Anda di halaman 1dari 38

MERUSAK ISLAM

MELALUI DISERTASI DOKTOR


BIDANG TAFSIR AL-QURAN
Oleh:

ADIAN HUSAINI,M.A.
Dosen pasca sarjana PSTTI-Universitas Indonesia/
Kandidat Doktor bidang pemikiran dan peradaban Islam di
ISTAC-Universitas Islam Internasional Malaysia

Yang merusak umatku adalah orang alim


yang durhaka dan ahli ibadah yang
bodoh. Seburuk-buruk manusia yang
buruk adalah ulama yang buruk dan
sebaik-baik manusia yang baik adalah
ulama yang baik. (HR Ad-Darimy).

Mimmaa akhaafu alaa ummatiy zallatu


aalimin wa jidaalu munaafiqin fil Quraani.
Termasuk diantara perkara yang aku
khawatirkan atas umatku adalah
tergelincirnya orang alim (dalam
kesalahan) dan silat lidahnya orang
munafik tentang al-Quran. (HR Thabrani
dan Ibn Hibban).

Disertasi Doktor Tafsir al-Quran di UIN


Pembimbing: Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Nasaruddin Umar;
Jakarta (2007) dari Abd.Moqsith (tokoh
Penguji: Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
Prof.
Dr. Nasaruddin
Umar, Prof.Perspektif
Dr. Kautsar Azhari Noer,
JIL)
, berjudul:
al-Quran
Prof. Dr. Suwito, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara,
Prof.
Dr. Zainun Kamal
dan Prof. Dr. Salman
Harun.
tentang
Pluralitas
Umat
Beragama.
Tujuan penulisan disertasi ini adalah:
Prof. Azyumardi Azra (Ketua Penguji,
Menyusun tafsir ayat-ayat al-Quran yang lebih
Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta:
relevan dengan konteks zaman yang semakin
Disertasi ini telah melakukan terobosan...
plural dari sudut agama, terutama
Kekuatan disertasi ini terletak
mengontekstualisasikan ayat-ayat al-Quran
pada penguasaan yang dalam
yang secara literal-skripturalistik berseberangan
terhadap khazanah Islam klasik.
dengan semangat toleransi dan penghargaan
(Gatra, 23 Januari 2008)
terhadap umat agama lain.

Tentang QS QS 5:44, 46-47, dan 66: Ayat


tersebut memberikan pengakuan terhadap umat
Yahudi dan Nashrani; mereka cukup menjadikan
kitab suci masing-masing sebagai sandaran moral
mereka. Ditegaskan, sekiranya mereka berpaling
dari kitab sucinya, mereka adalah kafir dan fasik.
Dengan demikian, jelas bahwa Islam tak memaksa
agar mereka menjadikan al-Quran sebagai rujukan
kaum Yahudi dan Nashrani. Inilah bentuk
pengakuan terbuka dari Islam terhadap agama lain.
Bagi umat Islam, percaya terhadap kitab-kitab Allah
menjadi bagian dari enam rukun iman dalam Islam.
Sekurangnya, umat Islam mengimani empat kitab
Allah, yaitu Zabur, Taurat, Injil, dan al-Quran. (hal.
191).

Kesimpulan: Nabi Muhammad tidak


menganggap ajaran agama sebelum Islam
sebagai ancaman. Islam adalah kelanjutan dari
agama sebelumnya. Sebagaimana Isa al-Masih
datang untuk menggenapi hukum Taurat, begitu
juga Nabi Muhammad. Ia hadir bukan untuk
menghapuskan Taurat dan Iniil, melainkan untuk
menyempurnakan dan mengukuhkannya. Ketika
Nabi ragu tentang sebuah wahyu, al-Quran
memerintahkan Muhammad SAW untuk
bertanya pada orang-orang yang sudah
membaca kitab-kitab sebelum al-Quran. Sebab,
di dalam kitab-kitab suci itu, ada prinsip-prinsip
dasar yang merekatkan seluruh ajaran para
nabi. (hal. 281-282).

QS 2:75 menyebutkan: Apakah kamu masih


mengharapkan mereka beriman kepadamu,
padahal segolongan dari mereka mendengar
firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui.
QS 2:79: Maka kecelakaan yang besarlah bagi
orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya: Ini dari Allah,
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan
yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat yang
ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka
kerjakan.

