PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Homeostasis, Stres, Adaptasi dan Metabolisme adalah bloklima pada
semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan
kasus Imron 40 tahun, mengalami Imron 40 tahun, mengalami dehidrasi dan
hipernatremi akibat tidak mengkonsumsi air minum dan terpajan matahari dalam
waktu lama.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran
KBK
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor
: Trisnawati
Moderator
: Fredi Rizky
Sekretaris papan
Sekretaris meja
: Ardiansyah Wijaya
Waktu
Pukul
Peraturan :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3. Tidak boleh makan pada saat diskusi tutorial berlangsung
2.2 Skenario Kasus
Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari kapal
miliknya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang
balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia
tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah
dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat pulau yang
sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal
penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami
kejang dan matanya terlihat bengkak.
2
Turgor (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.
: Tergelam ( KBBI)
: Terapung-apung turun naik ke kiri dan kekanan
dibawa ombak (KBBI,2008)
3. Haus
4. Lemah
5. Berkunang-kunang
6. Berilusi
7. Klinik
Identifikasi masalah
Turgor (+)
- Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
5. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.
2.3.3
Analisis Masalah
berkurangnya
volume
air
tanpa
disertai
berkurangnya
Air Laut
1,2
3,7
30,6
1,1
0,4
7,7
5,5
Air Tanah
20,4
3,4
5,8
2,1
35,2
12,1
5,7
II.
III.
Kesimp
(Siregar.A, 2005)
Mual
Muntah
Laporan Tutorial Skenario B 2015
Halusinasi
Gejala lain yang mungkin timbul yaitu :
Kejang
Koma
Kerusakan otak
Gagal ginjal
(Silverthorn,2012)
e. Apa dampak terpajan sengatan matahari selama 2 hari ?
Jawab :
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus (otak).
Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja
mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapat
rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka
rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjar keringat.
Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea
dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam
bentuk keringat.
Berkeringat dikendalikan dari pusat di daerah preoptik dan anterior
hipotalamus otak, dimana neuron termosensitif berada. Fungsi pengaturanpanas dari hipotalamus juga dipengaruhi oleh rangsangan dari reseptor
suhu di kulit. Suhu kulit yang tinggi mengurangi set point dari hipotalamus
untuk berkeringat dan meningkatkan keuntungan dari sistem umpan balik
hipotalamus dalam menanggapi variasi suhu. Secara keseluruhan, respon
berkeringat untuk kenaikan hipotalamus. Suhu jauh lebih besar daripada
respon terhadap peningkatan yang sama dalam suhu kulit rata-rata.
(silverthorn,2012)
2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia
merasa berilusi melihat pulau yang sesungguhnya tidak ada.
a. Bagaimana mekanisme rasa haus, lemah, dan mata berkunang-kunang ?
Jawab :
Mekanisme rasa haus :
peka
terhadap
akan
memulihkan
osmolitas
plasma
kembali
normal
dan
Mekanisme lemah :
Paparan termal > keringat keluar karena osmolaritas air laut yang tinggi >
cairan berdifusi dari kulit karena intake cairan kurang > volue CES (cairan
ekstraseluler) menurun > dehidrasi > lemah.
Mekanisme mata berkunang-kunang :
Hipoglikemi karena dehidrasi > metabolism di otak menurun >
vasokontriksi ke jaringan perifer > menuju retina > rangsangan retina tidak
adekuat > hantaran pusat parasimpatis menurun > mata berkunang-kunang
b. Bagaimana mekanisme terjadinya ilusi ?
9
Jawab:
Penglihatan Tn. Imron juga seperti pulau walaupun tidak ada, itu
disebabkan dari kekurangan oksigen ke otak yang didistribusi ke mata.
Dan ada gangguan juga pada bagian saraf di mata yaitu saraf optik.Saraf
optik, juga disebut saraf kranial II, adalah susunan saraf yang berfungsi
mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak. Jenis kelainan
lapang pandang yang terjadi akibat rusaknya saraf optikus bisa
diidentifikasi dari lokasinya sehingga dapat menghasilkan Diagnosis
Topis. Kelainan lapang pandang dapat berupa monokuler atau binokuler.
Kelainan
lapangan
pandang
monokuler
dapat
disebabkan
lesi
10
2. Pengeluaran H2O yang berlebihan seperti yang dapat terjadi pada orang
yang berkeringat, muntah atau diare berlebihan (meskipun baik H2O
relatife lebih banyak hilang sehingga zat terlarut yang tertinggal
menjadi lebih pekat.
3. Vasopresin meningkatkan permiabilitas tubulus distal dan koligentes
terhadap H2O dengan demikian meningkatkan konsentarsi air dengan
mengurangi pengeluaran air melalui urine.
