Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Homeostasis, Stres, Adaptasi dan Metabolisme adalah bloklima pada
semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan
kasus Imron 40 tahun, mengalami Imron 40 tahun, mengalami dehidrasi dan
hipernatremi akibat tidak mengkonsumsi air minum dan terpajan matahari dalam
waktu lama.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran

KBK

di

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Laporan Tutorial Skenario B 2015

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor

: Trisnawati

Moderator

: Fredi Rizky

Sekretaris papan

: Altiara Risky Suciandari

Sekretaris meja

: Ardiansyah Wijaya

Waktu

: Selasa, Maret 2015


Kamis, Maret 2015

Pukul

: 08.00 10.30 wib.

Peraturan :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3. Tidak boleh makan pada saat diskusi tutorial berlangsung
2.2 Skenario Kasus
Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari kapal
miliknya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang
balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia
tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah
dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat pulau yang
sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal
penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami
kejang dan matanya terlihat bengkak.
2

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Hasil pemeriksaan menunjukkan:


-

Kesadaran : Mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan


tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak bicara namun terlihat bingung.

Tanda vital : HR : 118x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR : 28x/menit, suhu : 36,8C

Turgor (+)

Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.

2.3 Seven Jump Steps


2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Keram
2. Terombang ambing

: Tergelam ( KBBI)
: Terapung-apung turun naik ke kiri dan kekanan
dibawa ombak (KBBI,2008)

3. Haus

: Dahaga, berasa kering kerongkongan ingin minum


(KBBI, 2014).

4. Lemah

: Tidak kuat atau tidak bertenaga (KBBI)

5. Berkunang-kunang

: Seakan-akan melihat cahaya berkelap-kelip pada


mata (KBBI, 2008)

6. Berilusi

: Sesuatu yang hanya dalam angan-angan (khayalan)


(KBBI, 2008)

7. Klinik

: Balai pengobatan atau Pusat Kesejahteraan


Masyarakat (KBBI, 2008)
8. Kejang
: Keadaan urat atau otot yang kaku dan menegang
(KBBI, 2008)
9. Bengkak
: Menjadi besar karena suatu pengaruh yang berasal
dari dalam atau luar tubuh (KBBI, 2014)
10. Bingung
: Hilang akal (tidak tahu yang harus dilakukan) (KBBI,
2008)
11. Mata Terpejam
: Indra penglihatan yang terpejam ( KBBI, 2008)
12. Turgor
: Keadaan menjadi turgid atau membengkak (Dorland).
13. HR (Heart Rate)
: Suatuhitungansetiapdetakjantungpadasewaktu-waktu /
per menit (John W, 1995)
14. TD (Tekanan Darah) : Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh oleh
darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh
(Guyton, 2007: 172)
3

Laporan Tutorial Skenario B 2015

15. RR (Respiration Rate) : Suatu hitungan hembusan nafas pada sewaktu-waktu /


per menit atau jumlah inspirasi per menit(John W,
1995)
16. Cairan Dextrose
: Monosakarida, monohidrat d-glukosa terutama dipakai
sebagai cairan dan makanan dan juga dipakai sebagai
diuretika dan untuk berbagai keperluan klinik
(Dorland, 2011).
17. IVFD (Intra Vena Fluid Drops) : Jalurmasukcairanmelaluipembuluh vena.
2.3.2

Identifikasi masalah

1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang ambing selama 2 hari ditengah


laut. Selama ditengah laut ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.
2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia
merasa berilusi melihat pulau yang sesungguhnya tidak ada.
3. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung
dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya
terlihat bengkak.
4. Hasil pemeriksaan menunjukkan:
-

Kesadaran : Mata terpejam namun membuka bila dipanggil,


dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa
diajak bicara namun terlihat bingung.

Tanda vital : HR : 118x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR :


28x/menit, suhu : 36,8C

Turgor (+)

- Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
5. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.
2.3.3

Analisis Masalah

1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang ambing selama 2 hari ditengah


laut. Selama ditengah laut ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.
a Apa dampak tidak minum ?
Jawab :
Air dan O2 adalah unsur penting bagi setiap kehidupan, pentingnya
air bagitu tubuh manusia karena 60% tubuh manusia terdiri dari air.
4

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Akibat apabila kurang minum:


