilator of
dengan
coronary
Natrium klorida
arteries (-
5%
adrenergic
4
Dopamine
action)
Acute
Intravena (I.V)
Dopac
hypertension
dengan
40mg/mL
, shock deu
diencerkan
to
dalam NacL
myocardial
0,9%, atau
infarction,
dextrose 5%
trauma,
dengan NaCl
endotoxic
septicemia,
dengan NaCl
renal failure,
0,45% atau
chronic
cardiac
atau RL
decompensa
tion as in
congestive
Dobutamin
heart failure
Congestive
Intravena
hearth failure
(disarankan
Dominic
menggunakan
infuse pump)
1
LAIN-LAIN
Midazolam
Sleep
Intramuscular
Hipnoz
inducing
(I.M)
15mg/3mL
agent
Intravena (I.V)
premedicatio
n,
maintenance
of
2
Sodium
anaesthesia
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
D5% 500mL
(Otsuka)
D40%
(Otsuka)
Ringer
Electrolite
Intravena (I. V)
RL 500mL
Laktat
balance
Aminophylin
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Otsuka)
Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24
(OGB,
mg/mL 10
mL
Phaminov
ampul 24
mg/mL 10
7
ASERING
Electrolite
Intravena (I. V)
mL
Asering 500
Ca.
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
mL
Ca
Gluconas
Natrium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
Gluconas
Meylon
10
bicarbonate
Kalium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
11
klorida
Magnesium
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
Sulfat
balance
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARITMI
1
A
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
1
INOTROPIK
Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
20
pulseless
electrical
activity,
bradycardia
Acute
allergic
reactions
Acute
asthma (not
responding
to adrenergic
2
Lidocain
inhaler)
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
20
pulseless,
microdrip (60
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
mL
NaCl 0,9%
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
D5%
500mL
(Otsuka)
2
D40%
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
balance
4
Aminophylin
RL 500mL
(OGB,
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Otsuka)
Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24
mg/mL 10
mL
5
6
ASERING
Electrolite
Diazepam
balance
Antikonvulsa
n
Intravena (I. V)
Asering 500
Suppositoria
mL
Stesolid sup
5 mg
Stesolid sup
10 mg
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
KA EN 1 B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
KA EN 3A
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3A
Salbutamol
balance
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Ventolin 2,5
Ranitidine
pernafasan
Hipersekresi
zer
Intramuscular
mg
Ranitidine
patologis,
(I.M)
25mg/mL
ulkus dua
Intravena (I.V)
10
11
belas jari,
tukak
lambung,
tukak usus
12
13
Ondansetron
Metamizol
12 jari
Penanggulan
Intramuscular
Ondansetro
gan mual
(I.M)
n 1mL
dan muntah
Analgesic
Intravena (I.V)
Intramuscular
Novalgin
(I.M)
500mg/mL
Sotatic
Ketorolac
ATS
sodium
14
Metoclopram
Mencegah
Intravena (I.V)
Intramuscular
ide
mual dan
(I.M)
muntah
Intravena (I.V)
pasca
