Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga
digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain
seperti Banten (terutama Serang, Cilegon, danTangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan
pantai utara yang meliputiKarawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon).
Daftar isi
[sembunyikan]
2 Fonologi
o
2.1 Vokal
2.2 Konsonan
2.3 Fonotaktik
4 Tata Bahasa
o
4.2 Tembung
4.3.2 Seselan
4.3.3 Panambang
4.4 Homonim
4.5 Antonim
4.6 Sinonim
4.7 Homograf
4.9 Ukara
4.13 Serat
4.14 Babad
4.15 Suluk
4.16.4.1 Manggala
4.16.4.2 Penutup
4.16.5.2 Terjemahan
4.16.6 Petikan dari Kakawin Arjunawiwha
4.16.6.1 Manggala
5 Ngoko
6 Krama
7 Madya
8 Variasi
o
9 Pranatacara
10 Wayang Kulit
11 Dalang
12 Ketoprak
13 Wayang orang
14 Ludruk
15 Primbon Jawa
o
16 Mantra jawa
17 Pegon
18 Abjad Jawi
19.3 Fonologi
19.4 Ejaan
21.1 Fraksi
23 Hanacaraka v.1.0
24 Mongosilakan.net
31 Kuran Jawi
33 Sejarah
o
35 Referensi
36 Pranala luar
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar
kota Surakarta dan Yogyakarta memilikifonem-fonem berikut:
Depan
Lamban
g
Terbuka i
Terbuka e
()
Tertutup
(nama)
Tengah
Lamban
g
(nama)
i-jejeg
Lamban
g
e-miring: ditulis
'e'
Tertutup
Belakang
( )
(nama)
o-jejeg
u-miring: ditulis
'u'
o-miring: ditulis
'o'
a-jejeg: ditulis 'a'
a-miring
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] (i-jejeg) namun pada posisi tertutup
lafaznya kurang lebih mirip [] (i-miring). Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aci] , tetapi
/kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'acl].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] (u-jejeg) namun pada posisi tertutup
lafaznya kurang lebih mirip [o] (u-miring). Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] ,
tetapi /uyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai ['uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] (e-jejeg) namun pada posisi tertutup
sebagai [] (e-miring). Contoh: /ll/ dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan
sebagai [b'b].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] (o-jejeg) namun pada posisi tertutup
sebagai [] (o-miring). Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /bolo/ dilafazkan
sebagai [b'l].
Labial
Letupan
pb
Dental
Alveolar
td
Frikatif
Sengau
Retrofleks
Palatal
t d
Velar
kg
( )
Glotal
( )
Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai []. Sedangkan
pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan
fonem eksplosiva palatal atauretrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai
menjadi fonem homorgan. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan
menjadi [] (fonem sengau retrofleks). Contoh: /panja/ dilafazkan sebagai [p'a ja], lalu
/anap/ dilafazkan sebagai ['aap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'ar ].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem
eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai []. Contoh: /warsa/ dilafazkan
sebagai [w'ar], lalu /esi/ dilafazkan sebagai ['ei].
Pra 1942
Yogyakarta (1991)
Nama
tj
dh
dh
ef
ha
dj
ka
el
em
en
ki
er
es
th[1] [2]
th
eks
zet
(l) adalah likuida yaitu /r/, /l/, atau /w/, namun hanya bisa muncul kalau K 1 berbentuk
letupan.
V adalah semua vokal. Tetapi apabila K2 tidak ada maka fonem // tidak bisa berada
pada posisi ini.
K2 adalah semua konsonan kecuali letupan palatal dan retrofleks; /c/, /j/, / /, dan / /.
Contoh:
a (V)
ang (VK)
pang (KVK)
prang (KlVK)
mprang (nKlVK)
Sama halnya dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya, kata dasar asli dalam bahasa
Jawa terdiri atas dua suku kata(bisilabis); kata yang terdiri dari lebih dari tiga suku kata akan
dipecah menjadi kelompok-kelompok bisilabis untuk pengejaannya. Dalam bahasa Jawa
modern, kata dasar bisilabis memiliki bentuk: nKlvVnKlvVK.
m [m+bathik=mbathik]
n [n+tulis=nulis]
ng [ng+kethok=ngethok]
ny [ny+cuwil=nyuwil]
di [di+goreng=digoreng]
a [a+lungguh=alungguh]
ma [ma+lumpat=malumpat]
ka [ka+gawa=kagawa]
ke [ke+sandhung=kesandhung]
sa [sa+gegem=sagegem]
pa [pa+lilah=palilah]
pi [pi+tutur=pitutur]
pra [pra+tandha=pratandha]
tar [tar+buka=tarbuka]
kuma [kuma+wani=kumawani]
kami [kami+tuwa=kamituwa]
kapi [kapi+temen=kapitemen]
um [..um..+guyu=gumuyu]
in [..in..+carita=cinarita]
el [..el..+siwer=seliwer]
er [..er..+canthel=cranthel]
i [kandh+i=kandhani]
ake [jupuk+ake=jupukake]
ne [teka+ne=tekane]
e [omah+e=omahe]
ane [jaluk+ane=jalukane]
ke [kethok+ke=kethokke]
a [dudut+a=duduta]
na [gawa+na=gawakna]
ana [weneh+ana=wenehana]
en [lepeh+en=lepehen]
ku [buku+ku=bukuku]
mu [klambi+mu=klambimu]
e [omah+e=omahe]
Aku yen sowan budhe arep nyuwun cemeng loro. cemeng = anak kucing
Jejer = subjek
Wasesa = predikat
Lisan = objek
seperti halnya dalam bahasa indonesia, jejer dikenai pekerjaan dengan pola sama seperti
bahasa Indonesia tidak seperti english yang dibolak balik.
Contoh kalimatnya: - aku mangan (aku makan) aku = jejer mangan = wasesa
- aku mangan sego (aku makan nasi) aku = jejer mangan = wasesa sego = objek
Untuk bagian kalimat seperti keteran (katrangan) sama saja seperti bahasa Indonesia.
.
3. Ukara Tanduk / (Kalimat Aktif). Tuladha : Bapak tindak
kantor /
4. Ukara Tanggap / (Kalimat Pasif). Tuladha : Sepedane dicet
abang /
5. Ukara Pakon / (Kalimat Perintah). Tuladha : Jupukna sepedaku
neng omahe Paklik /
welas tanpa alis= karena saking dermawannya jd sengsara sendiri (derma yg berlebihan
tanpa mengukur kemampuan sendiri).
anakpolah bapa kepradah = orang tua yg slalu menuruti keinginan sang anak.
sumber]
Yen krasa enak, aja njur lali anak, lali bojo, lali kanca
sumber]
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karya, tut wuri handayani
Tarti tata-tata, ate metu turut ratan, diutus tuku tahu tempe dhuwite kertas telung atus
Tindak tanduk lan tutur kang kalantur, tamtu katula-tula katali, bakal kacatur,katutuh,
kapatuh, pan dadi awon
Sluman slumun slamet, salamun nyemplung kali plung, slulup slelep-slelep oleh slepi isi
klobot, Njumbul bul klambine teles bles
Kala kula kelas kalih, kula kilak kalo kalih kuli-kuli kula, kalo kula kli, kali kiln kula, kalo
kula kampul-kampul, kula kelap kelip kala-kala keling-keling
Dua sinden asing, Hiromikano dari Jepang dan Megan dari Amerika Serikat Hibur Warga Kendal.