Disertasi Abd. Moqsith di UIN Jakarta:


Jika diperhatikan dengan seksama, maka jelas bahwa
Prof.
Azra (Ketua
dalam ayat
ituAzyumardi
tak ada ungkapan
agar Penguji,
orang Yahudi,
Pasca Sarjana
UINberiman
Jakarta:kepada
Nashrani,Direktur
dan orang-orang
Shabiah
Nabi Muhammad.
mengikuti terobosan...
bunyi harafiah
Disertasi iniDengan
telah melakukan
ayat tersebut,
maka
orang-orang
beriman
yang
tetap
Kekuatanorang-orang
disertasi ini Yahudi,
terletak Nashrani,
dalam keimanannya,
pada
penguasaan
yang dalam
dan Shabiah
yang
beriman kepada
Allah dan Hari
Akhir sertaterhadap
melakukan
amal shaleh
sekalipun tak
khazanah
Islamklasik.
beriman kepada(Gatra,
Nabi Muhammad,
maka mereka akan
23 Januari 2008)
memperoleh balasan dari Allah. Pernyataan agar
orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabiah beriman
Pembimbing:
Prof.Muhammad
Dr. Komaruddin adalah
Hidayat, Prof.
Dr. Nasaruddin
Umar;
kepada
Nabi
pernyataan
para
mufasir dan bukan ungkapan al-Quran. Muhammad
Penguji: Prof.
Dr. Azyumardi
Komaruddin Hidayat,
Rasyid
Ridla
berkata,Azra,
tak Prof.
adaDr.
persyaratan
bagi orang
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer,
Yahudi,
Nashrani, dan Shabiah untuk beriman kepada
Prof. Dr. Suwito, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara,
Nabi
Muhammad. (hal. 194-195).
Prof. Dr. Zainun Kamal dan Prof. Dr. Salman Harun.

Demi Allah, yang diriku ada dalam


genggaman tanganNya, tidaklah
mendengar dari hal aku ini seorangpun
dari ummat sekarang ini, baik Yahud,
maupun Nasrani, kemudian mereka tidak
mau beriman kepadaku, melainkan
masuklah dia ke dalam neraka. (HR
Muslim).

Rasyid Ridla dalam Tafsir al-Manar, tentang QS


2:62 dan 5:69 adalah membicarakan
keselamatan Ahlul Kitab yang risalah Nabi
Muhammad saw tidak sampai kepada mereka.
Karena itu, mereka tidak diwajibkan beriman
kepada Nabi Muhammad saw. Sedangkan bagi
Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai kepada
mereka, menurut Rasyid Ridla, maka sesuai QS
3:199, ada lima syarat untuk keselamatan
mereka. Diantaranya, (1) beriman kepada Allah
dengan iman yang benar, yakni iman yang tidak
bercampur dengan kemusyrikan dan disertai
dengan ketundukan yang mendorong untuk
melakukan kebaikan, (2) beriman kepada alQuran yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad.

Kesimpulan: Al-Quran tak memberikan


sanksi hukum apapun terhadap orang
Islam yang pindah agama. Seakan alQuran hendak menegaskan bahwa soal
pindah agama merupakan soal yang
bersangkutan dengan Allah. Tuhan yang
akan memberikan keputusan hukum
terhadap orang yang pindah agama.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah tak
pernah menghukum bunuh orang yang
pindah agama. (hal. 282).

Memang, pernah ada fatwa MUI (Majelis Ulama


Indonesia) yang mengharamkan umat Islam
mengucapkan selamat natal kepada umat
kristiani. (hal. 207).
Dengan demikian, bagi umat Islam sendiri,
merayakan natal sesungguhnya merayakan hari
kelahiran seorang utusan Tuhan yang harus
diimani, Isa al-Masih, yang diduga jatuh pada
tanggal 25 Desember. Sebagai implikasi dari
keberimanan itu, semestinya umat Islam juga
diperbolehkan untuk merayakan hari kelahiran
Isa dan kelahiran para nabi lain sebelum
Muhammad SAW. (hal. 209).