operasi,
pengobatan
simtomatik
jangka
pendek nyeri
15
Ketorolac
lambung
Analgesic
Intramuscular
non narkotik
(I.M)
Intravena (I.V)
16
Anti Tetanus
Serum
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
Pemberian
ANTIARITMI
1
A
Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I
antrioventicu
lar block,
Mobitz type
II and thirddegree block
2
INOTROPIK
Lidocain
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN
Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
NaCl 0,9%
20
500
(NaCl)
mL(Otsuka,
OGB)
Dextrose
antihipoglike
mi
Intravena (i. V)
D5%
500mL
(Otsuka)
2
D40%
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
balance
RL 500mL
(OGB,
ASERING
Electrolite
Intravena (I. V)
Otsuka)
Asering 500
KA EN 3 B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
mL
KA EN 3B
KA EN 1 B
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
KA EN 3A
balance
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3A
11
Ranitidine
balance
Hipersekresi
Intramuscular
Ranitidine
patologis,
(I.M)
25mg/mL
ulkus dua
Intravena (I.V)
belas jari,
tukak
lambung,
tukak usus
13
Metamizol
12 jari
Analgesic
sodium
14
Intramuscular
Novalgin
(I.M)
500mg/mL
Sotatic
Metoclopram
Mencegah
Intravena (I.V)
Intramuscular
ide
mual dan
(I.M)
muntah
Intravena (I.V)
pasca
operasi,
pengobatan
simtomatik
jangka
pendek nyeri
lambung
15
Ketorolac
Analgesic
Intramuscular
non narkotik
(I.M)
Intravena (I.V)
Ketorolac
Sound a
Cara
Like
Like
Menyi
kapi
N Na
Na
Na
Na
o ma
ma
ma
ma
Ob
Ob
Ob
Ob
at
Rhi
at
Rhi
at
Gel
at
Gel
no
nof
ofu
afus
ta
ed
sin
al
si
Jun
Syr
Ba
pe
ior
rm
Syr
Mu
int
Muc
KA
KA
co
ope
EN
EN
pe
ct
3B
4B
ct
30
15
mg/
mg
5ml
/5
syp
aa
n
se
ca
ra
ve
rb
ml
al,
sy
ha
p
Vo
Vec
Ami
Co
me
trin
nof
maf
ta
usi
usin
sy
syp
Hep
He
ar
Cla
Cla
par
Far
Nok
at
ne
nek
biv
oba
te
ksi
si
ent
sy
fort
en
tu,
mi
Am
syp
Am
Bio
ny
a
un
tu
k
ob
rt
Vios
oxs
oxs
sthi
tin
an
an F
syr
Du
syr
Dop
Far
Lasi
va
ami
six
x Inj
dil
ne
inj
sa
ln
ya
ha
ny
a
an
da
inj
Ke
Myc
Irva
Div
na
oz
sk
ask
cor
cr
t cr
Rat
Trov
Irva
Div
aa
ivo
ensi
sk
ask
s2
10
10
inj
Cef
ml
Ceft
Trol
Troli
er
ota
riax
ip
ge
xi
one
m
Cef
Cefi
Trio
Tuto
az
zox
fusi
fusi
nd
ol
Atr
Eph
n
Os
n
Osfi
ari
opi
inef
fit
rin
la
m
ke
ad
nc
DH
A
y.
Hi
pe
rm
int
inj
Cef
Tric
aa
rat
efin
n
le
am
Hy
Hyp
po
oba
at
ba
tel
200
ep
10
on
0
Flu
Flux
xu
um
0,6
ke
cu
ali
0,4
Tro
be
Trov
ve
ensi
nsi
s4
s2
ml
ml
Fla
Fla
mi
mic
cor
ort
40
10
mg
mg
Tra
Tra
ma
mal
for
100
50
mg
pe
na
rbe
na
r
pe
nti
ng
,
ad
rm
mg
Far
Fars
int
biv
ix
aa
ent
Mik
Mik
asi
asin
500
n
vi
a
tel
25
ep
0
Tax
Tax
on
egr
egr
ya
am
am
ng
0,5
1g
ak
an
g
Sa
San
dit
nti
tibi
an
bi
plus
da
50
ta
0
Ba
Pu
qui
mpi
nor
tor
ng
an
-
i.
La
Fla
Fla
ku
ma
mar
ka
50
25
mg
te
mg
Tri
kn
Triof
ofu
usin
sin
100
50
0
Glu
Velo
tiv
qui
en
inf
Oct
inf
Oct
alb
albi
int
in
aa
20
25
n,
di
10
100
ba
ml
ca
ik
pe
ng
ul
an
ga
n
pe
rm
ka
ml
Pla
Plas
sb
bu
la
um
min
gi
in
25
pe
20
rm
100
int
10
ml
aa
nn
ml
Fos
Fos
mi
mici
cin
1g
Hu
2g
Hu
mu
mul
lin
in R
ya
-
.