1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena tidak minum selama latihan, kerja berat atau
penyebab lain. Dapat mengakibatkan kehilangan nasfu makan, sakit
kepala, lemas, dan cemas.
2. Masalah pencernaan
Lapisan dinding perut terdiri dari 98% air dan mengandung bikarbonat
untuk melindunginya dari asam lambung. Lapisan ini harus tebal setiap
saat untuk mencegah masalah perut. Air membantu mempertahankan
ketebalan lapisan lambung. Apabila seseorang kurang mengonsumsi
air, maka lapisan ini akan menipis dan menimbulkan kerusakan.
3. Radang sendi
Tulang rawan di setiap persendian adalah terdiri dari sekitar 80% air.
Apabila kekurangan dapat menyebabkan kurangnya pelumas pada
sendi, sehingga menghasilkan gerakan yang lebih besar sehingga dapat
mengakibatkan artritis.
4. Tekanan darah tinggi
Kurang minum dapat menyebabkan pembuluh darah kapiler menutup,
sehingga menyebabkan pembatasan pergerakan darah. Pembatasan
darah tersebut akan berusaha lebih keras lagi untuk memompa darah.
Cairan di dalam pembuluh darah arteri mengkompensasi kurangnya air
pada kapiler. Jika aliran darah ke ginjal di batasi karena kekurangan
air, maka ini akan bereaksi dengan konstriksi pembuluh darah dan
arteri yang membuat tekanan darah dan arteri yang membuat tekanan
darah menjadi lebih tinggi.
5. Memperburuk kondisi kulit
Resistensi dan fungsi enzim tidak bekerja optimal apabila seseorang
kekurangan dalam pengonsumsian minum, sehingga lapisan kulit luar
akan memburuk dan menyebabkan kulit kering dan kasar.
6. Mempengaruhi kerja ginjal

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Ginjal bekerja pada sistem kemih yang bertugas untuk menyaring


racun dalam darah karena metabolisme dan mendistribusikan kembali
ke darah yang telah bersih kembali keseluruh tubuh. Jika kekurangan
cairan, ginjal akan bekerja semakin keras dan sisa kotoran akan
menumpuk pada ginjal karena tidak bisa dikeluarkan dengan baik
melalui sistem tubuh.
(Sherwood, 2011)
Dampak tidak minum adalah dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan
dimana

berkurangnya

volume

air

tanpa

disertai

berkurangnya

elektrolit/natrium atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya


natrium di cairan ekstrasel. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan
natrium dalam ekstrasel sehingga cairan intraseluler akan berpindah ke
ekstrasel dan cairan intrasel akan berkurang. Jadi dehidrasi melibatkan
pengurangan cairan intra dan ekstrasel secara bersamaan (40% cairan
hilang berasal dari ekstrasel, dan 60% dari intrasel). Dehidrasi ini dapat
terjadi akibat keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran
cerna, diabetes insipidus, atau diuresis osmotik yang disertai gangguan
rasa haus atau gangguan akses cairan. Dehidrasi juga dapat terjadi akibat
masuknya cairan ekstrasel ke cairan intrasel dalam jumlah yang
berlebihan, kejang hebat, setelah melakukan latihan berat, atau pasca
pemberian cairan natrium hipertonik berlebihan.
(IPD UI, 2014)
b. Berapa kebutuhan cairan tubuh manusia dalam sehari ?
Jawab :
Setiap hari, manusia memerlukan 1,6-2 liter air untuk membantu
proses fisiologis di dalam tubuhnya. Batas minimumnya adalah sekitar 1,6
liter (600 ml untuk urine, 200 ml untuk feses, dan 800 ml untuk kulit dan
paru-paru).
1. Berasal dari air atau cairan dalam makanan yang normalnya
menambah cairan tubuh sekitar 2.100 ml/hari.
2. Berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang
menambah sekitar 200ml/hari.
Total= 2.300ml/hari.
(Guyton,2014).
6

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Kebutuhan cairan seseorang itu berbeda-beda tergantung dari usia,


Jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan. Namun antara pengeluaran
pemasukan cairan tubuh harulah seimbang.( Fisiologi guyton, 2011)
c. Apa kandungan air laut ?
Jawab :
Jenis Ion
Ca
Mg
Na
K
CO3
SO4
Cl

Air Laut
1,2
3,7
30,6
1,1
0,4
7,7
5,5

Air Tanah
20,4
3,4
5,8
2,1
35,2
12,1
5,7

II.
III.

Kesimp

(Siregar.A, 2005)

d. Apa dampak apabila Imron minum air laut ?


