Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
karuniaNya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini
yaitu untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami dalam menyajikan uraian mengenai teori
akuntansi ; kewajiban dan konsep-konsep yang berkaitan yang dapat digunakan sebagai bahan
belajar serta untuk menambah wawasan bersama secara lebih terperinci .
Dalam penyusunan makalah ini tak lupa jua kami ucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengasuh mata kuliah Teori Akuntansi atas bimbingannya serta teman-teman yang sudah banyak
membantu bekerjasama dengan baik demi terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan makalah ini. Apabila
terdapat kesalahan maupun kekeliruan yang tidak berkenan, kami sebagai penyusun sangat
mengaharapkan umpan balik berupa kritik maupun saran yang membangun agar dapat
memperbaiki segala kesalahan yang ada. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita bersama.

Banjarmasin, Februari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang .......................................................................................................... 3
Perumusan Masalah .................................................................................................. 3
Tujuan ....................................................................................................................... 3
Bab II Isi
Definisi Kewajiban ................................................................................................... 4
Karakteristik Utama Kewajiban ................................................................................ 6
Hak-Kewajiban Tak Bersyarat .................................................................................. 8
Karakteristik Pendukung Kewajiban ........................................................................ 9
Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian .................................................................... 10
Bab III Penutup ..................................................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep kewajiban menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditanda tangani, salah satu
pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi
hak pihak lain. Jadi, konsep hak kewajiban tak bersyarat menyatakan secara teknis,
konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat
sesuatu. Kontrak kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling mengimbangi
tak bersyarat atau kontrak eksekutori.
Akuntansi yang dipraktikkan sebenarnya tidak terjadi begitu saja secara ilmiah namun
praktik yang dijalankan dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan
tertentu. Dan praktik akuntansi dipengaruhi oleh lingkungan (ekonomi, politis). Karena itu,
struktur dan praktik akuntansi akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya
(perbedaan muncul dikarenakan struktur dan praktik tersebut disesuaikan dengan kondisi,
tempat dimana akuntansi tersebut dijalankan).
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dikemukakan sebelumnya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa definisi dari kewajiban?


Apa karakteristik utama dari kewajiban?
Apa itu konsep hak-kawajiban tak bersyarat?
Apa karakteristik pendukung dari kewajiban?
Bagaimana pengakuan, penilaian, dan pengukuran terhadap kewajiban?

C.
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari kewajiban
Untuk mengetahui karakteristik utama dan pendukung dari kewajiban
Untuk mengetahui mengenai konsep hak-kewajiban tak bersyarat
Untuk mengetahui bagaimana pengakuan, penilaian, dan pengukuran terhadap kewajiban
BAB II
ISI
KEWAJIBAN DAN KONSEP-KONSEP YANG BERKAITAN
3

Definisi Kewajiban
Kewajiban merupakan elemen neraca, yang merepresentasikan sumber dana dari aset
badan usaha berupa potensi jasa fisis maupun non fisis yang memampukannya untuk
menyediakan barang dan jasa. Terdapat tiga karakteristik utama kewajiban yaitu:
Pengorbanan manfaat ekonomik masa depan, Keharusan sekarang untuk mentransfer
aset, dan Timbul akibat transaksi masa lalu. Pengorbanan manfaat ekonomik berarti suatu
objek mempunyai kewajiban untuk mengorbankan manfaat yang cukup pasti di masa datang.
Keharusan sekarang melekat pada tanggal pelaporan, jadi ketika perusahaan harus
mengorbankan manfaat ekonomik, maka harus dilakukan sekarang.
FASB mendefinisi kewajiban dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No.
6, prg. 35):
Liabilities are probable future sacrifices of economic benefits arising from present
obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the
future as a result of past transactions or events.
(Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti timbul
dari

keharusan

sekarang

suatu

kesatuan

usaha

untuk

mentransfer

asset

atau

menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa dating sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu).
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut :
A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement
of which is excepted to result in an outflow from the enterprise resource embodying economic
benefit.
(Kewajiban sekarang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaian di harapkan
untuk menyebabkan suatu arus kas keluar dari manfaat sumber daya ekonomi).
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board
(AASB) mendefinisikan kewajiban sebagai berikut (prg. 12): Liabilities are the future
sacrifice of service potential or future economic benefits that the entity is presently obliged to
make to other entities as a result of past transaction or other past events.
Seperti dalam mendefinisikan aset, APB No. 4 mendefinisikan kewajiban dengan
menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan sebagai berikut (prg. 132):
4