Lebdajiwa
Kusumawicitra
Sudiradraka
Basanta
Manggalagita
Sukarini
Nagabanda
Kusumastuti
Merakng
Tebukasol
Banjaransari
Tepikawuri
Pamularsih
Bremarakrasa
Madayanti
Sudirwicitra
Madurenta
Kuswarini
Sarapada
Candrakusuma
Balabak
Wirangrong
Juru Demung
Kuswaraga
Palugon
Pangajabsih
Pranasmara
Sardulakawekas
Sarimulat
Rarabentrok
persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Jadi Sekar macapat atau
tembang macapat dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sekar (tembang) yang
menggunakan aturan guru wilangan dan guru lagu yang sudah ditentukan. Masing-masing
jenis tembang macapat memiliki jumlah gatra yang berbeda-beda dan untuk membedakan
jenis sekar macapat antara yang satu dengan lainnya dapat dilihat dari jumlah gatra, guru
lagu, dan guru wilangan.
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris
kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan)
tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. Biasanya macapat
diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara
membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti, karena pada
prakteknya tidak semua tembang macapat bisa dinyanyikan empat-empat suku kata. [1]
Tembang macapat ada 11 ( sebelas ) :
1. Maskumambang
2. Pocung
3. Gambuh
4. Megatruh
5. Mijil
6. Kinanthi
7. Asmaradana
8. Durma
9. Pangkur
10. Sinom
11. Dhandhanggula
Tembang macapat itu terdiri dari Guru Gatra, Guru wilangan, guru lagu, dan watak. Guru
gatra adalah jumlah baris dalam tembang macapat. Guru wilangan adalah jumlah suku kata
dalam tembang macapat. Guru lagu adalah jatuhnya suara diakhir baris tembang macapat.
1. Serat berisi tentang ajaran atau Piwulang dan pitutur kearah kebaikan dan
kebajikan.
2. Didalam serat berisi tuntunan agung yang dapat dijadikan seabagai pedoman dan
suri tauladan bagi manusia.
3. Serat menganduing makna moralitas yang berkenaan dengan dengan etika hidup.
Contoh Serat
Serat Wulangreh merupakan karya sastra berbentuk tembang hasil buah karya Sri
Susuhunan Pakubuwana IV.
Serat Wedhatama adalah sebuah karya sastra Jawa baru yang secara formal dinyatakan
ditulis oleh Magkunegara IV.
Serat Wulang Estri merupakan karya sastra kelanjutan dari ajaran Paku Buwana IV yang
ditujukan bagi putrinya, yaitu berupa ajaran berumah tangga.
Serat Wedaraga merupakan salah satu karya sastra berbentuk tembang macapat
karangan R. Ng. Ranggawarsita.
Babad Giyanti
1. Babad berisi tentang sejarah lokal yang berhubungan dengan nama tempat, daerah,
kerajaan maupun tokoh besar (historis)
2. Babad bersifat lokal yang ditulis dengan cara pandang tradisional, sehingga sering
dibumbui dengan berbagai hal yang bersifat pralogis atau bahkan bersifat fiktif dan
simbolik.
3. Babad bersifat istana centris karena pada umumnya ditulis pada lingkungan kraton
dengan raja selaku penguasa daerah yang bersangkutan , atau lingkungn
bangsawan yang lebih kecil.
4. Pada umumnya babad ditulis dengan tujuan: (a) mencatat segala peristiwa,
kejadian, atau pengalaman yang pernah terjadi pada masa lampau. (b) untuk
menjadi teladan yang baik agar dapat diambil manfaatnya. (c) untuk memperkuat
sakti raja.(Sedyawati, ed. 2001: 267)
5. Babad bersifat subjektif karena kebanyakan penulisnya berasal dari latar belakang,
kecenderunga, dan pendiriannya yang ditentukan oleh pengalaman, situasi, dan
kondisi hidupnya pada sebagai manusia sosial budaya pada masa dan masyarakat
tertentu (Teeuw, 1988)
6. Babad bersifat fragmentatif artinya bahwa fakta-fakta yang ditampilkan dalam babad
tidaklah lengkap.
7. Babad menekankan pada pengagungan leluhur maupun raja, yang menekankan
pada pengukuhan legitimasi sebagai catatan sejarah bagi kepentingan penguasa
dan keturunanya.
8. Babad bersifat sugestif artinya bahwa babad dapat mempengaruhi pandangan
seseorang.
Contoh Babad
Babad Giyanti
Babad kartasura
Babad Sengkala
Babad Surapati
Babad Damarwulan
Babad demak
Pada tahun 1898, pengangkatan Ratu Wilhelmina di Belanda cukup menyita perhatian masyarakat.
Sebuah buku bahkan dicetak di Semarang untuk memperingati kejadian tersebut. Dengan bahasa dan
aksara Jawa, halaman depan buku tersebut berbunyi: "Sri Makutho, merayakan Keluarga Kerajaan
kami dan Pengangkatan Ratu Nederland Wilhelmina"
Suluk Wujil
11. Asramawasanaparwa
12. Mosalaparwa
13. Prasthanikaparwa
14. Swargarohanaparwa
15. Kunjarakarna
Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin)[sunting | sunting sumber]
1. Kakawin Tertua Jawa, 856
2. Kakawin Ramayana ~ 870
3. Kakawin Arjunawiwaha, Empu Kanwa, ~ 1030
4. Kakawin Kresnayana
5. Kakawin Sumanasantaka
6. Kakawin Smaradahana
7. Kakawin Bhomakawya
8. Kakawin Bharatayuddha, Empu Sedah dan Empu Panuluh, 1157
9. Kakawin Hariwangsa
10. Kakawin Gatotkacasraya
11. Kakawin Wrettasacaya
12. Kakawin Wrettayana
13. Kakawin Brahmandapurana
14. Kakawin Kunjarakarna, Empu Dusun
15. Kakawin Nagarakretagama, Empu Prapanca, 1365
16. Kakawin Arjunawijaya, Empu Tantular
Di bawah ini diberikan beberapa contoh petikan dari kakawin ini bersama dengan
terjemahannya. Yang diberikan contohnya adalahmanggala, penutup dan sebuah petikan
penting.
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini
termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia:
Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).
Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin
ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya.
Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan
Buddha. Kakawin ini digubah oleh Empu Tantular pada abad ke-14.
Manggala[sunting | sunting sumber]
Pada Kakawin Sutasoma terdapat sebuah manggala. Manggala ini memuja Sri Bajrajana
yang merupakan intisari kasunyatan.Jika beliau menampakkan dirinya, maka hal ini keluar
dalam samadi sang Boddhacitta dan bersemayam di dalam benak. Lalu
beberapa yuga disebut di mana Brahma, Wisnu dan Siwa melindungi. Maka sekarang
datanglah Kaliyuga di mana sang Buddha datang ke dunia untuk membinasakan kekuasaan
jahat.
Manggala
1 a. r Bajrajna nytmaka parama
sirnindya ring rat wies.a
Terjemahan
1 a. Sri Bajrajana, manifestasi sempurna Kasunyatan
adalah yang utama di dunia.
