Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kulawarga. Kata kula berarti ras dan warga yang
berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar
individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan pada
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap penduduk sehingga
memiliki derajat kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu upaya keperawatan yang
berfokus pada keluarga di Indonesia sebagai klien. Untuk memehami asuhan keperawatan
keluarga perlu mengetahui dan memahami tentang konsep keluarga sebagai klien, konsep
keperawatan keluarga, dan proses keperawatan keluarga.
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan keperawatan
pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah
klien atau resipien keperawatan. Keluarga sebagai unit asuhan keperawatan sangat besar
pengaruhnya terhadap individu dan kelompok.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu dalam masyarakat dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat
kesehatan yang diinginkan.

Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Peran anggota keluarga akan
mengalami perubahan apabila salah satu anggotanya menderita sakit.
Dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan.
Hal ini jelas sekali pada masyarakat timur. Bukan hanya anggota keluarga inti saja yang
mengambil keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Pada keluarga berpenghasilan rendah karena ketidakmampuannya, biasanya
penyakit dalam keluarga ditangani sendiri oleh keluarga dengan membeli obat di warung.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk berbagai usaha kesehatan
masyarakat. Perawat dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga. Kesehatan
masyarakat dapat ditingkatkan terutama melalui peningkatan kesehatan keluarga.
Penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan keperawatan adalah hal yang tepat.
Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi kesatuannya yang
unik dalam menghadapi masalah. Keunikannya terlihat dari cara berkomunikasi, mengambil
keputusan, sikap, nilai, cita-cita, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya hidup yang
tidak sama antara satu keluarga dan keluarga lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan, zaman, dan geografis, keluarga di desa sangat berbeda dengan di kota dalam hal
besarnya keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.
Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu. Perkembangan
itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan kemampuannya, mulai dari pasangan yang baru
menikah, baru memiliki anak, anak remaja, anak dewasa, sampai keluarga yang salah satu
anggotanya meninggal dunia. Menurut Tapia, perkembangan keluarga juga mengikuti tahaptahap seperti tahap bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, keluarga dewasa. Keluarga dewasa
adalah keluarga mandiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan enentukan perannya
dengan baik.

II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Selama melaksanakan praktek keperawatan komunitas dan keluarga, mahasiswa mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
sesuai konsep dan teori keperawatan keluarga.
B. Tujuan Khusus
Selama menyelesaikan praktek keperawatan keluarga, mahasiswa mampu :
1

Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga

Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan


keluarga

Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan keluarga

Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan

Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga
1. Pengartian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Menurut Duval, 1997 (dalam Suprajitno.2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya
1989).
2

Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998,
ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a

Tahap I : Keluarga Pemula


Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
keluarga berencana.

Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang

tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c

Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.

Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.

Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.

Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakitsakitan dari suami dan istri.

Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
h

Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia


Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama hingga
salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara
generasi.

Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a

Keluarga Tradisional
1

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.

Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang
yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.

Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.

Bujang dewasa yang tinggal sendiri

Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal
di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang
tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

Keluarga non tradisional


1

Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya
terdiri dari ibu dan anaknya).

Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak

Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah

Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan
mempunyai pengalaman yang sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)


a

Keluarga tradisional
1

Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak kandung atau anak angkat

Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi

Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak

Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja

Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.

Keluarga non tradisional


1

Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah

Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah

Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu
rumah tangga

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
1

Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan


hidup secara bersama-sama.

Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
-

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat lingkungannya.


Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.


Anak-anak melaksanakan

peranan

psikososial

sesuai

dengan

tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.


4

Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing4.
5.
6.
7.
8.

masing.
Sosialisasi antar anggota keluarga.
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan


etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui
data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga


terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga


mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,
bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana


keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene


sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.

Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti


kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang
apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif.
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosialisasi.
Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauhmana anggota keluarga
belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan.
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap
anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauhmana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai
sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang
salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
d. Fungsi reproduksi.