Liabilities economic obligations of an enterprise that are recognized and measured in


conformity with generally accepted accounting principles. Liabilities also include certain
deferred credits that are not obligations but that are recognized and measured in comformity
with generally accepted accounting principles.
Definisi-definisi diatas memisahkan antara makna atau pengertian dan pengukuran serta
pengakuan sehingga definisi tersebut lebih bersifat semantik daripada structural. Definisi
IASC dan AASB menanggalkan kata probable karena dianggap bahwa tiap kriteria
pengakuan bukan sifat dari pengakuan.
Definisi-definisi kewajiban diatas sangat menekankan konsep kesatuan usaha dengan
dinyatakan

secara

eksplisit

ungkapan

kesatuan

usaha

(entitas/entity

atau

perusahaan/enterptise) di dalamnya unutk menunjukkan pihak yang mempunyai keharusan


untuk melakukan pengorbanan ekonomik.
Definisi kewajiban selalu memuat pula ungkapan manfaat ekonomik, sumber ekonomik,
atau potensi jasa. Ini berarti bahwa pengertian kewajiban tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian asset. Asset dapat menimbulkan kewajiban dan sebaliknya timbulnya kewajiban
dapat dibarengi dengan pengakuan asset (Suwardjono, 2005:305-307).
Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan karena definisi tersebut cukup
lengkap secara sistematik. Artinya definisi tersebut telah mencakupi berbagai gagasan atau
kata kunci yang terkandung dalam beberapa definisi kewajiban oleh sumber-sumber lain.
Definisi IASC dan AASB secara substantif tidak berbeda dengan definisi FASB.
APB No. 4 mendefinisi kewajiban dalam dua kata kunci yaitu economic obligations yang
dihubungkan dengan generally accepted accounting principles (GAAP). Ini berarti bahwa
APB menggabungkan pengertian kewajiban sekaligus menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran. Dengan demikian, pengertian kewajiban menjadi tidak lengkap tanpa
memahami pengertian GAAP sehingga secara semantik definisi APB kurang lengkap dan
kurang bersifat umum. Jadi, definisi APB lebih bersifat structural daripada semantik. Hal ini
berbeda daripada AASB yang memisahkan antara pengertian (yang cukup luas dan lengkap)
dan prosedur pengukuran dan pengakuan. Berbeda dengan definisi-definisi yang lain, APB
memasukkan pos-pos tertentu yang bukan keharusan (not obligations) untuk mengorbankan

sumber ekonomik sebagai bagian dari kewajiban. Pos-pos ini secara umum disebut kredit
tangguhan misalnya pos pendapatan sewa tak terhak (unearned rent revenues).
Karakteristik Utama Kewajiban
Dengan berbagai variasi di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban
mempunyai tiga karakteristik utama seperti yang disebutkan diatas yaitu: (a) pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, (b) keharusan sekarang untuk mentransfer aset, dan
(c) timbul akibat transaksi masa lalu. Seperti aset, karakteristik (a) merupakan kriteria
utama dan lebih memuat aspek sematik sedangkan kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek
struktural pengakuan.
Pengorbanan Manfaat Ekonomik untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek
harus memuat suatu tugas (duty) atau tanggung jawab (responsibility) kepada pihak lain yang
mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan
cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan
manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha.
Cukup pasti di masa datang mengandung makna bahwa jumlah rupiah pengorbanan dapat
ditentukan dengan layak. Demikian juga, saat pengorbanan manfaat ekonomik dapat
ditentukan atas dasar kejadian tertentu atau atas permintaan pihak lain (on demand).
Keharusan Sekarang untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan
ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan (obligations atau duties) sekarang.
Pengertian sekarang (present) dalam hal ini mengacu pada dua hal: waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya, pada tanggal neraca kalau
perlu atau kalau dipaksakan (secara yuridis, etis, atau rasional) pengorbanan sumber
ekonomik harus dipenuhi karena keharusan untuk itu telah ada. Tentu saja jumlah rupiah
pengorbanan yang dipaksakan pada tanggal neraca tidak akan sebesar jumlah rupiah yang
akan dibayar di masa yang akan datang (setelah tanggal neraca). Perbedaan ini terjadi akibat
sifat yang melekat pada kewajiban yaitu bunga yang bermakna sebagai nilai waktu uang atau
harga penundaan (the time value of money or the price of delay).
Keharusan Kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan
hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit

atau implisit dan mengikat. Kewajiban ini muncul karena aspek hukum sebagai lingkungan
eksternal yang tidak dapat dihindari (unavoidable) dan yang dapat memaksakan secara
hukum untuk memenuhinya (legally enforceable). Penghindaran kewajiban dari keharusan
kontraktual menimbulkan sanksi atau hukuman (penalty).
Keharusan Konstruktif adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha
dalam rangka menjalankan atau memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut
praktik usaha yang baik (best business practices) atau etika bisnis (business ethics) dan bukan
untuk memenuhi kewajiban yuridis.
Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena
peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Keharusan ini muncul dari tugas (duties)
kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang wajar, dan benar menurut hati
nurani (conscience) dan rasa keadilan (sense of justice). Tidak ada sanksi hukum untuk tidak
memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat lantaran sanksi sosial atau moral.
Keharusan bergantung atau bersyarat adalah keharusan yang pemenuhannya (jumlah
rupiahnya atau jadi-tidaknya dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa
datang atau terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang. Kebergantungan
(contingency) adalah suatu kondisi, situasi, atau serangkaian keadaan yang melibatkan
ketidakpastian (uncertainty) yang menyangkut laba (gain contingency) atau rugi (loss
contingency) yang mungkin terjadi. Munculan (outcome) yang harus dikonfirmasi dengan
kejadian atau syarat masa datang untuk kedua kebergantungan tersebut adalah:
1. Yang berkaitan dengan kebergantungan laba.
2. Yang berkaitan dengan kebergantungan rugi.
a. Cukup pasti (probable).
b. Agak pasti (reasonably possible).
c. Jauh dari pasti (remote).
Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu. Transaksi masa lalu yang dimaksud di
sini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi. Sebagai contoh,
karena perusahaan mendapat pinjaman bank (dengan kontrak), keharusan sekarang berupa
keharusan kontraktual timbul pada akhir perioda akuntansi (berupa pokok pinjaman dan
bunga) yang menuntut pengorbanan sumber ekonomik masa datang (suatu saat setelah akhir

perioda tersebut). Dalam hal ini, penandatanganan kontrak merupakan peristiwa yang telah
terjadi yang menimbulkan keharusan. Akan tetapi, tidak semua penandatanganan kontrak
dengan sendirinya menimbulkan keharusan. Sebelum salah satu pihak melaksanakan (to
perform) apa yang diperjanjikan, kontrak akan bersifat eksekutori.
Hak-Kewajiban Tak bersyarat
Konsep ini menyatakan tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada
kewajiban tanpa hak. Secara teknis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul
bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu (to perform). Kontrak-kontrak semacam ini
dikenal dengan nama kontrak saling-mengimbangi tak bersyarat (unconditionally offsetting
contracts) atau kontrak eksekutori (executory contracts).
Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai pengakuan hak dan
kewajiban dalam suatu kontrak menurut Most (1982, hlm. 352):
1. Tanggal kontrak ditandatangani.
2. Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak.
3. Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak.
4. Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain.
5. Tanggal objek kontrak telah diserahkan.
6. Tanggal telah diterima/dibayarnya uang muka, kalau ada.
7. Dalam kasus kontrak kontruksi jangka panjang:
a. Suatu titik selama konstruksi berjalan.
b. Pada saat kontruksi dimulai.
Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan saksama dengan
memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontrak. Most mengemukakan hal yang harus
dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat yaitu:
a. Pemenuhan definisi aset dan kewajiban.
b. Berkekuatan mengikat (firmness of the commitment) yaitu seberapa kuat bahwa
pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan.
c. Kebermanfaatan bagi keputusan.
Karakteristik Pendukung Kewajiban
Keharusan membayar kas. Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk
mengaplikasi definisi kewajiban karena dua hal yaitu:
(1) sebagai bukti adanya suatu kewajiban dan
(2) sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif.