Epilog
1 a. Nhan tntyanikang kathtiaya
Boddhacarita ng iniket
1 b. D sang kawy aparab mpu Tantular
amarn.a kakawin alang
1 c. Khytng rat Purus.danta
pangaranya katuturakena
1 d. Drghyuh sira sang rumengwa tuwi
sang mamaca manulisa
2 a. Bhras.t.a ng durjana nyakya
kumeter mawedi giri-girin
2 b. D r rjasa raja bhpati sang
angd.iri ratu ri Jawa
2 c. uddhmbek sang aswa tan salah
Terjemahan
1 a. Maka inilah akhir dari sebuah cerita indah dan digubah dari
kisah sang Buddha.
1 b. Oleh seorang penyair bernama Empu Tantular yang
menggubah kakawin indah.
1 c. Termasyhur di dunia dengan nama Purusadasanta
(pasifikasi raja Purusada).
1 d. Semoga semua yang mendengarkan, membaca dan
menyalin akan panjang umurnya.
2 a. Hancur lebur para durjana, tak berdaya, gemetar, takut
karena ngeri.
2 b. Oleh Sri Rajasa yang bertakhta di Jawa.
2 c. Para abdinya berhati murni dan melaksanakan segala
Alih bahasa
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen,
dikenali?
Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
tunggal,
Bhinnka tunggal ika tan hana dharma
Berbeda-beda tetapi tetap satu,, tidak ada kebenaran yang
mangrwa.
mendua.
Petikan dari Kakawin Bharatayuddha dalam budaya Jawa Baru[sunting | sunting
sumber]
Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa, yang disebut
peperangan Bharatayuddha.
Kakawin ini digubah oleh dua orang, yaitu: Empu Sedah dan Empu Panuluh. Bagian
permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke medan perang adalah karya Empu Sedah,
selanjutnya adalah karya Empu Panuluh.
Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari karya sastra Jawa Kuna yang
tetap dikenal pada masa Islam. Dalam pertunjukan wayang, beberapa bagian dari
Bharatayuddha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyian suluk, bahkan juga dalam
pertunjukan wayang yang bernafaskan Islam, misalkan cerita wayang Menak. Terutama
cuplikan dari pupuh kelima, bait satu sangat sering dipakai:
Pupuh V.1[sunting | sunting sumber]
<span lang="jv" xml:lang="jv" title ="Aksara Jawa
ln
glng
ramya
nikang
ang
ka
kum
ar
mangr
ngga
rmni
ma
ngkin
tan
pasirin
g
halpn
ikang
umah
ms
lwir
murub
ring
langit
tk
wan
sarwa
man ik
tawing
nya
sinawu
ng
sks at
skarn
ing
suji
un
ggwan
Bhnu
mat
yan
amrm
alang
mwan
g
ntha
Duryo
dhana
Dinding-dindingnya terbuat dari batu-batu ratna manikam yang dirangkai bagaikan bunga
Terjemahan
Batin sang tahu Hakikat Tertinggi telah mengatasi
segalanya karena menghayati Kehampaan[3],
Bukanlah terdorong nafsu indria tujuannya, seolah-olah
saja menyambut yang duniawi,
Sempurnanya jasa dan kebajikan tujuannya. Kebahagiaan
alam semesta diperihatinkannya.
Damai bahagia, selagi tersekat layar pewayangan dia dari
Sang Penjadi Dunia.
Hiasan kepalaku merupakan debu pada alas kaki beliau
Sang Hyang Penjadi Dunia
Terdapatkan pada manggala dalam menggubahkan
kemenangan sang Arjuna di kahyangan
Prasasti Nusantara adalah prasasti yang berasal dari wilayah Nusantara. Prasasti-prasasti
ini ditulis dalam aksara serta bahasa-bahasa asli Nusantara dan bahasa-bahasa asing,
seperti bahasa Sanskerta. Di bawah ini disajikan daftar seleksi beberapa prasasti Nusantara
Jawa yang penting atau menarik. Semua tahun yang disebut di bawah ini adalah tahun
Masehi.
Prasasti-prasasti berikut berbahasa Jawa, baik Jawa Kuna (Kawi) maupun Baru.
Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh, Magelang Utara, Jawa Tengah, 11 April 907
1. ngoko lugu,
2. ngoko andhap antya basa,
3. ngoko andhap basa antya,
4. madyo ngoko,
5. madyatara,
6. madyakrama,
7. mudokrama,
8. kramantara,
9. wredakrama,
10. krama inggil
11. krama deso,
12. basa kedaton atau bagongan, dan
13. basa kasar.
Terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitu ngoko ("kasar"), madya ("biasa"),
dan krama ("halus"). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan"
(ngajengake, honorific) dan "perendahan" (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubahubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara.
Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang
bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika
bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem
semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya
cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.
Sebagai tambahan, terdapat bentuk bagongan dan kedhaton, yang keduanya hanya dipakai
sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk
ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan,
kedhaton.
Di bawah ini disajikan contoh sebuah kalimat dalam beberapa gaya bahasa yang berbedabeda ini.
Bahasa Indonesia: "Maaf, saya mau tanya rumah Kak Budi itu, di mana?"
1. Ngoko kasar: Eh, aku arep takon, omah Budi kuwi, nng *ndi?
2. Ngoko alus: Aku nyuwun pirsa, dalem mas Budi kuwi, nng endi?
3. Ngoko meninggikan diri sendiri: Aku kersa ndangu, omah mas Budi kuwi, nng
ndi? (ini dianggap salah oleh sebagian besar penutur bahasa Jawa karena
menggunakan leksikon krama inggil untuk diri sendiri)
4. Madya: Nuwun swu, kula ajeng tanglet, griyan mas Budi niku, teng pundi? (ini
krama desa (substandar))
5. Madya alus: Nuwun swu, kula ajeng tanglet, dalem mas Budi niku, teng pundi?
(ini juga termasuk krama desa (krama substandar))
6. Krama andhap: Nuwun swu, dalem badh nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi
punika, wonten pundi? (dalem itu sebenarnya pronomina persona kedua, kagungan
dalem 'kepunyaanmu'. Jadi ini termasuk tuturan krama yang salah alias krama desa)
7. Krama lugu: Nuwun sewu, kula badh takn, griyanipun mas Budi punika, wonten
pundi?
8. Krama alus Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika,
wonten pundi?
nng adalah bentuk percakapan sehari-hari dan merupakan kependekan dari bentuk baku
Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman.
Dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa
Jawa (bahasa Jawa Baku).
Kelompok Timur
1. dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
2. dialek Surabaya
3. dialek Malang
4. dialek Jombang
5. dialek Tengger
6. dialek Banyuwangi
Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).
Selain dialek-dialek di tanah asal, dikenal pula dialek-dialek yang dituturkan oleh
orang Jawa diaspora, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Suriname, Kaledonia
Baru, dan Curaao.
Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di
antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni
suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni
perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga
merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat,
serta hiburan.
Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat
bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa
Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli
bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara
para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats,
Rentse, dan Kruyt.
Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat
kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya
orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar,
Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di
negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari
bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.
Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa
bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel,
Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua
ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.
Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa
wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari
negara lain.
Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman
pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di
Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan
cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain,
naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa
pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab
Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa
tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna,
tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah
Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang
merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang
lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi India, adalah Baratayuda Kakawin
karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa
pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).
Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak
zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu
antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawayang" dan `aringgit' yang
maksudnya adalah pertunjukan wayang.
Pementasan Ketoprak
dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi
pertunjukan wayang orang.
Kesenian yang dalam penyajian atau pementasannya menggunakan bahasa Jawa
ini memiliki cerita yang beragam dan menarik. Mirip dengan teater, pertunjukan ini
diisi dengan dialog-dialog yang membawa penonton merasakan atmosfir dunia
Jawa pada masa Raja-Raja berkuasa.
Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah
wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita
wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun
1731.
Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan
wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater
tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk
berbeda: dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti pada
umumnya teater tradisional dan tidak memakai topeng. Pertunjukan wayang orang
terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga
pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer.
Lahirnya Wayang Orang, dapat diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan
pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang.
Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga
tidak muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya
sendiri.
Sedangkan wujud pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik.
Pada dasarnya, cerita atau peran yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang
orang tidak berbeda dengan wayang kulit. Biasanya lakon yang dibawakan adalah
lakon dalam cerita epik seperti Mahabrata dan Ramayana. Bedanya jika dalam
wayang kulit peran itu ditampilkan dalam sosok wayang, maka dalam wayang orang
lakon atau peran semacam itu dibawakan oleh orang atau wong dalam bahasa
jawa.
Tugas dalang wayang wong tidak jauh berbeda dengan dalang wayang kulit. Namun
tugas dayang wong lebih ringan karena para pelakon melakukan percakapan
sendiri. Dalang wayang wong hanya menyampaikan sedikit narasi baik ketika
membuka pertunjukan, di tengah pertunjukan atau di akhir pertunjukan.
Wayang orang dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena
tokoh-tokoh dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang
bertindak sebagai pengatur laku dan tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura,
terdapat pertunjukan wayang orang yang agak berbeda, karena masih
menggunakan topeng dan menggunakan dalang seperti pada wayang kulit. Sang
dalang masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang
Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti
gerak pemain di depan layar penyekat. Sang Dalang masih mendalang dalam
pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain
memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerakgerakan badan atau tangan
untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan oleh Sang Dalang. Para pemain harus
pandai menari. Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain
topeng dalang memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog.
Ludruk merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur,
berasal dari daerah Jombang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan
dialek Jawa Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah
sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke Jawa Tengah. Ciriciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin
luntur menjadi bahasa Jawa setempat. Peralatan musik daerah yang digunakan,
ialah kendang, cimplung, jidor dan gambang dan sering ditambah tergantung pada
kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut. Dan lagu-lagu (gending) yang
digunakan, yaitu Parianyar, Beskalan, Kaloagan, Jula-juli, Samirah, Junian.
Pemain ludruk semuanya adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria.
Hal ini merupakan ciri khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater
rakyat di berbagai tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda,
ketoprak), karena pada zaman itu wanita tidak diperkenankan muncul di depan
umum.
Kesenian ludruk ini sendiri sebenarnya adalah sebuah pertunjukan drama tradisional
yang pada awalnya ada di Jawa Timur dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa pengantarnya. Ludruk hanya ditampilkan di dalam sebuah panggung oleh
grup kesenian ludruk sendiri.
Cerita yang dijadikan tema di dalam pementasan ludruk ini adalah cerita mengenai
kehidupan rakyat dan keseharian mereka. Ada pula tema tentang perjuangan
kehidupan. Yang menjadi ciri khas dalam pertunjukan ludruk ini adalah
mengeksploitasi tentang humor yang dalam bahasa jawa dikenal dengan guyonan
dan lawakan.
Karena cerita yang dibawakan merupakan cerita sehari-hari, yang dekat dengan
kehidupan masyarakat, ludruk pun digemari oleh semua kalangan masyarakat.
Selain itu, walau menggunakan bahasa Jawa Timur, guyonan yang dilontarkan para
pemain ludruk pun dapat dimengerti oleh orang dari luar Jawa Timur. Ini
dikarenakan para pemain tidak hanya mengandalkan guyonan dalam bentuk
perbincangan, tapi juga dalam gerak.
Hanya saja di jaman modern ini semestinya dijelaskan reasoningnya apa. Jangan
sekedar ora ilok atau akan ditelan buaya, dan sebagainya.
Ada gugon tuhon terhadap terjadinya suatu penyakit. Misalnya suatu penyakit
dikatakan akibat kutukan, padahal sebenarnya penyakit menular. Dengan
penemuan mikroskop banyak yang dapat diluruskan, misalnya penyebab kolera
yang dikatakan lelembut atau penyebab kusta dan TB Paru yang dikatakan
sebagai kutukan. Ada pula gugon tuhon untuk tempat-tempat yang dianggap
keramat, karena dipercaya orang banyak, kita pun jadi takut.
Abjad Jawi (Bahasa Arab: Jwi) (atau Yawi di daerah Patani, Gundhil di daerah
Jawa disamping Pegon, Jawoe di daerah Aceh) adalah abjad Arab yang diubah
untuk menuliskan Bahasa Melayu. Abjad ini digunakan sebagai salah satu dari
tulisan resmi di Brunei, dan juga di Malaysia, Indonesia, Patani dan Singapura untuk
keperluan religius.
Kemunculannya berkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke
Nusantara. Abjad ini didasarkan pada abjad Arab dan digunakan untuk menuliskan
ucapan Melayu. Dengan demikian, tidak terhindarkan adanya tambahan atau
modifikasi beberapa huruf untuk mengakomodasi bunyi yang tidak ada dalam
bahasa Arab (misalnya ucapan /o/, /p/, atau //).
Bukti terawal tulisan Jawi ini berada di Malaysia dengan adanya Prasasti
Terengganu yang bertarikh 702 Hijriah atau abad ke-14 Masehi (Tarikh ini agak
problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka). Di sini hanya bisa
terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain: (20
sampai 29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini bisa pula diikuti dengan
kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729,
atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah
"Tahun Kepiting" maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: yaitu tahun
1326M atau 1386M.
di Suraname saja bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat yang berasal dari
Indonesia tapi juga di Belanda. Bahkan dari sebuah catatan menyebutkan kurang
lebih 65 ribu orang Warga Negara Suriname etnis Jawa dan 30 puluh ribu orang
Warga Negara Belanda etnis Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam
bersosialisasi dengan sesama mereka dalam pergaulan sosial ditengah-tengah
masyarakatnya.
Mungkin ada beberapa dialek yang kurang pas kedengarannya di telinga kita, itu
disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Bahasa Tongo, namun hanya pada
dialek saja yang nampak lucu namun akan dapat dimengerti dengan baik oleh
Orang Indonesia bila mendengarnya. Fonologi bahasa Jawa Suriname menggunaan
dialek Kedu yang menjadi bahasa induk Warga Negara Suriname asal Indonesia
yang tentunya tak jauh berbeda dengan Bahasa Jawa yang baku.
sumber]
Bahasa Indonesia
Teman
Saya
Kakak laki-laki
Bila dibandingkan dengan bahasa Melayu atau Indonesia, bahasa Jawa memiliki
sistem bilangan yang agak rumit.