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi.
Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/
memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
6

Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a. Berdasarkan lokasi

Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.

Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar
pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pola (bergantian).

Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri.

Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak
suami.

Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masingmasing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka juag tinggal di sekitar
pusat kaum kerabatnya sendiri.

b. Berdasarkan pola otoritas

Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,
umumnya ayah).

Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan


tertua, umumnya ibu).

Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem
orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari
seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit
membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain
dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari yang
ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain.
Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga,
subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung
jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan


1. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Hadi, 1999).Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005).Gastritis daalah
peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi
bakteri (Charlene, 2001). Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering
diakibatkan dari pola diet yang sembrono. Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakterihelicobacter pylori(Brunner dan Suddart, 2002).
2. Patofisiologi
Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan rasa nyeri
yang dialihkan ke epigastirum bagian atas. Reflek-reflek pada mukosa lambung
menyebabkan kalenjer saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar. Dan sering
menelan saliva menyebabkan banyak udara yang berkumpul di lambung. Penggunaan
aspirin, alkohol, memakan makanan yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah
yang besar dapat mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang
dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan
komplikasi yaitu tukak lambung. (Guyton, 1998)

3. Etiologi
a.Pola makan yang tidak teratur: tidak tepat waktu.
b.
Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, mislanya makanan pedas,
terlalu asam, dan alkohol.
c.Perokok: kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun, aseton, an lain-lain
yang dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.
d.
Infeksi oleh bakteri (toksin) atau infeksi virus.
e.Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang dapat berdampak
terhadap erosi pada mukosa lambung.
f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis (Arif, 1999)
4. Klasifikasi dan proses penyakit
a. Gastritis akut
Gastritis akut dapt disebabkan oleh karen astress, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stress
akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan

produksi asam klorida (HCl) dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muantah dan anoreksia.
b.
Gatriris kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darahb lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 1999)
5. Tanda dan Gejala
a. Nyeri ulu hati
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat
dari adanya iritasi pada mukosa lambung.
Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan

b.

kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.


c. Melena dan Hematemesis
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatun proses perdarahan yang berawal dari
adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung
6. Komplikasi
a. Perdarah saluran cerna bagian atas
b.
Hematemesis dan melena (anemia)
c. Ulkus peptikum
d.
Perforasi
7. Penatalaksanaan
Terapi :
a. Berkonsultasi ke dokter, dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab.
Umumnya gastritisyang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi gastritis.
b. Tindakan Medis yang bertujuan untuk Pengobatan:

1) Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.


Pyloridalam darah. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2) Pemeriksaan feces, tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau
tidak.
3) Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar X.
4) Rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1

Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun
sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya. (Effendy, 1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu :

Data Umum
1

Identitas kepala keluarga

Komposisi anggota keluarga

Genogram

Tipe keluarga

Suku bangsa

Agama

Status sosial ekonomi keluarga

Aktifitas rekreasi keluarga


1

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Riwayat keluarga inti

Riwayat keluarga sebelumnya

Lingkungan
1

Karakteristik rumah

Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

Mobilitas geografis keluarga

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

System pendukung keluarga

Struktur keluarga
1

Pola komunikasi keluarga

Struktur kekuatan keluarga

Struktur peran (formal dan informal)

Nilai dan norma keluarga

Fungsi keluarga
1

Fungsi afektif

Fungsi sosialisasi

Fungsi perawatan kesehatan

Stress dan koping keluarga


1

Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga

Respon keluarga terhadap stress

Strategi koping yang digunakan

Strategi adaptasi yang disfungsional

Pemeriksaan fisik
1

Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia

4
h

Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

Harapan keluarga
1

Terhadap masalah kesehatan keluarga

Terhadap petugas kesehatan yang ada

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan
respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual
dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi
definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2000).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a

Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosa keperawatan


Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1

Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar


manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.

Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
emndukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada


tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1

Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).

Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini
terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).

Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn
bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P),
etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan


kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.
Dalam Friedman (1998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang
cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:
Kategori
Diagnosa
NANDA
Persepsi kesehatan-pola
manajemen kesehatan
Kognitif-pola latihan
Peran-pola persepsi
Peran-pola hubungan

Diagnosa Keperawatan
Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
Perilaku mencari sehat
Kerusakan penatalaksanaan lingkungan
rumah
Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Berduka antisipasi
Berduka disfungsional

Konflik peran orang tua isolasi social


Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Risiko terhadap kekerasan
Koping pola pola Koping keluarga potensial terhadap
toleransi terhadap stress pertumbuhan
Koping keluarga tidak efektif : menurun
Koping keluarga tidak efektif : kecacatan

Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas
dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a

Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria
sebagai berikut :
1

Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

Kemungkinan masalah dapat diubah

Potensi masalah untuk dicegah

Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay
(1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria
Sifat masalah

Bobot
1

Skor
Aktual
Risiko

=3
=2

Kemungkinan
2
masalah
untuk
dipecahkan
Potensi masalah 1
untuk dicegah
Menonjolnya
masalah

Potensial
=1
Mudah
=2
Sebagian
=1
Tidak dapat = 0
Tinggi
=3
Cukup
=2
Rendah
=1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot

Jumlahkan skor untuk semua criteria

Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat
garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
1

Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah

Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan


meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.

Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor


penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.

Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.

Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :

Sumber daya keluarga

Tingkat pendidikan keluarga

Adat istiadat yang berlaku

Respon dan penerimaan keluarga

Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi
sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice
Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and
Practice. Lippincott : California
Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Editor: Suzanne
C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001

Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC


Friedman,M.M.1998.Family
Nursing
th
Practice,4 Edition.Connecticut : Aplenton

Research

Theory

and

Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek


Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. D
DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 DESA TAMBA JAYA
KECAMATAN TABUKAN KABUPATEN BARITO KUALA

I. Identitas Keluarga
A. Data Umum
1. Nama KK

: Tn. A

2. Umur

: 62 tahun

3. Alamat

: Desa Tamba Jaya RT. 01 Kec. Tabukan

4. Pendidikan

: SR

5. Pekerjaan

: Tani

6. Agama

: Islam

B. Klien
1. Nama

: Ny. D

2. Umur

: 50 tahun

3. Alamat

: Desa Tamba Jaya RT. 01 Kec. Tabukan

4. Pendidikan

: -

5. Pekerjaan

: IRT/Tani

6. Agama

: Islam

C. Daftar Keluarga
No
1.

Nama
Ny. D

L/P
P

Umur
50

:
Hubungan
Istri

Pendidikan

D. Genogram :
x

Tn. A

Agama
Islam

Ny. D
N

Pekerjaan
IRT/Tani

Status Kesehatan
Sakit Hipertensi

Keterangan:
: Laki laki

: Meninggal Laki - laki

: Perempuan

: Meninggal Perempuan

: Klien
D.

Tipe Keluarga

E. Kewarganegaraan / Suku bangsa


F. Agama
: Islam.
G. Pengambilan keputusan

: Tinggal serumah
: Pasangan inti, di mana hanya Tn A dan Ny D
yang tinggal dalam satu rumah.
: Bakumpai dan Banjar.

: Pengambilan keputusan berada di tangan


kepala keluarga.
Hubungan dalam keluarga : Keluarga memiliki hubungan yang
harmonis.

H.