(Sherwood,2014)
e. Apa akibat terjadinya dehidrasi?
Jawab:
Berikut beberapa kompensasi tubuh saat terjadinya dehidrasi :
1. Baroseseptor karotis dan aorta memberikan sinyal pada pusat pengaturan
Kardiovaskular untuk meningkatkan tekanan darah.
2. Penurunan tekanan darah perifer menurunkan LFG (laju fitrasi glomerulus) secara
langsung. LFG yang ebih rendah mengonservasi volume CES dengan cara
memfiltrasi cairan yang lebih sedikit pada nefron.
3. Umpan balik parakrin menyebabkan sel granula melepaskan renin. LFG yang
lebih rendah menurunkan aliran cairan yang melalui macula dens. Hal ini memicu
pelepasan renin.
4. Sel granula merespon penurunan tekanan darah dengan melepaskan renin.
Gabungan penurunan tekanan darah, peningkatan rangsangan simpatis pada sel
granula, dan sinyal dari macula densa merangsang penglepasan renin dan
memastikan peningkatan produksi ANG II.
5. Penurunan tekanan darah, penurunan volume darah, peningkatan osmolaritas, dan
peningkatan pembentukan ANG II semuanya merangsang vasopressin dan pusat
haus di hipotalamus. (Silverthorn,2012)
11
12
Stage 2
Stage 3
(Classic sign)
Stage 4
%
Kehilangan
volume darah
<15% volume
total (750 ml)
15% - 30%
volume total
(750 1500 ml)
30% - 40%
volume total
(1500 2000
ml)
>40% volume
total (>2000
ml)
Cardiac
Output
Normal
terkompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah
Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh darah
Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah
Tidak mampu
dikompensasi
oleh konstriksi
pembuluh
darah
Tekanan
darah
Normal
TD sistolik
normal namun
diastolic
meningkat
sehingga gap
antara sistolik
dan diastolic
(pulse pressure)
menurun.
TD sistolik
menurun <100
mmHg
Menurun
hingga < 70
mmHg
Laju nafas
Normal
Meningkat
namun < 30
x/menit
Takipnea jelas
(>30 x /menit)
Takipnea jelas
(>30 x /menit)
Nadi
Normal
Takikardi
Takikardia
jelas (>120 x /
Takikardia
(>130 x/ menit)
13
(>100x/menit)
menit)
dengan pulsasi
yang lemah
Kulit
Kulit mulai
pucat
Pucat, dingin
karena alian
darah menuju ke
organ vital
Berkeringat,
dingin dan
pucat
Berkeringat,
dingin, dan
sangat pucat
Status Mental
Normal hingga
sedikit tampak
cemas/ gelisah
Gelisah ringan
(restless)
Bingung,
cemas, agitasi
Penurunan
kesadaran,
lethargy, coma
Pengisian
Kapiler
normal
Delayed (Waktu
pengisian
kapiler
memanjang)
Delayed
absent
Urine Output
normal
Menurun (20-30
ml / jam)
20 ml /jam
Sangat
menurun
hingga absentTidak berarti
14
(Sherwood, 2012)
3. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung
dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya
terlihat bengkak.
a. Apa penyebab kejang ?
Jawab :
Kejang
terjadi
karena
ketidakseimbangan
elektrolit
atau
Imron
mengalami
dehidrasi
yang
menyebabkan
terjadi
pada
osmolalitas
juga
berlaku
sama
pada
kondisi
kombinasi
dari
hiperosmolalitas
dan
penyusutan
seluler
osmolalitas
adalah
ketidakseimbangan
konsentrasi zat yang terlarut (mineral) dalam cairan tubuh Karena ion Na
17
dilepas
masihdiperlukan
waktu
beberapa
saat
untuk
(dipermukaan).
Edema
yang
berlangsung
lama
akan
Turgor (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L
Bagaimana pengukuran tingkat kesadaran seseorang ?
Jawab :
Hasil pemeriksaan menunjukkan:
-Kesadaran: Mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat
menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak
18
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
&
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1)
: tidak ada respon
Interpretasi Hasil :
Tingkat Kesadaran berdasarkan GCS :
15
: Sadar
13-14 : Penurunan kesadaran ringan
9-12 : Penurunan kesadaran sedang
3-8
: Penurunan kesadaran berat (koma)
(Burnside-Mc Glynn, 1995)
Berdasarkan kasus Tn. Imron :
Rangsangan suara (3) + respon verbal (4)+respon motoric (6)=13
(penurunan kesadaran ringan)
d. Berapa nilai normal HR, TD, RR, suhu, dan turgor ?