Jawab :
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida
(NaCl), seperti yang kita tahu air laut banyak mengandung NaCl oleh
sebab itu jika kita meminum air laut terlalu banyak maka konsentrasi Na
di dalam tubuh kita akan melebihi kadar normalnya (Hipernatremi), hal ini
menyebabkan konsentrasi Na di ekstrasel lebih besar dari intrasel
sehingga terjadi lah tekanan osmosis untuk menetralkan konsentarasi
ekstasel.Selain itu, minum air laut juga dapat menyebabkan merasa lebih
haus dari sebelumnya. Jika minum air laut, maka akan buang air kecil
lebih banyak. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha menyingkirkan garam
ekstra yang masuk ke dalam tubuh.
Pengaruh minum air laut :
Gejala yang ditimbulkan akibat terlalu banyak minum air laut meliputi :

Mual

Muntah
Laporan Tutorial Skenario B 2015

Pembengkakan pada tungkai

Halusinasi
Gejala lain yang mungkin timbul yaitu :

Kejang

Koma

Kerusakan otak

Gagal ginjal
(Silverthorn,2012)
e. Apa dampak terpajan sengatan matahari selama 2 hari ?
Jawab :
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus (otak).
Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja
mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapat
rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka
rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjar keringat.
Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea
dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam
bentuk keringat.
Berkeringat dikendalikan dari pusat di daerah preoptik dan anterior
hipotalamus otak, dimana neuron termosensitif berada. Fungsi pengaturanpanas dari hipotalamus juga dipengaruhi oleh rangsangan dari reseptor
suhu di kulit. Suhu kulit yang tinggi mengurangi set point dari hipotalamus
untuk berkeringat dan meningkatkan keuntungan dari sistem umpan balik
hipotalamus dalam menanggapi variasi suhu. Secara keseluruhan, respon
berkeringat untuk kenaikan hipotalamus. Suhu jauh lebih besar daripada
respon terhadap peningkatan yang sama dalam suhu kulit rata-rata.
(silverthorn,2012)
2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia
merasa berilusi melihat pulau yang sesungguhnya tidak ada.
a. Bagaimana mekanisme rasa haus, lemah, dan mata berkunang-kunang ?
Jawab :
Mekanisme rasa haus :

Laporan Tutorial Skenario B 2015

ADH merupakan poor yang di sintesis di hipotalamus dan di simpan di


hipofisis.Hipotalamus

mempunyai osmoreseptor yang

peka

terhadap

osmolalitas darah dan pusat rasa haus.Rasa haus merangsang pemasukan


air dan merangsangADH untuk permeabelitas duktus kolektif ginjal untuk
meningkat reabsorbsi air akibatnya terjadi peningkatan volume air tubuh
yang

akan

memulihkan

osmolitas

plasma

kembali

normal

dan

terbentuknya air kemih yang hiperosmotik (pekat) dengan volume yang


sedikit.Penurunan osmolitas plasma mengakibatkan terjadinya penekanan
rasa haus dan menghambat pelepasan ADH sehingga osmolitas plasma
dalam keadaan normal yang varisinya tidak melebihi 1-2%.

Mekanisme lemah :
Paparan termal > keringat keluar karena osmolaritas air laut yang tinggi >
cairan berdifusi dari kulit karena intake cairan kurang > volue CES (cairan
ekstraseluler) menurun > dehidrasi > lemah.
Mekanisme mata berkunang-kunang :
Hipoglikemi karena dehidrasi > metabolism di otak menurun >
vasokontriksi ke jaringan perifer > menuju retina > rangsangan retina tidak
adekuat > hantaran pusat parasimpatis menurun > mata berkunang-kunang
b. Bagaimana mekanisme terjadinya ilusi ?
9

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Jawab:
Penglihatan Tn. Imron juga seperti pulau walaupun tidak ada, itu
disebabkan dari kekurangan oksigen ke otak yang didistribusi ke mata.
Dan ada gangguan juga pada bagian saraf di mata yaitu saraf optik.Saraf
optik, juga disebut saraf kranial II, adalah susunan saraf yang berfungsi
mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak. Jenis kelainan
lapang pandang yang terjadi akibat rusaknya saraf optikus bisa
diidentifikasi dari lokasinya sehingga dapat menghasilkan Diagnosis
Topis. Kelainan lapang pandang dapat berupa monokuler atau binokuler.
Kelainan

lapangan

pandang

monokuler

dapat

disebabkan

lesi

retinaunilateral atau akibat lesi sebagian dari saraf optik. Sedangkan


kelainan lapang pandang binokuler disebabkan oleh lesi unilateral dari
jalur visual yang berada di belakang dari kiasme optik. (silverthorn,2012)
c. Apa yang dimaksud dehidrasi ?
Jawab :
Dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua kompartemer cairan
dalam tubuh. ( Guyton, 2011 ).
Dehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa
elektrolit (natrium) atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya
natrium dari cairan ekstrasel. Akibatnya terjadi peningkatan natrium dalam
ekstrasel sehingga cairan intrasel akan masuk ke ekstrasel (volume cairan
intrasel berkurang). Dengan kata lain secara bersamaan dimana 40% dari
cairan yang hilang berasal dari ekstrasel dan 60% berasal dari intrasel.
(IPDL UI, 2008)
d. Apa faktor penyebab dehidrasi ?
Jawab :
Faktor penyebab dehidrasi yaitu sebagai berikut :
1. Insufisiensi pemasukkan H2O yang berlebihan seperti yang terjadi pada
perjalanan di gurun pasir atau kesulitan menelan