II. Sosial Ekonomi


A. Pendapatan dan pengeluaran
Tn. A berkerja sebagai petani, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya
terkadang dibantu oleh Ny. D istrinya juga yang sebagai petani.
B. Sosial
Aktivitas klien dan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain di luar rumah selama
ini sangat baik, Ny. D sebagai ibu rumah tangga biasanya melakukan aktivitas
membersihkan di rumah, menyapu, dan kadang kadang berkumpul dengan tetangga
dekatnya.
III. Pola Kebiasaan Keluarga
A. Nutrisi
Klien dan keluarga biasanya makan makanan seadanya dengan lauk dan sayuran
secukupnya, dan pola makan mereka biasanya 3 x sehari. Namun jika sedang bertani
terkadang pola makan menjadi tidak teratur.
B. Personal higiene
Kebersihan diri klien terjaga baik, klien dan keluarga mandi 2 x sehari teratur, ganti baju
setiap habis mandi dan gosok gigi 2 kali sehari setiap mandi.
C. Pola rekreasi dan hiburan

Aktivitas rekreasi di dalam rumah selama ini dilakukan dengan berkumpul bersama dan
bersantai, kadang juga berjalan-jalan sore.
D. Kebutuhan istirahat dan tidur keluarga
Nama

Tidur Siang

Tidur Malam

Istirahat

Tn. A

Jarang

7 - 8 jam

3 jam

Ny. D

Jarang

6 - 8 jam

3 jam

IV. Data Keadaan Lingkungan


A. Karakteristik Rumah
Luas rumah kira kira 4 x 7 meter persegi. Terdiri atas 1 Ruang tamu bergabung dengan
ruang keluarga, 1 Kamar tidur, 1 Ruang dapur, dan di depan rumah ada teras serta
halaman rumah. Bangunan rumah berbentuk persegi panjang. Tipe rumah adalah tidak
permanen dengan lantai dari kayu dan dinding rumah dari kayu dengan keadaan rumah
bersih. Penerangan dan ventilasi sangat kurang. Jarak dengan tetangga kiri kanan kurang
lebih 4-5 meter.
B. Sanitasi Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah klien kurang bersih, sampah berseraka, ditumbuhi rumput liar
dan tidak terawat, sekitar rumah dan halaman rumah tidak di manfaatkan, hanya untuk
menjemur padi saat panen. Sumber air MCK adalah air sungai dan air minum/memasak
menggunakan air sungai. WC menggunakan jamban di sungai yang terletak di sungai
depan rumah.
C. Denah Lingkungan
4m
keterangan:
dapur

7m

Kamar
Tidur
Km
klg

Halaman rumah

: pintu

V. Sarana Kesehatan
Pada saat klien sakit biasanya klien membeli obat sendiri di warung, baru setelah beberapa
hari tidak sembuh klien berobat ke Puskesdes atau Puskesmas Tabukan yang ada di desa
tetangga (Desa Teluk Tamba) Kec. Tabukan.
VI. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
A. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Tn. A sedang berada pada tahap perkembangan keluarga tahap VIII,
dimana keluarga telah memasuki masa pensiunan dan lansia. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap VIII, yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

B. Tahap Perkembangan Keluarga terpenuhi


Keluarga memberikan keseimbangan kebebasan anak dengan tanggung jawab untuk
menjadi dewasa mandiri dan sekarang keluarga berada dalam tahap pensiunan dan lansia.
C. Tahap Perkembangan Keluarga inti
Ny. D tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius, selama ini penyakit yang diderita
adalah hipertensi. Ny. D mengatakan kepalanya sering pusing dan susah tidur bila malam.
Tn. A tidak ada menderita penyakit berat biasanya hanya batuk, pilek, panas tapi cepat
sembuh. Saat ini Tn. A hidup serumah dengan istrinya.
D. Tahap Perkembangan Keluarga sebelumnya
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa
hipertensi.
VII.

Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif

Ny. D memiliki riwayat penyakit

Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga. Keluarga
tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai
satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka
anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.
B. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga baik, keluarga ini juga membina hubungan yang baik
dengan tetangga sekitar rumahnya, karena Ny.D sering berkunjung ke rumah tetangga
jika sore hari. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang
ada dalam masyarakat.
C. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. D memiliki 2 orang anak, 1 orang anak laki-laki dan 1 perempuan, dan Ny.
D tidak pernah ikut KB. Selama melahirkan mulai anak pertama sampai anak terakhir ,
tidak mengalami gangguan yang berarti. Pertolongan persalinan oleh bidan.
D. Fungsi Ekonomi
Ny. D hidup dibiayai oleh suaminya dari hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarganya. Jika ada sisa keuangan, maka disimpan untuk keadaan yang
mendadak bagi keluarga.

