Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tahun 2002
AKI (Angka Kematian Ibu) 307/100.000, AKB (Angka Kematian Bayi) 35/ 1000.
Tahun 2007
AKI 248/100.000, AKB 26,9
Dari data tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemilik data AKI terbesar di ASEAN.
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah Pendarahan, Retentio Plasenta,
Infeksi, pre-eklamsia, dan prolog labour. Faktor tertinggi kematian ibu adalah perdarahan, salah
satu penyebab perdarahan adalah terlambatnya plasenta keluar melebihi 30 menit setelah bayi
dilahirkan, hal ini biasa disebut dengan Retensio Plasenta.
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi plasenta yang kecil, tetapi
plasenta yang sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Inspeksi plasenta setelah
pelahiran harus dilakukan secara rutin, apabila ada bagian plasenta yang hilang uterus harus
dieksplorasi dan plasenta dikeluarkan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
1.4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
1.5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Denifisi
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta Hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. (Taufan Nugroho, 2011:158).
Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit (Manuaba, 2007)
2.2 Etiologi
Pada sebagian besar kasus plasenta terlepas secara spontan dari tempat implantasinya
dalam waktu beberapa menit setelah janin lahir. Penyebab pasti tertundanya pelepasan setelah
waktu ini tidak selalu jelas, tetapi tampaknya cukup sering adalah gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
Plasenta yang sudah lepas tetapi belum dilahirkan juga merupakan salah satu penyebab
dari retensio plasenta. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat
disebabkan karena penanganan kala III yang keliru/salah dan terjadinya kontraksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Berikut ini merupakan klasifikasi Retensio Plasenta menurut tingkat perlekatanya :
1)
Plasenta Akreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat,
vilus/ jonjot korion plasenta melekat ke miometrium.
2) Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat,
vilus plasenta benar-benar menginvasi miometrium.
3) Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat,
vilus plasenta menembus miometrium.
4)
Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
mengakibatkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis
5)
Plasenta Inkarserata adalah tertahannya pllasenta di dalam kavum uteri, disebabkan kontriksi
ostitum uteri
Separasi/ akreta
Plasenta
parsial
Inkaserata
Kenyal
Keras
Plasenta Akreta
Cukup
Tinggi
Fundus
Bentuk
Uterus
Perdarahan
Tali Pusat
Ostium uteri
Separasi
plasenta
Syok
Sepusat
2 jari bawah
pusat
Sepusat
Diskoid
Agak Globuler
Diskoid
Sedang-Banyak
Terjulur sebagian
Terbuka
Sedang
Terjulur
Konstriksi
Lepas sebagian
Sudah lepas
Sedikit/tidak ada
Tidak terjulur
Terbuka
Melekat
Sering
Jarang
seluruhnya
Jarang sekali
2.3 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinussinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Pada
kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin, karena
melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
2.4 Penatalaksanaan
a) Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi
2)
2)
Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontriksi serviks dan
melahirkan plasenta.
3) Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips oksitosin dalam cairan
NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi yang diakibatkan bahan anestesi tersebut.
4) Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam ovum, lakukan
maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan pemantauan yang di perlukan adalah
pemantauan efek samping atau komplikasi dari bahan bahan sedative, analgetika atau anastesi
umum misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/ vertigo, halusinasi, mengantuk
c) Plasenta akreta
1) Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali
pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit di tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang
2)
dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis,
stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan operatif bagan.
d) Sisa plasenta
1) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut,
sebagian besar pasien akan kemabali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah
beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi uterus
2) Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang di pilih
adalah ampisilin IV dilanjutkan oral dikombinasikan dengan metronidazol supositoria.
3) Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan.
Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi
dan kuretase.
4) Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL, berikan ferosus.
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan upaya untuk
melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi ligamentum latum dan seluruh
serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang berhasil bergantung pada pemberian darah pengganti
sesegera mungkin dan hampir selalu dilakukan tindakan histerektomi (operasi pengangkatan
rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak ada. Paling
tidak sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta secara manual. Kadang-kadang tarikan tali
pusat dapat menyebabkan inversion uteri. Inversion uteri adalah uterus terputar balik sehingga
fundus uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversion uteri paling
sering menimbulkan perdarahan akut yang mengancam nyawa.
2.5 Gejala Klinis
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai
episode perdarahan post partum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat postpartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan
atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi
secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan
infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2.
Menentukanadanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated
Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau
Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor
lain.
2.7. Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang
berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan
dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta
akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung
dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta
dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai
dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan
plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisasisa dalam uterus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RETENSIO PLASENTA
3.1 Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio
placenta adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
d.
Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat obstetrik (Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas)
Keluhan Utama
Klien mengatakan panas
Sirkulasi :
Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
Pelambatan pengisian kapiler
Pucat, kulit dingin/lembab
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
Haemoragi berat atau gejala syok diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
Eliminasi:
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina.
e.
Nyeri/Ketidaknyamanan :
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan
nyeri uterus lateral.
f.
Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) Dengan
uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari
muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam
kubahvagina, atau robekan pada serviks.
g. Seksualitas :
1) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placentayang
2)
tertahan)
Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion,
makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum,
tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di butuhkan
c.
3.3 Intervensi
a.