10

Laporan Tutorial Skenario B 2015

2. Pengeluaran H2O yang berlebihan seperti yang dapat terjadi pada orang
yang berkeringat, muntah atau diare berlebihan (meskipun baik H2O
relatife lebih banyak hilang sehingga zat terlarut yang tertinggal
menjadi lebih pekat.
3. Vasopresin meningkatkan permiabilitas tubulus distal dan koligentes
terhadap H2O dengan demikian meningkatkan konsentarsi air dengan
mengurangi pengeluaran air melalui urine.
(Sherwood,2014)
e. Apa akibat terjadinya dehidrasi?
Jawab:
Berikut beberapa kompensasi tubuh saat terjadinya dehidrasi :
1. Baroseseptor karotis dan aorta memberikan sinyal pada pusat pengaturan
Kardiovaskular untuk meningkatkan tekanan darah.
2. Penurunan tekanan darah perifer menurunkan LFG (laju fitrasi glomerulus) secara
langsung. LFG yang ebih rendah mengonservasi volume CES dengan cara
memfiltrasi cairan yang lebih sedikit pada nefron.
3. Umpan balik parakrin menyebabkan sel granula melepaskan renin. LFG yang
lebih rendah menurunkan aliran cairan yang melalui macula dens. Hal ini memicu
pelepasan renin.
4. Sel granula merespon penurunan tekanan darah dengan melepaskan renin.
Gabungan penurunan tekanan darah, peningkatan rangsangan simpatis pada sel
granula, dan sinyal dari macula densa merangsang penglepasan renin dan
memastikan peningkatan produksi ANG II.
5. Penurunan tekanan darah, penurunan volume darah, peningkatan osmolaritas, dan
peningkatan pembentukan ANG II semuanya merangsang vasopressin dan pusat
haus di hipotalamus. (Silverthorn,2012)

11

Laporan Tutorial Skenario B 2015

f. Apakah dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik?


Jawab:
Dehidrasi yang berkepanjangan seperti pada kasus Tn. Imron dapat
menyebabkan Syok Hipovolemik. Syok Hipovolemik adalah suatu keadaan
dimana terjadi kehilangan cairan tubuh atau darah yang menyebabkan jantung
tidak mampu memompakan cukup darah ke seluruh tubuh sehingga perfusi
jaringan tubuh menjadi terganggu. Keadaan ini bersifat emergensi dan dapat
menyebabkan seluruh organ gagal berfungsi dan lebih parah lagi, dapat
menimbulkan kematian organ. Kehilangan cairan tubuh hingga mencapai 1/5
dari total cairan tubuh dapat menebabkan syok hypovolemik. Kehilangan
cairan tubuh tersebut dapat disebabkan oleh:

12

Kehilangan darah (seperti perdarahan interna maupun eksterna)

Kehilangan plasma (seperti terbakar, luka bakar)

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Kehilangan sodium dan cairan intravaskular (seperti keringat berlebih,


diare, atau muntah)

Dilatasi (pelebaran) pembuluh darah (akibat cidera pada saraf yang


mengontrol pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah
mengalami dilatasi, obat - obatan yang menyebabkan vasodilatasi
[pelebaran pembuluh darah] seperti antihipertensi)
Stage Syok Hipovolemik :
Syok hipovolemik dibagi menjadi 4 tingkatan. Empat tingkatan ini dikanal
juga dengan 'Tenis's Shock Hypovolemic Shock". Hal ini dikarenakan 4
tingkatan dari persentase kehilangan darah pada stage ini mirip dengan
skor pada olah raga tenis, yaitu 15, 15-30, 30-40, 40.
Stage 1

Stage 2

Stage 3
(Classic sign)

Stage 4

%
Kehilangan
volume darah

<15% volume
total (750 ml)

15% - 30%
volume total
(750 1500 ml)

30% - 40%
volume total
(1500 2000
ml)

>40% volume
total (>2000
ml)

Cardiac
Output

Normal
terkompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah

Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh darah

Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah

Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah

Tekanan
darah

Normal

TD sistolik
normal namun
diastolic
meningkat
sehingga gap
antara sistolik
dan diastolic
(pulse pressure)
menurun.

