Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat
dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum
ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek sistemik
yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain
beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi prognosis.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga,
cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang
terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi
dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis
koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus
jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka
yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain
cairan pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan
oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive
necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam,
kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang untuk
berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1

2.2 Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak baru lahir
sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan
permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga
terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar
akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.
Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik
disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi
setelah delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
3

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas
CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga
hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%
hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh
ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya sangat berbahaya
karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif.
Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur
keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granu lasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering
dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya
luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan
vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
4

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih
vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut.
Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gagal,
kaku dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltis usus menurun
atau berhenti karena syok. Juga peristaltis dapat menurun karena kekurngan ion kalium.
Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling atau stress
ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang sehingga terjadi iskemia mukosa. Bila keadaan ini
berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada tukak
Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah
terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama diperoleh melalui pembakaran protein dari
otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan
menurun. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bila mengenai wajah.
Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut., sampai bisa
menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.1
Luas luka bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki
kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
5

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan
depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.1
Derajat luka bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.
Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.
Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis, seperti
nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket
sehigga memperberat kedalaman luka bakar.
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari;
misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat
tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai
tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka bakar derajat II
dibedakan menjadi :
Derajat II dangkal (IIA). Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Karenanya penyembuhan
akan mudah dalam 1-2 minggu tanpa terbentuk sikatriks.
Derajat II dalam (IIB), sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis. Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh. Penyembuhan lebih lama yaitu 3-4 minggu dan disertai
pembentukkan parut hipertrofi.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau
organ yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya
6

eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting. Kulit tampak pucat abu-abu
gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat.
Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.1
Beratnya luka bakar
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak
luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan
tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya
kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.1
Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA
Luka Bakar Berat

>25 % pada orang dewasa


>20 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
>20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang mengakibatkan

gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti.


LB karena listrik voltage tinggi
Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.

Luka Bakar Sedang

15-25 % mengenai orang dewasa


10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun

Luka Bakar Ringan

< 15 % pada orang dewasa


< 10 % pada anak usia < 10 th
<10% pada dewasa usia tua > 40 th
7

Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk
menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih
berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali
sehingga bisa diatasi secepat mungkin. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu hemoglobin,
hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka
bakar akibat kebakaran di ruangan).1,2
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api
yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling
agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus
cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air
dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan
menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Yang akan terus
berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Oleh karena itu,
merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat
untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil, luka yang
sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi
tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan
dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril.

Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan
pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera
diberikan oksigen murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan
diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam
hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka
untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan tertutup.
Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu. Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi
tanda-tanda bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation).
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam
trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi
dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan
komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan
9

karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi
perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan
timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak
tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan
kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Pemberian cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.
Cara Evans
1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan tekanan osmosis
sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa 5%
per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltis
usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus
normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat dikurangi,
bahkan dihentikan.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter,
yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah cairan
ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat . Hari kedua diberikan setengah cairan pertama.

10

Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 10001500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga
adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat
menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan ion K akibat banyaknya
kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau gelombang
U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama
dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.
Tindakan bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian
distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai
kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan
memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi
stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan
pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial
sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan
yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan
skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita

sendiri (skin grafting autologus).

Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion
manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau terlalu payah.
11

Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi sementara sebagai penghalang
penguapan berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit
demi sedikit penutup sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup
permanen.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin
grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting
dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang dapat
digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antara lain integra, aloderm,
dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibuang
sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis.
Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran
silikon, kolagen babi, dan jaring (mesh) nilon. Setelah dua minggu, membran silikon dikelupas
dan digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog dermis yang
terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan silikon tipis.
Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.1,3

Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi,
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
12

Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis
serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai
hipotensi.Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya
elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin membuang
jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai
dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang
terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk
larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik
yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang
selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap
sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain.
Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya
tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.
Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga
pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang
tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka
tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak
pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman

13

untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau,
sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.1