Identitas terbayar jelas. Yang terpenting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan
sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
Akan tetapi, pada saat pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.
Berkekuatan hukum. Memang pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaim yuridis (legal claims) yang
mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa yuridis hanya menunjukkan bahwa
kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan secara yuridis material. Meskipun
demikian, daya paksa yang melekat pada klaim-klaim hukum bukan merupakan syarat
mutlak untuk mengakui adanya kewajiban. Keharusan melakukan pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal tetapi dari minat atau
kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi pengorbanan sumber
ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan konstraktif dan demi keadilan.
Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
Kalau aset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan,
pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan
yaitu: penangguhan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian).
Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos)
kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat
disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan
tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya
transaksi atau kejadian yang membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha dari
keharusan untuk melunasinya.
a. Pengakuan
Kam mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu
(hlm. 119-120):
1. Ketersediaan dasar hukum. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa
hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak
mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya
keharusan konstruktif atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar konservatisma. Kaidah ini merupakan penjabaran teknis
kriteria

keterandalan.

Keadaan-keadaan

tertentu

yang

menjadikan

konsep

konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya


konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan
untung.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi. Substansi suatu transaksi dapat memicu
pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara
yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan
sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi.
4. Keterukuran nilai kewajiban. Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
kualitas keterandalan informasi.
Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya
pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah
rupiahnya. Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di atas dipenuhi.
Hendriksen dan van Breda (1991, hlm. 675-676) menunjukkan saat-saat untuk mengakui
kewajiban yaitu:
1. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat.
2. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
3. Bersamaan dengan pengakuan aset.
4. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan

Kewajiban

Bergantung

FASB

memberi

contoh

keadaan-keadaan

kebergantungan rugi (loss contingencies) yang berpotensi memicu pengakuan kewajiban


sebagai berikut (SFAC No. 5, prg. 4):
1. Ketertagihan piutang usaha.
2. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk.
3. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran,
ledakan, dan bahaya lainnya
4. Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah.
5. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan.
6. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin (possible)
terjadi.
7. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian dan
kecelakaan dan perusahaan reasuransi.
8. Jaminan atas utang pihak lain.
9. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang telah dijual.

10

b. Pengukuran
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya
adalah penghargaan sepakatan (measured considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut
dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya
untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga
jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos
pendanaan (financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap
tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
(current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya
kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Kewajiban Dalam Pembelian Kredit
Dasar pengukuran aset yang paling objektif adalah kos tunai (cash cost) atau kos tunai
implisit (implied cash cost). Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset,
pengukuran juga mengikuti pengukuran asset.
Diskon dan Premium Utang Obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah
kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar
pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan
pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran
jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos
tunai implisit.
Makna Harga Efektif Obligasi
Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi penerbit
obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabila tidak memperhatikan
perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlah rupiah utang obligasi tiap saat
(keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akan terlalu besar apabila dinyatakan sebesar
nominalnya.

11

Diskon Obligasi
Diskon utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang
menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian,
diskun tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh
tempo) utang obligasi.
Premium Obligasi
Mengartikan premium obligasi sebagai pendapatan tangguhan (deferred income) jelas
tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses
pemerolehan utang.
Kewajiban Moneter dan Nonmoneter
Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa
datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal
maupun beberapa pembayaran secara berkala)
Kewajiban Nonmoneter adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan
jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan
pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.
c. Penilaian
Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of
current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan
sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin
mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value)
kewajiban.
Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk
memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due
course of business) sehingga dia terbebas dari kewajiban tersebut. Pada mulanya FASB
menetukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76 (prg. 3) sebagai berikut:
1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan
dengan utang.
2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
(obligor) utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat
dipastikan (probable) bahwa kreditor tidak akan diharuskan untuk melakukan

12

pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan utang dengan penjaminan dalam
bentuk apapun (debt under any guarantees).
3. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian (trust) yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga
serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk
diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut.
Ketentuan di atas telah diganti melalui SFAS No. 125 yaitu:
1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada
kewajiban.
2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
(obligor) utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.
Transfer Aset Finansial
Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer aset finansial (termasuk kas),
barang, atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara
penuh kas, barang, atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas.
Debitor tidak lagi terlibat dengan aset atau kreditor secara finansial. Pelunasan kewajiban
dengan aset finansial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan aset finansial bersifat
takbersyarat dan dianggap sebagai penjualan. Artinya, aset finansial dianggap dijual secara
tunai dan kas yang diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih
antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama
dengan nilai buku atau nilai bawaan (carrying value) kewajiban karena proses amortisasi
selisih antara nominal dan nilai pasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama
beredar, nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang
berlaku tetapi pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor.
Dengan kata lain, debitor tidak mengakui adanya untung atau rugi fluktuasi harga. Oleh
karena itu, bila utang dilunasi sebelum jatuh tempo (APBO No. 26 menyebutnya sebagai
early extinguishment of debt), debitor harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya
sehingga dapat terjadi selisih antara nilai bawaan dan nilai penebusan.
13