TD sistolik
menurun <100
mmHg

Menurun
hingga < 70
mmHg

Laju nafas

Normal

Meningkat
namun < 30
x/menit

Takipnea jelas
(>30 x /menit)

Takipnea jelas
(>30 x /menit)

Nadi

Normal

Takikardi

Takikardia
jelas (>120 x /

Takikardia
(>130 x/ menit)

13

Laporan Tutorial Skenario B 2015

(>100x/menit)

menit)

dengan pulsasi
yang lemah

Kulit

Kulit mulai
pucat

Pucat, dingin
karena alian
darah menuju ke
organ vital

Berkeringat,
dingin dan
pucat

Berkeringat,
dingin, dan
sangat pucat

Status Mental

Normal hingga
sedikit tampak
cemas/ gelisah

Gelisah ringan
(restless)

Bingung,
cemas, agitasi

Penurunan
kesadaran,
lethargy, coma

Pengisian
Kapiler

normal

Delayed (Waktu
pengisian
kapiler
memanjang)

Delayed

absent

Urine Output

normal

Menurun (20-30
ml / jam)

20 ml /jam

Sangat
menurun
hingga absentTidak berarti

Mekanisme kompensasi tubuh saat terjadi syok Hipovolemik:

14

Laporan Tutorial Skenario B 2015

(Sherwood, 2012)
3. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung
dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya
terlihat bengkak.
a. Apa penyebab kejang ?
Jawab :
Kejang

terjadi

karena

ketidakseimbangan

elektrolit

atau

ketidakseimbangan asam-basa yang membuat otot bekerja. Pada kasus,


tuan

Imron

mengalami

dehidrasi

yang

menyebabkan

terjadi

ketidakseimbangan elektrolit yang mempengaruhi fungsi otot, dan apabila


berlanjut. (Guyton, 2014) & (Sylvia, A. Price, 2005)
b. Bagaimana mekanisme kejang ?
Jawab :
Dehidrasi intake nutrisi kurang gangguan keseimbangan cairan
tubuh mekanisme RAA (Renin Angiotensin Aldosteron) sekresi
renin dari sel sel juksta glomerulus ginjal meningkat pelepasan
angiotensin I dan II (menyebabkan vasokontriksi) dan aldosteron
15

Laporan Tutorial Skenario B 2015

(menyebabkan reabsorbsi Na dan air) hipernatremi gangguan


homeostasis kimiawi neuron kelainan depolarisaasi neuron
peningkatan neurotransmiter eksitatorik / deplesi neurotransmiter inhibitor
kejang
(Guyton, 2012)
Sintesis :
Aktivitas kejang sebagian bergatung pada lokasi lepas muatan yang
berlebihan. Lesi di otak, thalamus dan korteks serebrum lebih menjadi
faktor penyebab kejang sedangkan lesi di serebrum dan batang otak
umunya tidak menyebabkan atau memicu kejang. Perubahan- perubahan
metabolic yang terjadi selama dan segera kejang sebagian disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama
kejang kebutuhan metabolism meningkat secara lepas muatan listrik sel-sel
saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 perdetik. Aliran darah otak
juga meningkat demikan juga respirasi dan glikolisisi jaringan. Asetilkolin
muncul dicairan serebrospinalis (CCS) selama dan setelah kejang. Asam
glutamate mungkin juga mengalami deplesi selama aktivitas kejang.
Kelainan fokal pada metabolime kalium dan asetilkolin juga dijumpai di
antara kejang. ( Price &Wilson, 2012).
Kejang (konvulsi) adalah hasil dari perubahan elektrolit yang tidak
terkontrol pada sel-sel saraf korteks cerebral dan ditandai dengan
penurunan kesadaran, perubahan aktivitas motorik, dan/ atau fenomena
sensorik secara tiba-tiba.
Mekanisme adaptif otak yang sama yang merespon perubahan
hipoosmotik

pada

osmolalitas

juga

berlaku

sama

pada

kondisi

hipernatremia. Dalam beberapa menit setelah terjadi hipernatremia,


hilangnya cairan dari sel-sel otak menyebabkan penyusutan otak dan
peningkatan osmolalitas intraseluler sel otak. Sel segera merespon untuk
memerangi penyusutan ini dan merubah tekanan dengan menggerakkan
elektrolit melintasi sel, menyebabkan restitusi parsial dari volume otak
dalam beberapa jam (adaptasi cepat). Normalisasi volume otak
diselesaikan dalam beberapa hari (adaptasi lambat) sebagai hasil dari
akumulasi intraseluler osmolytes.
16

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Meskipun sebagian besar perubahan osmolalitas otak pada


hiponatremia kronis dapat dipertanggungjawabkan oleh perubahan
osmolytes PpoorPP, sedikit akumulasi dari osmoles ini terjadi dengan
hipernatremia akut (berkembangnya pergeseran elektrolit terjadi secara
signifikan lebih lambat daripada perubahan natrium serum). Oleh karena
itu derajat gangguan SSP pada hipernatremia terutama berhubungan
dengan tingkat di mana natrium serum meningkat. Pada keadaan
hipernatremia akut (dalam hitungan jam), cairan akan hilang dari otak,
dan penyusutan volume otak akut (terutama pada bayi) akan berakibat
terjadinya ensefalopati hipernatremik. Pada kondisi hipernatremia kronis,
sel-sel Susunan Saraf Pusat mengakumulasikan osmolit-osmolit, dan
penyusutan otak diminimalkan, sebagai gejala SSP. Dalam teori, koreksi
cepat dari kondisi hipernatremia memungkinkan terjadinya edema
serebral, oleh karena pengambilan cairan oleh sel-sel otak melebihi
hilangnya akumulasi elektrolit dan osmolit. Oleh karena itu, terapi agresif
dapat membawa risiko neurologis yang serius oleh. Karena edema
serebral.
Namun, faktor utama yang bertanggung jawab terhadap ensefalopati
hipernatremik dan gangguan fungsi saraf pada kondisi ini belum dipahami
dengan baik. Ensefalopati hipernatremik dan kematian dapat terjadi
meskipun tidak ada perubahan patologis pada SSP (selain penyusutan otak
dan peningkatan kandungan NaCl dalam otak). Peneliti memiliki hipotesis
bahwa

kombinasi

dari

hiperosmolalitas

dan

penyusutan

seluler

menyebabkan perubahan dari struktur sinaptik dan fungsi sel-sel otak,


yang mengarah ke kondisi ensefalopati.
c. Apa penyebab mata bengkak ?
Jawab :
- Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
- Pada mata terdapat banyak jaringan ikat longgat
= Alergi : debu, dan kotoran
d. Bagaimana mekanisme mata bengkak ?
Jawab :
Ketidakseimbangan

osmolalitas

adalah

ketidakseimbangan

konsentrasi zat yang terlarut (mineral) dalam cairan tubuh Karena ion Na
17

Laporan Tutorial Skenario B 2015

merupakan partikel utama ECF hiperosmolalitas (ECF) dehidrasi


ICF dan pengerutan sel.
Sintesis:
Kelebihan natrium dan air dalam tubuh :
Kelebihan natium dan air akan meningkatkan tekanan hidrostatik
pembuluh darah kapiler dan meningkatkan volume plasma, sehingga
cairan akan keluar menuju jaringan.Dikenal dua macam edema:
1.Pitting edema
Apabila edma ditekan akan menimbulkan cekungan dan setelah
tekanan

dilepas

masihdiperlukan

waktu

beberapa

saat

untuk

menghilangkan cekungan tesebut. Edema jenis ini sering tampak pada


tungkai dn sekitar sacrum.
2.Non pitting edema
Biasanya edema jenis ini terjadi pada lipatan kulit yang longgar
sperti: Periorbital (sekitar mata) dan biasanya disebabkan oleh poor
pembuluh darah vena, khususnya pembuluh darah vena yang letaknya
superfisial

(dipermukaan).

Edema

yang

berlangsung

lama

akan

mengakibatkan perubahan trofik pada kulit yang pada akhirnya akan


berakibat dermatitis sampai timbul ulkus yang sangat sulit sembuh.
(Greenberg,2005)
4. Hasil pemeriksaan menunjukkan:
-

Kesadaran : Mata terpejam namun membuka bila dipanggil,


dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa
diajak bicara namun terlihat bingung.

Tanda vital : HR : 118x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR :


28x/menit, suhu : 36,8C

Turgor (+)

Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
Bagaimana pengukuran tingkat kesadaran seseorang ?

Jawab :
Hasil pemeriksaan menunjukkan:
-Kesadaran: Mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat
menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak
18

Laporan Tutorial Skenario B 2015

bicara namun terlihat bingung.


Menguji tingkat kesadaran :
a. secara kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu poor jawaban verbal.
5. Stupor ( poor koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan
kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
19