Intinya siapa saja yang berpegangan


kepada sebuah kitab suci yang
mengandung nilai-nilai ketuhanan dan
prinsip-prinsip kemanusiaan yang luhur
yang dibawa oleh para nabi, maka mereka
itu adalah Ahli Kitab. (hal. 216).

satu persamaan yang mendasar antara semua


kitab suci adalah ajaran Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal ini berbeda dengan persoalan kaum
musyrik yang pada zaman nabi tinggal di
Mekkah. Kepada mereka inilah dialamatkan
firman Allah, Katakanlah (Muhammad), Aku
tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan
kamu pun tidak menyembah yang aku
sembah, bagi kamu agamamu, dan bagiku
agamaku. Ayat yang sangat menegaskan
perbedaan konsep sesembahan ini ditujukan
kepada kaum musyrik Quraisy dan bukan
kepada ahl al-kitab. Ini bukan karena kaum
Musyrik Mekah tak mengakui adanya Tuhan,
melainkan mereka menyekutukan Tuhan
dengan sesuatu yang lain. (hal. 218-219).

Al-Thabari menyatakan bahwa yang


dimaksud dengan kalimat sawa dalam
ayat tersebut adalah kalimat keadilan,
yaitu komitmen untuk meng-Esa-kan Allah
dan menghindar dari upaya
mempersekutukan-Nya. Wahbah Zuhaili
menyatakan, yang dimaksud kalimat
sawa dalam ayat di atas adalah kalimat
tawhid (monoteisme). Dilihat dari sisi ini,
maka ahl kitab merupakan kelompok yang
memang menganut monoteisme (tawhid).

Peter The Venerable (1094-1156):

I come to meet the Moslems, not


with arms but with words, not by
force but by reason, not in hatred
but in love.

JOHN OF DAMASCUS, RAYMOND LULL, PETER VENERABILIS,


HENRY MARTIN, MARTIN LUTHER, SAMUEL ZWEMMER

John of Damascus (m.750):

Muhammad, sebagaimana telah


disebutkan, menulis banyak cerita
bodoh (Adnin Armas, Metode Bible
dalam Studi al-Quran, 2005, hal. 6)

Abdul Masih al-Kindi (873):


Orang yang percaya kepada bahwa alQuran berasal dari Tuhan adalah tolol.
Muhammad sama sekali tidak membawa
mukjizat sebagaimana Nabi Musa yang
membelah laut dan Kristus yang
menghidupkan orang mati serta
menyembuhkan penyakit kusta. (Ibid, hal.
16-17)

Peter The Venerable (1094-1156):


Al-Quran tidak terlepas dari para setan.
Setan telah mempersiapkan Muhammad,
orang yang paling nista, menjadi antiKristus. Setan telah mengirim informan
kepada Muhammad, yang memiliki kitab
setan (diabolical scripture). (Ibid, hal. 23)

Ricoldo da Monte Croce (1243-1320)


Pengarangnya bukanlah manusia tetapi
setan, yang dengan kejahatannya serta
izin Tuhan dengan pertimbangan dosa
manusia, telah berhasil memulai karya
Anti-Kristus. (Ibid, hal. 25)

Menerjemahkan karya
Ricoldo (Confutatio
Alcorani) ke dalam bahasa
Jerman, 1542). Luther tidak
percaya ada manusia yang
mau mempercayai ketololan
dan ketakhayulan al-Quran.
Luther juga menulis kata
pengantar untuk karya
Theodore Bibliander (15041564) tentang al-Quran
(Vorrede zu Theodor
Bibliandus Koranausgabe).

Martin Luther
(1483-1546):

Martin Luther:
The devil is the ultimate author of the Quran.
Sebagaimana Paus yang anti Kristus, begitu
juga orang-orang Turki (Muslim) adalah
penjelmaan setan.
Alquran mengajarkan kebohongan,
pembunuhan, dan tidak menghargai
perkawinan. Bohong, karena menolak kematian
Yesus dan Ketuhanan Yesus sebagaimana
diajarkan dalam Bible. (Ibid, hal. 31-33)

Orientalis dan Studi Kritis al-Qurn


Gustav Weil (m. 1889)

Ignaz Goldziher (m. 1921)

Abraham Geiger (m. 1871)

Snouck Hurgronje (m. 1936)