E. Fungsi Perawatan Kesehatan


1. Mengenal Masalah
Saat dilakukan pengkajian Ny. D mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi,
ketika banyak pikiran dan susah tidur kepala terasa pusing.
2. Mengambil Keputusan
Ny. D mengatakan ketika sakit hanya membeli obat di warung terdekat tetapi ketika
sakitnya sudah parah atau tidak dapat ditangani dengan obat yang dibeli di warung
maka keluarga memutuskan untuk berobat atau memeriksakan diri ke RS/Puskesmas.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit

Tn. A berusaha merawat dan mengobati anggota keluarga yang sakit dengan cara
memberikan Ny. D obat yang dibeli di warung, Ny. D tidak tahu tentang pengobatan
dan rencana tindak lanjut tentang cara mengatasi hipertensi. Di rumah klien tidak
tersedia obat hipertensi.
4. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga sedikit mengetahui bagaimana cara memodifikasi lingkungan yang sehat
dan bagaimana menjaga/memelihara lingkungan.
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. D hanya membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan jika sudah
sakitnya tidak bisa disembuhkan dengan beli obat di warung.
VIII.

Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan fisik umum (TTV) :
Keadaan umum Ny. N nampak sehat, Penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan diri
baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah

: 260/100 mmHg.

TB: 152 cm

Respirasi

: 24 x/menit

BB: 38 kg

Nadi

: 80 x/menit

Kadar GDS

: 130

B. Pemeriksaan fisik khusus :


a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal. Pada
leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat edema. Tidak ada
kelainan. Fungsi penglihatan baik, dibuktikan dengan klien dapat membaca buku
dengan tepat tanpa menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Telinga

Tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga tampak bersih tidak ada peradangan,
fungsi pendengaran klien baik, klien dapat merespon dengan baik saat diajak
bicara.
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada hidung, tidak ada peradangan dan
obstruksi pada hidung, fungsi penciuman masih baik, klien bisa membedakan bau
minyak angin dan minyak wangi
e. Mulut
Keadaan mulut tampak bersih, tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut,
tidak ada peradangan, gigi tidak lengkap.
f. Dada
Pergerakan dada tampak simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur
mur () , ronchi (), wheezing (), nafas cuping hidung (). Tidak teraba adanya
massa dan tidak ada nyeri tekan.
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak teraba hepar/limpa/massa, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus baik. Bentuk simetris, terdapat nyeri perut bagian kiri atas,
dan terasa mual. Ny. D mengatakan sering terasa perih pada perutnya dan

terkadang sampai mual dan muntah.


h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, dari ke-4 ektrimitas mampu
menggerakan persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna kecuali tangan tangan kiri klien tidak dapat di gerakkan.
C. Harapan Keluarga
Ny.D berharap agar sembuh dari penyakit hipertensinya. Sehingga dapat melakukan
aktivitas sehari hari dengan nyaman dan tidak khawatir akan dampak dari
hipertensinya.
IX. Analisa Data dan Prioritas Masalah

No

Data

1.

DS :

Ny.D

mengatakan

kadang kepala terasa pusing dan


susah untuk tidur serta badan

Masalah

Etiologi

Ketidakmampuan
keluarga
mengenali
masalah penyakit
hipertensi

Kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
pengertian,
gejala,
penyebab,
dampak,
pencegahan dan
penatalaksanaan
penyakit
hipertensi

Resiko

Kurangnya
motivasi
keluarga
menggunaka
n
fasilitas
kesehatan
secara
optimal

terasa sakit semua.


