PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang.Walaupun jenis aktifitas berubah sepanjang kehidupan manusia,
mobilitas
adalah
pusat
berpartisipasi
dalam
menikmati
kehidupan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Manfaat Mobilisasi
Manfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia (Darmojo, 1999) :
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah
patah
d. Menghambat
pengecilan
otot
dan
mempertahankan
atau
5.
Macam-macam Mobilisasi
mengontrol
seluruh
area
tubuh.
Mobilissi
penuh
pada
sistem
muskuloskeletal
disebabkan
seperti
oleh
7.
Dampak fisik dari perubahan mobilisasi dan ketidakaktifan sangat banyak dan
bermacam-macam.Masalah-masalah yang berhubungan dapat mempengaruhi
semua system tubuh. Perubahan-perubahan yang paling sering terjadi akibat
perubahan mobilitas pada lansia dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Efek
Penurunan konsumsi O2 maksimum
Hasil
Intoleransi ortostatik
Osteoporosis disuse
Konstipas
Intoleransi glukosa
Atelektasis
Penurunan O2
Peningkatan pH
Penurunan vol.plasma
Penurunan keseimbangan natrium
Penurunan volume darah total
Gangguan sensori
Perubahan kognisi
Depresi dan ansietas
Perubahan persepsi
Gangguan tidur
8.
Pemeriksaan Fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
NO FUNGSI
1
SKOR
Mengendalikan
rangsang 0
1
pembuangan tinja
2
KETERANGAN
Mengendalikan
berkemih
rangsang 0
1
2
terkendali/tak
teratur
Tak
pencahar).
Kadang-kadang
tak
terkendali
(1x
seminggu).
Terkendali teratur.
Tak terkendali atau
pakai kateter
Kadang-kadang
terkendali
dan
(melepaskan,
celana,
jamban, 0
1
keluar
2
memakai
orang lain
Mandiri
Tergantung
menyiram)
mengerjakan
beberapa
Berubah
sikap
berbaring ke duduk
dari 0
1
2
3
(hanya
beberapa
0
1
2
tak
1x/24 jam)
Mandiri
Butuh
pertolongan
membersihkan,
Makan
(perlu
kegiatan
dapat
sendiri
kegiatan
yang lain.
Mandiri
Tidak mampu
Perlu
ditolong
memotong makanan
Mandiri
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan
orang.
Mandiri
10
Berpindah/ berjalan
Memakai baju
0
1
2
3
0
1
2
0
1
2
Mandi
0
1
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan
kursi roda.
Berjalan
bantuan 1 orang.
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian
dibantu
dengan
TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
9.
1.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
2.
3.
11
10. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi
system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah
yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan.
a. Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan
secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social
yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal,
perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet
yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan
kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya
tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak
b.
mendukung.
Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan,
dan mengalami peningkatan.Program tersebut disusun untuk
memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu
kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi
Pencegahan Sekunder
12
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dkurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.Keberhasilan
intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang
menyebabkan
atau
turut
berperan
terhadap
imobilitas
dan
bagi
orang-orang
dengan
dan
tanpa
penyakit
pertahanan
yang
yang
berbeda.Latihan
aktif
membantu
tungkai
meninggikan
3.
dengan
tungkai
ketergantungan
diatas
dudukan
minimal
(misalnya
kaki)
mencegah
14
Penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal yang universal terjadi
diantara semua ras dan pada kedua jenis kelamin dan terutama ditujukan pada
penyempitan pada diktus ntervertebrata dan penekanan pada kolumna spinalis.
Bahu menjadi lebih sempit dan pelvis menjadi lebih lebar, ditunjukan oleh
peningkatan diameter anteroposterior dada.(Stanley, 1999)
Ketika manusai mangalami penuaan, jumlah massa otot tubuh mengalami
penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam
kontur tubuh dan menperdalam cekungan disekitar kelopak mata, aksila, bbahu
dan tulang rusuk. Tonjolan tulang (vertebra, Krista iliaka, tulang rusuk, scapula)
menjadi lebih menonjol. (stanley, 1999)
2. Sistem muskular
Kekurangan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan
penurunan pengunaan system neuromuscular adalah penyebab utama untuk
kehilangan kekurangan otot. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah
serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi
jaringan otot melambat dengan penambahan usia daan jaringan atrofi diganti
jaringan fibrosa. (stanley, 1999)
3. Sendi
Secara umum terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi
pada sendi sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang dipermukaan
sendi. Komponen komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada
jaringan penyambung meningkat secara progresif yang tidak dipakai lagi,
mungkin menyebablkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitus. (stanley, 1999)
4. Masalah Masalah Umum yang Sering Terjadi pada Sistem Muskuloskeletal
15
16
17
sulit
diketahui
nsecara
pasti.degerasi dari sendi tidak disebabkan oleh proses dari penuaan itu
sendiri. Umur, trauma, gaya hidup, obesitas dan genetik merupakan faktor
faktor predisposisi dalam perkembangan dari osteoartritis.