Bahasa
Kuna
Kawi
Krama
Ngoko
1
sa
eka
setunggal
siji
2
rwa
dwi
kalih
loro
3
telu
tri
tiga
telu
4
pat
catur
sekawan
papat
5
lima
panca
gangsal
lima
6
enem
sad
enem
enem
7
pitu
sapta
pitu
pitu
8
walu
asta
wolu
wolu
9
sanga
nawa
sanga
sanga
Logo Java
10
sapuluh
dasa
sedasa
sepuluh
Bahasa Jawa adalah bahasa yang berasal dari Jawa. Sedangkan. Bahasa Java
adalah bahasa yang digunakan untuk membuat program dan merupakan salah satu
jenis dari Bahasa Pemrograman tingkat tinggi atau High Level Language.
Java dikembangkan pada tahun 1990 oleh insinyur Sun, James Gosling sebagai
bahasa pemrograman yang berperan sebagai otak untuk peralatan pintar (TV
interaktif, oven serba bisa). Gosling tidak puas dengan hasil yang ia peroleh ketika
menulis program dengan C++, bahasa pemrograman lain, sehingga ia
mengasingkan diri di kantornya dan menulis bahasa pemrograman baru agar lebih
sesuai dengan kebutuhannya.
Gosling menamakan bahasa pemograman barunya Oak, nama sebuah pohon yang
bisa ia lihat dari jendela kantornya; ia kemudian menamainya Green, dan kemudian
mengganti namanya menjadi Java, berasal dari kopi Jawa (Java Coffee) , yang
katanya banyak dikonsumsi dalam jumlah besar oleh pencipta bahasa ini. Bahasa
pemograman ini kemudian menjadi bagian dari strategi Sun untuk menghasilkan
uang jutaan dolar ketika TV interaktif menjadi industri bernilai jutaan dolar. Hal itu
memang masih belum terjadi hari ini, tetapi sesuatu yang benar-benar berbeda
kemudian terjadi pada bahasa pemograman baru Gosling itu.
Secara kebetulan World Wide Web menjadi begitu populer, banyak kelebihan yang
membuat bahasa Gosling dapat digunakan dengan baik dan cocok pada proyek
maupun alat untuk adaptasi ke Web. Pengembang Sun merancang cara bagi
program yang akan berjalan dengan aman dari halaman web dan memilih nama
baru yang menarik untuk menemani fokus baru bahasa itu, yakniJava.
Walaupun Java dapat digunakan untuk banyak hal, Web menyediakan tampilan
yang dibutuhkan untuk menarik perhatian internasional. Seorang programmer yang
menempatkan program Java pada halaman web dapat langsung diakses ke seluruh
planet "Web-surfing". Karena Java adalah teknologi pertama yang bisa menawarkan
kemampuan ini, Java kemudian menjadi bahasa pemrograman komputer pertama
yang menerima perlakuan bagai bintang di media.
Java adalah bahasa pemrograman untuk berbagai tujuan (general purpose), bahasa
pemrogramn yang concurrent, berbasis kelas, dan berorientasi objek, yang
dirancang secara khusus untuk memiliki sesedikit mungkin ketergantungan dalam
penerapannya. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengembang aplikasi
"write once, run anywhere" (WORA), yang berarti bahwa kode yang dijalankan pada
satu platform tidak perlu dikompilasi ulang untuk di tempat lain. Java saat ini menjadi
salah satu bahasa pemrograman yang paling populer digunakan, terutama untuk
aplikasi web client-server, dengan 10 juta pengguna.
Aplikasi Hanacaraka v.1.0 adalah aplikasi untuk menerjemah aksara latin ke aksara
jawa dan juga sebaliknya. Aplikasi yang dapat membantu auntuk mengembangkan
budaya Jawa melalui aksara Jawa.
LogoMongosilakan.net
Indonesia
Ngoko
Krama
Krama Inggil
sumber]
Sistem penerjemahan bahasa Jawa di Google Translate ini masih berstatus "Alpha"
atau masih dalam proses pengembagan, sehingga hasil terjemahan mungkin tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
pengembangan Islam pada akhir abad ke-19 M. Pada sisi lain, naskah ini ikut
memperkaya keilmuan pesantren yang selama ini lebih dikenal dengan tradisi
keilmuan fikih dan tasawuf.
Kuran Jawi ini dipecah dalam 3 buah buku yang berjumlah 30 juz. Untuk namanama surah tetap menggunakan nama bahasa Arab. Tetapi untuk tulisannya
menggunakan aksara Jawa. Untuk membacanya juga sebagaimana membaca
aksara Jawa mulai dari kiri.
Tiga buah Alquran ini dibuat oleh abdi dalem Keraton Surakarta. Mereka adalah
Bagus Ngarpah sebagai penerjemah ke bahasa Jawa, Mas Ngabehi Wiro Pustoko,
serta Ki Rono Suboyo sebagai penyelaras dan penulis ke dalam tulisan Jawa.
Provinsi di Indonesian
1.
Aceh
2.
Sumatra Utara
6,7%
175.000
21,0%
1.757.000
Provinsi di Indonesian
3.
Sumatra Barat
4.
Jambi
5.
1%
56.000
17%
245.000
Sumatra Selatan
12,4%
573.000
6.
Bengkulu
15,4%
118.000
7.
Lampung
62,4%
2.886.000
8.
Riau
8,5%
184.000
9.
Jakarta
3,6%
236.000
13,3%
3.652.000
96,9%
24.579.000
12. Yogyakarta
97,6%
2.683.000
74,5%
21.720.000
14. Bali
1,1%
28.000
1,7%
41.000
4%
38.000
4,7%
97.000
Provinsi di Indonesian
10,1%
123.000
1%
20.000
2,9%
37.000
3,6%
34.000
22. Maluku
1,1%
16.000
Bahasa-bahasa di Indonesia
Bahasa Indonesia
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Sumatera
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Jawa
[tampilkan]
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Kalimantan *
[tampilkan]
[tampilkan]
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Papua *
Portal Indonesia
juga dituturkan di Malaysia dan/ Brunei Darussalam. b juga dituturkan di Timor Leste, Papua Nugini dan/ negara-negara Os
punah atau bahasa mati.
Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.
[sembunyikan]
Dialek
Banten
Banyumas
Bagian Barat
Bumiayu
Tegal
Bagian Tengah
Pekalongan
Kedu
Bagelan
Semarang
Muria
Blora
Surakarta
Yogyakarta
Madiun
Surabaya
Bagian Timur
Malang
Jombang
Bahasa terkait
Topik terkait
Angka Jawanisme O Jawa Sastra Jawa Kongres Bahasa Jawa Rumpun bahasa Wikipedia
Kategori:
Artikel yang perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris November 2014
Bahasa Jawa
Bahasa Austronesia
Bahasa di Indonesia
Bahasa di Suriname
Bahasa di Jawa
[tutup]
Bahasa Jawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Inggris.
Bahasa Jawa
(Basa Jawa)
Dituturkan di
Jumlah penutur
Rumpun bahasa
Austronesia
Malayo-Polinesia
Malayo-Polinesia Inti
Sunda-Sulawesi
Bahasa
Jawa
Sistem penulisan
Aksara Jawa,
aksara Arab,
aksara Latin
Kode-kode bahasa
ISO 639-1
jv
ISO 639-2
jav
ISO 639-3
Variously:
Bahasa Jawa (bahasa Jawa: ) adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku
bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga
digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain
seperti Banten (terutama Serang, Cilegon, danTangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan
pantai utara yang meliputiKarawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon).