Theodor Nldeke (m. 1930)

Friedrich Schwally (m. 1919)

Joseph Schacht (m. 1969)

G. Bergstraesser (m. 1931)

Arthur Jeffrey (m. 1959)

Edward Sell (m. 1932)

Richard Bell (m. 1959)

Otto Pretzl (m. 1941)

John Wansbrough (m. 2002)

Harald Motzki

Andrew Rippin
Herbert Berg
Daniel A. Madigon

Regis Blachere (m. 1973)

Hasil penelitian Litbang Depag, ttg paham Islam Liberal di


sekitar kampus UIN Yogya; diseminarkan 14-11-2006:

Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu


suci dari Allah SWT kepada Muhammad saw,
melainkan merupakan produk budaya (muntaj
tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr
Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan
adalah hermeneutika, karena metode tafsir
konvensional dianggap sudah tidak sesuai
dengan zaman... Hermeneutika kini sudah
menjadi kurikulum resmi di UIN/IAIN/STAIN
seluruh Indonesia. Bahkan oleh perguruan tinggi
Islam dinusantara ini hermeneutika makin
digemari.

Oxford Concise Dictionary


of the Christian Church:

Critical study of the Bible: It sets out


from the belief that an ancient writing must
be interpreted in its historical perspective
and related to the circumstances of its
composition and its meaning and purpose
for its author and first readers.

Prof. Alphonse Mingana


(1927):

The time has surely come to subject the text


of the Quran to the same criticism as that to
which we subject the Hebrew and Aramaic of
the Jewish Bible, and the Greek of the
Christian scriptures.

Baruch Spinoza (1632-77) agreed with Ibn Ezra


that Moses could not have written the entire
Pentateuch but went on to claim that extant text
was the work of several different authors. He
had become the pioneer of the historical-critical
method that would later be called the Higher
Criticism of the Bible. (Karen Armstrong, The
Bible, New York: Atlantic Monthly Press, 2007,
p. 186).

Friedrich Schleirmacher (1768-1834) was initially


disturbed that the Bible seemed such a flawd
document Scipture was essential to the Christian life
because it provided us with our only access to Jesus.
But because its authors were conditioned by the
historical circumstances in which they lived, it was
legitimate to subject their testimony to critical scrutiny.
The life of Jesus had been a divine revelation, but the
writers who recorded it were ordinary human beings,
subject to sin and error. It was quite possible that thay
had mistakes The scholars task was to peel away its
cultural shell to reveal the timeless kernel within. Not
every word of scripture was authoritative, so the exegete
must distinguish marginal ideas from the gospels main
thrust.

Scheirmachers biblical theology gave


birth to a new Christian movement known
as liberalism, which looked for the
universal religious message in the
gospels, discarded what seemed
peripheral, and tried to express these
essential truths in a way that would
engage a modern audience. (Armstrong,
The Bible, p. 194-195).

Tujuan mata kuliah Hermeneutika


Hermeneutika menjadi
dan Semiotika di Program Studi
Mata kuliah wajib
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan
Di Perguruan Tinggi
Filsafat, Universitas Islam Negeri
Sebagai alternatif metode
Jakarta:
Penafsiran al-Quran

Mahasiswa dapat menjelaskan


dan menerapkan ilmu
Hermeneutika dan Semiotika
terhadap kajian al-Quran dan
Hadis. (Referensi yang dianjurkan:
(1) Josef Bleicher, Contemporary
Hermeneutics: Hermeneutics as
Method, Philosophy and Critique, (2)
Umberto Eco, Semiotics and the
Philosophy of Language, (3) H.G.
Gadamer, Lart de conprehende:
Hermeneitique et tradition
philosophique.

Prof. Dr. Nasr Hamid Abu Zaid:


When we take the historical aspect of that
communication as divine, we lock Gods
Word in time and space. We limit the
meaning of the Quran to a specific time in
history. (Jika kita memandang aspek
sejarah dalam proses komunikasi itu
sebagai hal yang suci, maka kita telah
mengunci kata-kata Tuhan dalam waktu
dan ruang. Kita membatasi makna alQuran pada kurun eaktu tertentu dalam
sejarah). (Voice of an Exile).

Anda mungkin juga menyukai