Laporan Tutorial Skenario B 2015

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
&
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1)
: tidak ada respon
Interpretasi Hasil :
Tingkat Kesadaran berdasarkan GCS :
15
: Sadar
13-14 : Penurunan kesadaran ringan
9-12 : Penurunan kesadaran sedang
3-8
: Penurunan kesadaran berat (koma)
(Burnside-Mc Glynn, 1995)
Berdasarkan kasus Tn. Imron :
Rangsangan suara (3) + respon verbal (4)+respon motoric (6)=13
(penurunan kesadaran ringan)
d. Berapa nilai normal HR, TD, RR, suhu, dan turgor ?
Jawab :
1. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dan
panas yang hilang. Nilai normal suhu tubuh antara 35,8-37C. Setiap
peningkatan suhu tubuh 1C terjadi peningkatan frekuensi nadi sekitar
20 kali denyut per menit. Pemeriksaan suhu merupakan salah satu
pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolism dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolism darah.
Dapat diukur pada:
Ketiak= 35.3 36.8 C
Mulut= 35.8 37.3 C
Rektum=36.3 37.8 C
2.
Denyut Nadi
Normalnya kecepatan denyut nadi adalah 60-100 BPM)
BPM = Beats Per Minute
HR > 100 BPM = Takikardi
HR < 60 BPM = Bradikardi
3.
20

Respiration Rate

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Pengertian penghitungan nafas, pernapasan yang normal dapat


diobservasi dari frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan dan
tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi napas dan bau napas. Dalam
keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar 14-20 kali
dalam 1 menit. Setiap orang dapat mengendalikan pernapasan secara
individual dalam waktu tertentu, misalnya pada waktu berenang,
bernyanyi, berpidato, lari cepat, dan sebagainya. Dalam kondisi
normal, pernapasan berlangsung secara otomatis. Frekuensi Pernafasan
Normal Bayi baru lahir 40 60 x/menit.
1 11 bulan 30x/menit
2 tahun 25x/menit
4 12 tahun 19 23x/menit
14 18 tahun 16 18x/menit
Dewasa 12 20x/menit
Lansia (>65 tahun )
Jumlah respirasi meningkat bertahap
Diukur kecepatan dan pola respirasi untuk mengetahui penyakit kardio
pulmonary
Kecepatan: harga normal RR : 12-18 resp/minRR
> 20 resp/min : TAKIPNEA
< 10 resp/min : BRADIPNEA
(Suharto, 2011)
Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi grade 1
Hipertensi grade 2

Tekanan sistol (mHg)


<120
120-139
140-159
>160

Tekanan diastole (mm


<80
80-89
90-99
>100

Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120
mmHg dan diastolic 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah
pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun diastolic biasannya
lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda.
(Burnside, 1995)
21

Laporan Tutorial Skenario B 2015

e. Faktor apa saja yang mempengaruhi HR, TD, RR, suhu, dan turgor ?
Jawab :
Faktor yang mempengaruhi HR :
1. Volume pada aorta
2. Volume darah
3. Tekanan nadi meningkat karena tekanan sistolnya meningkat
Faktor yang mempengaruhi TD :
1. Curah jantung
2. Tahanan pembuluh darah tepi
3. Volume darah total
4. Viskositas darah
5. Kelenturan dinding arteri
Faktor yang mempengaruhi RR :
1. Volume pernafasan
2. Usaha bernafas
3. Pola pernafasan
Faktor yang mempengaruhi suhu :
1. Penyakit yang di derita seseorang
2. Suhu lingkungan aktivitas tubuh
(Thomas J. Mc Glynn & John W. Burnside, 1995)
f. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan kesadaran, tanda vital, turgor
dan pemeriksaan laboratorium ?
Jawab :
Interpretasi hasil pemeriksaan :
1. Kesadaran : mengalami kesadaran ringan
2. HR (Heart Rate) : meningkat (takikardi)
3. TD (Tekanan Darah) : menurun (hipotensi)
4. RR (Respiration Rate) : meningkat (takipneu)
5. Turgor (+) : telah terjadi dehidrasi
g. Mengapa dokter melakukan pemeriksaan kadar natrium dan kalium pada
kasus tuan Imron ?
Jawab :
22

Laporan Tutorial Skenario B 2015

1. Pada kasus Tn Imron pemeriksaan kadar natrium dan kalium bertujuan


untuk mengetahui jenis dehidrasi yang dialami oleh Tn Imron yang
selanjutnya akan mengarahkan pada tatalaksana pengobatan Tn Imron.
Pada kasus ini Tn. Imron menderita Dehidrasi hipertonik (hipernatremik).
Dehidrasi hipertonik adalah hilangnya air lebih banyak daripada natrium.
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih
dari 145 mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari
295 mOsm/L). Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air
dari ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk mengkompensasi,
sel akan merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik
air kembali ke sel dan mempertahankan volume cairan dalam sel. Saat
terjadi

rehidrasi

cepat

untuk

mengoreksi

kondisi

hipernatremia,

peningkatan aktivitas osmotik sel tersebut akan menyebabkan influks


cairan berlebihan yang dapat menyebabkan pembengkakan dan ruptur sel/
h. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan kimia darah ?
Jawab :
- Pemeriksaan glukosa pada diabetes (gula darah puasa, gula darah
sewaktu, dan gula darah setelah makan).
- Kolestrol total, trigliserida, HDL, LDL
- Ureum
- Asam urat
- Bilirubin
- Protein total
5. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.
a. Apa kandungan cairan dextrose 5% ?
Jawab :
Kandungan cairan dextrose dalam cairan

Dextrose 5%
Dextrose 10%
(Erna Fitriana, 2007)

Glukosa
50 gr
100 gr

b. Mengapa Imron diberi cairan dextrose 5% ?