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Penyebaran
Bahasa Jawa
2 Fonologi
o
2.1 Vokal
2.2 Konsonan
2.3 Fonotaktik
3 Bahasa
4 Tata
Bahasa
4.1 Aksara
Jawa
4.2 Tembung
4.3 Ater
ater Seselan
Panambang
4.3.1 Ater
ater
4.3.2 Seselan
4.3.3 Panambang
4.4 Homonim
4.5 Antonim
4.6 Sinonim
4.7 Homograf
4.9 Ukara
4.10 Peribahasa
kata bersajak)
Jawa
- pantun -
4.11.1 Purwakanthi
guru
swara
4.11.2 Purwakanthi
guru
sastra
o
4.12 Tembang ,
Gending dan
Karawitan
4.12.1 Tembang
gedhe
4.12.2 Tembang
tengahan
4.12.3 Tembang
Macapat
4.13 Serat
4.14 Babad
4.15 Suluk
4.16 Sastra
Jawa
4.16.1 Sastra
Jawa Kuno
4.16.2 Sastra
4.16.3 Sastra
(kakawin)
4.16.4 Petikan
4.16.4.1 Manggala
4.16.4.2 Penutup
4.16.4.3 Bhinneka
Tunggal
Ika
4.16.5 Petikan
4.16.5.1 Pupuh
4.16.5.2 Terjemahan
4.16.6 Petikan
V.1
4.16.6.1 Manggala
4.17 Prasasti
4.18 Bentuk
4.19 Makna
tingkat tutur
4.20 Register
5 Ngoko
6 Krama
7 Madya
8 Variasi
Nusantara
(undhak-undhuk basa)
8.1 Dialek
geografi
8.2 Dialek
temporal
9 Pranatacara
10 Wayang
11 Dalang
12 Ketoprak
13 Wayang
14 Ludruk
15 Primbon
o
Kulit
orang
Jawa
15.1 Gugon
tuhon
16 Mantra
17 Pegon
18 Abjad
19 Bahasa
jawa
Jawi
Jawa Suriname
19.1 Dialek
19.2 Pengaruh
19.3 Fonologi
19.4 Ejaan
19.5 Bahasa
19.6 Kursus
20 Bahasa
21 Bilangan
o
Jawa gaul
dalam bahasa Jawa
21.1 Fraksi
22 Bahasa
pemrograman Java
23 Hanacaraka
24 Mongosilakan.net
25 Bahasa
26 Metro
27 Buku-buku
28 Naskah
v.1.0
Duos GT-C3322
agama Islam dalam bahasa Jawa
29 Audio
Dan Sunda
30 Tafsir
Bisri Musthofa
31 Kuran
32 Penerjemahan
33 Sejarah
o
Jawi
Alkitab ke dalam bahasa daerah
33.1 Penggunaan
34 Demografi
35 Referensi
36 Pranala
luar
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar
kota Surakarta dan Yogyakarta memilikifonem-fonem berikut:
Depan
Lamban
g
Terbuka i
Terbuka e
()
Tertutup
Tertutup
Tengah
Lamban
g
(nama)
(nama)
i-jejeg
Belakang
Lamban
g
e-miring: ditulis
'e'
( )
(nama)
o-jejeg
u-miring: ditulis
'u'
o-miring: ditulis
'o'
a-jejeg: ditulis 'a'
a-miring
Semua vokal kecuali //, memiliki alofon. Fonem /a/ pada posisi
tertutup dilafazkan sebagai [a] (a-miring), namun pada posisi
terbuka sebagai [] (a-jejeg). Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan
sebagai [l'r], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai
[l'arane]
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] (i-jejeg)
namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [] (imiring). Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aci] , tetapi
/kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'acl].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] (u-jejeg)
namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [o] (umiring). Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] ,
tetapi /uyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai ['uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] (e-jejeg)
namun pada posisi tertutup sebagai [] (e-miring). Contoh: /ll/
dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai
[b'b].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] (o-jejeg)
namun pada posisi tertutup sebagai [] (o-miring). Contoh: /loro/
dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /bolo/ dilafazkan sebagai
[b'l].
Labial
Letupan
pb
Dental
Alveolar
td
Frikatif
Sengau
Retrofleks
Palatal
t d
Velar
kg
( )
Glotal
( )
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/
atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan
direalisasikan sebagai []. Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai
[w'ar], lalu /esi/ dilafazkan sebagai ['ei].
Nama dan penulisan abjad Latin dalam bahasa Jawa
Pra 1942
Yogyakarta (1991)
Nama
tj
dh
dh
ef
ha
dj
ka
el
em
en
ki
er
es
th[1] [2]
th
eks
zet
(l) adalah likuida yaitu /r/, /l/, atau /w/, namun hanya bisa
muncul kalau K1 berbentuk letupan.
Contoh:
a (V)
ang (VK)
pang (KVK)
prang (KlVK)
mprang (nKlVK)
m [m+bathik=mbathik]
n [n+tulis=nulis]
ng [ng+kethok=ngethok]
ny [ny+cuwil=nyuwil]
Ater ater Tripurasa
di [di+goreng=digoreng]
Ater ater liya
a [a+lungguh=alungguh]
ma [ma+lumpat=malumpat]
ka [ka+gawa=kagawa]
ke [ke+sandhung=kesandhung]
sa [sa+gegem=sagegem]
pa [pa+lilah=palilah]
pi [pi+tutur=pitutur]
pra [pra+tandha=pratandha]
tar [tar+buka=tarbuka]
kuma [kuma+wani=kumawani]
kami [kami+tuwa=kamituwa]
kapi [kapi+temen=kapitemen]
um [..um..+guyu=gumuyu]
in [..in..+carita=cinarita]
el [..el..+siwer=seliwer]
er [..er..+canthel=cranthel]
i [kandh+i=kandhani]
ake [jupuk+ake=jupukake]
ne [teka+ne=tekane]
e [omah+e=omahe]
ane [jaluk+ane=jalukane]
ke [kethok+ke=kethokke]
a [dudut+a=duduta]
na [gawa+na=gawakna]
ana [weneh+ana=wenehana]
en [lepeh+en=lepehen]
ku [buku+ku=bukuku]
mu [klambi+mu=klambimu]
e [omah+e=omahe]
Jejer = subjek
Wasesa = predikat
Lisan = objek
.