Ti
da
k
m
en
N
Me
yi
Syn
the
toci
rgi
non
n
Pic
Picy
yn
75
150
mg
Bu
mg
Buv
va
ane
ra
ne
st
al
st
epi
ph
spi
dur
ab
nal
Pir
al
Pira
et,
ac
cet
ak
eta
am
ka
3g
1g
Sa
San
ns
suli
uli
nR
nN
Am
Ami
ino
nofl
te
flui
uid
rpi
100
sa
50
0m
ml
l
Me
Met
trix
rix
ha
1m
2m
ru
g, 3
mg,
en
m
pa
n
ob
at
la
sa
se
ca
let
di
te
m
pa
h.
Re
se
Irv
mg
Irva
ye
ask
sk
15
300
mg
mg
Cel
Cel
ebr
ebr
ex
ex
10
200
mg
mg
Trol
Troli
ya
ip
ng
10
300
di
0m
mg
pe
rt
ak
an
se
m
ua
el
e
m
en
rlu
g
Thi
Thi
ka
me
mel
n,
lon
on
mi
sa
mg
For
mg
Freg
ln
res
Ba
o
Ban
na
na
ado
do
200
ob
10
mg
at,
ya
ke
mg
Bet
ku
Bet
at
as
aser
an
erc
c8
do
24
mg
sis
mg
Kal
Kal
ne
nex
500
,
at
au
25
mg
be
0m
nt
g
Kal
Kalt
tro
rofe
fen
50
100
mg
Buf
mg
Buf
ect
ect
syr
bu
Ket
syr
Tria
at
oro
mci
lac
nolo
tab
ne
Me
tab
Mel
loxi
oxic
da
ca
am
ob
15
at
7,5
mg
te
mg
uk
se
di
aa
-
n.
M
e
str
at
eg
i
pa
rt
en
tu
ya
ng
pe
ny
eb
ab
er
or
ny
a
di
ke
ta
hu
i,
mi
sa
ln
ya
pa
da
ob
at
ya
ng
ke
ku
at
an
ny
a
be
da
be
da
,
at
au
pa
da
ob
at
ya
ng
ke
m
as
an
ny
a
mi
rip
mi
rip
-
.
Se
w
ak
tu
pe
ny
er
ah
an
,
tu
nj
uk
ka
n
ob
at
sa
m
bil
di
be
rik
an
inf
or
m
as
i ,
su
pa
ya
pa
si
en
m
en
ge
ta
hu
i
w
uj
ud
ob
at
ny
a
un
tu
k
m
er
ev
ie
w
in
di
ka
si
ny
a.
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
KRITERIA
Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
Nikuri,
tersebut
105
tidak
KRITERIA
Inklusi
kateter
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
:
: Rate Based
STANDARD
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA
Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
: Rate Based
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA
Inklusi
:
: Semua pasien dengan penyakit akut yang
mengalami rawat ulang dengan masalah kesehatan
yang sama
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
: Rate Based
tertentu
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: Perawatan
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA
:
Inklusi
nanah
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: KAMAR BERSALIN
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
ke2)
ketidaknyamanan
yang
pada
menimbulkan
ibu
dengan
dampak
gejala-gejala
post partum.
KRITERIA
Inklusi
:
: Semua pasien di kamar bersalin dalam keadaan
inpartu
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
:
: Rate Based
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: KAMAR BERSALIN
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA
Inklusi
:
: Semua pasien yang dilakukan seksio sesaria
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
:
: Rate Based
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: PERINATAL
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA
Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
PENYEBUT(Denominator) :
tersebut
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
BAB IX
PENUTUP
Penerapan pedoman pelayanan PERISTI di RS merupakan langkah awal
dari suatu proses yang panjang menuju pelaksanaaan program
akreditasi RS. Oleh karenya penerapan pedoman tersebut perlu
dukungan manajemen pelayanan keperawatan secara profesional
dengan kesadaran dan pemahanan yang tinggi dari perawat pelaksana
terhadap peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Melalui pelaksanaan pedoman diharapkan dapat diperoleh tingkat
keberhasilan dan mutu pelayanan keperawatan yang sesungguhnya
serta teridentifikasi masalah dan kendala yang memerlukan upaya
pembinaan selanjutnya.