PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kulawarga. Kata kula berarti ras dan warga yang
berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar
individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan pada
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap penduduk sehingga
memiliki derajat kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu upaya keperawatan yang
berfokus pada keluarga di Indonesia sebagai klien. Untuk memehami asuhan keperawatan
keluarga perlu mengetahui dan memahami tentang konsep keluarga sebagai klien, konsep
keperawatan keluarga, dan proses keperawatan keluarga.
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan keperawatan
pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah
klien atau resipien keperawatan. Keluarga sebagai unit asuhan keperawatan sangat besar
pengaruhnya terhadap individu dan kelompok.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu dalam masyarakat dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat
kesehatan yang diinginkan.
Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Peran anggota keluarga akan
mengalami perubahan apabila salah satu anggotanya menderita sakit.
Dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan.
Hal ini jelas sekali pada masyarakat timur. Bukan hanya anggota keluarga inti saja yang
mengambil keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Pada keluarga berpenghasilan rendah karena ketidakmampuannya, biasanya
penyakit dalam keluarga ditangani sendiri oleh keluarga dengan membeli obat di warung.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk berbagai usaha kesehatan
masyarakat. Perawat dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga. Kesehatan
masyarakat dapat ditingkatkan terutama melalui peningkatan kesehatan keluarga.
Penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan keperawatan adalah hal yang tepat.
Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi kesatuannya yang
unik dalam menghadapi masalah. Keunikannya terlihat dari cara berkomunikasi, mengambil
keputusan, sikap, nilai, cita-cita, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya hidup yang
tidak sama antara satu keluarga dan keluarga lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan, zaman, dan geografis, keluarga di desa sangat berbeda dengan di kota dalam hal
besarnya keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.
Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu. Perkembangan
itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan kemampuannya, mulai dari pasangan yang baru
menikah, baru memiliki anak, anak remaja, anak dewasa, sampai keluarga yang salah satu
anggotanya meninggal dunia. Menurut Tapia, perkembangan keluarga juga mengikuti tahaptahap seperti tahap bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, keluarga dewasa. Keluarga dewasa
adalah keluarga mandiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan enentukan perannya
dengan baik.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Selama melaksanakan praktek keperawatan komunitas dan keluarga, mahasiswa mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
sesuai konsep dan teori keperawatan keluarga.
B. Tujuan Khusus
Selama menyelesaikan praktek keperawatan keluarga, mahasiswa mampu :
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga
1. Pengartian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Menurut Duval, 1997 (dalam Suprajitno.2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya
1989).
2
Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang
tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c
Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakitsakitan dari suami dan istri.
Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
h
Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a
Keluarga Tradisional
1
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.
Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang
yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal
di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang
tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya
terdiri dari ibu dan anaknya).
Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan
mempunyai pengalaman yang sama.
Keluarga tradisional
1
Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak kandung atau anak angkat
Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi
Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah
Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu
rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
1
Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
-
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
peranan
psikososial
sesuai
dengan
tingkat
Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing4.
5.
6.
7.
8.
masing.
Sosialisasi antar anggota keluarga.
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang
apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif.
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi.
Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauhmana anggota keluarga
belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan.
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap
anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauhmana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai
sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang
salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
d. Fungsi reproduksi.
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi.
Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/
memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
6
Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a. Berdasarkan lokasi
Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar
pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pola (bergantian).
Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri.
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak
suami.
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masingmasing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka juag tinggal di sekitar
pusat kaum kerabatnya sendiri.
Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,
umumnya ayah).
Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem
orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari
seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit
membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain
dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari yang
ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain.
Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga,
subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung
jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Hadi, 1999).Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005).Gastritis daalah
peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi
bakteri (Charlene, 2001). Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering
diakibatkan dari pola diet yang sembrono. Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakterihelicobacter pylori(Brunner dan Suddart, 2002).
2. Patofisiologi
Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan rasa nyeri
yang dialihkan ke epigastirum bagian atas. Reflek-reflek pada mukosa lambung
menyebabkan kalenjer saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar. Dan sering
menelan saliva menyebabkan banyak udara yang berkumpul di lambung. Penggunaan
aspirin, alkohol, memakan makanan yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah
yang besar dapat mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang
dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan
komplikasi yaitu tukak lambung. (Guyton, 1998)
3. Etiologi
a.Pola makan yang tidak teratur: tidak tepat waktu.
b.
Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, mislanya makanan pedas,
terlalu asam, dan alkohol.
c.Perokok: kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun, aseton, an lain-lain
yang dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.
d.
