Realigning HR Egans Clothiers
Realigning HR Egans Clothiers
Pendahuluan
Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya
merupakan fakrot kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara
efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik
atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja
individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi
sebenarnya tentang baaimana kinerja karyawan.
Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) a way of
measuring the contribution of individuals to their organization. Penilaian
kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada
organisasi tempat mereka bekerja. Tujuan dari penilaian kinerja menurut
Syafarudin Alwi (2001 : 187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan
sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development, yang bersifat
evaluation harus menyelesaikan : 1. Hasil penilaian digunakan sebagai
dasar pemberian kompensasi. 2. Hasil penilaian digunakan sebagai
staffing
decision.
3.
Hasil
penilaian
digunakan
sebagai
dasar
dengan
sistem
rekrutmen
expenses,
perusahaan
mungkin
membutuhkan
restrukturisasi operasinya.
Kejadian ini karena perusahaan terlalu yakin bahwa usaha
yang mereka jalani sekarang mempunyai dampak yang baik pada
pendapatan perusahaan. Mereka sesungguhnya berada di zona nyaman
comfort zone dimana mereka menanggap bahwa kenaikan pendapatan
ini akan membawa perusahaan mereka menjadi sehat. Namun disisi lain
egan mengalami masalah pada sistemnya yang itu terus menerus
menikis pendapatannya, sehingga kenaikan pendapatan tidak ada artinya.
Egan mengalami masalah pada sistem operasional karyawan
dimana egan terlalu menghabiskan banyak dana hanya untuk mengatur
karyawan. egan percaya bahwa kesuksesan dari retail tergantung pada
kompetensi dan usaha dari setiap karyawannya, sehingga egan rela
menghabiskan dana sebesar 1,3 M dollar hanya untuk Human Resource
Information System (HRIS). Sistem ini secara otomatis merecord data
karyawan, dan mengkoneksikan masing masing retail store, distributor
center, dan executive office. Selain itu egan juga terus mempertahankan
training selama lima tahun untuk membantu peningkatan dari penjualan
retail selling skill (rss). Biaya tahunan dari program ini menghabiskan 750
juta dollar, selain itu ketika perusahaan retail yang lain mengangkat
lulusan SMA egan secara umum mengangkat beberapa retailing atau
sales yang berpengalaman sebelum diangkat dan diaplikasikan sebagai
karyawan.
Tentu
hal
ini
menambah
biaya
karyawan
yang
harus
promosi
dan
kenaikan
gaji.
Perusahaan
memberikan
good,
Good,
Fair,
Poor.
Perusahaan
mengevaluasi
karyawan
antara
department
yang
ada
diperusahaan
untuk
team
egan
tentang
penerapan
HR
secara
keseluruhan ?
2. Apa pro dan kontra dari sistem penilaian kinerja yang
dilakukan oleh egan ? apakan menurut anda sistem
tersebut mengidentifikasikan karyawan yang terbaik ?
apakah ini membantu karyawan untuk melakukan kinerja
terbaik yang dia mampu ?
3. Dapatkah kenaikan penjualan dihubungkan baik secara
langsung ataupun secara tidak langsung dengan penilaian
kinerja ? bagaimana dengan efek yang ditimbulkan atas hal
tersebut ? apakah anda akan merubah sistemnya ?
B. Pembahasan
Masalah yang terjadi pada egan adalah ketika perusahaan
mengkoneksikan penilaian kinerja dengan pemberian insentif, perusahaan
mendasarkan penilaian kinerja pada rekening penjualan setiap karyawan
dari berbagai departemen kemudian kepala departemen mengelompokan
mereka dalam lima kategori. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh HR
egan tidak efektif, terbukti dengan adanya laporan bahwa ada karyawan
yang memaksa klien untuk melakukan pembelian, hal ini dilakukan demi
mendapatkan penilaian yang baik karena dapat menjual barang setiap
hari.
Pengeluaran yang dilakukan egan untuk merekrut karyawan
tidaklah sedikit, ini karena egan ingin mendapatkan sumberdaya manusia
yang
lebih
memberikan
unggul
dari
pelayanan
para
yang
kompetitornya,
lebih
sehingga
dibandingkan
egan
dengan
bisa
para
dilakukan egan tidak efektif untuk menurunkan biaya tenaga kerja dan
justru ini malah menimbulkan penurunan performa karyawan. Seharusnya
egan menjalankan prinsip the right man to the right position dimana
egan tidak perlu merekrut orang dengan pengalaman yang tinggi untuk
menjadi tenaga penjualan, egan hanya butuh merekrut orang dengan
kemampuan standar kemudian melakukan training pada orang tersebut,
ini akan lebih menguntungkan dari pada egan harus merekrut orang
dengan pengalaman yang tinggi.