Indikasi Rawat Inap


Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari
American Burn Association.
1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar
parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%.
2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.
3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah, mata, atau
telinga.
4. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%.
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh
dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh.
6. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko
tinggi.3
Komplikasi Luka Bakar
- Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Fase Subakut: infeksi dan sepsis
- Fase Lanjut: parut hipertropik4
Mortalitas
Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh:
- Syok karena kehilangan cairan
- Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor
- Sepsis
14

- Gagal ginjal akut


- Komplikasi lain seperti pneumonia4

15

BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: BBT

Umur

: 2 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Gilimanuk

Suku

: Bali

No. Rekam Medis

: 168295

Tanggal pemeriksaan : 9 November 2013


ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kulit melepuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar rujukan dari puskesmas gilimanuk diantar oleh ayah ibunya dengan
dikeluhkan kulit melepuh setelah pasien jatuh menduduki air panas di dalam panci kurang lebih
1 jam yang lalu. Kulit melepuh tersebut dikatakan mengenai banyak bagian tubuh yang meliputi
bokong, punggung dan beberapa area di kaki pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat luka bakar sebelumnya tidak ada
Riwayat Pengobatan

16

Pasien sebelumnya datang ke puskesmas gilimanuk dan dilakukan pemasangan infus kemudian
dirujuk ke RSUD. Medikasi dari puskesmas tidak ada. Alergi obat tidak ada
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga tidak ditanyakan

PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 96 x/menit

Respirasi

: 24 x/menit

Suhu axilla

: 37,8C

Status General
Kepala

: Normocephali, ubun-ubun besar datar

Mata

: Konjungtiva pucat

THT

, sklera kuning

, Reflek pupil

Telinga

: Sekret (-)

Hidung

: Napas cuping hidung (-), secret (-)

Tenggorok

: Faring hiperemis (-), T1/T1, Lidah normal

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)

Mulut

: Mukosa bibir basah (+), sianosis (-)

Thorax
Cor

Inspeksi

: precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: thrill (-), iktus cordis teraba di apex ICS V

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)


PulmoInspeksi
Palpasi

: dada simetris saat pasif maupun pasif, retraksi (-)


: gerakan simetris (+)

Auskultasi : bronkovesikuler

, ronchi

, wheezing
17

Abdomen Inspeksi

: distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal


Palpasi
Ekstremitas

: nyeri tekan (-), turgor kembali cepat, hepar/lien tidak teraba.


: akral hangat (+), edema (-), CRP < 2s

Status Lokalis
Luka bakar grade IIA-B di bawah regio punggung (luas area 15%)
Luka bakar grade IIA-B di ekstremitas bawah kanan-kiri (luas area 10%)
RESUME
BBT, 2 tahun, laki-laki, dikeluhkan kulit melepuh setelah pasien jatuh menduduki air panas di
dalam panci kurang lebih 1 jam yang lalu. Kulit melepuh tersebut dikatakan mengenai banyak
bagian tubuh yang meliputi bokong, punggung dan beberapa area di kaki pasien.
Pemeriksaan fisik :
Status present

: dalam batas normal

Status general

: dalam batas normal

Status lokalis

: Luka bakar grade IIA-B di bawah regio punggung (luas area 15%)
Luka bakar grade IIA-B di ekestremitas kanan-kiri (luas area 10%)

DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar grade II A-B 25%
PENATALAKSANAAN

Evaluasi ABC, Airway lapang, Breathing spontan, Circulation stabil

MRS

Penggantian cairan menggunakan rumus baxter


IVFD RL 500 cc dalam 8 jam pertama 15 tpm makro
Lanjut 500 cc dalam 16 jam - 8 tpm makro

Rawat luka dengan burnazin zalf

Cefotaxime 3 x 350 mg IV
18

Sanmol drip 3 x 125 mg IV

Konsul sp.B

- KIE :

KIE keluarga untuk menjaga higienitas pasien selama perawatan

Diet reguler dan banyak minum air putih

FOLLOW UP
NO
1.

Tanggal
9/11/2013

Catatan
S : kulit melepuh, nyeri pada luka

MRS

O:

IVFD RL 500 cc dalam

St. present

Terapi

8 jam pertama 15 tpm

N : 96 kali/menit
0

makro.

Lanjut

500cc

T ax : 37,8 C

dalam 16 jam - 8 tpm

RR : 24 kali/menit

makro
Rawat

St. General : dbn


St. Lokalis :
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area
15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Konsul sp.B
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

A : Luka bakar grade II A-B 25%


2.