Infeksi oleh bakteri (toksin) atau infeksi virus.
e.Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang dapat berdampak
terhadap erosi pada mukosa lambung.
f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis (Arif, 1999)
4. Klasifikasi dan proses penyakit
a. Gastritis akut
Gastritis akut dapt disebabkan oleh karen astress, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stress
akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan
produksi asam klorida (HCl) dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muantah dan anoreksia.
b.
Gatriris kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darahb lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 1999)
5. Tanda dan Gejala
a. Nyeri ulu hati
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat
dari adanya iritasi pada mukosa lambung.
Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
b.
Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun
sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya. (Effendy, 1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu :
Data Umum
1
Genogram
Tipe keluarga
Suku bangsa
Agama
Lingkungan
1
Karakteristik rumah
Struktur keluarga
1
Fungsi keluarga
1
Fungsi afektif
Fungsi sosialisasi
Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
Pemeriksaan fisik
1
Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia
4
h
Harapan keluarga
1
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan
respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual
dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi
definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2000).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a
Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
emndukung masalah dan penyebab.
Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini
terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn
bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P),
etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Diagnosa Keperawatan
Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
Perilaku mencari sehat
Kerusakan penatalaksanaan lingkungan
rumah
Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas
dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a
Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria
sebagai berikut :
1
Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay
(1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria
Sifat masalah
Bobot
1
Skor
Aktual
Risiko
=3
=2
Kemungkinan
2
masalah
untuk
dipecahkan
Potensi masalah 1
untuk dicegah
Menonjolnya
masalah
Potensial
=1
Mudah
=2
Sebagian
=1
Tidak dapat = 0
Tinggi
=3
Cukup
=2
Rendah
=1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0
Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat
garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
1
Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi
sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice
Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and
Practice. Lippincott : California
Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Editor: Suzanne
C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001
Research
Theory
and
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. D
DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 DESA TAMBA JAYA
KECAMATAN TABUKAN KABUPATEN BARITO KUALA
I. Identitas Keluarga
A. Data Umum
1. Nama KK
: Tn. A
2. Umur
: 62 tahun
3. Alamat
4. Pendidikan
: SR
5. Pekerjaan
: Tani
6. Agama
: Islam
B. Klien
1. Nama
: Ny. D
2. Umur
: 50 tahun
3. Alamat
4. Pendidikan
: -
5. Pekerjaan
: IRT/Tani
6. Agama
: Islam
C. Daftar Keluarga
No
1.
Nama
Ny. D
L/P
P
Umur
50
:
Hubungan
Istri
Pendidikan
D. Genogram :
x
Tn. A
Agama
Islam
Ny. D
N
Pekerjaan
IRT/Tani
Status Kesehatan
Sakit Hipertensi
Keterangan:
: Laki laki
: Perempuan
: Meninggal Perempuan
: Klien
D.
Tipe Keluarga
: Tinggal serumah
: Pasangan inti, di mana hanya Tn A dan Ny D
yang tinggal dalam satu rumah.
: Bakumpai dan Banjar.
H.
Aktivitas rekreasi di dalam rumah selama ini dilakukan dengan berkumpul bersama dan
bersantai, kadang juga berjalan-jalan sore.
D. Kebutuhan istirahat dan tidur keluarga
Nama
Tidur Siang
Tidur Malam
Istirahat
Tn. A
Jarang
7 - 8 jam
3 jam
Ny. D
Jarang
6 - 8 jam
3 jam
7m
Kamar
Tidur
Km
klg
Halaman rumah
: pintu
V. Sarana Kesehatan
Pada saat klien sakit biasanya klien membeli obat sendiri di warung, baru setelah beberapa
hari tidak sembuh klien berobat ke Puskesdes atau Puskesmas Tabukan yang ada di desa
tetangga (Desa Teluk Tamba) Kec. Tabukan.
VI. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
A. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Tn. A sedang berada pada tahap perkembangan keluarga tahap VIII,
dimana keluarga telah memasuki masa pensiunan dan lansia. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap VIII, yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga. Keluarga
tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai
satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka
anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.
B. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga baik, keluarga ini juga membina hubungan yang baik
dengan tetangga sekitar rumahnya, karena Ny.D sering berkunjung ke rumah tetangga
jika sore hari. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang
ada dalam masyarakat.
C. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. D memiliki 2 orang anak, 1 orang anak laki-laki dan 1 perempuan, dan Ny.
D tidak pernah ikut KB. Selama melahirkan mulai anak pertama sampai anak terakhir ,
tidak mengalami gangguan yang berarti. Pertolongan persalinan oleh bidan.