Pembagian insentif pun harus dirubah, pembagian insentif
bukan berdasarkan pada penilaian kinerja tetapi pada hasil nyata kinerja
tersebut. Artinya bahwa insentif itu dibayarkan untuk apa yang dia
kerjakan, bukan untuk nilai yang dia dapatkan, sebagai contoh karyawan
yang mampu menjual hanya 10 barang, dapat dikatakan superior karena
dia sangat ramah pada klien, sedangkan karyawan yang mampu menjual
20 barang, dapat dikatakan poor hanya karena dia biasa saja pada klien,
ini menunjukkan bahwa, meski karyawan telah menjual barang melebihi
target, namun dia tidak akan mendapat banyak insentif karena penilaian
kinerjanya menjadi buruk, berbeda dengan karyawan yang menjual
dibawah target, dia akan tetap mendapatkan insentif karena penilaian
kinerja yang baik. Ini tentu menimbulkan ketidak adilan antara karyawan
sehingga ini akan menghambat dan menurunkan kinerja karyawan.
Lebih baik lagi jika perusahaan mengelompokkan karyawan
berdasarkan departemennya kemudian perusahaan menghitung laba
perjam kerja dari setiap team, kemudian team yang berhasil melampaui
target yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan mendapatkan insentif
sesuai besaran yang telah ditentukan. Inilah yang dinamakan pay for
performance sehingga timbul semangat untuk bekerja, dan kepuasan
kerja karyawan meningkat.
Selain itu kohesivitas diperusahaan egan sangatlah rendah, ini
karena persaingan yang tidak sehat antara karyawan hanya untuk
mengejar penilaian yang baik dan mendapatkan insentif sebanyak
mungkin. Hal ini menyebabkat tingginya angka turnover diperusahaan
tersebut. Para karyawan merasa tidak dihargai sehingga mereka lebih
memilih untuk meninggalkan perusahaan tersebut. Hal ini jelas sangat
yang
kelangsungan
hidup
perusahaan,
jika
tidak
segera
diambil
keputusan oleh pihak egan, maka sangat boleh jadi akan sedikit sekali
orang yang mau bekerja diperusahaan ini. Ketika hal ini terjadi maka
perusahaan terancam kekurangan karyawan bahkan parahnya bahwa
perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Penilaian kinerja memang menjadi masalah tersendiri bagi
perusahaan, seringkali kegian ini dianggap sepele dan main main baik
oleh para karyawan maupun oleh orang orang yang terlibat dengan
perusahaan. Padahal sesungguhnya hal ini adalah hal yang sangat
penting, dimana hasil dari penilaian kinerja ini akan menentukan
pengambilan keputusan untuk pengembangan karir seseorang. Maka
penilaian kinerja harus dilakukan se-objektif mungkin untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Namun hal itu tidaklah mudah mengingat bahwa
penilaian kinerja juga bisa menjadi salah satu alat untuk menjatuhkan
saingan didalam perusahaan. Hal ini membuat kegiatan ini penuh dengan
kontrofersi dan manipulasi demi kepentingan pribadi, ini yang harus
dihindari
oleh
para
manajer
sehingga
perusahaan
yang
mereka
metoda
penilaian kinerja
yang dilakukan
egan
Peter
Drucker,
ia
mengatakan
bahwa
membuat
kinerja
yang
ada,
merubah
pemberian
insentif
biaya
untuk
merekrut
tenaga
kerja
menjadi
karyawan
memasukkan
menjadi
seseorang
ujung
kedalam
tombak
organisasi,
perusahaan
rekrutmen
dalam
tidak
bisa
dan efisien sehingga hasil yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
Kita
sebagai
calon
manajer
harus
selalu
siap
dalam
REFERENSI TEORI
Anonymous. 2013. Kinerja. http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja. diakses
pada tanggal 15 januari 2014.
Satria. Riri. 2009. The Age of Paradox: Paradox di Dunia Kerja, Bisnis, dan
Pendidikan. http://indosdm.com/the-age-of-paradox-paradox-didunia-kerja-bisnis-dan-pendidikan. diakses pada tanggal 15 januari
2014