Jawab :
1. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dan
panas yang hilang. Nilai normal suhu tubuh antara 35,8-37C. Setiap
peningkatan suhu tubuh 1C terjadi peningkatan frekuensi nadi sekitar
20 kali denyut per menit. Pemeriksaan suhu merupakan salah satu
pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolism dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolism darah.
Dapat diukur pada:
Ketiak= 35.3 36.8 C
Mulut= 35.8 37.3 C
Rektum=36.3 37.8 C
2.
Denyut Nadi
Normalnya kecepatan denyut nadi adalah 60-100 BPM)
BPM = Beats Per Minute
HR > 100 BPM = Takikardi
HR < 60 BPM = Bradikardi
3.
20
Respiration Rate
Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120
mmHg dan diastolic 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah
pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun diastolic biasannya
lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda.
(Burnside, 1995)
21
e. Faktor apa saja yang mempengaruhi HR, TD, RR, suhu, dan turgor ?
Jawab :
Faktor yang mempengaruhi HR :
1. Volume pada aorta
2. Volume darah
3. Tekanan nadi meningkat karena tekanan sistolnya meningkat
Faktor yang mempengaruhi TD :
1. Curah jantung
2. Tahanan pembuluh darah tepi
3. Volume darah total
4. Viskositas darah
5. Kelenturan dinding arteri
Faktor yang mempengaruhi RR :
1. Volume pernafasan
2. Usaha bernafas
3. Pola pernafasan
Faktor yang mempengaruhi suhu :
1. Penyakit yang di derita seseorang
2. Suhu lingkungan aktivitas tubuh
(Thomas J. Mc Glynn & John W. Burnside, 1995)
f. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan kesadaran, tanda vital, turgor
dan pemeriksaan laboratorium ?
Jawab :
Interpretasi hasil pemeriksaan :
1. Kesadaran : mengalami kesadaran ringan
2. HR (Heart Rate) : meningkat (takikardi)
3. TD (Tekanan Darah) : menurun (hipotensi)
4. RR (Respiration Rate) : meningkat (takipneu)
5. Turgor (+) : telah terjadi dehidrasi
g. Mengapa dokter melakukan pemeriksaan kadar natrium dan kalium pada
kasus tuan Imron ?
Jawab :
22
rehidrasi
cepat
untuk
mengoreksi
kondisi
hipernatremia,
Dextrose 5%
Dextrose 10%
(Erna Fitriana, 2007)
Glukosa
50 gr
100 gr
cairan
hipertonik
yang
24
adalah
cairan
Ringer-Laktat
(RL),
dan
normal
25
Pandangan Islam terhadap kasus imron yaitu tentang jangan pernah berputus
asa akan segala sesuatu yang terjadi karena setelah ada kesulitan pasti akan
ada kemudahan. Dijelaskan dalam Q.S Al-Inssyrah Ayat 5-6.
5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
1. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan
2.4 Kesimpulan
Tuan Imron, 40 tahun mengalami dehidrasi dan hipernatremia karena tidak
minum dan terpajan sengatan matahari selama 2 hari.
2.5 Kerangka Konsep
Terdampar di laut
Tidak Minum
Terpajan matahari
DAFTAR PUSTAKA
Brukner, P., dan Khan, K. 1993. Clinical Sports Medicine. Mc.Graw-Hill Book. Australia.
Brown, JudithE. Et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. (2nd ed). Wadsworth.USA.
26
Duus, Peter, 1996. Diagnosis Topik Neurologi : Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC.
Jakarta. Indonesia.
Fauziyah, Metta. 2011. Sehat Dengan Air Putih: Cara Sehat Alami. Stomata. Surabaya.
Indonesia.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. EGC. Jakarta. Indonesia.
Guyton dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Elsevier. Jakarta.
Indonesia.
Jupriyono & Rosmalawati. 2008. Hubungan gangguan tidur dengan affek pada individu usia
50 tahun keatas di kabupaten purworejo. Jurnal Kesehatan. Vol 6 no.2 167-173. Jawa
Tengah. Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
1995/MENKES/SK/XII/2010 ; Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
dan Anak. Jakarta. Indonesia.
Klermen, E. B. 2006 Clinical Aspect of Human Circadian Rhythms. Biological Rhythms,Vol
20:375-386.
.
Mark Mumenthaler, M.D., Heinrich Mattle, M.D. 2006. Fundamental of Neurology. Thieme.
Patlak,M. 2005. Your guide to healty sleep U.S.Department of Health and Human Services.
(http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healty_sleep.pdf, Diakses Tanggal 24
Maret 2015).
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. EGC. Jakarta.
Indonesia.
Reynold, James EF. 2003 Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The
pharmaceutical press. London.
Sherwood, Lauralee. 2004. Human physiology: From cells to systems. 5th ed. Brooks/ ColeThomson Learning, Inc. California. USA.
Sudoyo A,et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta. Indonesia.
27
28