Diagnosa 1
Tujuan
: Agar tidak terjadi deficit volume cairan, seimbang antara inteks dan output baik
R/ mudah untuk diabsorbsi sistem pencernaan sehingga tidak membutuhkan energi banyak untuk
metabolisme.
e) nilai hasil lab HB/HT
R/ Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5mgHb.
f)
b. Diagnosa 2
Diagnosa 3
Tujuan
Tujuan
Intervensi
a)
b)
c)
d)
e)
e.
Diagnosa 5
Tujuan
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah perdarahan, semoga dalam
makalah ini dapat memberikan wawasan sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena
perdarahan akibat dari retensio plasenta.
Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari referensi lain tentang retensio plasenta
pada kehamilan dan juga perdarahan untuk diaplikasikan sehingga dapat mencegah dan
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
I.
KONSEPMEDIK
A. Pengertian
Apabila
sebagian
placenta
lepas
sebagian
lagi
belum,
terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik
pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta
sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat
timbul perdarahan masa nifas.
Disamping
kematian,
perdarahan
post
partum
akibat
retensio
placenta
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
1) Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a)
kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta yang
tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
2) Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena
atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya
lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena
(a) penanganan kala III yang keliru/salah dan (b) terjadinya kontraksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Menurut tingkat perlekatannya, retensio placenta dibedakan atas beberapa
tingkatan yaitu sebagai berikut :
Placenta Inkreta; placenta melekat sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih
dalam menembus desidua sampai miometrium.
C. Penanganan
1) Penanganan Umum
Jika placenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika anda
dapat merasakan placenta dalam vagina, keluarkan placentaa tersebut.
Jika placenta belum keluar, berikan oksitoksin 10 unti i.m. Jika belum dilakukan
pada penanganan aktif kala III.
Jika PTT belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran placenta secara
manual.
2) Penanganan Khusus
Regangan tali pusat dan minta klien untuk mengedan, bila ekspulsi placenta
tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
Placenta inkaserata :
Siapkan alat dan bahan untuk menghilangkan konstriksi serviks dan melahirkan
plasenta.
Placenta akreta :
Tentukan diagnosis
Stabilitas pasien
Placenta manual :
Masukan tangan secara obstetrik menelusuri tali pusat dan tangan lain
menahan fundus uteri.
Buka tangan obstetrik seperti memberi salam dan jari-jari dirapatkan, untuk
menentukan tempat implantasi.
Gerakan
tangan
secara
perlahan
bergeser
kekranial
sehingga
semua
Pindahkan tangan luar kesupra simphisis untuk menahan uterus saat placenta
dikeluarkan, dan periksa placenta.
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut :
Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat
penyakit
keluarga,
riwayat
obstetrik
(GPA,
riwayat
kehamilan,
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2) Eliminasi :
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
-
4) Keamanan :
-
5) Seksualitas :
-
Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen
placenta yang tertahan)
Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktorfaktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi,
fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion
atau retensi janin mati selama lebih dari 5 minggu)
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan
kesempatan
untuk
mencegah
dan
membatasi
terjadinya
komplikasi.
-
Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut,
simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuanbekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua
diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.
Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.
Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi
uterus selama masase.
Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji
arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian.
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh
horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas.
Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin
persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan
balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada
laserasi jalan lahir.
Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G
atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah
(plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah
untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
Meningkatkan
kontraktilitas
dari
uterus
yang
menonjol
dan
2.
Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau
ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang
terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/penyebaran organinisme infeksious.
Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri
pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan
menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada
bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema,
nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi,
nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.
Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri
perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau
nyeri tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan.
Ketidaknyamanan
hemaoragik
berkenaan
tersembunyi
dengan
kevagina
hematoma,
atau
jaringan
karena
tekanan
perineal.
Nyeri
dari
tekan
abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagianbagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi
dengan inversio uterus.
-
4.
Perubahan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
hipovalemia
Intervensi :
-
Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi,
tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah.
Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya
cedera dari kekurangan oksigen.
Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada
pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit
dingin.
Pengungkapan
memberikan
kesempatan
untuk
memperjelas
Beritahu kepada klien tujuan dari setiap tindakan yang akan dilakukan
Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar.
Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan
meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana
perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat
pembelanjaran,
dan
memberikan
klarifikasi
dan
pengulangan
untuk
meningkatkan pemahaman.
-
uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila
histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi
dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan
sekarang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu sebagai berikut:
Retensio placenta adalah keadaan dimana uri/placenta belum lahir dalam
waktu satu jam setelah bayi lahir
Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio placenta yaitu; (a)
placenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam,
dan (b) placenta telah terlepas tetapi belum dapat dikeluarkan yang terjadi
akibat penanganan kala III yang salah.
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah defisit
volume cairan tubuh, resiko terjadi infeksi, nyeri, gangguan perfusi jaringan,
ancietas, dan kurangnya pengetahuan klien tentang keadaannya.
B. Saran
Hemoragi pasca partum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah
lebih dari 500 ml selama dan/atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu
penyebab
tersering
kematian
pada
ibu.
Mudah-mudahan
makalah
ini
kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi
pengetahuan tentang retensio placenta terutama yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami retensio
placenta.
DAFTAR PUSTAKA
Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth,
Yayasan Essentia Medica, 1990.
Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 1995.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
Muliyati, Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas, Makassar, 2005.