3. Ukara Tanduk / (Kalimat Aktif).
Tuladha : Bapak tindak
kantor /
4. Ukara Tanggap / (Kalimat Pasif).
Tuladha : Sepedane dicet
abang /
5. Ukara Pakon / (Kalimat Perintah).
Tuladha : Jupukna sepedaku neng omahe
Paklik
/
g sumber]
Yen krasa enak, aja njur lali anak, lali bojo, lali kanca
Purwakanthi guru
sastra [sunting | sunti
ng sumber]
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karya, tut wuri
handayani
Tarti tata-tata, ate metu turut ratan, diutus tuku tahu tempe
dhuwite kertas telung atus
Kala kula kelas kalih, kula kilak kalo kalih kuli-kuli kula, kalo
kula kli, kali kiln kula, kalo kula kampul-kampul, kula kelap
kelip kala-kala keling-keling
Dua sinden asing, Hiromikano dari Jepang dan Megan dari Amerika
Serikat Hibur Warga Kendal.
sumber]
Tembang gedhe jenisnya:
Lebdajiwa
Kusumawicitra
Sudiradraka
Basanta
Manggalagita
Sukarini
Nagabanda
Kusumastuti
Merakng
Tebukasol
Banjaransari
Tepikawuri
Pamularsih
Bremarakrasa
Madayanti
Sudirwicitra
Madurenta
Kuswarini
Sarapada
Candrakusuma
Tembang
tengahan [sunting | sunting
sumber]
Tembang tengahan jenisnya :
Balabak
Wirangrong
Juru Demung
Kuswaraga
Palugon
Pangajabsih
Pranasmara
Sardulakawekas
Sarimulat
Rarabentrok
sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Macapat
Tembang Macapat juga sering disebut sekar Macapat, sekar
Alit, atau sekar Dhagelan. Karsana H. Saputra dalam bukunya
yang berjudul Sekar Macapat menyebutkan, macapat adalah
suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru,
diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan,
dan guru lagu. Jadi Sekar macapat atau tembang macapat
dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sekar (tembang) yang
menggunakan aturan guru wilangan dan guru lagu yang sudah
ditentukan. Masing-masing jenis tembang macapat memiliki
jumlah gatra yang berbeda-beda dan untuk membedakan jenis
sekar macapat antara yang satu dengan lainnya dapat dilihat
dari jumlah gatra, guru lagu, dan guru wilangan.
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait
macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan
setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan)
tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru
lagu. Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat
(membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca
terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti,
karena pada prakteknya tidak semua tembang macapat bisa
dinyanyikan empat-empat suku kata. [1]
Tembang macapat ada 11 ( sebelas ) :
1. Maskumambang
2. Pocung
3. Gambuh
4. Megatruh
5. Mijil
6. Kinanthi
7. Asmaradana
8. Durma
9. Pangkur
10. Sinom
11. Dhandhanggula
Tembang macapat itu terdiri dari Guru Gatra, Guru wilangan,
guru lagu, dan watak. Guru gatra adalah jumlah baris dalam
tembang macapat. Guru wilangan adalah jumlah suku kata
dalam tembang macapat. Guru lagu adalah jatuhnya suara
diakhir baris tembang macapat.
Babad Giyanti
Babad Giyanti
Babad kartasura
Babad Sengkala
Babad Surapati
Babad Damarwulan
Babad demak
Suluk Wujil
sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sastra Jawa Kuno
Sastra Jawa Kuno atau seringkali dieja sebagai Sastra Jawa
Kuna meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna
pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad
ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra
ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi
(kakawin). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak
wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitabkitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk
manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat
teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasastiprasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di
sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat
teks kesusastraan.
sumber]
1. Candakarana
2. Sang Hyang Kamahayanikan
3. Brahmandapurana
4. Agastyaparwa
5. Uttarakanda
6. Adiparwa
7. Sabhaparwa
8. Wirataparwa, 996
9. Udyogaparwa
10. Bhismaparwa
11. Asramawasanaparwa
12. Mosalaparwa
13. Prasthanikaparwa
14. Swargarohanaparwa
15. Kunjarakarna
Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin)
4. Kakawin Kresnayana
5. Kakawin Sumanasantaka
6. Kakawin Smaradahana
7. Kakawin Bhomakawya
8. Kakawin Bharatayuddha, Empu Sedah dan Empu
Panuluh, 1157
9. Kakawin Hariwangsa
10. Kakawin Gatotkacasraya
11. Kakawin Wrettasacaya
12. Kakawin Wrettayana
13. Kakawin Brahmandapurana
14. Kakawin Kunjarakarna, Empu Dusun
15. Kakawin Nagarakretagama, Empu Prapanca, 1365
16. Kakawin Arjunawijaya, Empu Tantular
17. Kakawin Sutasoma, Empu Tantular
18. Kakawin Siwaratrikalpa, Kakawin Lubdhaka
19. Kakawin Parthayajna
20. Kakawin Nitisastra
21. Kakawin Nirarthaprakreta
22. Kakawin Dharmasunya
23. Kakawin Harisraya
24. Kakawin Banawa Sekar Tanakung
Petikan dari Kakawin Sutasoma[sunting | sunting sumber]
Terjemahan
1 a. Sri Bajrajana, manifestasi sempurna Kasunyatan
adalah yang utama di dunia.
1 b. Nikmat dan murni teguh di hati, menguasai semuanya
bagai kahyangan agung.
1 c. Ia adalah titisan Pelindung tunggal yang menganugrahi
1 c. ekacchattrng arrnghuripi
kehidupan kepada tri buwana bumi, langit dan sorga
sahananing bhur bhuwah swah prakrn.a
seru sekalian alam.
1 d. sks.t candrrka prn.dbhuta ri
1 d. Bagaikan terang bulan dan matahari sifat yang keluar
wijilira n sangka ring Boddhacitta
dari batin orang yang telah sadar.
2 a. Singgih yan siddhayogwara wekasira 2 a. Ia yang diterangi, yang manunggal dengan Tuhan,
sang stmya lwan bhat.ra
memang benar-benar Raja kaum Yogi yang berhasil.
2 b. Perwujudan segala ilmu Kasunyatan baik kasar
2 b. Sarwajmrti nyganal alit inucap
ataupun halus, diajikan dalam sebuah doa dan puja yang
mus.t.ining dharmatattwa
khusyuk.
2 c. Sangsipta n pt wulik ring hati sira
2 c. Singkatnya, mari mencari-Nya dengan betul dalam
sekung ing yoga lwan samdhi
hati, didukung dengan yoga dan samadi penuh.
2 d. Byakta lwir bhrntacittngrasa riwa2 d. Persis bagaikan seseorang yang merana hatinya
riwaning nirmalcintyarpa
merasakan rasa kemurnian Yang Tak Bisa Dibayangkan.
3 a. Ndah yka n mangkana ng nti kineep 3 a. Maka itulah ketentraman hati yang dituju seorang yogi
i tutur sang huwus siddhayogi
sempurna.
3 b. Pjan ring jna uddhprimita
3 b. Biarkan aku memuja dengan kemurnian dan kebaktian
aran.ning miket langwa-langwan
tak tertara sebagai sarana untuk menulis syair indah.
3 c. Dr ngwang siddhakawyngitung
3 c. Mustahil aku akan berhasil menulis kakawin sebab
Terjemahan
1 a. Maka inilah akhir dari sebuah cerita indah dan digubah dari
kisah sang Buddha.
1 b. Oleh seorang penyair bernama Empu Tantular yang
menggubah kakawin indah.
1 c. Termasyhur di dunia dengan nama Purusadasanta
(pasifikasi raja Purusada).
1 d. Semoga semua yang mendengarkan, membaca dan
menyalin akan panjang umurnya.
2 a. Hancur lebur para durjana, tak berdaya, gemetar, takut
karena ngeri.
2 b. Oleh Sri Rajasa yang bertakhta di Jawa.
2 c. Para abdinya berhati murni dan melaksanakan segala
perintahnya tanpa salah.
2 d. Sungguh banyak para pahlawan unggul, jumlahnya ada
ribuan yang memberikan rasa takut kepada para musuh.
3 a. Indahlah laut dan gunung di bawah penguasaannya.
3 b. Dan ibukota Wilwatikta (= Majapahit) sungguh indah di
luar bayangan.
3 c. Banyaklah jumlah para penyair, tua dan muda yang
menggubah nyanyian dan kakawin yang menghadap sang ratu.
3 d. Bagaikan Dewa Candra kekuasaannya menyinari dunia.
4 a. Berbeda dengan karyaku bagaikan gajah yang terbang di
atas tanah.
4 b. Mustahillah menyamai karena orang bodoh yang seolaholah menulis kakawin indah.
4 c. Seperti seseorang yang bingung mengenai kewajiban
seorang penyair tidak mengenal peraturan bersyair.
4 d. Namun Sri Ranamanggala juga yang menjadi panutanku.
Bhinneka Tunggal
Ika [sunting | sunting
sumber]
Alih bahasa
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen,
dikenali?
Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
tunggal,
Bhinnka tunggal ika tan hana dharma
Berbeda-beda tetapi tetap satu,, tidak ada kebenaran yang
mangrwa.
mendua.
Petikan dari Kakawin Bharatayuddha dalam budaya Jawa
Baru[sunting | sunting sumber]
Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan
Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.
Kakawin ini digubah oleh dua orang, yaitu: Empu Sedah dan
Empu Panuluh. Bagian permulaan sampai tampilnya prabu
Salya ke medan perang adalah karya Empu Sedah, selanjutnya
adalah karya Empu Panuluh.
Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari
karya sastra Jawa Kuna yang tetap dikenal pada masa Islam.
Dalam pertunjukan wayang, beberapa bagian dari
Bharatayuddha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyian suluk,
bahkan juga dalam pertunjukan wayang yang
bernafaskan Islam, misalkan cerita wayang Menak. Terutama
cuplikan dari pupuh kelima, bait satu sangat sering dipakai:
Pupuh V.1[sunting | sunting sumber]
<span lang="jv" xml:lang="jv" title ="Aksara Jawa
ln
glng
ramya
nikang
ang
ka
kum
ar
mangr
ngga
rmni
ma
ngkin
tan
pasirin
g
halpn
ikang
umah
ms
lwir
murub
ring
langit
tk
wan
sarwa
man ik
tawing
nya
sinawu
ng
sks at
skarn
ing
suji
un
ggwan
Bhnu
mat
yan
amrm
alang
mwan
g
ntha
Duryo
dhana
Terjemahan[sunting | sunting sumber]
Tiadalah bandingan keindahan paviliun emas yang bersinarsinar seakan-akan berkilau di langit
sumber]
Terjemahan
3. dialek Bagelen
4. dialek Semarang
5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang,
Demak, Kudus, Pati)
6. dialek Blora
7. dialek Mataram (dialek Surakarta dan dialek
Yogyakarta)
8. dialek Madiun
Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa
Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan
Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi
bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).
Kelompok Timur
1. dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
2. dialek Surabaya
3. dialek Malang
4. dialek Jombang
5. dialek Tengger
6. dialek Banyuwangi
Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa
Wetanan (Timur).
Selain dialek-dialek di tanah asal, dikenal pula dialekdialek yang dituturkan oleh orang Jawa diaspora,
seperti di Sumatera Utara, Lampung, Suriname,
Kaledonia Baru, dan Curaao.
Pementasan Ketoprak
Bahasa Indonesia
Teman
Saya
Kakak laki-laki
1
sa
eka
setunggal
siji
2
rwa
dwi
kalih
loro
3
telu
tri
tiga
telu
4
pat
catur
sekawan
papat
5
lima
panca
gangsal
lima
6
enem
sad
enem
enem
7
pitu
sapta
pitu
pitu
8
walu
asta
wolu
wolu
9
sanga
nawa
sanga
sanga
Bahasa pemrograman
Java[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Java
Logo Java
10
sapuluh
dasa
sedasa
sepuluh
Mongosilakan.net[sunting | sunting
sumber]
LogoMongosilakan.net
Indonesia
Ngoko
Krama
Krama Inggil
Provinsi di Indonesian
1.
Aceh
2.
6,7%
175.000
Sumatra Utara
21,0%
1.757.000
3.
Sumatra Barat
1%
56.000
4.
Jambi
17%
245.000
5.
Sumatra Selatan
12,4%
573.000
6.
Bengkulu
15,4%
118.000
7.
Lampung
62,4%
2.886.000
8.
Riau
8,5%
184.000
9.
Jakarta
3,6%
236.000
13,3%
3.652.000
96,9%
24.579.000
12. Yogyakarta
97,6%
2.683.000
74,5%
21.720.000
14. Bali
1,1%
28.000
1,7%
41.000
4%
38.000
Provinsi di Indonesian
4,7%
97.000
10,1%
123.000
1%
20.000
2,9%
37.000
3,6%
34.000
22. Maluku
1,1%
16.000
Bahasa-bahasa di Indonesia
Bahasa Indonesia
[tampilkan]
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Jawa
[tampilkan]
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Kalimantan *
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Sulawesi
[tampilkan]
[tampilkan]
Bahasa-bahasa di Papua *
Portal Indonesia
juga dituturkan di Malaysia dan/ Brunei Darussalam. b juga dituturkan di Timor Leste, Papua Nugini dan/ negara-negara Os
punah atau bahasa mati.
Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.
[sembunyikan]
Dialek
Bagian Barat
Banten
Banyumas
Bumiayu
Tegal
Pekalongan
Kedu
Bagelan
Semarang
Bagian Tengah
Muria
Blora
Surakarta
Yogyakarta
Madiun
Surabaya
Bagian Timur
Malang
Jombang
Bahasa terkait
Topik terkait
Angka Jawanisme O Jawa Sastra Jawa Kongres Bahasa Jawa Rumpun bahasa Wikipedia
Kategori:
Artikel yang perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris
November 2014
Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan
November 2014
Bahasa Jawa
Bahasa Austronesia
Bahasa di Indonesia
Bahasa di Suriname
Bahasa di Jawa
Menu navigasi
Masuk log
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Tuju ke
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Google+
Twitter
Cetak/ekspor
Buat buku
Versi cetak
Peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Halaman
Pembicaraan
Ach
Afrikaans
Asturianu
Azrbaycanca
Bikol Central
Bahasa Banjar
Brezhoneg
Catal
etina
Cymraeg
Deutsch
English
Esperanto
Espaol
Eesti
Euskara
Suomi
Franais
Gaeilge
Galego
Fiji Hindi
Hrvatski
Ilokano
Italiano
Basa Jawa
Ligure
Lietuvi
Latvieu
Basa Banyumasan
Malagasy
Baso Minangkabau
Bahasa Melayu
Nederlands
Norsk nynorsk
Norsk bokml
Polski
Piemontis
Portugus
Runa Simi
Romn
Scots
Srpskohrvatski /
Simple English
/ srpski
Basa Sunda
Svenska
Kiswahili
Trke
/tatara
/ Uyghurche
Ting Vit
Yorb
Bn-lm-g
Sunting interwiki
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Developers
Tampilan seluler