OLEH :
TERESIA T SIMARMATA
A.11.041
PENDAHULUAN
1.1
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i keperawatan mampu :
1. Mengkaji pasien gangguan sistem pernafasan dengan trauma toraks
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan trauma toraks
3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan trauma toraks
4. Mengimplementasikan rencana yang telah
disusun
dalam
bentuk
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1
2.1.1
Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah
mekanisme yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling
umum untuk trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk
(Brunnar& Suddart, 2001).
2.1.2
Anatomi Fisiologi
Struktur
Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior
serta esofagus
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga
dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.
faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan
tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan
diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan
demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
2.1.3
Etiologi
1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif). (http://www.qirtin.com/askep-traumadada)
2. Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3.
Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang
terdengar
jauh
atau
tidak
terdengar
sama
sekali.
pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada,
walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman
dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).
2.1.4
Patofisiologi/ Pathway
Trauma thorax
paru-paru
wound).
Open pneumothorax
Close pneumothorax
Tension pneumothorax
Tekanan pleura meningkat terus
2.1.5
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)
2.1.6
Prognosis
Banyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak
kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan
dignostik dan terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 1530% dari trauma tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.
Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur
yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan
kasus trauma toraks.
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:
1. Rontgen dada
2. HSD
3. Urinalisis
4. Elektrolit dan osmolalitas
5. Saturasi oksigen
6. Gas darah arteri
7. EKG
8. CT Scan juga dpt dilakukan
2.1.8
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan
melakukan resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan
dukungan oksigen dan pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan
kembali volume cairan, memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan
cairan intrapleura serta darah.
Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas
yang adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi
dan menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang
pada dada (pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap
udara atau udara atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan
pneumotoraks/hemotoraks serta tamponade jantung. Hipovolemia dan curah
jantung yang rendah diperbaiki. (keperawatan medikal bedah, 2001)
2.2
2.2.1
Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Identitas klien
medik, alamat.
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
2.
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
Sistem Kardiovaskuler :
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
3.
Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4.
Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan
5.
Sistem Pencernaan :
6.
7.
Sistem Endokrin :
8.
9.
Spiritual :
4. Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
2.2.1.
1.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa:
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi cairan/udara
4.
bullow drainage
6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder
terhadap trauma
2.2.3
Intervensi keperawatan
Diagnosa
Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
1. Pola Nafas tidak NOC:
efektif berhubungan
dengan :
- Hiperventilasi
- Penurunan
NIC:
Respiratory status : Membuka jalan napas
Memposisikan
pasien
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
energi/kelelahan
- Perusakan/pelemaha
n
muskulo-
skeletal
- Kelelahan
keperawatan
otot
pernafasan
oksigenasi
selama Terapi oksigen
Memebersihkan sekresi pada mulut,
keefektifan
sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Obesitas
belakang
..pasien
menunjukkan
- Hipoventilasi
- Injuri
untuk
tulang
Mengobservasi
tanda terjadinya
nafas yang bersih,
hipoventilasi
tidak ada sianosis dan
Memonitor kecemasan pasien
dyspneu
(mampu Mngajarkan pada pasoen dan
mengeluarkan sputum,
keluarga
bagaimana
mampu
DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek
DO:
- Penurunan
tekanan
udara
ada
- Menggunakan
otot
pernafasan
pursed-
lip
ekspirasi
berlangsung
sangat lama
- Penurunan kapasitas
vital
- Respirasi: < 11 24
x /mnt
suara
nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
darah, nadi, pernafasan)
- Orthopnea
nafas,
catat
dalam
tambahan
suara
Berikan
bronkodilator :
rentang normal, tidak
per menit
- Tahap
Posisikan
pasien
untuk
mudah,
tidakada
memaksimalkan ventilasi
pursed lips)
Pasang
mayo bila perlu
Menunjukkan
jalan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas yang paten (klien Keluarkan sekret dengan batuk atau
tidak merasa tercekik,
suction
pernafasan
- Penurunan
pertukaran
dg
inspirasi/ekspirasi
- Pernafasan
bernafas
-..
.
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien
dan
Diagnosa
Masalah Kolaborasi
Infeksi,
Respiratory status
disfungsi
neuromuskular,
bronkus,
dinding
alergi
jalan
spasme
nafas
jalan
sekresi
nafas,
tertahan,
banyaknya
mukus,
di
alveolus,
Aktivitas:
: Airway
patency
Aspiration Control
hiperplasia
- Obstruksi
tidak
Intervensi
Setelah
dilakukan
keperawatan
..pasien
tindakan
selama
dibuktikan
dengan
kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
batuk
nafas
Memonitor
eek
perubahan
oksigenasi
Membantu bernafas dalam
Mengauskultasi suara nafas
Mengajarkan teknik bernafas
lewat mulut
Mengajarkan
dengan baik
Memonitor
teknik
bernafas
kelemahan
otot
respirasi
mengeluarkan
sputum,
suctioning.
l/mnt,
(klien
tercekik,
tidak
merasa
napas dalam
irama
nafas, Posisikan
pasien
untuk
frekuensi pernafasan dalam memaksimalkan ventilasi
rentang normal, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika perlu
suara nafas abnormal)
Mampu
- Kesulitan berbicara
penyebab.
tidak ada
- Produksi sputum
frekuensi
suara tambahan
- Gelisah
- Perubahan
suction
dan
irama nafas
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
2.2.4
Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi
2.2.5
2.2.6
Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan ketidakefektifan pola pernapasan
2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas
3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut
4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik
5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit
Discharge Planning
1. Hilangkan nyeri interkosta yang mungkin terjadi dengan menggunakan
pemanasan lokal dan nalgesia oral
2. Selingi berjalan dan aktivitas lain dengan periode istirahat yang sering.
Sadari bahwa kelemahan dan keletihan adalah umum untuk 3 minggu
pertama.
3. Praktikkanlah latihan pernapasan beberapa kali sehari selama beberapa
minggu pertama di rumah
4. Hindari mengangkat beban lebih dari 10 kg sampai terjadi penyembuhan
sempurna; otot-otot dada dan insisi mungkin lebih lemah dari normal
selama 3 sampai 6 bulan setelah operasi
5. Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan jarak
berjalan. Jaga tetap persisten.
6. Dengan segera hentikan semua ktifitas yang dapat menyebabkan keletihan,
peningkatan sesak nafas, atau nyeri dada
7. Hindari iritan bronkhial (merokok, asap, polusi udara, semprot aerosol)
8. Cegah kedinginan atau infeksi paru
9. Dapatkan vaksin influenza tahunan. Juga bahas vaksinasi terhadap
pneumonia dengan dokter
10. Melapor untuk tindak lanjut perawatan oleh ahli bedah atau kllinik sesuai
kebutuhan
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru,
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.
Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
KATA PENGANTAR
Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah
mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB 1 : PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Tujuan...................................................................................................
BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Medis....................................................................
2.1.1
2.1.2
Pengertian.............................................................................
Anatomi Fisiologi................................................................
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2.1.9
Etiologi.................................................................................
Manifestasi klinis.................................................................
Pathway................................................................................
Komplikasi...........................................................................
Prognosis..............................................................................
Pemeriksaan Diagnostik.......................................................
Penatalaksanaan...................................................................
Pengkajian.................................................................................
Diagnose Keperawatan.............................................................
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan.....................................................
Evaluasi Keperawatan..............................................................
BAB 3 : PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
3.3 DAFTAR PUSTAKA