10/11/2013

S : nyeri pada luka.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present
N : 108 kali/menit

makro
Rawat

luka

dengan
19

T ax : 37 0 C
RR : 28 kali/menit

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV

St. General : dbn


St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di

Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

bawah regio punggung (luas area


15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%
3.

11/11/2013

S : nyeri pada luka.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present

makro

N : 100 kali/menit
0

T ax : 36,5 C
RR : 24 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
20

A : Luka bakar grade II A-B 25%

4.

12/11/2013

S : nyeri pada luka.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present
N : 108 kali/menit
0

T ax : 37 C
RR : 26 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

makro
Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

5.

13/11/2013

S : nyeri pada luka.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present
N : 100 kali/menit
0

T ax : 37 C
RR : 28 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :

makro
Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
21

Luka bakar (+) terawat.

IV

Luka bakar grade IIA-B di Monitoring:


bawah regio punggung (luas area

Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

6.

14/11/2013

S : nyeri pada luka.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present

makro

N : 105 kali/menit
0

T ax : 36,8 C
RR : 25 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

7.

15/11/2013

S : nyeri pada luka berkurang.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm


22

St. present

makro

N : 100 kali/menit
T ax : 36,5 0 C
RR : 25 kali/menit

Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV

St. General : dbn


St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di

Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

bawah regio punggung (luas area


15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

8.

16/11/2013

S : nyeri pada luka berkurang

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present

makro

N : 110 kali/menit
0

T ax : 36,5 C
RR : 26 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
23

ekestremitas kanan-kiri (luas area


10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

9.

17/11/2013

S : nyeri pada luka berkurang.

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present
N : 100 kali/menit
0

T ax : 37 C
RR : 30 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

makro
Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

10.

18/11/2013

S : nyeri pada luka (-)

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present
N : 98 kali/menit
0

T ax : 37 C
RR : 25 kali/menit

makro
Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
24

St. General : dbn


St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.

IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV

Luka bakar grade IIA-B di Monitoring:


bawah regio punggung (luas area
Keluhan,vital sign.
15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

11.

19/11/2013

S : nyeri pada luka (-)

MRS

O:

IVFD RL 500 cc - 8 tpm

St. present

makro

N : 104 kali/menit
0

T ax : 36,8 C
RR : 24 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area

Rawat

luka

dengan

burnazin zalf
Cefotaxime 3 x 350 mg
IV
Sanmol drip 3 x 12 mg
IV
Monitoring:
Keluhan,vital sign.

15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

25

12.

20/11/2013

S:-

BPL.

O:

KIE : kontrol poli bedah

St. present
N : 110 kali/menit
T ax : 36,5 0 C
RR : 28 kali/menit
St. General : dbn
St. Lokalis :
Luka bakar (+) terawat.
Luka bakar grade IIA-B di
bawah regio punggung (luas area
15%).
Luka bakar grade IIA-B di
ekestremitas kanan-kiri (luas area
10%).
A : Luka bakar grade II A-B 25%

PROGNOSIS
Dubius ad bonam

26

BAB IV
PEMBAHASAN

Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga,
cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Pada kasus, pasien mengalami luka bakar akibat terkena air panas. Hal ini
sesuai dengan data epidemiologi yang menyatakan bahwa pada anak-anak sekitar 60% luka
bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh luka bakar grade IIA-B di bawah regio
punggung (luas area 15%) dan luka bakar grade IIA-B di ekstremitas bawah kanan-kiri (luas
area 10%). Mengenai persentase luas luka bakar pada pasien, ini sudah sesuai dengan tinjauan
pustaka yang ada, yaitu menggunakan rumus 10-15-20. Untuk anak, kepala dan leher 15%,
badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing
10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Sementara itu penggolongan luka
bakar ke dalam derajat II dangkal (IIA), disebabkan karena beberapa luka bakar pada pasien
menunjukkan kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis. Beberapa luka lainnya
menunjukkan sisa jaringan epitel yang tinggal sedikit dengan kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis sehingga digolongkan ke dalam luka derajat II dalam (IIB). Maka dari itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis untuk kasus ini adalah luka bakar (combutio) Grade II
A-B 25%.
Pada kasus tidak dinilai dan dituliskan secara jelas mengenai beratnya luka bakar.
Berdasarkan klasifikasi ABA, luka bakar pada pasien ini tergolong ke dalam luka bakar berat
karena mengenai >20 % luas tubuh anak dengan usia 2 tahun (kurang dari 10 tahun).
Pada kasus dilakukan penatalaksanaan berupa Evaluasi ABC (Airway lapang, Breathing
spontan, Circulation stabil), rawat inap, penggantian cairan menggunakan rumus Baxter (IVFD
RL 500 cc dalam 8 jam pertama 15 tpm makro, lanjut 500 cc dalam 16 jam - 8 tpm makro),
27