D. Fungsi Ekonomi
Ny. D hidup dibiayai oleh suaminya dari hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarganya. Jika ada sisa keuangan, maka disimpan untuk keadaan yang
mendadak bagi keluarga.
Tn. A berusaha merawat dan mengobati anggota keluarga yang sakit dengan cara
memberikan Ny. D obat yang dibeli di warung, Ny. D tidak tahu tentang pengobatan
dan rencana tindak lanjut tentang cara mengatasi hipertensi. Di rumah klien tidak
tersedia obat hipertensi.
4. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga sedikit mengetahui bagaimana cara memodifikasi lingkungan yang sehat
dan bagaimana menjaga/memelihara lingkungan.
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. D hanya membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan jika sudah
sakitnya tidak bisa disembuhkan dengan beli obat di warung.
VIII.
Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan fisik umum (TTV) :
Keadaan umum Ny. N nampak sehat, Penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan diri
baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah
: 260/100 mmHg.
TB: 152 cm
Respirasi
: 24 x/menit
BB: 38 kg
Nadi
: 80 x/menit
Kadar GDS
: 130
Tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga tampak bersih tidak ada peradangan,
fungsi pendengaran klien baik, klien dapat merespon dengan baik saat diajak
bicara.
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada hidung, tidak ada peradangan dan
obstruksi pada hidung, fungsi penciuman masih baik, klien bisa membedakan bau
minyak angin dan minyak wangi
e. Mulut
Keadaan mulut tampak bersih, tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut,
tidak ada peradangan, gigi tidak lengkap.
f. Dada
Pergerakan dada tampak simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur
mur () , ronchi (), wheezing (), nafas cuping hidung (). Tidak teraba adanya
massa dan tidak ada nyeri tekan.
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak teraba hepar/limpa/massa, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus baik. Bentuk simetris, terdapat nyeri perut bagian kiri atas,
dan terasa mual. Ny. D mengatakan sering terasa perih pada perutnya dan
No
Data
1.
DS :
Ny.D
mengatakan
Masalah
Etiologi
Ketidakmampuan
keluarga
mengenali
masalah penyakit
hipertensi
Kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
pengertian,
gejala,
penyebab,
dampak,
pencegahan dan
penatalaksanaan
penyakit
hipertensi
Resiko
Kurangnya
motivasi
keluarga
menggunaka
n
fasilitas
kesehatan
secara
optimal
mengatakan
dan
dampak
kurang
menyadari
masalah
kesehatan
menderita
hipertensi
saat
kunjungan
pengkajian
dari
bertanya
sakit
hasil
pemeriksaan
: 24 x/menit
Nadi
: 80 x/menit
TB
: 150 cm
BB
2.
: 38 Kg.
DS:
DO :
terjadinya
kesalahan
dalam
penatalaksana
an
penyakit
hipertensi.
Keluarga
jarang
memeriksakan
diri ke Puskesmas.
2.
Kriteria
Skala
Bobo
t
Skoring
Pembenaran
Sifat masalah:
Tidak/kurang
sehat
3/3 x 1 =
1
Kemungkinan
masalah
dapat
diubah:
x2=
1
2/3 x 1 =
Hanya sebagian
3.
Potensial
masalah
dicegah:
untuk
2/3
Tinggi
4.
Menonjolnya
masalah:
Masalah
dirasakan
tidak
0/2 x 1 = 0
Total
2
3
Total
b. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi b.d kurangnya motivasi keluarga
dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
No
1.
Kriteria
Skal
a
Bobo
t
Skoring
Pembenaran
Sifat masalah:
2/3 x 1 =
2/3
2/2 x 2 =
2
2/3 x 1 = 2/3
a. Respon
keluarga
mau
menerima masukan berupa
pendidikan kesehatan
b. setelah
dilakukan
tindakan
penyuluhan
keluarga
mau
menggunakan
fasilitas
kesehatan
Penyakit
hipertensi
dapat
dilakukan tindakan pencegahan
dengan menghindari faktor resiko.
0/2 x 1 = 0
Ancaman
kesehatan
2.
Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah
3.
Potensial
masalah untuk
dicegah:
Cukup
4.
Menonjolnya
masalah:
Masalah tidak
dirasakan
Total
Prioritas Masalah :
1
3
Keluarga terakhir ke
fasilitas
kesehatan kira-kira 2 tahun yang
lalu
Prioritas Masalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah penyakit gastritis b.d Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pengertian, gejala, penyebab, dampak, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
2.
gastritis
Ketidakmampuan keluarga mengatasi masalah Gastritis b.d Kurang pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan penyakit gastritis dan dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal