MATERI 1
ANALISA KADAR AIR
Disusun Oleh :
Ika wahyuni/141710101034
THP-A/2
BAB I. PENDAHULUAN
Kerusakan
pada
makanan
dapat
dicegah,misalnya
dengan
cara
pengolahan,akan tetapi terlebih dahulu harus diketahui jumlah kadar air yang
terkandung dalam makanan tersebut agar bahan pangan tersebut mendapatkan
penanganan yang tepat.
Kandungan air bahan pangan bervariasi. ada yang sangat rendah contohnya serealia,
kacang-kacangan kering. Ada yang sangat tinggi contohnya sayuran, buah-buahan atau
pangan segar. Sebagai contoh kadar air kacang kering 3% sedangkan semangka 97%.
Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan untuk
memenuhi standart komposisi pangan (Ayatullah,2011). Analisa kadar air dalam
bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisa sering menjadi
tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik
atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatanikatan air tersebut.Sebelum itu kita harus mengetahui terlebih dahulu cara menentukan
kadar air dalam bahan. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan
beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi,
metode kimia, dan metode khusus. Namun, pada praktikum hanya dilakukan metode
pengeringan atau gravimetri yang dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan
pangan dengan proses pengeringan dalam oven(oven udara atau oven vakum) dan
didasarkan tekanan yang digunakan saat pengeringan.
1.2 Tujuan
a.
Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air bahan pangan dan hasil pertanian,
b. Untuk mengetahui preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama menunggu
bahan untuk ditimbang,
c.
Untuk mengetahui cara pengukuran yang sesuai dengan macam bahan hasil
pertanian,
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan
1. Tempe
2. Tepung Kedelai
2.1.2 Bahan Kimia
2.2 Persiapan Bahan
1. Penimbangan Sampel
Berat Sampel
Pengecilan
Ukuran
Persiapan Cawan
Persiapan Oven
berat
sampel
yang
dibutuhkan
mencapai
20
contohnya
semangka.Penggunaan sampel yang banyak ini digunakan bertujuan agar residu kering
yang dihasilkan tidak terlalu sedikit sehingga kesalahan akibat penimbangan dapat
dihindari dan proses dapat dianalisis.Pada praktikum ini tempe dan tepung kedelai yang
digunakan sebanyak 2 g yang termasuk bahan dengan KA kurang dari 10 %. Kedua
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1.
Ulangan 1
=12,1734 g 11,4431 g
=0,7303 g
Ulangan 2
=12,3166 g -11,5541 g
=0,7625 g
Ulangan 3
=23,9119 g 23,2090 g
=0,7029 g
Kadar air dalam basis basah (bb)
[w(W 1W 2)]
Kadar air (g/100 g bahan basah) =
W
Ulangan 1
2,03510,7303
2,0351
x 100
= 64,1144%
2,03240,7625
=
2,0324
x 100
Ulangan 2
x 100
= 62,4827 %
Ulangan 3
2,02680,7029
2,0268
x 100
= 65,3197%
Rata-rata kadar abu basis basah (bb)
64 ,114 4 +62, 482 7 +65 ,319 7
=
3
=63,9721 %
Kadar air dalam basis kering (bk)
2.
w(w 1w 2)
[w 1w 2]
2,03510,7303
x 100
0,7303
Ulangan 1
Ulangan 2
= 178,6663 %
2,03240,7625
=
x 100
0,7625
=166,5442 %
Ulangan 3
2,02680,7029
0,7029
=188,3482 %
Rata-rata kadar abu basis kering (bk)
x 100
x 100
=
3.
SD =
= 177,8529 %
Standar Deviasi basis basah (bb)
( 178,6663177,8529 ) +(166,5442177,8529)+(188,3482177,8529)
2
0,66161956+127, 88669569+110,15132209
=
=
5