Utang Terkonversi
Instrumen finansial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau penjaminan sehingga
dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkonversi atau
konvertibel (convertible debt) merupakan salah satu instrumen finansial tersebut. Sekuritas
utang semacam ini biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus.
Artinya, pemegang instrumen mempunyai hak istimewa untuk mengubah status utang
menjadi ekuitas setiap saat selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instrumen
semacam ini merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sekuritas hibrida (hybrid
securities).
Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi
(convertible bond). Obligasi terkonversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para
investor karena mereka dapat menggeser risiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih
menguntungkan. Hak konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi
tingkat bunga nominal yang terlalu rendah dibanding tingkat bunga umum. Oleh karena itu,
harga perdana biasanya jauh lebih tinggi dari obligasi biasa (nonterkonversi/nonconvertible)
dengan tingkat risiko (rating) yang sama. Kelebihan ini dapat dipandang sebagai harga hak
konversi yang setara dengan hak opsi atau waran (options atau warrants) seandainya saham
diterbitkan secara terpisah.
Hendriksen dan van Breda (1991, hlm. 688) menunjukkan bahwa obligasi terkonversi
biasanya mempunayai karakteristik sebagai berikut:
1. Tingkat bunga nominal jauh di bawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang
setara.
2. Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa.
3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena
penyesuaian yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa
seperti dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen saham.
Penyajian
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan
dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancar disajikan
menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini

14

dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. Dari


segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang dijamin pada
umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi utang
ini harus dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan perlindungan, kewajiban disajikan
lebih dahulu daripada ekuitas.
PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu
kewajiban

diklasifikasi

sebagai

kewajiban

jangka

pendek

bila

(paragraph

44):

1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Hak Mengkompensasi
Telah disinggung sebelumnya bahwa kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca
dengan mengkompensasinya atau mengkontraknya dengan aset yang dianggap berkaitan.
Ada kalanya hak mengkompensasi diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. Kondisi ini
biasanya berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat (conditional contracts)
dan kontrak pertukaran (exchange contracts).
Kontrak bersyarat adalah kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada timbulnya
kejadian masa datang tertentu yang belum tertentu terjadi dan dapat mengubah saat (timing)
penerimaan, penyerahan, atau pertukaran jumlah rupiah atau instrumen keuangan. Contoh
kontrak semacam ini misalnya adalah futures contracts dan forward purchase-sale contract.
Kontrak pertukaran adalah kontrak yang mewajibkan adanya pertukaran aset dan
kewajiban di masa datang dan bukan hanya transfer aset dari satu pihak saja. Contoh kontrak
semacam ini misalnya adalah interest rate swaps dan currency swaps. Hak mengkompensasi
adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya, untuk menghapus semua atau
sebagian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi utang tersebut dengan
jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor.
Hak mengkompensasi dikatakan ada bilamana semua kondisi berikut dipenuhi:
1. Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah rupiah
tertentu.
2. Pihak pelapor (reporting party) mempunyai hak mengkompensasi jumlah yang
diutangnya dengan jumlah yang diutang pihak lain.
3. Pihak pelapor memang berniat untuk mengkompensasi.
15

4. Hak mengkompensasi terpaksakan secara hukum.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: (a) pengorbanan manfaat
ekonomik masa hokumG, (b) keharusan sekarang untuk mentransfer hokum, dan (c) timbul
akibat transaksi masa lalu. Karakteristik (a) merupakan kriteria utama dan lebih memuat
aspek sematik sedangkan kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek struktural pengakuan.
Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos)
kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat
disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan
tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya
transaksi atau kejadian yang membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha dari
keharusan untuk melunasinya.

16

Anda mungkin juga menyukai