Jawab :
Karena cairan dextrose termasuk

cairan

hipertonik

yang

osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik


cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
23

Laporan Tutorial Skenario B 2015

hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%


+RingerLactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
a. Dextrose 5% dan 10%
Digunakan sebagai cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan
intake natrium atau cairan pengganti pada pure water deficit
b. Dekstrosa 5% NaCl 0,45 %
Untuk kebutuhan maintenance.
(Erna Fitriana, 2007)
Pada kasus, Tuan Imron mengalami dehidrasi karena tidak minum
dan mengalami pengeluaran keringat karena terpajan sinar matahari.
Cairan dextrose dapat memaintance kondisi pada Tuan Imron dengan
pembatasan intake natrium. Dextrose juga memiliki kadar glukosa yang
dapat member energi untuk memulihkan kondisi Tuan Imron.
c. Apa saja jenis-jenis cairan yang diberikan untuk keseimbangan cairan
tubuh ?
Jawab :
Jenis Cairan Infus:
1.

Cairan hipotonik: NaCl, dextrose 2,5%

2. Cairan isotonik: Ringer-laktat


3. Cairan hipertonik : Dextrose 5%, NaCl
Sintesis :
Jenis cairan infus :
1.

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum


(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam

24

Laporan Tutorial Skenario B 2015

pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan


peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2.

Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati


serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di
dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya

adalah

cairan

Ringer-Laktat

(RL),

dan

normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).


3.

Cairan hipertonik:osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,


sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl
45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl
0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:


a. Kristaloid, bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam
waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
b. Koloid:ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga
tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan
dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
6. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ?

25

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Pandangan Islam terhadap kasus imron yaitu tentang jangan pernah berputus
asa akan segala sesuatu yang terjadi karena setelah ada kesulitan pasti akan
ada kemudahan. Dijelaskan dalam Q.S Al-Inssyrah Ayat 5-6.
5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
1. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan


2.4 Kesimpulan
Tuan Imron, 40 tahun mengalami dehidrasi dan hipernatremia karena tidak
minum dan terpajan sengatan matahari selama 2 hari.
2.5 Kerangka Konsep
Terdampar di laut
Tidak Minum

Terpajan matahari

Dehidrasi dan hipernatremia

Penguapan air meningkat, syok hipovolemik

Haus, lemah, mata berkunangkunang, ilusi, edema, kejang

DAFTAR PUSTAKA
Brukner, P., dan Khan, K. 1993. Clinical Sports Medicine. Mc.Graw-Hill Book. Australia.
Brown, JudithE. Et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. (2nd ed). Wadsworth.USA.
26

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Duus, Peter, 1996. Diagnosis Topik Neurologi : Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC.
Jakarta. Indonesia.
Fauziyah, Metta. 2011. Sehat Dengan Air Putih: Cara Sehat Alami. Stomata. Surabaya.
Indonesia.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. EGC. Jakarta. Indonesia.
Guyton dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Elsevier. Jakarta.
Indonesia.
Jupriyono & Rosmalawati. 2008. Hubungan gangguan tidur dengan affek pada individu usia
50 tahun keatas di kabupaten purworejo. Jurnal Kesehatan. Vol 6 no.2 167-173. Jawa
Tengah. Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
1995/MENKES/SK/XII/2010 ; Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
dan Anak. Jakarta. Indonesia.
Klermen, E. B. 2006 Clinical Aspect of Human Circadian Rhythms. Biological Rhythms,Vol
20:375-386.
.
Mark Mumenthaler, M.D., Heinrich Mattle, M.D. 2006. Fundamental of Neurology. Thieme.
Patlak,M. 2005. Your guide to healty sleep U.S.Department of Health and Human Services.
(http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healty_sleep.pdf, Diakses Tanggal 24
Maret 2015).
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. EGC. Jakarta.
Indonesia.
Reynold, James EF. 2003 Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The
pharmaceutical press. London.
Sherwood, Lauralee. 2004. Human physiology: From cells to systems. 5th ed. Brooks/ ColeThomson Learning, Inc. California. USA.
Sudoyo A,et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta. Indonesia.

27

Laporan Tutorial Skenario B 2015

28

Laporan Tutorial Skenario B 2015

Anda mungkin juga menyukai