Ny.D

mengatakan

tidak pernah sakit serius selama


ini

dan

dampak

kurang

menyadari

masalah

kesehatan

akibat penyakit hipertensi.


Ny.D baru tahu kalau

menderita

hipertensi

saat

kunjungan

pengkajian

dari

asuhan komunitas dan keluarga.


Ny.D

bertanya

sakit

apa bila sering pusing dan susah


tidur ?.
DO :
Berdasarkan

hasil

pemeriksaan

tanda tanda vital didapatkan :

Tekanan darah : 260/100 mmHg.


Respirasi

: 24 x/menit

Nadi

: 80 x/menit

TB

: 150 cm

BB
2.

: 38 Kg.

DS:

Ny. D mengatakan Selama ini jarang


memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, karena lebih cenderung membeli obat
bebas di toko bila ada keluarga yang sakit
(pusing atau tengkuk terasa tegang) atau
panas.

DO :

Pendidikan terakhir Ny. D adalah


tidak sekolah

terjadinya
kesalahan
dalam
penatalaksana
an

penyakit

hipertensi.

Terakhir kunjungan ke Puskesmas


kurang lebih 2 tahun yang lalu.

Keluarga

jarang

memeriksakan

diri ke Puskesmas.

Menentukan Prioritas Masalah


a. Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah penyakit hipertensi b.d Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pengertian, gejala, penyebab, dampak, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
hipertensi
a. penyebab, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipetensi.
No
1.

2.

Kriteria

Skala

Bobo
t

Skoring

Pembenaran

Sifat masalah:
Tidak/kurang
sehat

3/3 x 1 =
1

Kemungkinan
masalah
dapat
diubah:

x2=
1

2/3 x 1 =

Ketidaktahuan keluarga tentang


masalah
penyakit
hipertensi
merupakan bahaya terhadap
kondisi klien.
a. Kondisi klien pada usia 38
tahun
b. Lama penyakit sudah lama
dirasakan
c. Berdasarkan
prognosa
masalah hipertensi hanya
sebagian kecil bisa sembuh,
dan hanya bisa dilakukan
tindakan pencegahan.
a. Penyakit
hipertensi
memungkinkan
untuk
dicegah dengan menghindari
faktor resiko.
b. Keluarga
mau
diajak
kerjasama (kooperatif).
Keluarga
tidak
tahu
kalau
menderita hipertensi

Hanya sebagian

3.

Potensial
masalah
dicegah:

untuk

2/3

Tinggi
4.

Menonjolnya
masalah:
Masalah
dirasakan

tidak

0/2 x 1 = 0

Total

2
3

Total

b. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi b.d kurangnya motivasi keluarga
dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
No
1.

Kriteria

Skal
a

Bobo
t

Skoring

Pembenaran

Sifat masalah:

2/3 x 1 =
2/3

Penyakit hipertensi, bila dalam


melakukan tindakan pengobatan
yang salah akan memperberat
penyakit hipertensi

2/2 x 2 =
2

2/3 x 1 = 2/3

a. Respon
keluarga
mau
menerima masukan berupa
pendidikan kesehatan
b. setelah
dilakukan
tindakan
penyuluhan
keluarga
mau
menggunakan
fasilitas
kesehatan
Penyakit
hipertensi
dapat
dilakukan tindakan pencegahan
dengan menghindari faktor resiko.

0/2 x 1 = 0

Ancaman
kesehatan
2.

Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah

3.

Potensial
masalah untuk
dicegah:
Cukup

4.

Menonjolnya
masalah:
Masalah tidak
dirasakan
Total

Prioritas Masalah :

1
3

Keluarga terakhir ke
fasilitas
kesehatan kira-kira 2 tahun yang
lalu

Prioritas Masalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah penyakit gastritis b.d Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pengertian, gejala, penyebab, dampak, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
2.

gastritis
Ketidakmampuan keluarga mengatasi masalah Gastritis b.d Kurang pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan penyakit gastritis dan dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal

Anda mungkin juga menyukai