rawat luka dengan burnazin zalf, Cefotaxime 3 x 350 mg IV, serta Sanmol drip 3 x 12 mg IV.
Jika dianalisa dan disesuaikan dengan tinjuan pustaka, penatalaksanaan luka bakar pada kasus ini
sudah sangat tepat.
Keputusan untuk melakukan rawat inap pada pasien ini tergolong tepat. Hal ini
berdasarkan rekomendasi indikasi rawat inap dari ABA, yang mana salah satu indikasinya yaitu
pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar parsial
atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%. Pada kasus ini, pasien berusia 2
tahun dengan luas luka bakar mencapai 25% sehingga memenuhi rekomendasi ABA tersebut.
Pemberian cairan intravena pada kasus juga telah sesuai dengan tinjauan pustaka yang
ada. Seperti yang kita ketahui, apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi maka fungsi kulit
sebagai barier dan penahan penguapan akan hilang. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok
hipovolemik. Berdasarkan kepustakaan, pemberian cairan intravena diberikan bila luas luka
bakar >10%, sehingga keputusan untuk memberikan cairan intravena sudah sangat tepat. Ada
beberapa cara untuk menghitung jumlah cairan yang harus diberikan. Pada pasien ini yang
digunakan adalah rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4 mL larutan
Ringer. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat. Hari kedua
diberikan setengah cairan pertama.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi
pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran
napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Antibiotik sistemik spektrum luas
diberikan untuk mencegah infeksi, yang mana pada kasus diberikan antibiotik cefotaxime IV.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya
elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan

28

pencegahan infeksi. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup. Menurut
kepustakaan, ada beberapa jenis obat yang dianjurkan sebagai terapi topikal seperti golongan
silver sulfadiazine. Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim.
Sementara itu pada kasus, telah digunakan salep burnazin zalf yang mengandung silver
sulfadiazine, sehingga telah sesuai dengan kepustakaan. Dikatakan bahwa silver sulfadiazine
sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif
terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.
Pada setiap kasus luka bakar, tentunya pasien akan mengalami nyeri pada luka. Oleh
karena itu pada pasien diberikan Sanmol IV (paracetamol) sebagai anti nyeri. Sementara itu
selama perawatan di rumah sakit, kondisi pasien mengalami perbaikan. Pasien tidak
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan minimalnya infeksi pada luka bakar, mengingat pasien
telah diberikan terapi antibiotika serta dilakukan perawatan luka yang intensif.

29

BAB V
SIMPULAN

Penentuan luas dan derajat luka bakar pada kasus ini sudah sangat tepat sehingga
penegakkan diagnosisnya pun telah sesuai. Setelah mengetahui luas, derajat dan beratnya luka
bakar, klinisi selanjutnya menentukan penatalaksanaan yang sesuai dan spesifik untuk tiap kasus.
Pada kasus telah dilakukan terapi rawat inap, penggantian cairan intravena, antibiotika sistemik
dan topikal serta terapi anti nyeri. Pemilihan terapi ini sudah sesuai dengan kepustakaan yang
ada, yaitu pemilihan terapi berdasarkan luas, derajat serta beratnya luka bakar.
Ketepatan diagnosis dan efektifitas terapi yang diberikan tampak dari outcome klinis
pasien setelah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Setelah perawatan, kondisi pasien
mengalami perbaikan. Dalam hal ini, pasien tidak menunjukkan tanda dehidrasi dan minimalnya
infeksi pada luka bakar tersebut.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
2. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard M,
Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 248
3. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm: 418425.
4. American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity
classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American College of
Surgeons, 69(10), 24-28.

31

Anda mungkin juga menyukai