Di osteoartritis, tulang rawan menipis dan hilang. Saat tulang
rawan sendi hilang, dua permukaan tulang ketemu satu sama lain,
akibatnya sendi akan terasa nyeri. Interfalang distal, interfalang proksimal,
18
4) Patofisiologi
Osteoartritis (juga disebut penyakit degenerative sendi, hipertrofi
arthritis, arthritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang
berkembang secara lambat, tidak simetris, dan non inflamasi yang terjadi
pada sendi sendi yang dapat digerakkan, khusus pada sendi sendi yang
menahan berat tubuh. Osteoarthritis ditandai oleh degenerasi kartilago
sendi dan oleh membentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi.
Kerusakan pada sendi sendi akibat penuaan diperkirakan memainkan
suatu peran penting dalam perkembangan osteoarthritis. Perubahan
degenerative menyababkan kartilago yang secara normal halus, putih,
tembus cahaya manjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang kasar
dan area malacea (pelunakan). Ketika lapisan kartilago menjadi lebih tipis,
permukaan tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi
sekunder dari membrane sinovial mungkin mengikuti. Pada saat
permukaan sendi menipiskan kartilago, tulang sukondrial meningkat
kepadatanya dan menjadi sklerosis. (Stanley, 1999)
5) Manifestasi klinis
Nyeri, kekakuan, hilangnya gerakan, penurunan fungsi, dan
deformitas sendi secara khas dihubungkan dengan tanda tanda inflamasi
seperti nyeri tekan, pembengkakan, dan kehangatan. Klien mungkin positif
mempunyai riwayat trauma, pengunaan sendi berlebihan, atau penyakit
sendi sebelumnya.
Pada awalnya, nyeri terjadi bersama gerakan kemudian nyeri juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Pemeriksaan menunjukan adanya daerah
nyeri tekan krepitus, berkurangnya rentang gerak, seringnya pembesaran
19
medikasi
ini
adalah
golongan
deuretik
thiazide
seperti
20
2) Manifestasi
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, intelklitikal
gout dan gout menahun. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang
klasik dan didapat diposisi yang kristal urat.
o Stadium artritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul
sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala gejala apa apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit
yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartrikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, dan menggil dan merasa lelah.
o Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana
terjadi periode interkritik asimtomatik. Walaupun secara
klinik tidak didapatkan tanda tanda radang akut namun
pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat.
o Stadium artritis gout menahun
Stadium ini umumnya pada pasien mengobati sendiri
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur
pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi
yang banyak dan terdapat poliartrikuler. Tofi ini sering
pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang kadang
dapat timbul infeksi sekunder.
3) Penatalaksanaan
Secara umum penanganan artritis gout adalah memberika edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan di lakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain,
misalnya
lain
kolkisin,
obat
anti
inflamasi
nonsteroid
(OAINS),
21
tergantung dari jenis OAINS yang di pakai. Di samping efek anti inflamasi
obat ini juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS yang banyak di
pakai pada artriris gout akut adalah indometasin. Dosis obat ini adalah
150/200 mg/hari selama 2-3 hari dan di lanjutkan 75-100 mg/hari sampai
minggu berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang.
Kortikosteroid dan ACTH di berikan apabila kolkisin dan OAINS tidak
efektif atau merupakan kontraindikasi. Pemakaian kortikosteroid pada
gout dapat di berikan oral atau parenteral. Indikasi pemberian adalah pada
artritis gout akut yang mengenai banyak sendi (poliartikular). Pada
stadium interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk
menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat di lakukan dengan pemberian
diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat orikusurik
yang lain. ( Aru W.Sudoyo.2006).
4.2. Osteoporosis
1) Pengertian
Osteoporosis pada umumnya adalah tentang penyakit rapuh
tulang dan dibedakan oleh pengurangan massa dan kekuatan
tulang. Tulang terus-menerus memperbaiki diri dan proses
melindungi tulang tetap konstan. Sel tulang yang tua diabsorbsi
oleh osteoklas dan sel tulang yang baru dibentuk osteoblast. Proses
lengkap remodeling membutuhkan waktu 4-8 bulan. Massa tulang
dibentuk saat usia masih muda dengan berat jenis mineral tulang
(BMD = bone mineral density) meningkat sampai kira kira usia
30 tahun, massa tulang dicapai. ( Stanley, 1999)
2) Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan massa tulang
secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu
berjalan / bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang
menyakitkan yang terjadi dalam proporsi endemic. Walaupun
osteoporosis serimg terjadi pada wanita, pria juga berisiko untuk
mengalami osteoporosis. Hilangnya substansi tulang menybabkan
tulang manjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk
22
komplikasi
selanjutnya
akibat
keterbatasan
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
Saran kami bagi para lansia yang sudah mengalami perubahan mobilitas
akan lebih baik jika terus melatih dan membiasakan mobilisasinya. Hal
tersebut membantu mencegah terjadinya intoleransi aktifitas yang lebih
parah.
Saran kami bagi masyarakat agar lebih memperhatikan kesehatan tulang
dan otot dan tubuh secara keseluruhan selagi dalam usia muda. Hal itu
mampu
memperlambat
proses
penuaan
yang
tentunya
dapat
25
DAFTAR PUSTAKA
1. http://bernando18.blogspot.com/2011/10/gangguan-mobilitas-padalansia.html
2. Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik.Edisi 4.Jakarta : EGC.
3. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
26
4. http://www.minangforum.com/Thread-Perubahan-anatomik-organ-tubuhpada-penuaan
5. mickey & patricia. 2006. Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2 . Jakarta :
EGC.
6. http://texbuk.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-danperubahan_5791.html
27